Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Pembatasan Masalah:
II. Pendahuluan:
Sebagaimana kita ketahui bersama, globalisasi yang kita hadapi sekarang ini, merupakan
tahapan berikutnya, dari dua tahapan globalisasi sebelumnya. Globalisasi pertama, yang
berlangsung dari abad ke-15 sampai abad ke-18, sering diistilahkan dengan jargon the globe
is round. Pada era globalisasi pertama itu, manusia berhasil membuktikan bahwa bumi itu
bulat. Sebelumnya, para rohaniawan di Eropa masih percaya, bumi datar seperti meja. Dan di
ujung lautan ada neraka. Faktor perubah utama (key agent of changes) pada globalisasi
pertama itu adalah empat kekuatan, yaitu kekuatan otot (muscle power), kekuatan angin
(wind power), kekuatan daya kuda (horse power), dan kekuatan mesin uap (steam power).
Era globalisasi pertama itu didominasi oleh bangsa-bangsa Eropa yang umumnya menguasai
keempat key agent of changes itu.1
Era globalisasi kedua, berlangsung dari abad ke-19 sampai akhir abad ke-20. Faktor
pendaya guna utama pada globalisasi kedua itu adalah penemuan-penemuan di bidang
teknologi elektronika dan telekomunikasi. Pada masa itu, ditemukan telegram dan telepon,
yang kemudian berkembang dengan penemuan satelit, serat optik, dan diakhiri dengan
penemuan di bidang teknologi informatika dengan penemuan personal computer dan internet
1
1
Globalization and Social Policy: The Threat to Equitable Welfare, Geneva: Bob Deacon United Nations
Research Institute for Social Development (UNRISD), 2000
Globalisasi ketiga di era kita sekarang ini, dicirikan dengan kemajuan teknologi informasi
yang telah menjadikan dunia semakin sempit (the shrinking globe), karena begitu mudahnya
orang berkomunikasi dari berbagai belahan bumi mana pun. Pendaya guna utama di era
globalisasi ketiga itu, adalah teknologi informasi, khususnya yang diaplikasikan untuk
membuka berbagai akses global (global access). Jika globalisasi kedua, ditandai dengan
dominasi berbagai perusahaan multinasional, maka globalisasi ketiga tidak lagi didominasi
oleh perusahaan multinasional saja, akan tetapi oleh siapa pun—bahkan oleh individu sekali
pun— asal dapat memanfaatkan akses global untuk meraih berbagai peluang yang tersedia di
era global.3
Era globalisasi, tentu saja membuka peluang sekaligus tantangan. Untuk memanfaatkan
berbagai peluang di era globalisasi itu, kita harus memahami tiga fitur yang sangat penting;
pertama, open competition; kedua, interdependency; dan ketiga competitiveness. Open
competition adalah kondisi persaingan terbuka yang semakin meluas dan menyangkut
berbagai dimensi kehidupan. Karena kompetisi itu semakin terbuka dan meluas, dengan
sendirinya tingkat kompleksitas dari kompetisi itu akan semakin meningkat sehingga
mendorong terjadinya fitur yang kedua, yaitu desakan untuk semakin meningkatnya aspek
saling ketergantungan atau interdependency antara satu pihak dengan pihak lain. Dan untuk
menghadapi kompetisi yang semakin meluas, namun juga bersifat saling ketergantungan itu,
maka setiap pihak dituntut untuk memiliki fitur ketiga, yaitu daya saing atau competitiveness
yang tinggi.
2
Ibid1
3
Ibid1
III. Pembahasan
Dapat disimpulkan disini bahwa globalisasi adalah munculnya masyarakat global yang
menyatu dalam bidang ekonomi, politik, lingkungan dan kebudayaan dimana hal itu dapat
mempengaruhi masyarakat di belahan dunia lain. Globalisasi merupakan hasil dari
perkembangan komunikasi, transportasi dan teknologi informasi. Globalisasi
menggambarkan pertumbuhan ekonomi, politik, teknologi dan kebudayaan yang
menghubungkan individu, komunitas, pengusaha dan pemerintah di seluruh dunia.4
4
Inglehart, Ronald. 1999. Globalization and Postmodern Values. the Center for Strategic and International 3
Studies and the Massachusetts Institute of Technology . the Washington Quarterly vol: 23:1. hal 215–228,
http://www.twq.com/winter00/231Inglehart.pdf diakses pada Selasa, 23 Maret 2010. Pukul. 16.40. Melalui
Flock Browser.
