Anda di halaman 1dari 19

Alkilasi Dalam Pengilangan Minyak Bumi

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki
juga sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang
mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan
yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut
mengendap di dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur
tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di
atasnya. Sementara itu, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob
menguraikan sisa-sisa jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan
gas.
Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun.
Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori seperti air
dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke
daerah lain, kemudian terkosentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap.
Walupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber
minyak bumi yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit
bumi, sehingga sebagian lautan menjadi daratan.
Pada seluruh rentang proses pengilangan, alkilasi sangatlah penting karena
dapat meningkatkan perolehan bensin dengan bilangan oktan tinggi. Tetapi, tidak
semua pengilangan memiliki pabrik alkilasi. Pengilangan memeriksa apakah akan
ada peningkatan yang signifikan apabila pada pengilangan tersebut dipasang unit
alkilasi. Hal ini disebabkan karena unit alkilasi sangatlah kompleks, dengan skala
ekonomi. Produk alternatif dari pengilangan alkilasi dapat berupa LPG,
pencampuran dari laju C-4 secara langsung kedalam bensin dan bahan baku untuk
pabrik zat kimia. Ketersediaan dari katalis yang cocok juga merupakan faktor

pentingan untuk menentukan apakah perlu di dirikan pabrik alkilasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1.

Apa yang dimakud dengan alkilasi ?

2.

Bagaimana proses alkilasi dalam pengilangan minyak bumi ?

3.

Apa saja contoh alkilasi dalam pengilangan minyak bumi ?

4.

Sebutkan Hasil Proses Alkilasi Termis dan Kegunaan Produk?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya karya tulis ini adalah :
1.

Mengetahui pengertian dari alkilasi.

2.

Mengetahui proses alkilasi dalam pengilangan minyak bumi.

3.

Mengetahui apa saja contoh alkilasi dalam pengilangan minyak bumi.

4.

Mengetahui hasil proses alkilasi termis dan kegunaan produk

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Alkilasi


Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan
katalis asam kuat seperti H 2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi
secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CRR

R-CH2-CHRR.

Alkilasi dalam proses industri minyak bumi merupakan salah satu proses
yang digunakan bertujuan meningkatkan angka oktan produk minyak bumi. Salah
satu reaksi yang terkenal adalah reaksi antara isobutana dengan olefin
menggunakan katalis aluminium klorida yang ditemukan oleh Ipattief dan kawankawan. Reaksi ini sampai saat ini digunakan secara luas dalam alkilasi senyawa
aromatik dan olefin, tetapi jarang digunakan dalam alkilasi olefin dengan parafin.
Selain itu, contoh reaksi jenis ini adalah reaksi antara isobutana dengan olefin
menggunakan

katalis

asam

sulfat

atau

asam

fluorida. Alikilasi

akan

mengkombinasikan olefin dengan berat molekul rendah (umumnya terdiri dari


campouran propilena dan butilena) dengan isobutena dengan adanya katalis asam
sulfat atau asam fluorida. Produk disebut alkylat merupakan gasolin dengan sifat
antiknocking dan pembakaran bersih.
Secara teknis, proses alkilasi dengan katalis asam sulfat dilakukan sebagai
berikut, umpan reaksi berupa olefin, isobutana dan asam dikontakkan dalam
reaktor dan kemudian panas reaksi yang dihasilkan dihilangkan dengan
refrigerator. Effluen reactor ditreatmen dengan asam sebagai katalis, dan pada
produk yang dihasilkan dilakukan fraksinasi untuk pemisahan. Penambahan atau
reaksi substitusi menggunakan gugus alkil menjadi molekul organik dalam proses
reaksi. Reaksi alkilasi sebagai alat sintetis yang penting banyak digunakan dalam
banyak proses kimia. Alkilasi adalah suatu gugus alkil dari satu molekul ke yang
lain oleh molekul. Senyawa diperkenalkan ke molekul alkil (metil, etil) reaksi.
Dalam aksi mikroorganisme seperti merkuri di sedimen bawah alkilasi akan
menghasilkan metilmerkuri atau dua metil merkuri. Adapaun Reaksi alkilating

sebagai berikut :

