Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT - Usu) .
Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT - Usu) .
Disusun Oleh :
Nama : ANDREAS PINEM
NIM
: 99 04 22 006
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Abstrak
ABSTRAK
`
Motor merupakan alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis.
Pengoperasian motor arus searah sangat mudah pelaksanaannya sehingga masih
banyak
industri
yang
menggunakannya
walaupun
sangat
sulit
dalam
pengaturan kecepatan motor arus searah penguatan shunt dengan integral siklus
kontrol . Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
iii
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan penulis terima sehingga Tugas Akhir ini selesai,guna melengkapi
dan memenuhi syarat untuk mencapai
Teknik
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
5. Seluruh staf pengawai yang tidak dapat disebutkan satu persatu di jurusan
Teknik Elektro FT-USU yang telah banyak membantu dalam administrasi
selama penulis di bangku perkuliahan.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, istri dan anakku tersayang dan
serta
seluruh sanak keluarga yang telah memberikan saran dan motivasi selama
penulis mengikuti pendidikan di perguruan tinggi.
7. Asisten asisten Laboratorium Konversi Energi Elektrik seperti Fandi,
Ardiansyah, Andriuli, Farhan yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa ekstension dan reguler yang tidak dapat
disebutkan satu persatu telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis pribadi dan juga semua pihak yang membutuhkan.
Medan, 07 Maret 2008
Penulis
ii
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
ABSTRAK..
iii
DAFTAR
iv
ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Penulisan
10
14
17
18
22
25
24
27
28
iv
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
29
29
31
33
36
40
47
BAB IV
IV.1. Pengaturan Kecepatan Motor Arus Searah Shunt Dengan Integral Siklus
Kontrol...
49
49
51
IV.4.Rangkaian Pengujian .
51
52
53
54
BAB V KESIMPULAN..
60
DAFTAR PUSTAKA
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Umum
Motor merupakan alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis.
Motor arus searah terdiri dari penguatan bebas
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab I Pendahuluan
pendukung.
2. Studi bimbingan, berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang memegang
peranan penting dalam penulisan laporan tugas akhir ini.
3. Studi laboratorium, berupa pengujian kebenaran teoritis yang diperoleh pada
studi literatur dengan cara penerapan langsung pada peralatan di
Laboratorium.
4. Diskusi dengan Dosen dan rekan-rekan mahasiswa.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan.
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
pembatasan masalah, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II Motor Arus Searah
Bab ini menjelaskan tentang motor arus searah secara teoritis, jenis-jenis motor
arus searah.
Bab III Jenis-jenis Pengontrolan Motor Arus Searah.
Bab ini merupakan suatu tinjauan mengenai jenis-jenis pengontrolan kecepatan
motor arus searah seperti kontrol phasa , integral siklus kontrol dan kontrol
chopper.
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Arus Searah Shunt dengan Integral
Siklus Kontrol.
Bab ini akan menujukan hasil-hasil studi laboratorium yang berkenaan dengan
pengaturan kecepatan motor arus searah shunt dengan integral siklus kontrol,
rangkaian percobaan, prosedur pengujian, data hasil-hasil pengujian dan
penganalisaannya serta grafik.
Bab V kesimpulan.
Hal-hal yang dianggap penting dirangkumkan sebagai kesimpulan di dalam
penulisan tugas akhir ini.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
BAB II
MOTOR ARUS SEARAH
II.1. Umum (7,8).
Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari
motor.
Ditinjau dari segi sumber arus penguat magnetnya, motor arus searah
dapat dibedakan atas :
1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor
dan medan stator diperoleh dari luar motor.
2. Motor arus searah penguatan sendiri, bila arus penguat magnet berasal
dari motor itu sendiri.
Motor arus searah dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Motor arus searah penguatan shunt
2. Motor arus searah penguatan seri.
3. Motor arus searah kompon panjang.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
selain itu rangka ini juga harus memiliki permeabilitas yang tinggi disamping kuat
secara mekanik .
Biasanya pada motor terdapat papan nama ( name plate ) yang bertuliskan
spesifikasi umum atau data-data teknik dari mesin, juga terdapat kotak ujung yang
merupakan tempat-tempat ujung-ujung belitan penguat medan dan lilitan jangkar.
2. Kutub
Medan penguat atau magnet medan terdiri atas inti kutub dan sepatu kutub
( Gambar 2.2 ).
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Kumparan penguat atau kumparan kutub terbuat dari kawat tembaga ( berbentuk
bulat atau strip/persegi ) yang dililitkan sedemikian rupa dengan ukuran tertentu.
Kumparan penguat medan berfungsi untuk mengalirkan arus listrik untuk
terjadinya proses elektromagnetik.
3. Inti jangkar.
Inti jangkar yang umum digunakan dalam motor arus searah adalah berbentuk
silinder yang diberi alur-alur pada permukaannya untuk tempat melilitkan
kumparan-kumparan tempat terbentuknya ggl induksi. Inti jangkar yang terbuat
dari bahan ferromanetik, dengan maksud agar komponen-komponen ( lilitan
jangkar ) terletak dalam daerah yang induksi magnetnya besar, supaya ggl induksi
dapat bertambah besar. Seperti halnya inti kutub magnet maka jangkar dibuat dari
bahan-bahan berlapis-lapis tipis untuk mengurangi panas yang terbentuk karena
adanya arus linier ( Gambar 2.3 ).
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
4. Kumparan jangkar
Kumparan jangkar pada motor arus searah berfungsi tempat terbentuknya ggl
induksi.
kumparan jangkar terdiri dari :
1. Kumparan gelung
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
5. Kumparan medan
Fungsi kumparan medan ini adalah untuk membangkitkan fluksi yang
akan dipotong oleh konduktor jangkar.
6. Komutator
Fungsi komutator untuk fasilitas penghubung arus dari konduktor jangkar ,
sebagai penyearah mekanik, yang bersama-sama dengan sikat membuat sesuatu
kerjasama yang disebut komutasi. Agar menghasilkan penyearah yang lebih baik,
maka komutator yang digunakan hendaknya dalam jumlah yang besar. Dalam hal
ini setiap belahan ( segmen ) komutator tidak lagi merupakan bentuk separoh
cincin, tetapi sudah berbentuk lempengan-lempengan ( segmen komutator )
terdapat bahan isolasi ( Gambar 2.5 ) .
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.7 Pengaruh penempatan konduktor berarus dalam medan magnet
10
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
11
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
12
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Dimana :
F = gaya Lorentz
[ Newton ]
I = arus [ ampere]
L = panjang penghantar [meter]
B = Rapat fluksi [ Weber/m ]
Sedangkan Torsi yang dihasilkan motor dapat ditentukan dengan:
T = F .r..............................................................................................( 2.2 )
Bila torsi yang dihasilkan motor lebih besar daripada torsi beban maka
motor akan berputar. Besarnya torsi beban dapat dituliskan dengan:
T = K Ia..........................................................................................( 2.3 )
K =
pz
............................................................................................( 2.4 )
2 a
13
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Dimana :
T = torsi [ N-m ]
r = jari-jari rotor [ m ]
K = konstanta (bergantung pada ukuran fisik motor)
= fluksi setiap kutub
Ia = arus jangkar [ A ]
p = jumlah kutub
z = jumlah konduktor
a = cabang paralel
.II.3.1. Torsi Induksi(1,5,6,7,8).
Apabila kumparan jangkar diletakkan diantara kumparan medan yang
mana medan magnetnya homogen, dimana kumparan jangkar ini dialiri arus maka
timbullah gaya ( F ) dapat diperlihatkan pada Gambar 2.9. Gaya ini akan
menimbulkan torsi pada rotor. Apabila torsi yang ditimbulkan lebih besar dari
torsi beban maka rotor akan berputar.
Besarnya torsi yang ditimbulkan adalah :
T = F r sin [ N-m ].. (2.5)
Dimana :
r = jari-jari belitan [ m ]
= Sudut terbentuk antara jari-jari belitan dan gaya dalam satuan derajat.
Kalau pada suatu saat kumparan jangkar berada pada kedudukan
horizontal ( = 900 , torsi yang terjadi merupakan penjumlahan dari torsi masingmasing segmen ( Gambar 2.9 ).
14
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
15
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
B. Segmen bc.
Di segmen bc, arah arus sejajar dengan arah fluksi, sehingga gaya yang terjadi
adalah :
Fbc = B I L sin 0o.
=0
Jadi T bc = 0
C. Segmen cd.
Di segmen ini, arah arus menjauhi kita dan memotong fluksi, sehingga
gaya yang terjadi adalah :
Fcd = B I L sin 90o.
= B I L ( tegak lurus pada arah I dan B ).
Torsi yang timbul karena gaya ini sama dengan :
Tcd = F r sin
= B I L r sin 90o.
= B I L r ( dengan arah berlawanan putaran jarum jam ).
D. Segmen da
Di segmen ini, arah arus menuju ke arah kita dan memotong fluksi dengan
arah tegak lurus pada arah I dan B.
Besar gaya yang terjadi :
Fda = B I L sin 0o
=0
Jadi Tda = 0
Torsi keseluruhan sama dengan :
T = Tab + Tbc + Tcd + Tda
16
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
T=BILr+0+BILr+0
=2BILr
Rumus ini berlaku untuk kumparan lilitan tunggal dimana jumlah konduktor 2
buah.
Untuk torsi yang dibangkitkan oleh satu konduktor adalah :
Tkond = B I L r...( 2.6 )
Jika ada a percabang arus ( cabang paralel ) pada motor dan total arus jangkar
sebesar Ia, maka arus yang mengalir pada satu konduktor adalah :
I=
Ia
( 2.7 )
a
Ia
..( 2.8 )
a
Dimana :
Ap = luas penampang per kutub.
P = jumlah kutub.
Sehingga :
Tkonduktor =
P Ia
..( 2.10 )
2 a
Total torsi yang dibangkitkan oleh motor bila jumlah Z konduktor adalah :
Tind =
ZP
I a [ N-m ].( 2. 11 )
2 a
17
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Sehingga :
Tind = K Ia [ N m ].....( 2.12 )
Dimana :
K=
ZP
...( 2.13 )
2 a
P Z
n [ Volt ]( 2.14 )
a 60
P. Z
..( 2.16 )
a .60
18
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
1.
2.
q -a x is
.
(a )
B
q - a x is
P e rm u k a a n
k u tu b
R o ta s i
g e n e ra to r
(b )
.
.
d -a x is
B
A ra h R o ta s i
g e n e ra to r
q - a x is
G a r is n e t r a l
M e d a n b e rb e b a n
.
.
(c )
.
A ra h
R o ta s i M o to r
Gambar 2.10 Ilustrasi daerah distribusi dari (a) fluksi kutub medan
(b)Fluksi jangkar (c) Resultan dari kedua fluksi.
19
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Gambar 2.11 adalah gambar yang dikembangkan dari Gambar 2.10.(b) dan
pengujian dari gambar yang menunjukkan bahwa di bagian tengah inti jangkar
dan di dalam kutub yang berhadapan, jalur fluksi yang dibangkitkan oleh arus
jangkar tegak lurus dengan jalur fluksi utama. Dengan kata lain, jalur dari fluksi
jangkar ini menyilang jalur fluksi medan utama.
Gambar 2.11. (a) Medan utama, (b) Medan Jangkar, dan (c) Resultan distribusi
fluksi
(d) Distribusi fluksi oleh arus jangkar
20
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Dengan demikian, pengaruh gaya gerak magnet (ggm) jangkar pada medan utama
adalah merupakan magnetisasi silang yang disebut fluksi silang. Ketika arus
mengalir ke dalam jangkar dan kumparan medan, maka distribusi fluksi resultan
diperoleh dari menggabungkan dua fluksi Gambar 2.11 (a) dan (b). Ini akan
diilustrasikan dalam Gambar 2.11. (c). Akan terlihat bahwa fluksi reaksi jangkar
memperkuat fluksi medan utama di satu bagian dan melemahkan fluksi medan
dibagian lain pada kutub utama. Jika tidak ada kejenuhan magnetik, maka jumlah
penguatan dan pelemahan dari fluksi medan utama adalah sama dan fluksi
resultan per kutub masih tetap tidak berubah dari nilai tanpa bebannya. Secara
aktual, kejenuhan magnetik akan terjadi, dan akibatnya, efek kekuatan ini lebih
kecil dibandingkan dengan efek kelemahan dan fluksi resultan berkurang dari
nilai tanpa beban. Ini disebut efek demagnetisasi dari reaksi jangkar.
Masalah kedua akibat adanya reaksi jangkar adalah pelemahan fluksi.
Kebanyakan mesin listrik bekerja pada kerapatan fluksi yang dekat dengan titik
jenuhnya. Pengaruh kejenuhan magnetik pada reduksi fluksi medan utama dapat
dijelaskan dengan bantuan Gambar 2.12. Pada sisi lain dari
sumbu d, ggm
resultan adalah (Fk-Fj) dimana Fk = ggm medan utama dan Fj = ggm jangkar.
Untuk Fj positif digunakan pada sisi kanan dari sumbu d dan negatif pada sisi kiri
sumbu d dalam Gambar 2.12. Untuk +Fk, ggm resultan adalah Fk + Fj. Karena
pada lokasi di permukaan kutub dimana gaya gerak magnet (ggm) rotor
menambahkan permukaan kutub dan ggm rotor mengurangi ggm kutub, terdapat
penurunan rata-rata kerapatan fluks yang lebih besar : n < t , sehingga
penjumlahan rata-rata kerapatan fluks yang terjadi adalah kerapatan fluks kutub
yang semakin berkurang.
21
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Akibat pelemahan fluks ini pada motor arus searah efek yang ditimbulkan
menjadi lebih serius, dimana pelemahan fluks akan menyebabkan motor arus
searah khususnya motor arus searah paralel akan demikian cepatnya hingga tak
terkendali.
II.3.3.1. Mengatasi Masalah Reaksi Jangkar (7,8).
Ada 3 cara untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat reaksi
jangkar, yaitu :
1. Pergeseran sikat ( brush shifting ).
Ide dasarnya adalah memindahkan sikat seirama dengan perpindahan
bidang netral untuk menghindari percikan bunga api yang mungkin timbul.
Namun dalam penerapannya hal ini cukup sulit karena jarak perpindahan bidang
netralnya sangat ditentukan oleh besarnya beban yang dipikul oleh mesin
sehingga sikat harus juga diubah setiap saat, seirama dengan perubahan jarak
22
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
perpindahan bidang netral. Selain itu pergeseran sikat ini akan memperburuk
melemahnya fluksi akibat reaksi jangkar mesin dapat diperlihatkan pada
Gambar 2.13 .
Gambar 2.13 Pelemahan ggm akibat pergeseran bidang netral melawan arah putar.
2. Kutub bantu ( interpole ).
Ide dasar dari solusi masalah ini jika nilai tegangan pada kawat-kawat
yang sedang melakukan proses komutasi/penyearahan dibuat nol, maka tidak akan
terdapat percikan bunga api pada sikat-sikat mesin tersebut. Untuk itu, kutubkutub utama. Kutub bantu ( interpoles ) ini dihubungkan seri terhadap kumparan
jangkar dapat diperlihatkan pada Gambar 2.14.
Ketika beban yang dipikul mesin meningkat dan arus jangkar pun
meningkat, besarnya perubahan/pergeseran bidang netral meningkat pula. Hal
tersebut akan menyebabkan timbulnya tegangan pada konduktor-konduktor yang
sedang melakukan komutasi. Pada saat itu juga fluks kutub bantu juga meningkat,
menghasilkan tegangan pada konduktor-konduktor tersebut dan berlawanan
dengan tegangan yang timbul akibat pergeseran bidang netral.
23
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
IA
VT
+
IA
Gambar 2.14. Kumparan mesin arus searah yang dilengkapi dengan kutub bantu.
3. Belitan kompensasi ( compensating windings ).
Untuk kerja motor yang berat masalah pelemahan fluksi menjadi sangat
penting. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan menambah
belitan kompensasi. Belitan kompensasi ini dihubungkan seri terhadp kumparan
jangkar., kumparan jangkar ini bertujuan untuk mengurangi penyimpangan yang
timbul akibat reaksi jangkar. Fluksi yang ditimbulkan oleh reaksi jangkar
diimbangi oleh fluksi belitan kompensasi yang besarnya sama dan berlawanan.
Ketika beban berubah, maka reaksi jangkar yang berubah akan selalu diimbangi
oleh fluksi belitan kompensasi sehingga bidang netralnya tidak bergeser. Gambar
menunjukkan konsep dasar efek belitan kompensasi. Pada Gambar 2.15.a
menunjukkan fluksi yang ditimbulkan. Gambar 2.15.b menunjukkan fluksi
jangkar dan fluksi kompensasi.Gambar 2.15.c menunjukkan fluksi total dari motor
yang mana hanya fluksi utama.
24
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
(a)
(b)
(c)
25
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Ia
Ra
If
Vf
Rf
Ea
Ish
R sh
Ia
Ra
+
Ea
-
26
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
dimana :
Ish
Vt - E a
) ....(2.23)
Ra + Rs
Ia = IL (2.24)
dimana :
Is
Rs
27
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
IL
Rs
IL
Rs
+
Ia
Ish
Vt
R sh
Ra
Ia
Ish
+
Ea
Vt
R sh
Ra
+
Ea
(a)
(b)
Gambar 2.19(a) Rangkaian ekivalen motor arus searah kompon panjang lawan.
(b) Rangkaian ekivalen motor arus searah kompon panjang Bantu.
Vt = Ea + Ia.(Rs + Ra)........(2.25)
Vt = Ish.Rsh......(2.26)
IL = Ish + Ia....(2.27)
Rs
Rs
+
IL
Vt
I sh
R sh
Ia
Ra
IL
+
Ea
I sh
Vt
R sh
Ia
Ra
+
Ea
-
(a )
(b )
Gambar 2.20 (a) Rangkaian ekivalen motor arus searah kompon pendek lawan
(b) Rangkaian ekivalen motor arus searah kompon pendek Bantu.
Vt = Ea + IL.Rsh + Ia.Ra....(2.28)
Vt = Ish.Rsh......(2.29)
IL = Ia + Ish..( 2.30 )
28
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
29
BAB III
JENIS-JENIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC
III.1. Umum(2,3).
Motor DC pada saat sekarang ini diberi
dengan dioda dan bila dibandingkan langsung dengan sumber DC yang didalam
aplikasinya banyak juga yang mengantikan dioda dengan thyristor yang digunakan
dalam berbagai kombinasi kontrol kecepatan melalui penyesuaian tegangan ke motor.
Dasar metode pengendalian motor DC sebagai berikut :
1. Pengaturan medan.
2. Pengaturan tegangan.
3. Pengaturan tahanan jangkar.
III.2. Pengaturan Medan (2,3).
Pengaturan ini dapat dilakukan dengan mengaturan arus medan shunt dengan
melemahkan dan menaikkan melalui pengaturan tahanan variabel yang dihubungkan
seri dengan kumparan medan seperti pada Gambar 3.1.
+
IL
Ish
Ia
Rvar
Vt
Ra
Rsh
+
Ea
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
30
Vt I a .R a
...............................................................................................( 3.2 )
c. sh
sh Ish
dimana :
n
Vt
Ia
= Konstanta.
R sh
Vt
..........................................................................................( 3.3 )
+ R Variabel
Dimana :
Ish
Rsh
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
31
Vt I a .R a
c. sh
dimana :
n
Vt
Ia
= Konstanta.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
32
Motor DC pada saat sekarang ini diberi sumber AC yang lalu disearahkan
dengan dioda dan bila dibandingkan langsung dengan sumber DC yang didalam
aplikasinya banyak juga yang mengantikan dioda dengan thyristor yang digunakan
dalam berbagai kombinasi kontrol kecepatan melalui penyesuaian tegangan ke motor.
Berdasarkan pengaturan tegangan mengunakan thyristor terbagi atas 3 bagian sebagai
berikut :
a. Kontrol phasa.
Dimana sumber AC dipotong gelombang negatifnya sehingga yang terhubung ke
motor adalah gelombang positifnya dan pengontrolan ini dapat digunakan untuk
semua daya motor.
b. Integral siklus kontrol
Dengan memotong gelombang AC sehingga merubah nilai tegangan AC atau disebut
juga AC Kontroler, yang dihubungkan dengan jembatan dioda.Metode ini hanya
bermanfaat untuk ukuran motor mempunyai daya yang kecil.
c. Kontrol chopper.
Dengan mengendalikan tegangan rms masukkan
pensaklaran. Metode ini digunakan untuk pada saat start awal motor.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
33
Gambar 3.3. Bentuk gelombang yang terpotong-potong pada output, yang bergantung
pada besar sudut penyalaan .
Sudut penyalaan 1 lebih besar dari sudut penyalaan 2 sehingga 3.3a lebih kecil dari
daya 3.3b. disebut sudut konduksi artinya besar sudut sepanjang thyristor on.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
a. Kontrol
fasa
34
vertikal
adalah
cara
mentrigger
thyristor
dengan
SCR
R1
Beban
VR
Vout
D
R2
Gambar 3.4 Pengaruh besar IGT ( trigger ) terhadap pemotongan gelombang tegangan
input ( cara kontrol fasa vertikal )
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
35
IGT
Vin
Beban
Vout
RANGKAIAN
TRIGGER
IGT
Vs
Vm
Vm
g1
g2
Pulsa Gate
MT
Gambar 3.5 Cara kontrol fasa horizontal yang mengatur besar sudut penyalaan
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
36
Bahwa Igt1 = Igt2 =Igt3, besar sudut dapat diatur dengan rangkaian elektronik. Jika 1
< 2 < 3, maka daya I > daya II > daya III. Keunggulan cara ini adalah besar sudut
dapat diatur dari 00 1800 yang menghasilkan pengaturan daya output dari 0 0 1000.
I1
MT2
MT1
I2
G
T2
Fasa
input
MT 1
out
Beban
Pengontrol Gate
Netral
b ). Rangkaian pada beban R
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
37
Vs
Vm
Vm
g1
Pulsa Gate MT 2
g2
c). Gelombang
V0 = 2VS2 sin t d (t )
2
4VS2
V0 =
t
d
t
(
1
cos
2
)
(
)
1
sin 2 2
V0 = VS +
...(3.4)
2
Dengan variasi sudut dari 0 sampai , V0 dapat divariasikan dari VS sampai 0.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
38
Metode integral bisa disebut juga dengan bust firing. Diagram rangkaian
dapat ditunjukkan pada Gambar 3.7.
n
Vo =
(n + m ) 0
Vo = V
2
2 .V sin t d (t ) ................................................ ( 3.5 )
n
= V k .............................................................................( 3.6 )
n+m
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
39
( a ).
V
C
C1
C2
(b)
Gambar 3.8 Integral siklus kontrol.
a). Rangkaian kontrol
Suplai diswitch pada siklus C1 dan dibuat off dengan integral siklus C 2. Bila
satukan siklus switch on/off adalah C = C1 + C2 seperti Gambar 3.8.b dan siklus ini
terus berulang. Pensaklaran diakibatkan oleh thyristor seperti Gambar 3.8.a. Inilah
yang mengakibatkan cepat atau lambatnya motor dengan menggunakan thyristor
untuk menurunkan tegangan r.m.s sumber.
Tegangan rata-rata interval penuh dari pengsaklaran sebagai berikut :
Vd =
2 2
V ph (C1 / C 2 )
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
n=
40
Vd I a R a
....(3.5)
c
dimana :
Vd
Vph
C1
= siklus 1 ON
C2
= siklus 2 OFF
= putaran (rpm)
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
41
pada penghubung dengan induktor, untuk membangkitkan sumber arus dc, terutama
untuk pembalik arus.
DC Chopper mempunyai 2 prinsip kerja antara lain :
a. Prinsip Kerja Step-Down
Prinsip kerja step down dapat dijelaskan
melalui Gambar
. Ketika saklar
SW ditutup selama waktu t1, tegangan masukan Vs muncul melalui beban. Bila saklar
tetap off selama waktu t2, tegangan melalui beban adalah nol. Bentuk gelombang
untuk tegangan keluaran dan arus beban juga menunjukkan pada Gambar 3.9
VH
Chopper
+
Vs
+
Vo
-
SW
a). Rangkaian
Vo
Vs
t2
t1
0
T
i
Vs/R
t2
t1
0
kT
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
42
t1
t
1
Vo dt = 1 Vs = ft1Vs = kVs ...(3.6)
T 0
T
1 2
= k Vs ....(3.7)
Dengan mengasumsikan bahwa tidak ada rugi-rugi pada chopper maka daya masukan
pada chopper sama dengan daya yang diberikan dengan,
kT
1
1
Pi = v0 i dt =
T 0
T
kT
Vs2
v02
0 R dt = k R .....(3.8)
Vs
Vs
R
=
= .....(3.9)
I a kVs / R k
Duty cycle k dapat divariasikan dari 0 sampai 1 dengan bervariasi menurut t 1, T dan f.
Maka tegangan keluran V 0 dapat divariasikan dari 0 sampai Vs dengan mengatur k,
dan aliran daya dapat diatur melalui :
1. Operasi pada frekuensi konstan.
Frekuensi chopping f ( atau periode chopping T ) dijaga tetap dan waktu on t 1
divariasikan. Lebar pulsa bervariasi dan kontrol jenis ini dikenal dengan nama
kontrol pulse-widht-modulation ( PWM ).
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
43
di
.......(3.10)
dt
IL
D1
+
+
+
VS
VL
Chopper
CL
Beban
Vo
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
44
i
I2
I1
I2
I1
t1
t2
k
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
Vs
t1 ...(3.11)
L
t
I
= VS 1 + 1
t2
t2
1
= Vs
..(3.12)
1 k
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
45
di1
..(3.13)
dt
L
D1
IL
+
+
VS
VL
Chopper
Vo
VS
Mode 1
L
I2
+
VS
Mode 1
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
46
I2
I2
I1
I1
t2
t1
t
kT
VS
t + I 1 ..(3.14)
L
Dimana i1 adalah arus mulauntuk mode 1. Selama mode 1, arus harus meningkat dan
kondisi yang penting adalah,
di1
0 untuk VS 0
dt
Arus untuk mode 2 diberikan sebagai berikut,
VS = L
di 2
+ E ...(3.15)
dt
VS E
t + I 2 ...(3.16)
L
dengan I2 adalah arus mula untuk mode 2. Untuk sistem yang stabil, arus harus turun
dan kondisi yang memenuhi adalah;
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
47
di 2
0 dan Vs E
dt
Bila kondisi ini tidak memenuhi,arus induktor akan tetap naik dan akan terjadi tidak
stabil. Maka, kondisi untuk pemindahan daya yang terkontrol adalah :
0 VS E .....(3.17)
Persamaan (3.15) menyatakan bahwa sumber tegangan V s, harus lebih kecil dari
tegangan E agar transfer daya dari sumber yang tetap ( atau variabel ) ke tegangan dc
tetap bisa dilakukan. Pada pengereman elektris motor-motor dc, dengan motor-motor
bekerja sebagai genarator dc, tegangan terminalnya akan jatuh bila kecepatan mesin
berkurang. Chopper dapat memindahkan daya ke sumber dc tetap atau rheostat.
Bila chopper di-on-kan, energi akan dipindahkan dari sumber V s ke induktor
L. Dan bila chopper di-off-kan sejumlah energi yang tersimpan pada induktor akan
dipindahkan ke baterai E.
dengan
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
48
n=
Vt I a .R a
c. sh
Vt I a (R a + R var )
................................................................................( 3.18 )
c. sh
dimana :
n
Vt
Ia
= Konstanta.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
BAB IV
PENGATURAN KECEPATAN MOTOR SEARAH SHUNT DENGAN
INTEGRAL SIKLUS KONTROL.
R3
R5
= 1k/0,25 Watt
R6
R7
= 470 / 5 Watt
C1
C2
R2
R1
Triac
= 2N2646
49
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
50
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
51
n = 1500 rpm
Kelas Isolasi B
p = 23 Slot
Hasil Pengukuran :
Medan Shunt / Bebas ( J K ) = 0,287 K
Jangkar ( GA HB )
= 0,31
Gambar 4.2. Rangkaian Integral Cycle Control ke Motor DC Shunt tanpa beban
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
52
IL
A
A
D1
D3
D2
Ia
Ish
Rsh
Ea
Ra Ea
D4
R1
Pot
R5
Suplai 1
DC
Suplai 2
R7
R3 R
4
V
DZ
UJT
R2
C1
Triac
AC
C2
R6
Gambar 4.3. Rangkaian Integral Cycle Control ke Motor DC Shunt tanpa beban.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
53
160Volt
dan
140Volt
serta
arus
medan
shunt
n ( rpm )
IL ( A )
140
1000
0,77
160
1125
0,82
180
1250
0,83
200
1400
0,85
220
1500
0,89
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
54
Vt ( Volt )
n ( rpm )
IL ( A )
161
140
1000
0,77
182
160
1125
0,82
198
180
1250
0,83
211
200
1400
0,85
231
220
1500
0,89
Ea
M
Ra = 0,31 Ohm
Ish
Rvar
IL
Vt
Vf = Vt = If .( Rf + Rdiv )
If =
Vt
R f + Rvar
140
= 0,4 Ampere
287 + 63
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
55
Ia = IL - If
Ia = 0,77 0,4
Ia = 0,37 Ampere.
Ea = Vd ( Ia. Ra )
Ea = 140 ( 0,41.0,31 )
Ea = 139,87 Volt
n=
V d ( I a + Ra )
K .
n=
Ea
M
Ra = 0,31 Ohm
Ish
IL
Rvar
Vd
2 2
V ph (C1 / C 2 )
(C1 / C 2 ) =
=
Vd
2 2 V ph
140
2 2 161
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
56
= 0,96
Vf = Vt = If .( Rf + Rdiv )
If =
Vt
R f + Rvar
140
= 0,4 Ampere
287 + 63
Ia = IL - If
Ia = 0,77 0,4
Ia = 0,37 Ampere.
Ea = Vd ( Ia. Ra )
Ea = 140 ( 0,41.0,31 )
Ea = 139,87 Volt
n=
V d ( I a + Ra )
K .
n=
Cara perhitungan yang dilakukan untuk data yang lain dengan cara yang sama
maka didapatkan hasil perhitungan seperti Tabel IV.1.
Tabel 4.1
Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Tanpa Integral
Siklus Kontrol.
Ish = 0,4 A
V d( Volt )
n ( rpm )
IL ( A )
Ia ( A )
Ea (Volt)
140
1000
0,77
0,37
139,885
160
1125
0,82
0,42
159,87
180
1250
0,83
0,43
179,87
200
1400
0,85
0,45
199,86
220
1500
0,89
0,49
219,85
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
57
Tabel 4.1
Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan
Integral Siklus Kontrol
Ish = 0,4 A
Vsumber ( Volt )
V d( Volt )
n ( rpm )
IL ( A )
Ia ( A )
Ea (Volt)
C1/C2
161
140
1000
0,77
0,37
139,885
0,99
182
160
1125
0,82
0,42
159,87
0,99
200
180
1250
0,83
0,43
179,87
230
200
1400
0,85
0,45
199,86
0,965
267
220
1500
0,89
0,49
219,85
0,96
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0
50
100
150
200
Tegangan ( Vt ) Volt
Gambar 4.4. Grafik Kecepatan terhadap tegangan motor DC shunt tanpa integral
kontrol.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
250
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
58
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Gambar 4.5. Grafik kecepatan terhadap arus jangkar motor DC shunt tanpa
integral siklus kontrol.
Putaran VS Tegangan
1600
Putaran ( n ) rpm
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0
50
100
150
200
Tegangan ( Vt ) Volt
Gambar 4.6. Grafik kecepatan terhadap tegangan motor DC shunt dengan integral
siklus kontrol.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
250
Bab IV Pengaturan Kecepatan Motor Searah Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol
59
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Gambar 4.7. Grafik kecepatan terhadap arus jangkar motor DC shunt dengan
integral siklus kontrol.
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan motor dc penguatan shunt yang
menggunakan integral siklus kontrol dengan tidak menggunakan, sama sekali
tidak ada perbedaan dalam karakteristiknya tetapi penggunaan integral siklus
kontrol mudah dalam penggunaan tetapi motor dan dioda akan cepat panas yang
diakibatkan sumber tegangan yang tidak sinusoidal.Peralatan ini hanya dapat
digunakan untuk motor di bawah 2 KW karena integral siklus kontrol akan terjadi
break down dan menyebabkan integral siklus kontrol tidak berfungsi.
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008
0.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Chapman Stephen J., Electric Machinery Fundamentals, Mc. Graw-Hill
International Edition, 1999.
2. Deshpande
M.V,
Electric
Motors
Applications
And
Andreas Pinem : Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol, 2008
USU e-Repository 2008