Dalam hal ini keterkaitan antara globalisasi dan rasionalisme adalah pengetahuan
yang membentuk globalisasi dengan adanya kerangka pemikiran dan pengatahuan maka
itulah yang membentuk globalisasi sehingga globalisasi menjadi seperti sekarang ini.
Globalisasi bisa juga terjadi karena timbulnya konstruksi identitas dan komunitas manusia
dimana mereka mencoba mendapatkan ‘kesadaran’ global, mengejar komunikasi antar
manusia dan membentuk asosiasi global yang berdasarkan kelas, gender, profesi, ras, agama,
orientasi seksual dan lain-lain. Akan tetapi kesadaran global ini tentunya juga memiliki
hambatan, yaitu paham kebangsaan yang sempit, yang tidak mau terbuka terhadap
perubahan-perubahan dan kemajuan yang terjadi di dunia, selalu menganggap negara atau
ideologinya yang terbaik.7
5
Globalisasi, http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/01/17/0053.html, diakses pada Senin, 22 Maret
2010 Pukul. 21.15. melalui Flock Browser.
4
6
Kekuasaan negara versus Kekuasaan Perusahaan-perusahaan. http://media.isnet.org/islam/Etc/Perusahaan.html,
diakses pada Senin, 22 Maret 2009. Pukul. 20.25. melalui Flock Browser.
7
Ibid5
Globalisasi memang menjadi semacam mantera di zaman modern ini. Dengan mantera
ini, banyak hal diamini, ditoleransi dan dibenarkan. Tapi, di antara banyak hal itu, penindasan
dan pemanfaatan secara negatif yang utama sebagai akibatnya timbulah kemiskinan dan
kelaparan. Banyak orang sebenarnya melihat dengan mata kepala sendiri akibat-akibat buruk
yang disebabkan oleh globalisasi. Namun, karena pemahaman mereka yang keliru tentang
gejala ini, anggapan bahwa ketidakadilan dan pemiskinan yang dibawa oleh globalisasi
hanyalah sebuah dampak, sebuah efek samping bukan inti yang hakiki dari globalisasi.
Sebenarnya sebuah revolusi harus diciptakan terhadap sistem yang ada sekarang, karena
selain sistem sekarang dirasa tidak adil bagi negara berkembang dan hanya menguntungkan
negara maju saja tapi juga demi terciptanya pemerataan pembangunan di seluruh dunia.
Negara maju sebagai pemilik modal hendaknya tidak mendahulukan kepentingannya dalam
mengeksploitasi negara berkembang akan tetapi harus juga menekankan pada pembangunan
berkelanjutan (sustainable development)8. Dengan terciptanya world order yang adil bagi
setiap negara diharapkan akan mengurangi konflik-konflik dan tindakan terorisme karena
setiap negara telah bergantung satu sama lain dan menganggap negara mereka merupakan
satu bagian dari negara lain.
8
Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Adi, Isbandi Rukminto, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002.
A. Buku
• Adi, Isbandi Rukminto (2002) Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
• Deacon, Bob (2000) Globalization and Social Policy: The Threat to Equitable
Welfare, Geneva: United Nations Research Institute for Social Development
(UNRISD).
B. Jurnal
• Inglehart, Ronald. 1999. Globalization and Postmodern Values. the Center for
Strategic and International Studies and the Massachusetts Institute of Technology . the
Washington Quarterly vol: 23:1. hal 215–228,
http://www.twq.com/winter00/231Inglehart.pdf diakses pada Selasa, 23 Maret
2010. Pukul. 16.40. Melalui Flock Browser.
C. Situs Internet:
• Globalisasi,http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/01/17/0053.html,
diakses pada Senin, 22 Maret 2010 Pukul. 21.15. melalui Flock Browser.
• Kekuasaan negara versus Kekuasaan Perusahaan-perusahaan.
http://media.isnet.org/islam/Etc/Perusahaan.html, diakses pada Senin, 22 Maret 2009.
Pukul. 20.25. melalui Flock Browser.