Gambar 2.3 Reaksi Alkilating

Alkilating agen umum industri adalah olefin, alkil halida, sulfat ester alkil
asam dan sejenisnya. Memimpin produk teralkilasi dipimpin alkil, timbal tetraetil
yang sering digunakan sebagai aditif bensin, sebagai agen anti huru-hara. Dalam
proses penyulingan standar, katalis alkilasi sistem (asam atau asam fluorida) di
bawah aksi dari olefin dengan berat molekul rendah (terutama terdiri dari
propilena dan butena) dan isobutene bergabung untuk membentuk alkilat
(terutama oleh senior yang oktan, sisi-rantai alkana). Alkilate adalah aditif bensin,
dengan efek antiknock dan menghasilkan produk pembakaran yang bersih. Olefin
alkilat Octane digunakan oleh jenis dan kondisi reaksi yang digunakan.
2.2 Proses Alkilasi Pada Pengilangan Minyak Bumi
Proses alkilasi pada pengilangan minyak bumi, dimulai reaksi alkilasi dengan
katalis asam dimulai dengan pembentukan ion karbonium dengan mentransfer
proton (H+) dari katalis asam ke molekul umpan olefin, dan kemudian ion
karbonium tersebut berkombinasi dengan molekul jumpan isobutana untuk
menghasilkan kation tertier butil. Reaksi antara kation tertier butil tersebut dengan
umpan butilena-1 dan butilena-2 akan membentuk masing-masing ion karbonium

oktil dengan dua cabang (dimetil) dan tiga cabang (trimetil) yang selanjutnya akan
bereaksi dengan molekul umpan isobutana untuk menghasilkan produk alkilat
isooktana yaitu masing-masing bercabang dua dan tiga metal.
Adapun mekanisme reaksi alkilasi dengan isomerisasi umpan butilena-1
menjadi butilena-2 yang kemudian berkombinasi dengan umpan isobutana, maka
produk alkilasi akan menghasilkan isooktana bercabang tiga metil, berangka
oktana lebih tinggi. Salah satu reaksi penting dalam proses alkilasi propilena
adalah terbentuknya isobutilena dari hasil kombinasi kedua molekul umpan
propilena dan isobutana, dan berkombinasinya molekul isobutilena tersebut
dengan umpan isobutana akan menghasilkan produk isooktana bercabang tiga
metil yang berangka oktana -RON -100. Isobutilena tersebut terbentuk dengan
timbulnya transfer hidrogen dari isobutana ke propilena. Reaksi alkilasi adalah
eksotermis dengan pelepasan panas reaksi sekitar 124.000140.000 BTU per barel
isobutana bereaksi.
Didalam industri minyak bumi, umpan isobutana dan butilena sebagian besar
berasal dari hasil perengkahan berkatalis. Isobutana sebagian kecil juga terdapat
dalam minyak mentah bersama-sama dengan normal butane. Umpan Butanabutilena (BB) yangberasal dari berbagai operasi perengkahan adalah suatu
campuran isobutilena, butilena-1, butilena-2, isobutana dan normal butane dengan
sedikit butadiene. Semua olefin-olefin ini termasuk kedalam reaksi yang akan
menghasilkan alkilat. Alkilat tersebut esensinya merupakan campuran 2,2,4
trimetil pentane : 2,2,3 trimetil pentane dan 2,3,4 trimetil pentane.
Secara garis besar unit alkilasi itu terdiri menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bagian Reaktor dan Treating.
2. Bagian Pendingin.
3. Bagian Fraksionasi
Jika menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi harus terjadi pada
suhu rendah untuk menekan terjadinya reaksi berkelanjutan atau polimerisasi.
Suhu reaktor biasanya dijaga sekitar 7oC atau 45oF, dimana suhu operasi beragam

antara 0-20oC atau 32-68oF. Operasi pada suhu dibawah 0oC tidak menarik karena
dapat menaikkan viskositas emulsi campuran asam/hidrokarbon dan memberi
kemungkinan terjadinya pembekuan asam sehingga menyulitkan dalam
operasinya. Sebaliknya suhu diatas 20oC juga tidak menarik karena sangat
cenderung mempercepat reaksi polimerisasi yang akan menyebabkan kenaikan
konsumsi asam dan menurunkan yield alkilat. Tekanan operasi tidak begitu
berpengaruh terhadap efisiensi alkilasi. Tekanan sistem harus tinggi untuk
menjaga hidrokarbon berada dalam fasa cairan dan perbedaan hidraulik cukup
untuk mengatur fluida mengalir dalam sistem reaktor.

