Anggraeni, et al.
Korespondensi: alexandersutan@ub.ac.id
ABSTRAK
Proses industri menghasilkan air limbah dengan konsentrasi bahan polutan organik yang
tinggi. Air limbah memerlukan proses pengolahan untuk mereduksi bahan polutan organik
hingga memenuhi baku mutu air limbah yang diijinkan. Proses kontak stabilisasi dimaksudkan
untuk mengkondisikan mikroorganisme di dalam lumpur aktif kekurangan makanan sehingga
dapat mendegradasi air limbah secara optimal. Tujuan penelitian: (1) untuk mengetahui kinerja
lumpur aktif dengan proses kontak stabilisasi, dan (2) untuk mengetahui volume lumpur aktif
yang optimum menurunkan kandungan BOD, COD dan TSS air limbah industri cold storage.
Penelitian ini menggunakan 3 level perbandingan volume lumpur aktif dan air limbah yaitu 1:8
(V1); 1.5:8 (V2); dan 2:8 (V3). Hasil menunjukkan bahwa proses pengolahan ini dapat
menurunkan nilai BOD dan COD pada perlakuan V3 dengan efektifitas penurunan terbesar
masing-masing sebanyak 52.47% dan 56.35%. Nilai BOD pada perlakuan V3 lebih rendah dan
berbeda nyata dengan perlakuan V1 dan V2. Nilai COD pada perlakuan V3 lebih rendah
dibandingkan perlakuan V1 dan V2, tetapi tidak berbeda nyata. Penurunan nilai BOD dan COD
disebabkan adanya peningkatan aktivitas mikroorganisme di dalam lumpur aktif sebagai
akibat proses kontak stabilisasi, sehingga lebih efektif menguraikan bahan organik air limbah
secara aerobik dalam kondisi optimum.
Kata kunci: Air limbah, kontak stabilisasi, lumpur aktif, volume
Abstract
Industrial processing resulted wastewater generally contents higher concentration of organic pollutant.
The wastewater should be treated to reduce organic pollutant up to below the permitted concentration
standards. Contact stabilization process is intended to make the microorganisms in activated sludge
shortages of food, so it can degrade the waste water optimally. The objectives of the study are: (1) to
determine the performance of activated sludge with contact stabilization process, and (2) to determine the
optimum volume of activated sludge to decrease the content of BOD, COD and TSS from the cold storage
industrial wastewater. This study used three levels ratio the volume of the activated sludge and
wastewater, which are 1: 8 (V1); 1.5: 8 (V2); and 2: 8 (V3). The results indicate that this process can
reduce BOD and COD values of the V3 treatment with the largest decrease by the effectiveness of
52.47% and 56.35%, respectively. The V3 treatment has a significant lower in BOD and no significant
lower in COD than other treatments. The decrease of the BOD and COD in comparison with that of the
initial wasterwater due to the increase of microbial activities in activated sludge after the contact
stabilization process was done. Therefore, the microorganisms decomposed effectively organic matters in
the wastewater at the optimum aerobic conditions.
Keywords: Activated sludge, contact stabilization, volume, wastewater
7
Anggraeni, et al.
PENDAHULUAN
Limbah cair yang dibuang ke lingkungan
memerlukan proses pengolahan untuk
memenuhi baku mutu limbah cair yang
diijinkan oleh pemerintah agar air limbah
tersebut tidak mencemari lingkungan
disekitarnya. Said (2006) menjelaskan bahwa
reduksi konsentrasi bahan pencemar dalam
air limbah ke badan air agar sesuai baku
mutu yang diijinkan merupakan tujuan dari
pengolahan air limbah.
Proses pengolahan air limbah industri
cold storage yang dilakukan oleh PT D saat
ini masih kurang efektif terutama dalam
penurunan kandungan TSS. Industri cold
storage menghasilkan jenis limbah seperti
limbah cair dan limbah padat. Limbah yang
dihasilkan menimbulkan bau yang tidak
sedap di sekitar lingkungannya. Pengolahan
limbah cair dengan sistem lumpur aktif
dapat mengeliminasi bahan organik dan
nutrien (nitrogen dan fosfor) dari limbah
cair terlarut (Dwiari, 2008).
Di dalam sistem lumpur aktif
ditemukan 4 tipe protozoa yaitu amoebae,
ciliates (free-swimming and stalked), flagellates
dan suctoreans. Selain itu, rotifera multi-sel
(metazoa) (Wisconsin Department of
Natural Resources, 2010). Dalam proses
lumpur aktif dibutuhkan aerator dan blower
untuk suplai oksigen dan pengadukan yang
sempurna (Fauziah, 2012).
