Anda di halaman 1dari 34

MALPRACTICE

MEDICAL MALPRACTICE

PROFESI LAIN

ETHICAL MALPRACTICE
YURIDICAL MALPRACTICE

CRIMINAL MALPRACTIC

CIVIL MALPRACTICE
ADMINISTRATIVE
MALPRACTICE

DEFINISI MALPRAKTEK
Malpractice adalah praktik kedokteran
yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur
operasional.

CRIMINAL
MALPRACTICE
Terjadi bila seorang dokter menangani
suatu kasus telah melanggar hukum dan
menyebabkan dia dituntut oleh negara
Pada Criminal Malpractice, tanggung jawabnya
bersifat individual dan personal.

CIVIL MALPRACTICE
Civil Malpractice adalah tipe malpractice
dimana dokter karena pengobatannya dapat
mengakibatkan pasien meninggal atau luka
tetapi dalam waktu yang sama tidak melanggar
hukum pidana. Sementara negara tidak dapat
menuntut secara pidana, tetapi pasien atau
keluarganya dapat menggugat dokter secara
perdata untuk mendapatkan uang sebagai ganti
rugi.
Pada Civil Malpractice tanggung gugat dapat
bersifat individual atau korporasi.

ADMINISTRATIVE MALPRACTICE
Didalam U RI No.29 Tahun 2004 dan didalam
Permenkes RI No. 1419/Menkes/Per/X/2005
Dijelaskan bahwa seorang dokter yang praktik
harus punya Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda
Registrasi, dan Surat Ijin Praktik kalau seorang
dokter tidak mempunyainya selain dokter
mendapat sanksi pidana, sanksi perdata juga
sanksi administratip

Malpraktek menurut hukum di Indonesia


Menurut UU RI No. 23 Tahun 1992
Pasal 15
1.
Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2.
Tindakan medis tertentu, sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut.
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu.

Pasal 32
4.
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan
ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu.
Pasal 34
5.
Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana
kesehatan tertentu.
Pasal 35
6.
Transfusi darah hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.

Pasal 36
1.
Implan obat dan atau alat kesehatan ke dalam tubuh
manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana
kesehatan tertentu.
Pasal 37
2.
Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan itu dan dilakukan di
sarana kesehatan tertentu.

Pasal 53
1.
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien.
Pasal 70
3.
Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat
dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab penyakit
dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga kesehatan.
4.
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat.

Menurut UU RI No. 29 Tahun 2004


Pasal 29
1.
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin
praktik.
Pasal 41
2.
Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin
praktik dan menyelenggarakan praktik kedokteran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 wajib memasang
papan nama praktik kedokteran.

Pasal 45
1.
Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Pasal 46
2.
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
Pasal 48
3.
Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.

Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai hak:
a.
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional.
b.
Memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional.
c.
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya.
d.
Menerima imbalan jasa.

Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban:
a.
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis
pasien.
b.
Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan.
c.
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
d.
Melakukan pertolongan darurat atau dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan
mampu melakukannya.
e.
Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

Pasal 52
Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai hak:
a.
Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat 3.
b.
Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
c.
Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
d.
Menolak tindakan medis.
e.
Mendapatkan isi rekam medis.
Pasal 53
Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai kewajiban:
f.
Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
g.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
h.
Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
i.
Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

SANKSI PIDANA
KUHP 359
Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya orang
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan
selama-lamanya satu tahun.
KUHP 360
1.
Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka
berat dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima
tahun atau hukuman kurungan selam-lamanya satu tahun.
2.
Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka
sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara
atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya
sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam
bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4500,-

KUHP 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini
dilakukan dalam melakukan sesuatu jabatan atau
pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah dengan
sepertiganya dan sitersalah dapat dipecat dari
pekerjaannya, dalam waktu mana kejahatan itu
dilakukan dan hakim dapat memerintahkan supaya
keputusannya itu diumumkan.

UU RI No. 23 Tahun 1992


Pasal 80
1.
Barangsiapa dengan sengaja melakukan
tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat 1 dan ayat 2,
dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000,- (lima puluh juta
rupiah)

Pasal 81
1.

Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan


sengaja:
a.
Melakukan transplantasi organ dan atau jaringan
tubuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1.
b.
Melakukan implan alat kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1.
c.
Melakukan bedah plastik dan rekonstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1.
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp.140.000.000,- (seratus empat puluh juta rupiah).

Pasal 82
1.

Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan


sengaja:
a.
Melakukan pengobatan dan atau perawatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 4.
b.
Melakukan transfusi darah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat 1.
c.
Melakukan implan obat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat 1.
d.
Melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat 1.
e.
Melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70 ayat 2.
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).

UU RI No. 29 Tahun 2004


Pasal 75
1.
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda
registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 1
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah).
Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin
praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang:
a.
Dengan sengaja tidak memasang papan nama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 1.
b.
Dengan sengaja tidak membuat rekam medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 1.
c.
Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

SANKSI PERDATA
KUH Perdata 1366
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian
yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga atas
kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang
hati-hatinya.
KUH Perdata 1367
Mengatur tentang kewajiban pemimpin atau majikan
untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh
kelalaian yang dilakukan oleh anak buah atau
bawahannya.

KUH Perdata 1370


Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain)
dengan sengaja atau kurang hati-hatinya seseorang, maka suami
dan istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua korban yang
biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban, mempunyai
hak untuk menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut
kedudukannya dan kekayaan kedua belah pihak serta menurut
keadaan.
KUH Perdata 1371
Penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dengan
sengaja atau kurang hati-hati, memberikan hak kepada korban,
selain penggantian biaya-biaya penyembuhan, juga menuntut
penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat
tersebut.

UU RI No. 23 Tahun 1992


Pasal 55
1.
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan.
2.
Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilaksanakan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 80 (lihat sanksi pidana)
Pasal 81 (lihat sanksi pidana)
Pasal 82 (lihat sanksi pidana)

UU RI No.29 Tahun 2004


Pasal 75 (lihat sanksi pidana)
Pasal 76 (lihat sanksi pidana)
Pasal 79 (lihat sanksi pidana)

SANKSI ADMINISTRATIP
UU RI No. 29 Tahun 2004
Pasal 66
1.
Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya
dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan
secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia.
2.
Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Identitas pengadu
b. Nama dan alamat tempat praktik dokter atau
dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan.
c. Alasan pengaduan.

3.

Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 1


dan ayat 2 tidak menghilangkan hak setiap
orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak
pidana kepada pihak yang berwenang dan atau
menggugat kerugian perdata ke pengadilan.

Pasal 67
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
memeriksa dan memberikan keputusan terhadap
pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter
dan dokter gigi.

Pasal 69
1.
Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil
Kedokteran Indonesia.
2.
Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat
berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi
disiplin.
3.
Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat
berupa:
a.
Pemberian peringatan tertulis.
b.
Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau
surat izin praktik.
c.
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran
gigi.

PERMENKES RI No.1419/MENKES/PER/X/2005

Pasal 24
1.
Menteri,
Konsil
Kedokteran
Indonesia,
Pemerintah Daerah, dan organisasi profesi
melakukan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan fungsi,
tugas dan wewenang masing-masing.
2.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diarahkan pada
pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan
yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.

Pasal 25
1.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dapat
mengambil tindakan administratip terhadap
pelanggaran peraturan ini.
2.
Sanksi administratip sebagaimana dimaksud
ayat 1 dapat berupa peringatan lisan, tertulis
sampai pencabutan SIP.
3.
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dalam
memberikan sanksi administratip sebagaimana
dimaksud ayat 2 terlebih dahulu dapat
mendengar pertimbangan organisasi profesi.

Pasal 26
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dapat mencabut
SIP dokter dan dokter gigi:
1.
Atas dasar keputusan MKDKI
2.
STR dokter atau dokter dicabut oleh Konsil
Kedokteran Indonesia.
3.
Melakukan tindak pidana.

