Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI SKALA PELAYANAN PRASARANA PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA BATU


Joko Santoso, Suhardjono, Septiana Hariyani
Minat Perencanaan Pendidikan, Program Studi Teknik Sipil , Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Telp. (0341) 567886, Indonesia
E-mail : jks4ntoso@yahoo.co.id
ABSTRAK
Studi evaluasi skala pelayanan prasarana Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Batu dengan analisis diskriptif
kondisi eksisting 11 sekolah SMK dengan Permendiknas Standar sarana dan prasarana SMK/MAK Tahun
2008. Hasil yang diperoleh dari studi penelitian 11 SMK di Kota Batu, 3 SMK Negeri dan 8 SMK Swasta
dengan berbagai 32 Kompetensi Keahlian, kondisi prasarana pendidikan dengan lahan terluas adalah SMKN 2
seluas 10.500 m2, sedangkan luas lahan terkecil adalah SMK Islam Batu seluas 730 m2. Untuk pelayanan lahan
dan bangunan memenuhi lahan, aksesibilitas mudah, menyediakan ruang yang sesuai standar, memiliki
ketersediaan listrik minimal 2200 watt dan kondisi bangunan tidak membahayakan yaitu terdapat 18% SMK di
Kota Batu tingkat pelayanan akan lahan rendah, 18% tingkat pelayanan akan lahan sangat tinggi, sedangkan
55% memiliki tingkat pelayanan cukup, dan 9% memiliki tingkat pelayanan lahan dan bangunan tinggi. Tingkat
Pelayanan prasarana umum terdiri; Ruang Kelas, Perpustakaan dan Laboratorium Biologi, Kimia, IPA,
Komputer, Bahasa dan Gambar Teknik SMK Kota Batu 73% Rendah, sedang 18 % dan 9% sangat
rendah.Tingkat Pelayanan Ruang pembelajaran Penunjang 27% rendah, 64% sedang dan 9% tinggi. Rata-Rata
tingkat pelayanan prasarana 11 SMK di Kota Batu sedang, dan satu SMK pelayanan prasarana tinggi yaitu SMK
Islam Batu. 11 Kepala sekolah SMK di Kota Batu menyampaikan evalusi diri prasarana sekolah, Dinas
Pendidikan Kota Batu menindaklanjuti dan mengevaluasi secara mendalam sesuai renstra Dinas Pendidikan
Kota Batu untuk memenuhi standar pelayanan minimal SMK.
Kata kunci : evaluasi, pendidikan menengah kejuruan, Kota Batu

PENDAHULUAN
Perkembangan industri pariwisata
Kota Batu yang meningkat, sangat
berdampak pada peningkatan pertumbuhan
ekonominya.
Oleh
karena,
dalam
rangka
menunjang pertumbuhan ekonomi, penting
sekali adanya
pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan, SMK sebagai salah
satu penyedia sumber daya manusia muda
yang terampil yang mampu menciptakan
industri kreatif sebagai upaya memenuhi
kebutuhan akan kompetisi kebutuhan
sumber daya manusia di dunia industri dan
mengurangi pengangguran. SMK di Kota
Batu terhitung Tahun 2011 ada 12
Sekolah, dengan status 11 yang sudah
mendapat izin penyelenggaraan, 1 masih
dalam
proses
pengurusan
izin

penyelenggaraan. Sedangkan Program


Keahlian berbagai spesifikasi kejuruan
mulai dari Program Keahlian Seni,
Kerajinan dan pariwisata, Program
Keahlian Bisnis dan Manajemen, dan
Kelompok Tekhnologi yang kesemuanya
menunjang pengembangan Kota Batu
sebagai Kota Wisata.
Upaya
Kota
Batu
untuk
menyediakan SMK sebagai salah satu
sekolah tingkat menengah kejuruan yang
memiliki ketrampilan khusus banyak
terkendala
dengan
ketidakmampuan
beberapa sekolah dalam menyediakan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan
standar pelayanan minimal kebutuhan
pendidikan SMK.
Tujuan yang ingin dicapai penelitian
ini adalah:

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

156

1) Ingin mengetahui kondisi prasarana


pendidikan
Sekolah
Menengah
Kejuruan di Kota Batu.
2) Ingin mengevaluasi skala pelayanan
prasarana Sekolah Menengah Kejuruan
di Kota Batu dibandingkan dengan
Permendiknas Standar sarana dan
prasarana SMK/MAK Tahun 2008.
3) Ingin memberikan rekomendasi sebagai
upaya peningkatan pelayanan prasarana
sekolah menengah kejuruan di Kota
Batu.
Evaluasi
Evaluasi adalah pengumpulan dan
penggunaan informasi guna pengambilan
keputusan. Evaluasi berasal dari kata
bahasa inggris evaluation yang diserap
dalam perbendaharaan istilah bahasa
Indonesia dengan tujuan mempertahankan
kata aslinya dengan sedikit penyesuaian
lafal Indonesia menjadi evaluasi yang
dapat diartikan memberikan penilaian
dengan membandingkan sesuatu hal
dengan satuan tertentu sehingga bersifat
kuantitatif.
Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1997 : 571, pelayanan dalah
perihal atau cara melayani; usaha melayani
kebutuhan orang lain dengan memperoleh
imbalan (uang). Sedangkan menurut Sodiq
A. Kuntoro, M.ED (1978) pelayanan
sekolah ini meliputi : penyediaan
perpustakaan yang memberi kemungkinan
setiap anak dapat belajar secara individual,
program khusus untuk anak cepat,anak
lambat, kelompok khusus lain, dan alat
pengajaran
yang
memadai
seperti
laboratorium, jadwal pelajaran yang
fleksibel,
pengembangan
program
independent study dan sebagainya.
Undang-undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003, Pendidikan
diselenggarakan dengan memberdayakan
semua komponen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan pendidikan


sedangkan hak peserta didik yaitu
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Pengertian Pendidikan Kejuruan
Prosser (1949), mengemukakan
bahwa pendidikan kejuruan akan lebih
efektif jika mampu merubah individu
sesuai dengan perhatian, sifat dan tingkat
intelegensinya pada tingkat setinggi
mungkin, artinya setelah melakukan
pendidikan dan pelatihan (diklat) para
peserta
latihan
meningkat
keterampilannya. Acuan keberhasilan
suatu program pendidikan kejuruan
menurut pendapat Lesgold (1996), yaitu
harus memperhatikan : (1) Sasaran produk
haruslah terdefinisi secara baik, akurat,
dan jelas (2) perlengkapan (sarana dan
prasarana) yang dibutuhkan untuk
mencapai yang telah ditetapkan haruslah
mencukupi, (3) spesifikasi tim sukses atau
tim pelaksana program yang akan
bertanggung jawab terhadap keberhasilan
sasaran haruslah lengkap dan jelas, (4)
penelitian atau pengkajian terus menerus
dan berkesinambungan agar dapat
diketahui, sehingga langkah perbaikan.
Prasarana Pendidikan
Menurut Amirin, Tatang M.(2011)
prasarana pendidikan adalah segala macam
alat yang tidak secara langsung digunakan
dalam proses pendidikan. Prasarana
pendidikan
adalah
segala
macam
peralatan, kelengkapan, dan benda-benda
yang digunakan guru (dan murid) untuk
memudahkan
penyelenggaraan
pendidikan. Prasarana pendidikan adalah
segala macam alat, perlengkapan, atau
benda-benda yang dapat digunakan untuk
memudahkan
(membuat
nyaman)
penyelenggaraan pendidikan. Ruang kelas
itu termasuk prasarana pendidikan. Meja
dan kursi itu termasuk prasarana
pendidikan.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

157

Variabel

Tahun 2008
Tanggal 31 Juli 2008
memberikan pengertian Prasarana adalah
fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi
SMK/MAK.
Sebuah
SMK/MAK
sekurang-kurangnya memiliki prasarana
yang dikelompokkan dalam ruang
pembelajaran umum, ruang penunjang,
dan ruang pembelajaran khusus.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
kuisioner mengenai ketersediaan prasarana
pendidikan yang ditujukan kepada 11
sekolah menengah kejuruan (SMK) di
Kota Batu pada Tabel 1.

C. Kelompok
Ruang
Pembelajar
an Umum

Tabel 1. Variabel dan indikator prasarana


SMK
Variabel

Indikator dan penjelasan


1.

2.

A.

Lahan

3.

4.
5.
6.
1.

2.

B. Bangunan

Luas lahan minimum


dapat
menampung sarana dan prasarana
untukmelayani 3 rombongan belajar.
Lahan efektif adalah lahan yang
digunakan
untuk
mendirikan
bangunan,
infrastruktur,
tempat
bermain/berolahraga/upacara,
dan
praktik
Lahan
terhindar
daripotensi
bahayayang mengancam kesehatan
dan keselamatan jiwa, serta memiliki
akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat.
Lokasi sekolah
Kesesuaian dengan peraturan tata
ruang
Status kepemilikan lahan
Luas lantai bangunan dihitung
berdasarkan banyak dan jenis
program keahlian, serta banyak
rombongan belajar dimasing-masing
program keahlian.
Bangunan memenuh I ketentuan
tata bangunan berikut:
a) Koefisien dasar bangunan
mengikuti Peraturan Daerah atau
maksimum 30% dari
luaslahandiluarlahanpraktik;
b) Koefisien lantai bangunan dan
ketinggian
maksimum
bangunan yang ditetapkan
dalam PeraturanDaerah;
c) Koefisien lantai bangunan
dihitung berdasarkan luas lahan
efektif;
d) Jarak bebas bangunan yang
meliputi
garis
sempadan
bangunan dengan asjalan, tepi
sungai, tepi pantai, jalan kereta
api, dan/atau Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) atau

D. Kelompok
Ruang
Penunjang

E.

Ruang
pembela
jaran
Khusus

Indikator dan penjelasan


Saluran
Udara
Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET), jarak
antara bangunan dengan batasbatas persil,dan jarak antara as
jalan dan pagar halaman yang
ditetapkan dalam Peraturan
Daerah;
e) Garis sempadan bangunan
samping
dan
belakang
mengikuti Peraturan Daerah
atau minimum 5 meter.
3. Bangunan dilengkapi izin
mendirikan bangunan dan izin
penggunaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ada tidaknya ruang pembelajaran
umum dilengkapi dengan jumlah dan
fasilitas yang ada di dalamnya
1) ruang kelas,
2) ruang perpustakaan,
3) ruang laboratorium biologi,
4) ruang laboratorium fisika,
5) ruang laboratorium kimia,
6) ruang laboratorium IPA,
7) ruang laboratorium komputer,
8) ruang laboratorium bahasa,
9) ruang praktik gambar teknik.
Ada tidaknya ruang pembelajaran
umum dilengkapi dengan jumlah dan
fasilitas yang ada di dalamnya
1. Ruang pimpinan,
2. Ruang guru,
3. Ruang tatausaha,
4. Tempat beribadah,
5. Ruang konseling,
6. Ruang UKS,
7. Ruang organisasi kesiswaan,
8. jamban,
9. gudang,
10. ruang sirkulasi,
11. tempat bermain/berolahraga.
1. Ruang pembelajaran masingmasing
Program Keahlian di
SMK Kota Batu

Trianggulasi
Trianggulasi
merupakan
cara
memandang permasalahan/obyek yang
dievaluasi dari berbagai sudut pandang.
Tujuan agar dapat melihat obyek evaluasi
dari semua sisi.
Analisis Data
Evaluasi data dilakukan secara
deskriptif analitis yaitu dengan melakukan
mendeskriptifkan
kondisi
prasarana
pendidikan sekolah kejuruan di Kota Batu,
dan analisis deskriptif evaluasi indikator
standar pelayanan prasarana di Kota Batu

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

158

antara kondisi eksisting dengan Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia
Nomor 40 Tahun 2008
Tentang Standar Sarana Dan Prasarana
Untuk Sekolah Menengah Kejuruan /
Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

Opportunity (peluang), namun secara


bersamaan
meminimalkan
Weakness
(kelemahan), dan Threatmen (ancaman)
(Rangkuti, 2005:18).

Analisis tingkat pelayanan prasarana


Sekolah Menengah Kejuruan di Kota
Batu
Untuk mengetahui terpenuhi dan
tidaknya prasarana pendidikan di tiap-tiap
SMK maka dilakukan analisis dengan
menggunakan skala Guttman, skor 1 (satu)
jika item prasarana tersedia dan memenuhi
dan skor 0 (nol) jika tidak memenuhi,
sehingga diketahui sekolah (SMK) yang
memenuhi standar penyediaan prasarana
pendidikan.
Metodologi
mengukur
tingkat
pelayanan prasarana pendidikan SMK
dilakukan dengan menggunakan skala
likert dengan interval 3. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam menentukan skala
tingkat pelayanan antara lain:
1. Menjumlahkan
prasarana
yang
memenuhi standar
2. Menentukan kelas berdasarkan skala
linkert
K=1+3.32xlog n
K= banyaknya kelas, banyaknya kelas
yang digunakan dalam penelitian ini
ada 3 kelas yaitu:
Kelas 1 : Rendah
Kelas 2 : Cukup
Kelas 3 : Tinggi
n= jumlah jenis prasarana yang
dinilai
3. Menentukan tingkat pelayanan dengan
mengelompokkan berdasar kelas dalam
skala likert.

Matriks SWOT
Analisis
ini
bertujuan
untuk
mengetahui strategi dasar pemecahan
masalah yang dapat diterapkan secara
kualitatif. Adapun cara yang dilakukan
adalah:
1) SO
: Strategi/alternatif pemecahan
masalah
dengan
memanfaatkan
kekuatan (S) secara maksimal untuk
meraih peluang (O).
2) ST
: Staretegi/alternatif pemecahan
masalah
dengan
memanfaatkan
kekuatan (S) secara maksimal untuk
mengantisipasi ancaman (T) dan
berusaha menjadikan maksimal menjadi
peluang (O).
3) WO : Strategi/alternatif pemecahan
masalah
dengan
meminimalkan
kelemahan (W) untuk meraih peluang
(O).
4) WT : Strategi/alternatif pemecahan
masalah
dengan
meminimalkan
kelemahan (W) untuk menghindari
secara lebih baik dari ancaman (T).
Matrik SWOT.
Adapun sistem penilaian yang
dilakukan adalah memberikan penilaian
dalam bentuk tabel kepada dua kelompok
besar, yaitu faktor internal IFAS (Internal
Factor Analysis Summary) yang terdiri
dari kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) serta faktor eksternal EFAS
(ExternalFactor Analysis Summary) yang
terdiri dari peluang (opportunity) dan
ancaman (threat).

Analisis
pengembangan
tingkat
pelayanan
prasarana
Sekolah
Menengah Kejuruan di Kota Batu
Analisis SWOT adalah analisis yang
didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan Strength (kekuatan) dan

a. Tabel IFAS
Cara-cara penyusunan tabel IFAS
(Internal Factor Analysis Summary)
adalah sebagai berikut:
1. Kolom I disusun 5-10 faktor faktor
kekuatan dan kelemahan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

159

2. Tiap faktor dalam kolom II diberi faktor


mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai
dengan 0,0 (tidak penting)
3. Rating dihitung untuk masing-masing
faktor dengan memberikan skala mulai
dari 4 (outstanding) sampai dengan 1
(poor) berdasarkan pengaruh tersebut
terhadap pelayanan. Variabel yang
bersifat positif (semua variabel yang
masuk kategori kekuatan) diberi nilai
mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat
baik)
dengan
membandingkannya
dengan pesaing lain. Jika kelemahan
besar sekali dibandingkan dengan ratarata pesaing lain, nilainya adalah 4,
sedangkan jika kelemahannya di bawah
rata-rata, nilainya adalah 1
4. Bobot dikalikan dengan rating untuk
memperoleh faktor pembobotan
5. Skor pembobotan dijumlahkan untuk
memperoleh total skor pembobotan
b. Tabel EFAS
Cara-cara penyusunan tabel EFAS
(External Factor Analysis Summary)
adalah sebagai berikut:
1. Kolom I disusun 5-10 faktor-faktor
peluang dan ancaman
2. Tiap faktor dalam kolom II diberi faktor
mulai dari 1,0 (sangat penting)sampai
dengan 0,0 (tidak penting)
3. Rating dihitung untuk masing-masing
faktor dengan memberikan skala mulai
dari 4 (outstanding) sampai dengan 1
(poor) berdasarkan pengaruh tersebut
terhadap
pelayanan
pendidikan.
Variabel yang bersifat positif (semua
variabel yang masuk kategori peluang)
diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan
+4
(sangat
baik)
dengan
membandingkannya dengan pesaing.
Jika ancaman besar sekali dibandingkan
dengan rata-rata pesaing lainnya,
nilainya adalah 4, sedangkan jika
ancamannya dibawah rata-rata, nilainya
adalah 1
4. Bobot dikalikan dengan rating untuk
memperoleh faktor pembobotan

5. Skor pembobotan dijumlahkan untuk


memperoleh total skor pembobotan
Dari penilaian berdasarkan IFAS dan
EFAS diketahui posisi obyek penelitian
dalam koordinat pada sumbu x dan y,
sehingga diketahui posisinya sebagai
berikut (Rangkuti, 2004: 19:20):
1. Kuadran 1 adalah adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif
(Growth Oriented Strategy)
2. Kuadran 2 adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar)
3. Kuadran 3 adalah meminimalkan
masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik.
4. Kuadran 4 merupakan situasi yang
sangat
tidak
menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadi berbagai
ancaman dan kelemahan internal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi SMK di Kota Batu
SMK Kota Batu terdapat 11 SMK,
terdiri dari 3 SMK Negeri dan 8 SMK
Swasta dengan 32 Kompetensi Dari 32
Kompetensi Keahlian ada 19 sudah
terakreditasi, sedangkan 23 belum
terakreditasi.
Jumlah siswa SMK di Kota Batu
tahun ajaran 2011-2012 sebanyak 3.285
siswa, siswa terbanyak SMK Negeri 1
Batu 806 siswa, sedangkan siswa terkecil
SMK Edith 69 Siswa, sedangkan Jumlah
guru adaptif di SMK Kota Batu sebanyak
132 guru terdiri dari Guru PNS adaptif
63 orang, guru non pns adaptif 69 orang.
Analisis Tingkat Pelayanan Prasarana
SMK
a) Pelayanan Kebutuhan Akan Lahan
Berdasarkan data yang diperoleh
hasil kuisioner rata-rata luas lahan yang
dimiliki oleh SMK di Kota Batu adalah
3.175,8 m2 dengan total lahan terluas
adalah 10.500 m2 yaitu lahan milik SMK

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

160

Negeri 2 Batu dan kepemilikan lahan


terendah adalah SMK Islam Batu seluas
730m2.
Dapat Diketahui bahwa dari 11
(sebelas) SMK di Kota Batu hanya tiga
SMK yang telah memenuhi ketercukupan
akann luasan lahan yaitu SMKN 2, SMK
Edith dan SMK Maarif
Tabel 2. Pelayanan akan kebutuhan lahan
Nama Sekolah
SMK Brawijaya
SMK Islam Batu
SMK Putikecwara
SMKN 3
SMKN 17 Agustus
SMKN 2
SMKN 1
SMK Muhamadiyah
SMK Edith
SMK Wiyata Bakti Husada
SMK Maarif

Ket:

Tingkat
Keterpenuhan
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0

0 = belum memenuhi
1 = memenuhi

b) Pelayanan Akan Aksesibilitas


Satu sekolah yang memiliki tingkat
aksesibilitas yang agak sulit yaitu SMKN
3 karena belum adanya angkutan umum
yang melalui sekolah tersebut.
.Aksesibiltas SMK Kota Batu
Tabel 3.Aksesibiltas
Nama Sekolah
SMK Brawijaya
SMK Islam Batu
SMK Putikecwara
SMKN 3
SMKN 17 Agustus
SMKN 2
SMKN 1
SMK Muhamadiyah
SMK Edith
SMK Wiyata Bakti Husada
SMK Maarif
Ket:
0 = Sulit dijangkau
1 = mudah dijangkau

Aksesibilitas
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1

Gambar 1.. Pelayanan aksesibilatas SMK Kota


Batu

c) Pelayanan Terhadap Kebutuhan


Ruang/Bangunan
Berdasarkan
hasil
kuisioner
didapatkan bahwa 72,7% SMK di Kota
Batu masih belum dapat memenuhi standar
kebutuhan akan ruang. Hanya 23,7% SMK
di Kota Batu yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan akan ruang khususnya ruang
kelas yaitu SMK Brawijaya, SMKN 2, dan
SMK Edith.
Tabel 4. Pelayanan terhadap kebutuhan
Nama Sekolah
SMK Brawijaya
SMK Islam Batu
SMK Putikecwara
SMKN 3
SMKN 17 Agustus
SMKN 2
SMKN 1
SMK Muhamadiyah
SMK Edith
SMK Wiyata Bakti Husada
SMK Maarif
Ket:
0 = belum memenuhi
1 = memenuhi

Pemenuhan akan
Bangunan/Ruang
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0

d) Ketersediaan Listrik 2.200 Watt


Berdasarkan hasil survey dari 11 SMK
di Kota Batu hanya satu sekolah yang
belum bisa menyediakan listrik dengan
kapasitas daya 2.200 watt yaitu SMK
Wiyata Bakti Husada
yang masih
memiliki daya listrik sebesar 900 watt.
Tabel 5. Ketersediaan listrik 2200
220 watt
Ketersediaan
Nama Sekolah
listrik 2.200 watt
SMK Brawijaya
1
SMK Islam Batu
1
SMK Putikecwara
1
SMKN 3
1
SMKN 17 Agustus
1
SMKN 2
1
SMKN 1
1
SMK Muhamadiyah
1
SMK Edith
1
SMK Wiyata Bakti Husada
0
SMK Maarif
1
Ket:
0 = belum memenuhi
1 = memenuhi

e) Kondisi Bangunan
Berdasarkan data yang diperoleh
diketahui bahwa 90,0% SMK di Kota Batu
memiliki kondisi bangunan yang tidak

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

161

membahayakan dan 9,1% atau satu


sekolahan memiliki bangunan yang
berbahaya yaitu SMK Putikecwara karena

rata-rata
rata kodisi bangunannya sedang dan
rusak.

f) Tingkat Pelayanan Lahan dan Bangunan SMK di Kota Batu


Tabel 7. Tingkat Pelayanan Lahan dan Bangunan SMK di Kota Batu
Aksesibilitas

Pemenuhan akan
Bangunan/Ruang

Ketersediaan
listrik 2.200 watt

Kondisi
Bangunan

Total

Ket

0
0
0
0
0
1
0
0
1

1
1
1
0
1
1
1
1
1

1
0
0
0
0
1
0
0
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
1
1
1
1
1
1

4
3
2
2
3
5
3
3
5

Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi

1
0

1
1

0
0

0
1

1
1

3
3

Sedang
Cukup

Tingkat
keterpenuhan

Nama Sekolah
SMK Brawijaya
SMK Islam Batu
SMK Putikecwara
SMKN 3
SMKN 17 Agustus
SMKN 2
SMKN 1
SMK Muhamadiyah
SMK Edith
SMK Wiyata Bakti
Husada
SMK Maarif

0-1.6 rendah
1.7-3.3 sedang
3.4-5.0 tinggi

Tabel 6. Kondisi bangunan SMK Kota Batu


Nama Sekolah
Kondisi Bangunan
SMK Brawijaya
1
SMK Islam Batu
1
SMK Putikecwara
0
SMKN 3
1
SMKN 17 Agustus
1
1
SMKN 2
1
SMKN 1
SMK Muhamadiyah
1
1
SMK Edith
SMK Wiyata Bakti Husada
1
1
SMK Maarif
Ket:
0 = belum memenuhi
1 = memenuhi

g) Analisis Tingkat Pelayanan Ruang


Pembelajaran Umum
Berdasarkan Permendiknas Standar
sarana dan prasarana SMK/MAK Tahun
2008 ruang pembelajaran umum di tiaptiap
tiap SMK tidak sama disesuaikan dengan
jurusan yang ada di masing-masing
masing SMK.
Tabel

8.

Tingkat Pelayanan
Pembelajaran Umum

Nama sekolah
SMK Brawijaya
SMK Islam Batu
SMK Putikecwara
SMKN 3
SMKN 17 Agustus
SMKN 2
SMKN 1
SMK Muhamadiyah
SMK Edith
SMK Wiyata Bakti Husada
SMK Maarif

Bobot
3
5
2
5
3
6
5
4
3
3
4

Ruang

Tingkat pelayanan
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

Gambar 2. Tingkat pelayanan prasarana


umum SMK Kota batu

h) Analisis Tingkat Pelayanan Ruang


Pembelajaran Penunjang
Ruang penunjang atau ruang
pembelajaran penunjang adalah ruangan
yang dimanfaatkan untuk kelancaran
proses belajar mengajar khususnya yang
terkait dengan kebutuhan administrasi ,
kebutuhan ruang akan tenaga pengajar,
kebutuhan ruang akan pengakomodiran
aktivitas siswa dan lain--lain.

Ket Klasifikasi tingkat pelayanan


0-14.6 rendah
4.7-9.3 sedang
9.4-14 tinggi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

162

Tabel

9.

Tingkat Pelayanan Ruang


Pembelajaran Penunjang

Nama sekolah

SMK Brawijaya
SMK Islam Batu
SMK Putikecwara
SMKN 3
SMKN 17 Agustus
SMKN 2
SMKN 1
SMK Muhamadiyah
SMK Edith
SMK Wiyata Bakti Husada
SMK Maarif

Bobot
11
14
7
12
12
11
12
8
10
13
13

Tingkat
pelayanan
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang

Ket Klasifikasi tingkat pelayanan


0-6.6 : rendah
6.7 13.3 sedang
13.4-20 tinggi

Tabel

10.

Nama
sekolahan
SMK Brawijaya

SMK Islam Batu


SMK
Putikecwara
SMKN 3
SMKN
Agustus

17

SMKN 2

SMKN 1
SMK
Muhamadiyah
SMK Edith
SMK
Wiyata
Bakti Husada

Gambar

3.

Tingkat pelayanan ruang


pembelajaran penunjang

i) Analisis Tingkat Pelayanan Ruang


Pembelajaran Khusus
Ruang pembelajaran khusus adalah ruang
yang digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar program keahlian, penyediaan
ruang pembelajarn khusus tergantung dari
jurusan atau program keahlian masingmasing SMK. Rata-rata
rata kebutuhan luas
ruang untuk ruang pembelajaran khusus
adalah 63-64m2.

Gambar

4.

Analisis tingkat pelayanan


pembelajaran khusus SMK
Kota Batu

SMK Maarif

Analisis tingkat pelayanan


pembelajaran khusus SMK di
Kota Batu
Klasifikasi tingkat
pelayanan
0 2 : rendah
2, 1 4,1 : sedang
4,2 6,2 : tinggi
0-2,6 : rendah
2,7 5,3 : sedang
5,4 8 : tinggi
0 1,3 : rendah
1,4 2,7 : sedang
2,8 4,1 : tinggi
0 2 : rendah
2, 1 4,1 : sedang
4,2 6,2 : tinggi
0 0,6 : rendah
0,7 1,3 : sedang
1,4 2 : tinggi
0 2 : rendah
2, 1 4,1 : sedang
4,2 6,2 : tinggi
0 3,3 : rendah
3,4 6,7 : sedang
6,8 10,1 : tinggi
0 1,3 : rendah
1,4 2,7 : sedang
2,8 4,1 : tinggi
0 0,6 : rendah
0,7 1,3 : sedang
1,4 2 : tinggi
0 0,6 : rendah
0,7 1,3 : sedang
1,4 2 : tinggi
0-2,6 : rendah
2,7 5,3 : sedang
5,4 8 : tinggi

Bobot

Tingkat
pelayanan

Sedang

Sedang

Sedang

Rendah

Sedang
Rendah

2
Sedang
5
Sedang
2
Rendah
0
Rendah
1
Sedang
4

I. Analisis Pengembangan Prasarana

SMK Kota Batu


Analisis pengembangan Prasarana
SMK Kota Batu menggunakan Analisis
SWOT, dapat diketahui sebagai berikut.
Faktor Internal
Kekuatan
1) Tingkat
pelayanan
lahan
dan
bangunan cukup.
2) Lokasi sekolahan yang mudah
dijangkau.
3) Sudah terlayani listrik sesuai dengan
standar.
rata kondisi bangunan cukup
4) Rata-rata
baik.
5) Tingkat
pelayanan
ruang
pembelajaran penunjang rata-rata
rata
sedang.
Kelemahan
1) Belum mencukupi kebutuhan akan
lahan.
2) Belum mencukupinya ketersediaan
akan bangunan baik yang digunakan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

163

2) Adanya
alokasi
dana
dalam
untuk prasarana umum, penunjang dan
penyediaan sarana dan prasarana
khusus.
pendidikan.
3) Tingkat
pelayanan
ruang
Ancaman:
pembelajaran umum rata-rata masih
1) Adanya
perbedaan
persepsi
rendah.
kebijaksanaan
pendidikan
dalam
4) Tingkat pelayanan ruang pembelaran
rangka peningkatan penyelenggaraan
khusus rata-rata masih rendah.
pendidikan.
Faktor Eksternal
Peluang:
1) Kebijakan pengembangan SMK
j) Analisis Evaluatif Tingkat Pelayanan Prasarana SMK di Kota
Tabel 11. Analisis evaluatif tingkat pelayanan prasarana SMK di Kota Batu
Variabel

Lahan

Permendiknas No 40 tahun 2008 Tentang


standar Sarana dan Prasarana

Luas lahan minimum


dapat menampung sarana dan
prasarana untuk melayani 3
rombongan belajar.

Lahan efektif adalah


lahan yang digunakan untuk
bangunan,
mendirikan
infrastruktur,tempat
bermain/berolahraga/upacara,dan
praktik

Lahan terhindar dari


potensi bahaya yang mengancam
kesehatan dan keselamatan jiwa,
serta memiliki akses untuk
penyelamatan dalam keadaan
darurat.

Lokasi sekolah

Kesesuaian
dengn
peraturan tata ruang

Status
kepemilikan
lahan
1. Luas lantai bangunan dihitung
berdasarkan banyak dan jenis program
keahlian, serta banyak rombongan belajar
dimasing-masing program keahlian.

Kondisi Eksisting

55% SMK di Kota Batu


memiliki lahan
91%
sekolah
mudah
terjangkau transportasi
100 % memiliki lahan
Rata-rata lahan SMK di
Kota Batu kekurangan
lahan., hanya 1 sekolah
yang memenenuhi SMK N
3 Kota Batu
Status kepemilikan lahan 5
sekolah milik yayasan,
milik pemerintah dan tanah
hibah
1 SMK di Kota Batu yang
sulit terjangkau transportasi
yaitu SMK N 3 Batu

Analisis

11 SMK di Kota Batu, terdapat


8 sekolah yang memiliki lahan
Rendah yaitu SMK Brawijaya,
SMK
Islam,
SMK
Putikecewara, SMK N 3, SMK
17 Agustus, SMK Edith, SMK
Wiyata Bakti dan SMK
Maarief. Sedangkan 3 SMK
yang tingkat pelayanan sedang
yaitu; SMK N 2, SMK N 1 dan
SMK Muhamdiyah
Pelayanan tentang aksesibilitas
tidak ada jalur angkot menuju
sekolah SMKN 3 karena lokasi

Luas lantai bangunan 11


SMK di kota Batu terkecil
di SMK N 2 batu
Koefesien lantai lantai

Luas lahan yang digunakan


bangunan di SMK N masih
sangat kecil dari luas

bangunan terbesar di SMK


Islam batu yaitu 1.76
11 SMK di kota Batu
memiliki listrik 2.200 Watt
10 SMK , ada 1 SMK yang
daya listrik 900 watt yaitu
SMK Wiyata Bakti Husada

10.500
m2
digunakan
bangunan 900 m2
Koefesien
lantai
dasar
bangunan terbesar di SMK
Islam karena luasan bangunan
lebih besar dari pada lahan.
Pelayanan tentang daya listrik
2200 Watt untuk sekolah SMK
hanya 9% prosen yang belum
memenuhi standar

Bangunan
2. Bangunan memenuhi ketentuan tata
bangunan berikut:
a)
Koefisien dasar
bangunan mengikuti
b)
Peraturan Daerah atau
maksimum 30% dari luaslahan
diluar lahan praktik;
c)
Koefisien
lantai
bangunan dan ketinggian
maksimum bangunan yang
ditetapkan dalam Peraturan
Daerah;
d)
Koefisien lantai
bangunan dihitung berdasarkan
luas lahan efektif;
c)
Jarak
bebas
bangunan yang meliputi garis
sempadan bangunan dengan
asjalan, tepi sungai, tepi
pantai, jalan kereta api,
dan/atau
Saluran
Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) atau
Saluran UdaraTegangan Ekstra

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

164

Variabel

Permendiknas No 40 tahun 2008 Tentang


standar Sarana dan Prasarana

Kondisi Eksisting

Analisis

Tinggi (SUTET), jarak antara


bangunan
dengan
batasbataspersil, dan jarak antaraas
jalan dan pagar halaman yang
ditetapkan dalam Peraturan
Daerah;
d)
Garis sempa dan
bangunan
samping
dan
belakang mengikuti Peraturan
Daerah atau minimum 5meter.
3. Bangunan dilengkapi izin mendirikan
bangunan dan izin penggunaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ada tidaknya ruang pembelajaran umum
dilengkapi dengan jumlah dan fasilitas yang
ada di dalamnya

Kondisi ruang pembelajaran


umum di kota Batu 72.7%
belum memenuhi standar
SMK yang memenuhi ruang
pembelajran dari 11 sekolah
adalah 23.7 %

,Analisis pelayanan prasarana


umum SMK ada 7 sekolah
yang pelayanan rendah, ,
sedang 4 sekolah pelayanan
sedang ,

Ada 3 SMK di kota Batu


memiliki ruang penunjang
minim
yaitu;
SMK
Muhammadiyah,
SMK
Maarief dan SMK Negeri 3
Batu

Pemenuhan
akan
Ruang
penunjang ada 1 sekolah yang
memiliki pelayanan tinggi
yaitu SMK Islam Batu,
pelayanan rendah yaitu; SMK
Putikecwara,
SMK
Muhamadiyah

Rata-rata
masing-masing
program keahlian yang ada
di
kota
Batu
masih
kekurangan jumlah ruangan
khusus dan luasan

Pemenuhan ruang pelayanan


prasana khusus 11 SMK di
Kota Batu rendah

1) ruang kelas,
2) ruang perpustakaan,
Kelompok
Ruang
Pembelajaran
Umum

3) ruang laboratorium biologi,


4) ruang laboratorium fisika,
5) ruang laboratorium kimia,
6) ruang laboratorium IPA,
7) ruang laboratorium komputer,
8) ruang laboratorium bahasa,
9) ruang praktik gambar teknik.
Ada tidaknya ruang pembelajaran umum
dilengkapi dengan jumlah dan fasilitas yang
ada di dalamnya

Kelompok
Ruang
Penunjang

Ruang
pembelajaran
Khusus

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Ruang pimpinan,
Ruang guru,
Ruang tatausaha,
Tempat beribadah,
Ruang konseling,
Ruang UKS,
Ruang organisasikesiswaan,
Jamban,
Gudang,
Ruang sirkulasi,
Rempat bermain/berolahraga.

1. Ruang pembelajaran
Program Keahlian

masing-masing

2) Masih lemahnya penyediaan data


dan informasi serta belum tuntas
dan belum dinamisnya program
pemetaan
pendidikan
(school
mapping).

3) Masih
belum
optimalnya
pelaksanaan
monitoring
dan
evaluasi.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

165

4) Makin
tingginya
persaingan
kualitas SDM antar negara di
dunia.
Tabel 13. Matrik IFAS (Internal Factor
Analysis Strategy)
No

1
2
3
4
5

Faktor

Bobot
(B)

Kekuatan
Tingkat pelayanan lahan
dan bangunan cukup
Lokasi sekolahan yang
mudah dijangkau
Sudah terlayani listrik
sesuai dengan standar
Rata-rata kondisi bangunan
cukup baik
Tingkat pelayanan ruang
mbelajaran penunjang ratarata sedang
Total

Nilai (N)

BxN

0,1

0,3

0,05

0,1

0,05

0,1

0,2

0,6

0,1

0,3

0,5

1,4

Kelemahan
1

Belum mencukupi kebutuhan


akan lahan
Belum
mecukupinya
ketersediaan akan bangunan
baik yang digunankan untuk
prasarana umum, penunjang
dan khusus
Tingkat
pelayanan
ruang
pembelajaran umum rata-rata
masih rendah
Tingkat
pelayanan
ruang
pembelajaran khusus rata-rata
masih rendah
Total

0,15

0,6

0,15

0,6

0,1

0,3

0,1

0,3

0,5

1,8

Tabel 12. Matrik EFAS (External Factor


Analysis Strategy)
No

1
2

Faktor
Peluang
Kebijakan
pengembangan
SMK
Adanya alokasi dana dalam
penyediaan
sarana
dan
prasarana pendidikan
Total
Ancaman
Adanya perbedaan persepsi
kebijaksanaan
pendidikan
dalam rangka peningkatan
penyelenggaraan pendidikan;
Masih lemahnya penyediaan
data dan informasi serta
belum tuntas dan
belum
dinamisnya
program
pemetaan pendidikan (school
mapping);
Masih belum optimalnya
pelaksanaan monitoring dan
evaluasi;
Makin tingginya persaingan
kualitas SDM antar negara di
dunia;
Total

Sehingga:
X = S + (-W)

Bobot (B)

Nilai
(N)

BxN

0,3

1,2

0,3

1,2

0,6

2,4

0,15

0,45

0,05

0,1

0,1

0,1

0,4

0,2

0,3

1,05

= 1,4+(-1,8)
= 0,4
Y = O + (-T)
= 2,4+(-1,05)
= 1,35
Berdasarkan pada hasil perhitungan
maka strategi peningkatan pelayanan
prasarana SMK di Kota Batu berada di
Kuadran I pada Ruang B dengan Stable
Growth
Strategy,
yaitu
strategi
pertumbuhan stabil dimana pengembangan
dilakukan secara bertahap dan target
disesuaikan dengan kondisi, dimana factor
eksternal dan internal seimbang dan
mendukung untuk peningkatan pelayanan
prasarana SMK di Kota Batu
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah;
1. Data eksisting kondisi 11 SMK di Kota
Batu memliki 3.285 siswa ,terbanyak
SMK 1 Batu 806 siswa, sedangkan
terkecil SMK Edith 69 siswa, guru di
SMK Kota Batu terbagi menjadi 3 yaitu
guru adaptif 132 guru, guru normatif
119 guru dan guru produktif 128 guru
pemenuhan guru rata sudah cukup,
namun ada sekolah yang kelebihan dan
kekurangan, lahan terluas SMK N 2
10.500 m2 dan terkecil SMK Wiyata
Bakti Husada 400 m2, bangunan milik
pemerintah 3 sekolah Negeri dan 8
sekolah swasta milik yayasan, ruang
penunjang masing, ruang pembelajaran
umum dan ruang pembelajaran khusus
rata-rata di Kota Batu masih kurang dan
masing belum memenuhi standar lahan
2. Rata-Rata tingkat pelayanan SMK di
Kota Batu SMK N 1 Batu sedang,
SMK N 2 Kota Batu sedang , SMK N
3 sedang, SMK Brawijaya sedang,
SMK Islam tinggi, SMK Putikecwara
rendah, SMK 17 Agustus sedang,
SMK Muhamadiyah sedang, SMK
Edith sedang, SMK Maarief sedang
dan SMK Wiyata Batu sedang.
Berdasarkan pada hasil perhitungan
maka strategi peningkatan pelayanan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

166

prasarana SMK di Kota Batu berada


di Kuadran I pada Ruang B dengan
Stable Growth Strategy, yaitu strategi
pertumbuhan
stabil
dimana
pengembangan
dilakukan
secara
bertahap dan target disesuaikan
dengan kondisi, dimana faktor
eksternal dan internal seimbang dan
mendukung
untuk
peningkatan
pelayanan prasarana SMK di Kota
Batu, maka perlu peningkatan luas
lahan untuk SMK di Kota Batu,
penambahan
ruang
dan
menstandarkan
ukuran
kelas,
penyediaan prasarana umum, prasarna
penunjang dan prasana khusus karena
11 SMK di Kota Batu belum 100%
memenuhi standar pelayanan minimal,
untuk lahan, bangunan, infrastruktur,
ruang pembelajaran umum, ruang
penunjang dan ruang pembelajaran
khusus Sekolah Menengah Kejuruan
sesuai Permendikanas tahun 2008
tentang standar sarana dan prasarana
SMK.
Saran-saran
Karena hasil penelitian ini berupa
teori, maka kebenarannya tidak bersifat
mutlak, tetapi benar pada saat tertentu
pada kondisi tertentu pada saat penelitian
dilakukan. Oleh karena itu sehubungan
dengan hasil penelitian ini perlu
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Hasil akhir penelitian menggunakan
metode analisis diskriptif sangat
tergantung pada keakuratan memilih
responden sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, sehingga ketelitian dan
kehati-hatian dalam memilih responden
sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
penelitian.

2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih


mendalam
mengenai
pelayanan
prasarana SMK di Kota Batu dengan
melibatkan komponen masyarakat yang
lebih luas sehingga didapatkan hasil
yang lebih memuaskan (tentunya
dengan menyediakan waktu yang
cukup).
3. Sesuai dengan permendiknas no 40
tahun 2008 tentang standar sarana dan
prasarana SMK
sekolah wajib
melaksanakannya
terhitung
sejak
ditetapkan peraturan ini, Kepala
Sekolah mengusulkan ke Dinas
Pendidikan tentang standar prasarana
minimal seklahnya.
4. Dinas Pendidikan Kota Batu segera
menindaklanjuti
tentang
kondisi
pelayanan prasarana SMK untuk
memenuhi kebutuhan standar pelayanan
minimal 11 SMK di Kota Batu.
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. 2011. "Pengertian sarana dan
prasarana
pendidikan."
tatangmanguny.wordpress.com
Alan Lesgold, 1996, Transitions Work and
Learning Implications for Assessment:
Universitas of Pittburgh
Charles Allen Prosser, Thomas Henry, 1994,
Vocational Eduacation in Democracy;
Amirican
Technical
Society
Cornell
University
Kuntoro,
Sodiq.
1978.
http://id.shvoong.com/socialsciences/educatio
n/2190383-pengertian-pengaturan
atau
pelayanan sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40
Tahun 2008 Tanggal 31 Juli 2008 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana SMK/MA
Rangkuti Reddy, 2008. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
www.KamusBahasaIndonesia.org

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 2012 ISSN 1978 - 5658

167

Anda mungkin juga menyukai