2.3 Contoh Alkilasi Pada Pengilangan Minyak Bumi


Adapun contoh-contoh alkilasi pada minyak bumi yaitu :

1. Alkilasi Katalis
Pada proses alkilasi asam sulfat telah dimulai di amerika Serikat pada tahun
1938 oleh Shell Oil Company. Proses alkilasi asam fluoride telah
diperkenalkan oleh Phillips Petroleum Company pada tahun 1942, sedangkan
proses alkilasi aluminium khlorida telah di operasikan oleh Phillip selama
perang dunia kedua.
a. Alkilasi Asam Sulfat
Pada proses alkilasi asam sulfat, komponen gasoline dengan angka oktan
tinggi dibuat melalui reaksi isobutana dengan olefin. Butilena merupakan
senyawa yang paling umum dipakai, karena produk yang dihasilkan
mempunyai kualitas tinggi dan dapat diperoleh hanya dengan sedikit asam
sulf at dibandingkan dengan olefin lainnya, jika diproses pada kondisi operasi
yang sama. Di dalam industri minyak bumi, umpan isobutana dan butilena
sebagian besar berasal dari hasil perengkahan berkatalis. Isobutana sebagian
kecil juga terdapat dalam minyak mentah bersama-sama dengan normal
butane.

Umpan masuk reactor adalah fraksi isobutana yang konsentrasinya


tinggi dengan kemurnian 85-90 % berat dan stok olefin yang biasanya
campuran fraksi butane-butilena (BB) dari berbagai hasil operasi perengkahan
dan reforming. Kedua jenis umpan tersebut bila diperlukan dipanaskan
dengan larutan soda untuk memisahkan H2S dan merkaptan yang terdapat
dalam umpan. Kadar soda dalam larutan di pencucian soda dijaga 5-6 o Be
atau 2 % NaOH. Untuk menekan terjadinya reaksi samping, utamanya reaksi
polimerisasi maka dipakai umpan isobutana dalam jumlah yang besar sekitar
4 sampai 5kali jumlah olefin. Di dalam reactor terjadi resirkulasi antara
isobutana dan asam sulfat yang jenuh dengan isobutana yang akan menaikkan
rasio isobutana/olefin di dalam reactor menjadi 400 sampai 500.

Proses alkilasi isobutana adalah suatu reaksi eksotermis. Jika


menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi harus terjadi pada suhu
rendah untuk menekan terjadinya reaksi berkelanjutan atau polimerisasi. Suhu
reaktor biasanya dijaga sekitar 7oC atau 45oF, dimana suhu operasi beragam
antara 0-20oC atau 32-68oF. Operasi pada suhu dibawah 0oC tidak menarik
karena dapat menaikkan viskositas emulsi campuran asam/hidrokarbon dan
memberi kemungkinan terjadinya pembekuan asam sehingga menyulitkan

dalam operasinya. Sebaliknya suhu diatas 20oC juga tidak menarik karena
sangat cenderung mempercepat reaksi polimerisasi yang akan menyebabkan
kenaikan konsumsi asam dan menurunkan yield alkilat. Tekanan operasi tidak
begitu berpengaruh terhadap efisiensi alkilasi. Tekanan sistem harus tinggi
untuk menjaga hidrokarbon berada dalam fasa cairan dan perbedaan hidraulik
cukup untuk mengatur fluida mengalir dalam sistem reaktor.
Katalis asam sulfat dengan konsentrasi 98% (berat) dimasukkan secara
terus-menerus atau dengan secara injeksi asam dari belakang. Rasio asam dan
hidrokarbon didalam reactor adalah 1:1. Penambahan asam segar didalam
reaktor dilakukan apabila konsentrasinya kurang dari 88% (berat). Kualitas
alkilat, Yeild alkilat dan umur katalis asam merupakan fungsi daripada
komposisi umpan masuk dan kondisi operasi dalam reaktor.
Yield tersebut secara luas dipengaruhi oleh kondisi operasi, tetapi mudah
melihat bahwa perbedaan yang sangat besar dalam yield alkilat terjadi karena
menggunakan umpan olefin yang berbeda. Umur katalis dipertimbangkan
dipengaruhi oleh umpan olefin. Berbagai umur katalis dapat diharapkan
terlihat pada table dibawah. Pengaruh umpan olefin terhadap kualitas alkilat
dapat juga terlihat pada table diatas. Harga-harga yang diberikan untuk
propilena,butilena dan amilena saja, karenaproduk yang deperoleh langsung
dari butilena.
Proses lain yang juga merupakan modifikasi proses alkilasi asam sulfat
adalah alkilasi keluaran refrigerasi (Effluent Refrigeration Alkylation) dimana
dijaga nisbah umpan yang tinggi antara isobutana dan olefin-olefin seperti
propilena, butilena dan amilena untuk mendapatkan alkilat yang lebih banyak
untuk digunakan sebagai komponen avgas dan bahan bahan baker motor.
Proses ini dikembangkan oleh Stratford Engineering Corp. keluaran reactor
dipakai sebagai refrigerant untuk mengendalikan suhu reaktor (45-50oC) dan
pada waktu yang sama memisahkan isobutana sebagai daur ulang.