Pasal 27
1.
Pencabutan SIP yang dilakukan Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota wajib disampaikan kepada dokter
dan dokter gigi yang bersangkutan dalam waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung
sejak tanggal keputusan ditetapkan.
2.
Dalam hal keputusan dimaksud pada ayat 1 tidak dapat
diterima, yang bersangkutan dapat mengajukan
keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
untuk diteruskan kepada Menteri Kesehatan dalam
waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan
diterima.
3.
Menteri setelah menerima keputusan sebagaimana
dimaksud ayat 2 meneruskan kepada Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia paling
lambat 14 (empat belas) hari.

Pasal 28
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
melaporkan setiap pencabutan SIP dokter dan
dokter gigi kepada Menteri Kesehatan, Konsil
Kedokteran Indonesia dan Dinas Kesehatan
Provinsi, serta tembusannya disampaikan kepada
organisasi profesi setempat.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat THT
    Referat THT
    Dokumen20 halaman
    Referat THT
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Homevisite Diare
    Homevisite Diare
    Dokumen40 halaman
    Homevisite Diare
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Mengobati Gangguan Jiwa Bipolar
    Mengobati Gangguan Jiwa Bipolar
    Dokumen2 halaman
    Mengobati Gangguan Jiwa Bipolar
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Penelitian Pengesahan
    Penelitian Pengesahan
    Dokumen6 halaman
    Penelitian Pengesahan
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen2 halaman
    Bab 4
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Varicella
    REFERAT Varicella
    Dokumen24 halaman
    REFERAT Varicella
    myusuffr
    100% (1)
  • BAB 5 Fix
    BAB 5 Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB 5 Fix
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen11 halaman
    Bab 2
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • BAB 4 Fix
    BAB 4 Fix
    Dokumen1 halaman
    BAB 4 Fix
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Fix
    BAB 3 Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB 3 Fix
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Hernia Fermoralis
    Hernia Fermoralis
    Dokumen3 halaman
    Hernia Fermoralis
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Mellitus
    Diabetes Mellitus
    Dokumen43 halaman
    Diabetes Mellitus
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Prioritas Masalah
    Prioritas Masalah
    Dokumen7 halaman
    Prioritas Masalah
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen2 halaman
    Bab 4
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen2 halaman
    Bab 4
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Sistim Hukum Dan Sistim Pidana - Anna Haroen A, SH
    Sistim Hukum Dan Sistim Pidana - Anna Haroen A, SH
    Dokumen18 halaman
    Sistim Hukum Dan Sistim Pidana - Anna Haroen A, SH
    Bram Ray
    Belum ada peringkat
  • Cover Penelitian
    Cover Penelitian
    Dokumen1 halaman
    Cover Penelitian
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Hernia WW
    Hernia WW
    Dokumen2 halaman
    Hernia WW
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • DNA Fingerprint
    DNA Fingerprint
    Dokumen27 halaman
    DNA Fingerprint
    Ikhza Pandawa
    Belum ada peringkat
  • Akses Ke Tempat Pelayanan Kesehatan
    Akses Ke Tempat Pelayanan Kesehatan
    Dokumen1 halaman
    Akses Ke Tempat Pelayanan Kesehatan
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Hernia Fermoralis
    Hernia Fermoralis
    Dokumen3 halaman
    Hernia Fermoralis
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Penelitian PKM
    BAB 3 Penelitian PKM
    Dokumen1 halaman
    BAB 3 Penelitian PKM
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Rekam Medis
    Rekam Medis
    Dokumen21 halaman
    Rekam Medis
    afiniherlyana
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Aspek HK IKF-2
    Aspek HK IKF-2
    Dokumen19 halaman
    Aspek HK IKF-2
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • Refrt THT
    Refrt THT
    Dokumen2 halaman
    Refrt THT
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • VetR SOEROTO
    VetR SOEROTO
    Dokumen38 halaman
    VetR SOEROTO
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat
  • VetR SOEROTO
    VetR SOEROTO
    Dokumen38 halaman
    VetR SOEROTO
    Sophy Indriyani
    Belum ada peringkat