Proses kontak stabilisasi merupakan
modifikasi dari proses lumpur aktif dengan
beberapa keuntungan seperti mengurangi
waktu aerasi air limbah, mampu menangani
greater shock dan beban beracun daripada
sistem konvensional karena kapasitas
penyangga biomassa di tangki stabilisasi
(Guyer, 2011). Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka penulis membuat skripsi
dengan judul Pengaruh Volume Lumpur
Aktif Terhadap Efektifitas Proses Kontak
Stabilisasi.
BAHAN DAN METODE
Aklimatisasi lumpur aktif
Lumpur aktif diambil dari bak sedimentasi
akhir PT D, Beji Pasuruan dengan koordinat
lokasi (07 34.897 LS 112 44.268 BT) satu
bulan sebelum proses pengolahan air
limbah pukul 09.00 WIB. Perbandingan
volume lumpur dan air limbah yang
8
Anggraeni, et al.
Analisa sampel
Untuk analisis sampel dibutuhkan 600 mL
air limbah awal dan 600 mL air limbah
akhir. Pengujian sampel air limbah dengan
parameter BOD, COD, TSS, Amoniak,
Nitrat, Nitrit dilakukan di Laboratorium
Ilmu Ilmu Perairan Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan
Universitas
Brawijaya.
Sedangkan
parameter pH dan DO di Laboratorium
Reproduksi, Pembenihan dan Pemuliaan
Ikan Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya. Prosedur
analisa sampel dilakukan sebagai berikut:
1. Biologycal Oxygen Demand
Analisa BOD dilakukan sesuai dengan
Haryadi (1992) yaitu 600 mL sampel air
limbah diambil, dikocok (peningkatan kadar
oksigen sampel), dituangkan ke botol gelap
dan botol terang hingga penuh. Pada botol
gelap disimpan untuk pengukuran DO hari
ke 5 (DO5) dan 40 ml sampel air limbah
pada botol terang diambil, diencerkan
sebanyak 5 kali, diukur nilai DOnya sebagai
DO hari pertama (DO1). Nilai BOD5
merupakan selisih dari DO hari pertama
dan DO hari ke lima dikalikan dengan
faktor pengenceran (FP) (Persamaan 1).
BOD5 = (DO1 DO5) x FP
(1)
spektrofotometer
pharo 300.
UV-Vis
spectroquant
) ( )
( )
(2)
4. Parameter Penunjang
Analisis Derajat Keasaman (pH)
menggunakan pH Meter (pH 300 Eutech
Cyberscan) dan Analisis Dissolved Oxygen
(DO) menggunakan DO Meter (DO 300
Eutech Cyberscan).
Analisa Ammonium berdasarkan SNI
M-48-1990-03 yaitu 50 mL sampel air limbah
diambil, dimasukkan ke dalam 100-mL labu
erlenmenyer. 1 mL larutan Nessler
ditambahkan, dikocok dan dibiarkan selama
10 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam
kuvet, diukur nilai absorbansinya pada
panjang gelombang 425 nm menggunakan
spektrofotometer.
Analisa Nitrit menurut Boyd (1988)
yaitu 100 mL sampel air limbah disaring
dengan kertas saring Whatman No. 42,
diambil 50 mL sampel air limbah,
dimasukkan ke dalam 100-mL beaker glass,
ditambahkan 1 mL diazotizing reagent
(larutan sulfanilamid), diaduk dan diamkan
selama 2 4 menit. 1 mL coupling reagent
(larutan NED) ditambahkan, diaduk dan
diamkan selama 10 menit. Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 543
nm menggunakan spektrofotometer.
Analisa Nitrat menurut Boyd (1988)
yaitu 100 mL sampel air limbah disaring
9
Anggraeni, et al.
x 100%
(3)
(A)
(B)
10
Anggraeni, et al.
(A)
(B)
Gambar 3. Nilai TSS pada titik sampling limbah outlet.
Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (P value
<0.05). Garis vertikal menunjukkan beda nyata menurut
nilai Tukey Honestly Significant Difference (n=3).
Dissolved Oxygen
Hasil penelitian menunjukkan nilai DO
pada perlakuan V2 dan V3 setelah
dilakukan
aerasi
semakin
menurun.
Penurunan ini disebabkan karena oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk oksidasi semakin meningkat. Hal
tersebut
menandakan
bahwa
terjadi
peningkatan
aktivitas
mikroorganisme
dalam mendegradasi bahan organik dalam
air limbah. Selain itu juga terjadi
peningkatan jumlah mikroorganisme yang
ditunjukkan dari nilai TSS yang semakin
meningkat. Sedangkan nilai DO pada
perlakuan
V1
semakin
meningkat,
menunjukkan konsumsi oksigen oleh
organisme tidak semakin tinggi. Nilai DO
pada perlakuan V2 lebih rendah daripada
11
Anggraeni, et al.
(A)
(B)
(C)
12
Anggraeni, et al.