b. Alkilasi Asam Fluorida


Alkilasi dengan menggunakan asam fluoride sebagai katalis telaah
dijumpai dalam 2 kelompok operasi pengilangan minyak. Pertama dalam
pembuatan komponen dasar untuk diterjen sintesis, yang diperoleh dari
alkilasi benzene dengan olefin yang sesuai, seperti propilena tetramer, olefin
yang diturunkan dari perengkahan lili, dan lain-lain. Alkilasi ini banyak
dijumpai dalam bidang petrokimia. Kedua dalam pembuatan komponenen
blending untuk avgas yang berkualitas tinggi melalui alkilasi isobutana
dengan propilena, butilena dan pentilena (amilena).
Proses alkilasi asam fluoride utnuk pembuatan komponen dasar avgas ini
telah dikembangkan oleh Philips Petroleum Company dan oleh UOP
Company. Operasi proses ini sangan sama dengan operasi alkilasi asam
sulfat. Perbedaannya yang sangat penting adalah terletak adalah pada
pengolahan asam bekas yang siap dan terus-menerus dapat diregenerasi
sehingga konsumsi asam flourida sangat sedikit. Regenerasi asam bekas ini
dipengaruhi oleh cara destilasi yang sangat sederhana, dimana asam dapat
dipisahkan dari campuran azeotrop H2O-HF dan polimer yang terbentuk dari
proses alkilasi. Titik didih HF pada tekana 1 atm adalah 19,4oC dan berat
jenisnya 0,988. Tanpa proses regenerasi, baik air maupun polimer akan
terakumulasi didalam asam dan akan berpengaruh buruk terhadap yield dan
kualitas produk. Asam yang sudah diregenerasi didaur ulang kedalam reaktor.
Pada alkilasi isobutan dengan butilen, proses alkilasi HF memproduksi
suatu alkilat yang mengandung 2,2,4 trimetil pentane yang persentaseya lebih
besar dari pada proses alkilasi asam sulfat. Angka oktan alkilat yang
dihasilkan sangat tergantung pada jenis olefin sebagai berikut :
i-C4H10 + i-C4H8

iso Oktana (ON = 92-94 )

i-C4H10 + i-C5H10

iso Nonana (ON = 90-92 )

i-C4H10 + i-C3H6

iso Oktana (ON = 89-91 )

c. Alkilasi Aluminium Khlorida


Alkilasi ini adalah proses fasa cair yang mengubah etilen, propilen dan
isobutilen menjadi bahan dasar campuran yang mempunyai angka oktan
tinggi dengan adanya katalis aluminium khlorida (AlCl 3). Sebagai promoter
katalis dipakai asam khlorida. Konsentrasi HCl dijaga dengan cara
menginjeksikan air ke dalam reactor. Alkilasi ini juga dikenal alkilasi
diisopropil.

10

Proses alkilasi aluminium khlorida pertama kali di install oleh


Phillips dan telah dioperasikan selama perang dunia kedua.
Proses alkilasi menggunakan katalis AlCl3, yang lain adalah alkilasi benzene
dengan etilen untuk memproduksi etil benzene yang sangat luas dipergunakan
pada pembuatan stirena. Reaksi dilaksanakan pada titik didih alkilat sekitar
105oC dan penguapan benzene dari reactor akan melepaskan panas reaksinya.
Katalis berbentuk granular dimasukkan secara terus menerus ke dalam reactor
dengan pengangkut berputar. Diagram alirnya dapat dilhat pada gambar
dibawah ini.

d. Alkilasi Asam Posfat


Alkilasi menggunakan asam posfat dimaksudkan untuk memprodukasi
isopropil benzene atau kumen dengan mereaksikan propilena dengan benzene.

11

Katalis asam posfat berbentuk padatan dapat mengendung campuran


kieselguhr, tepung, magnesia, seng khlorida, seng oksida dan lain-lain yang
dikalsinasi pada suhu 180-250oC. Nisbah benzene dan propilena dijaga pada
6/1 atau lebih besar, dan yield yang diperoleh sekitar 96% (V) kumen dan 4%
(v) adalah alkilat aromatik berat.

2. Alkilasi Termis

Alkilasi termis adalah alkilasi yang mengolah etilena yang diikuti oleh
propilena, butena, dan isobutilena dengan bantuan panas. Kondisi operasi proses
ini tinggi, suhu sekitar 950oF dan tekanan sekitar 3000-5000 psia. Umpan olefin
yang diperkaya seperti tersebut diatas dapat diproduksi dari proses dekomposisi
hidrokarbon yang beroperasi pada suhu 1200-1425 oF dan tekanan 1 atm. Kondisi
sedemikian sangat memungkinkan untuk pembentukan etilena. Etilena diserap
didalam isobutana untuk dimasukkan kedalam dapur melalui zona perendaman.
Sedikit ter atau material yang mempunyai titik didih diatas gasoline dapat
dihasilkan karena konsentrasi etilennya rendah dalam zona reaksi. Diperlukan
waktu 2-7 detik unutk mencapai suhu 950oF, tergantung pada jumlah hidrokarbon
yang diolah dan jumlah isobutilena yang didaur ulang.

12

Alkali khusus untuk membuat neoheksana telah dikembangkan oleh Phillips


Petroleum Co. Dibawah ini merupakan diagram alirnya.

Campuran etana dan propane direngkah pada suhu sekitar 1400oF dan tekanan
6-8 psig utnuk pembentukan propilena yang optimum. Gas-gas yang terbentuk
dibebaskan dari material yang lebih besar dari C2 melalui scrubber, lalu diikuti
dengan kompresi dan pendinginan. Etilena kemudian diserap oleh cairan
isobutana pada suhu -30oF, sedangkan gas hydrogen dan metana dipisahkan dari
sistem. Campuran etilena dan isobutana pada dapur alkilasi melalui preheater pada
suhu 950oF. Nisbah isobutana daan etilena pada 9/1 atau lebih pada zona reaksi.
Yield yang dikirim kemenara depropanizer berupa cairan pada bagian bawah yang
menghabiskan 7% (berat etana, propane dan isobutanayang mengandung kira-kira
30-40% neoheksana. Neoheksana dikarakterisasi sebagai bahan campuran avgas
dengan sifat-sifat yang sempurna dan sangat mudah menerima TEL. Senyawa ini
mempunyai RVO 9,5 psi ; titik didh 121oF dan angka oktan 95.

2.4 Hasil Proses Alkilasi Termis dan Kegunaan Produk


13

Produk utama alkilasi termis adalah neoheksana yang mempunyai


bilangan oktana 104,8. Senyawa ini dikenal juga sebagai 2,2-dimetilbutana
dengan rumus kimia CH3C(CH3)2CH2CH3 dan merupakan isomer struktur dari
heksana. Neoheksana dapat digunakan sebagai probe untuk meneliti bagian aktif
dari katalis metal.

Senyawa yang bersifat volatil, mudah terbakar, dan tak

berwarna ini juga digunakan sebagai komponen oktan tinggi dalam motor dan
bahan bakar pesawat.
Neoheksana mungkin tidak kompatibel dengan oksidator kuat seperti asam
nitrat. Charring dapat terjadi diikuti oleh pengapian bahan bakar yang tidak
bereaksi dan terdekat lainnya. Dalam pengaturan lain, sebagian besartidak
bereaksi. Senyara ini tidak terpengaruh oleh larutan air asam, alkali, sebagian
besarzat pengoksidasi, dansebagian besar agen pereduksi. Ketika dipanaskan atau
saat dinyalakan dengan adanya udara, oksigen atauzat pengoksidasi kuat,
neoheksana akan membakarsecara eksotermis untuk menghasilkan karbon
dioksidadan air.
Tabel 1. Sifat fisika neoheksana

Penggunaan produk proses alkilasi di industri yakni sebagai berikut:


1. Industri Minyak Bumi
Untuk membuat bahan bakar sintesis. Yaitu dalam pembuatan senyawa
bercabang untuk meningkatkan kualitas bahan bakar. Bahan bakar motor yang
mempunyai angka oktan tinggi adalah yang bercabang.
2. Industri Zat Warna, misalnya membuatan anilin menjadi dimetil anilin
3. Industri Obat-obatan

2.5 Zat-zat Pengalkilasi

14

1) Olefin : etilena, propilena, butilena.


RH harus banyak karena olefin mudah mengalami polimerisasi.
2) Alkohol ROH : metanol dan etanol.
Digunakan pada pembuatan eter, isopropil eter, etil eter, naphtil metil eter.
3) Alkil Halogenida : RX , sangat reaktif tetapi mahal.
RH + R11X RR1 + HX
RNa + R1X RR1 + NaX
Pb(Na)y + y R1X Pb(R1)y + yNaX
4) Alkil sulfat
a. Yang sering digunakan adalah dimetil sulfat, metil hidrogen sulfat dan
dietilsulfat.
b. Alkil sulfat rantai panjang digunakan pada beberapa hal saja.
c. Dimetil sulfat sangat beracun dan harus ditangani secara hati-hati.
d. Alkil sulfat digunakan untuk mendapatkan senyawa dialkil eter, alkil aril
eter, etil selulosa dan polivinil eter.
Zat-zat yang dialkilasi
Pada umumnya alkana hanya dapat dialkilasi dengan olefin. Dalam alkilasi
alkana, perlu dibedakan dua kelompok :
a. alkana lurus hanya bisa dilakilasi dengan mekanisme radikal bebas, suhu tinggi
b. alkana bercabang : lebih mudah dialkilasi dengan mekanisme ion.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah :

15

1.

Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi


molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan
katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi
secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CRR

2.

R-CH2-CHRR.

Di dalam minyak bumi terdapat campuran yang kompleks dari berbagai


macam hidrokarbon terutama alkana mulai dari yang paling sederhana
seperti : metana ( CH4 ), etana ( C2H6 ), propane ( C3H8 ) dan butana ( C4H10)
sampai dengan alkana yang berantai panjang lurus atau bercabang.

3.

Proses alkilasi pada pengilangan minyak bumi, dimulai reaksi alkilasi dengan
katalis asam dimulai dengan pembentukan ion karbonium (C+ 4H9 ) dengan
mentransfer proton (H+) dari katalis asam ke molekul umpan olefin, dan
kemudian ion karbonium tersebut berkombinasi dengan molekul jumpan
isobutana untuk menghasilkan kation tertier butil (iso C+ 8H9).

4.

Contoh alkilasi dalam pengilangan minyak bumi yaitu alkilasi asam sulfat,
alkilasi asam fluorida, alkilasi isobutana, alkilasi asam posfat, alkilasi HF dan
alkilasi termis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Step-Oil-Processes.


http://salman.blogspot.com/2010/11/blog-post.html?m=1
Diakses Pada Tanggal 30 September 2014.

16

Anonim2. 2014. Alkilasi.


http://id.swewe.net/word_show.htm/?78238_1&Alkilasi
Diakses Pada Tanggal 30 September 2014.

Austin, George T. 2008. "Shreve's Chemical Process Industries". England.

Ika Ratna Sari, S.Pd. 2006. Metode Belajar Efektif Kimia : Jawa Tengah. CV
Media Karya Putra.

Keenan, dkk. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Kengie, R. 2010. Minyak Bumi.


http://rasenshurikengie.blogspot.com/2010/12/-minyak-bumi.html
Diakses Pada Tanggal 30 September 2014.

Oyyiin. 2011. Minyak Bumi dan Alkilasi.


http://doanddoo.blogspot.com/2011/12/minyak-bumi-alkilasi-polimerisas
i.html.
Diakses Pada Tanggal 30 September 2014.

Septiadevana, R. 2008. Minyak Bumi dan Gas Alam.


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septia
devana%200606249_IE6.0/halaman_16.html.
Diakses Pada Tanggal 30 September 2014.

Stocchi, E.1990. "Industrial Chemistry Vol. 1", Ellis Horwood, England.

Triwahyudi.2011. Alkilasi dan Polimerasi.


http://yudi3wahyudi.blogspot.com/2011/04/4.html
Diakses Pada Tanggal 30 September 2014.

17

Zulfan Adi Putra.2010. Kilang Minyak Bumi.


http://id.wikipedia.org/wiki/Kilang_minyak
Diakses Pada Tanggal 30 September 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai