Anda di halaman 1dari 17

DESAIN SISTEM PENUKAR PANAS PADA REAKTOR NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI

NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI-BATAN


(herry gunawan W, M.M Lucia Kloatubun, dosen pembimbing Ir. Syamsul Arifin, MT)
Jurusan Teknik Fisika
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Keputih Sukolilo Surabaya 60111

Abstrak
Untuk mendinginkan reaktor nuklir dibutuhkan sebuah sistem pendingin primer. Aliran air
pada sistem pendingin primer tersebut haruslah memiliki temperatur yang rendah dan tentunya
mengandung radiasi yang berasal dari reaksi fisi berantai pada reaktor, sehingga air tersebut tidak
bisa dibuang ke lingkungan. Agar temperatur air pada sistem pendingin primer tetap rendah maka
dibutuhkan sistem penukar panas. Sistem ini yang akan memindahkan panas dari sistem pendingin
primer ke sistem pendingin sekunder sehingga aliran air pada sistem pendingin primer yang
mengandung radiasi tidak bercampur dengan aliran air pada sistem pendingin sekunder. Pada
kegiatan kerja praktek didesain 2 (dua) macam sistem penukar panas, yaitu secara seri dan paralel.
Dari kedua desain tersebut dilakukan penambahan pada jumlah pelat yang dipergunakan serta
penambahan laju pada aliran sekunder dan aliran primer maka didapatkan temperatur paling rendah
pada sistem pendingin primer sebesar 31,29°C pada desain sistem penukar panas secara seri serta
penambahan laju aliran sekunder.

BAB I melakukan perhitungan-perhitungan untuk


PENDAHULUAN mendapatkan pilihan yang optimum dalam
membuat konfigurasi seri pelat penambahan
1.1 Latar Belakang penukar panas di reaktor TRIGA 2000
Perkembangan ilmu pengetahuan dan Bandung.
teknologi saat ini sedemikian pesat menuntut Reaktor TRIGA 2000 Bandung
mahasiswa untuk selalu siap dalam memiliki sistem penukar panas tipe pelat yang
menghadapinya, bukan hanya bekal berupa merupakan bagian dari sistem pendingin
teori dibangku kuliah semata tetapi juga primer dan sistem pendingin sekunder.
menuntut aplikasinya dalam dunia kerja secara Penukar panas ini berfungsi untuk
nyata. Ilmu pengetahuan yang diperoleh memindahkan panas yang diambil dari teras
mahasiswa dibangku perkuliahan akan terasa reaktor oleh air pendingin primer ke air
kurang bermanfaat, bila tanpa disertai dengan pendingin sekunder, untuk kemudian panas
suatu pengalaman aplikatif yang dapat dibuang ke lingkungan.
memberikan wacana serta gambaran bagi Pada saat ini penukar panas reaktor
mahasiswa, tentang dunia kerja dan penerapan TRIGA 2000 Bandung memberikan
ilmu dan teknologi dalam bidang yang telah temperatur keluaran air primer cukup tinggi.
ditekuninya. Temperatur air pendingin primer yang tinggi
Praktek kerja lapangan yang merupakan ini akan menaikan temperatur teras reaktor
mata kuliah wajib pada Jurusan Teknik Fisika sekaligus menurunkan keselamatan reaktor.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh karena itu perlu upaya untuk menurunkan
diharapkan dapat memberikan kesempatan temperatur air pendingin primer yang keluar
kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmunya dari penukar panas tersebut, diantaranya
serta memperoleh pengalaman kerja pada dengan menambahkan jumlah pelat penukar
perusahaan atau instansi tempat kerja praktek. panas yang bersangkutan.
Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan
Radiometri - BATAN sebagai tempat kerja
praktek merupakan lembaga pemerintah non- 1.2 Tujuan
departemen (LPND) yang berada di kota Tujuan dari kerja praktek ini adalah:
Bandung Jawa Barat. Adapun lingkup kegiatan 1. Mengetahui pengaruh penambahan
yang dilakukan dalam kerja praktek ini adalah jumlah pelat penukar panas secara seri
dan pararel terhadap perubahan 1998, diubah lagi menjadi Badan Tenaga
temperatur pendingin primerp dan Nuklir Nasional tanpa merubah singkatan,
pendingin sekunder reaktor TRIGA tetap BATAN.
2000 Bandung.
2. Mengetahui pengaruh perubahan 2.2 Struktur Organisasi,
aliran primer dan sekunder terhadap Tugas dan Fungsi Pusat Teknologi
temperatur pendingin primer dan Nuklir Bahan dan Radiometri
pendingin sekunder reaktor TRIGA Berdasarkan SK Ka.BATAN
2000 Bandung.
no.392/KA/XI/2005
3. Mengetahui kondisi optimum terhadap
jumlah dan susunan an pelat penukar
panas yang dapat ditambahkan secara
seri dan pararel terhadap pelat lama.

BAB II
PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Pusat Teknologi Nuklir Bahan


dan Radiometri
2.1.1 Berdirinya Badan Tenaga Nuklir
Nasional
Dengan terbentuknya Badan Tenaga
Atom Internasional (IAEA) pada tahun 1957,
Gambar 2.1 bagan struktur organisasi PTNBR
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65
tahun 1958, maka pemerintah pada tanggal 5
Desember 1958 meningkatkan status Panitia 2.3 PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR
Negara untuk Pengukuran Radioaktiviteit BAHAN DAN RADIOMETRI
(berstatus sebagai
gai lembaga penasihat) menjadi Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan
lembaga baru yang dapat merealisasikan Radiometri mempunyai tugas melaksanakan
pelaksanaan program nuklir di Indonesia, yaitu penelitian dan pengembangan di bidang fisika
Lembaga Tenaga Atom (LTA) dipimpin oleh bahan, fisika dan termohidrolika reaktor, fisika
seorang Direktur Jenderal. Dirjen LTA radiasi dan lingkungan serta instrumentasi
dirangkap oleh Mentri Kesehatan Bapak Prof. nuklir, senyawa bertanda dan radiometri,
G.A. Siwabessy. pendayagunaan reaktor serta melaksanakan
Terbentuknya LTA memperoleh pengendalian keselamatan kerja dan pelayanan
tanggapan dari para tenaga pengajar Bagian kesehatan. Dalam melaksanakan tugas Pusat
Fisika, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, UI Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri
Bandung (sekarang ITB), karena LTA yang menyelenggarakankan fungsi:
baru dibentuk membutuhkan tenaga yang a. Pelaksanaan penelitian dan
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, pengembangan di bidang fisika bahan,
maka mulailah perekrutan tenaga
enaga pengajar dan fisika dan termohidrolika reaktor,
mahasiswa untuk dikirim keluar negeri untuk fisika radiasi dan lingkungan serta
memperdalam pengetahuan dan keterampilan instrumentasi nuklir.
dalam bidang nuklir. Beberapa dari mereka b. Pelaksanaan penelitian dan
dikirim ke Amerika di berbagai universitas pengembangan di bidang senyawa
pusat penelitian dan pengembangan nuklir, bertanda dan radiometri.
serta untuk training pada pabrik pemasok c. Pelaksanaan
ksanaan pendayagunaan reaktor
calon reaktor pertama di Indonesia, Reaktor riset.
TRIGA Mark II, yaitu di General Atomic di d. Pelaksanaan pengendalian
San Diego, California. keselamatan kerja dan pelayanan
Berdasarkan Undang-undang
undang No.31 kesehatan.
tahun 1964, LTA diubah menjadi Badan e. Pelaksanaan urusan tata usaha.
Tenaga Atom Nasional (BATAN), dan f. Pelaksanaan pengamanan nuklir.
terakhir, berdasarkan Keppres
es No. 197 tahun
Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri padat yang berisi pelet bahan bakar (Gambar
terdiri dari : 3.2). Pelet beton terbuat dari campuran
a. Bagian Tata Usaha. homogen dari paduan Uranium dan
b. Bidang Fisika. Zirkonium-Hidrida (U-ZrH).
c. Bidang Senyawa bertanda dan
Radiometri.
d. Bidang Reaktor.
e. Bidang Keselamatan dan Kesehatan.
f. Balai Instrumentasi dan
Elektromekanik.
g. Unit Pengamanan Nuklir.

BAB III
DESKRIPSI REAKTOR TRIGA 2000
BANDUNG

3.1 Tangki Reaktor TRIGA 2000 Bandung


Reaktor TRIGA 2000 Bandung
adalah suatu jenis reaktor yang bertipe tangki Gambar 3.2. Elemen bahan bakar
(tank type). Tangki reaktor terbuat dari bahan
alumunium (Al) dan ditambahkan dalam Elemen bahan bakar tersebut disusun
coran beton (Gambar 3.1). Pada tangki reaktor dalam pole heksagonal (Gambar 3.3) dan
ditempatkan difuser yang berfungsi untuk ditempatkan dalam suatu rak (grid plate)
memutar air di dalam tangki reaktor sehingga (Gambar 3.4).
akan menahan atau memperlambat air teras Untuk mengetahui temperatur elemen
reaktor yang mengandung radiasi mancapai bakar digunakan elemen bakar yang
permukaan tangki. terinstrumentasi (Instrumented Fuel
Tingkat daya dari reaktor Element/IFE). IFE ini mempunyai 3 (tiga)
dikendalikan oleh 5 (lima) batang kendali. buah termokopel yang terbenam dalam daging
Semua batang kendali ini berisi bahan bahan bakar.
penyerap neutron yang terbuat dari Boron-
Karbida (B4C).

Gambar 3.3. Susunan Elemen Bahan Bakar

Gambar 3.1. Tangki reaktor TRIGA 2000 Bandung

Gambar 3.4. Grid Plate


3.2 Elemen bahan bakar reaktor TRIGA
2000 Bandung
Elemen bahan bakar reaktor TRIGA
2000 Bandung berbentuk batang silinder
3.3 Teras Reaktor 3.5 Penukar Panas
Teras reaktor merupakan tempat di 3.5.1 Deskripsi Penukar Panas
dalam reaktor, yang digunakan untuk Penukar panas reaktor TRIGA 2000
menempatkan rak bahan bakar (grid plate). Di Bandung yang terpasang saat ini adalah tipe
dalam teras reaktor terjadi reaktor fisi berantai. pelat dengan konfigurasi single pass (One-
pass/one pass plate and frame heat
exchanger), (Gambar 3.7).
Struktur penukar panas reaktor TRIGA
2000 Bandung terdiri dari susunan pelat logam
bergelombang (Gambar 3.8) yang dilengkapi
dengan lubang keluaran dan lubang input.
Lubang pada penukar panas ini berfungsi
sebagai saluran air untuk mengalir di atas
permukaan pelat. Susunan pelat-pelat ini
ditempatkan antara dua pelat penekan
Gambar 3.5. Teras reaktor (pressure plate), kemudian dikencangkan
menggunakan baut pengencang. Antara pelat-
3.4. Sistem Pendingin pelat tersebut dipisahkan oleh gasket yang
Sistem pendingin reaktor TRIGA 2000 berfungsi sebagai penahan bocor dan
Bandung terdiri dari sistem Pendingin primer mengarahkan air agar mengalir dalam arah
dan sistem pendingin sekunder,. Sistem berlawanan. Permukaan pelat didesain
pendingan primer, yang mengambil panas dari bergelombang untuk meningkatkan arus
teras melalui proses konveksi alamiah. Sistem turbulensi dan menyangga pelat terhadap
pendingin sekunder berfungsi mengambil perbedaan tekanan.
panas dari sistem pendingin primer untuk
kemudian dibuang ke lingkungan. Gambaran
sistem pendingin pada reaktor terdapat pada
Gambar 3.6.
Temperatur air pada sistem pendingin
sekunder harus lebih rendah dari temperatur
air pada sistem pendingin primer agar sistem
pendingin sekunder dapat menyerap panas dari
sistem pendingin primer. Proses pemindahan
dari sistem pendingin primer ke sistem
pendingin sekunder berlangsung di sistem
penukar panas.
Sistem pendingin teras darurat Gambar 3.7. Sistem penukar panas tipe pelat
(Emergency Core Cooling System/ECCS), Bahan pelat penukar panas yang
sistem ini digunakan untuk mendinginkan digunakan adalah SS 304, sedangkan untuk
teras dalam keadaan darurat, jika reaktor gasket digunakan Noprene dan Nitrile Rubber.
mengalami kehilangan air pendingin primer.
ECCS merupakan sistem yang bekerja
berdasarkan gaya gravitasi dan tidak
menggunakan pompa.

Gambar 3.8. Pelat penukar panas


Gambar 3.6. Diagram sistem pendingin reaktor Tabel 3.1. Data Teknis Penukar Panas Reaktor
TRIGA 2000 Bandung TRIGA 2000 Bandung
De = 2.b ..............................(3.4)
NO. PARAMETER UKURAN u h . D e .ρ
1. Jumlah pelat 144 lembar Reh = ....................(3.5)
2. Panjang pelat 177 cm
η
Nuh = 0,4( Pr ) Re
0, 4 0 , 64
3. Lebar pelat 61 cm .........(3.6)
4. Tebal pelat 0,06 cm dimana : ρ = massa jenis (kg/m3),
5. Jarak antar pelat 0,35 cm η = viskositas (N.s)/ m2[kg/(m.s)],
6. Diameter port 19,05 cm Pr = Prandtl number
7. Diameter pipa primer 15 cm
Diameter pipa Didefinisikan U = koefisien
8. 20 cm
sekunder perpindahan panas menyeluruh (W/m2.K),
9. Pitch 0,41 cm yang dapat dicari menggunakan persamaan :
Laju alir pendingin 950 gpm 1
10. U= .............(3.7)
primer (Mh) (59,56 kg/s) 1 1 t
Laju alir pendingin 1200 gpm + +
11.
sekunder (Mc) (75,23 kg/s)
αh αc λp
λ.Nu h
3.5.2 Perhitungan pada Penukar Panas αh = .........................(3.8)
De
Pada sistem penukar panas tipe pelat
α
yang terlihat pada Gambar 3.7 sebelumnya αc = h ........................(3.9)
dapat dilihat bahwa pada sistem tersebut 2 0,64
mendapat dua masukan berupa air panas dimana :
(primer) dan air dingin (sekunder). αh = koefisien transfer kalor pada
Laju aliran primer merupakan besar laju aliran panas (W/m2.K)
aliran air pada sistem pendingin primer yang αc = koefisien transfer kalor pada
masuk ke sistem penukar panas (Mh), yang aliran dingin (W/m2.K)
berasal dari keluaran dari reaktor. Laju aliran λp= konduktifitas pelat (W/m.K)
sekunder (Mc) merupakan besar laju aliran air t = ketebalan pelat (m)
pendingin sekunder yang masuk ke sistem A = total luasan area (m2)
penukar panas yang berasal dari menara L = panjang pelat (m)
pendingin.
Besarnya laju aliran air pendingin
primer yang masuk ke dalam setiap pelat (mh) Didefinisikan NTU sebagai,
dari sistem penukar panas dapat dihitung U .A
dengan persamaan 3.1. NTU = .
.......... (3.10)
2M h ( M c p ) min
mh = ........................ (3.1)
N +1 dimana : A = N .L.W ..................... (3.11)
dimana : N = jumlah pelat Didefinisikan,
Mh= laju aliran primer (kg/s) Tc ,out − Tc ,in
P= ............... (3.12)
Th ,in − Tc ,in
Besarnya luasan yang dilewati oleh
.
aliran air pada setiap pelat (S) dapat dihitung .
dengan menggunakan persamaan 3.2 berikut: (M c p ) c Th ,in − Th ,out
R= = ...... (3.13)
S = b.W ............................... (3.2) .
Tc ,out − Tc ,in
dimana : b = jarak antar pelat (m) (M c p ) h
W = lebar pelat (m)
dimana : Th, out = temperatur primer keluar (K)
Jika u = kecepatan antara dua pelat, De = Tc, out = temperatur sekunder keluar
diameter ekuivalensi dan Reh = bilangan (K)
reynolds, maka Nu (bilangan nuzzel) dapat Th, in = temperatur primer masuk (K)
dicari dengan persamaan : Tc, in = temperatur sekunder masuk
mh (K)
u = .......................... (3.3)
ρ .S
Karena pada reaktor TRIGA 2000 4.2. Perhitungan dengan Jumlah Pelat 144
Bandung, laju aliran primer (Mh) lebih kecil
dari laju aliran sekunder (Mc) atau (Mcp)h <
. Th, keluar
mh 144 pelat
(Mcp)c, maka efektifitas (E) = R.P, sehingga
. Tc, keluar
Th ,in − Th ,out
E= ............. (3.14) mC
Th ,in − Tc ,in Gambar 4.1. Susunan pelat no.1
Karena (Mcp)min = (Mcp)h, maka
U .A Laju aliran primer di setiap plat :
NTUmin= NTUh = ........... (3.15) 2M h
=
.
(M c p ) h mh
N +1
2 × 59,56
Diketahui bahwa : = = 0,82 kg
144 + 1 s

exp[(1 − C r ) NTU min ] − 1 S = b.W


E= ...... (3.16)
exp[(1 − C r ) NTU min ] − C r
. = 0.0035 × 0.61 = 0,00213m 2
1 (M c p ) h
dimana : Cr = = ....... (3.17)
R ( M. c ) Kecepatan air :
p c mh
Subtitusi persamaan 3.15 dan 3.17 ke u =
persamaan 3.16 diperoleh E. Dengan
ρ .S
menggunakan persamaan 3.14 diperoleh Th, out.
Untuk Tc, out diperoleh dari subtitusi Th, out ke 59.57
= = 0,387 m
persamaan 3.13. 993,66 × 0,00213 s
Reynolds number
u h . D e .ρ
BAB IV Reh =
ANALISIS DATA η
0,387 × 0,007 × 993,66
4.1 Data Operasi Penukar Panas Reaktor = = 3801,36
0,0007213
TRIGA 2000 Bandung pada Daya 2000
kW
De = 2.b
Tabel 4.1. Data operasi penukar panas = 2 × 0,0035 = 0,007 m
= 0,4( Pr ) 0, 4 Re
0 , 64
Nuh
primer sekunder
Percobaan ke Tin(K) M(gpm) Tin(K) M(lt/mnt) = 0,4( 4,84) 0,4 (3801,36) 0,64
1. 314,6 906 303,9 5025 = 145,59
2. 314,8 906 303,8 5025
3. 314,3 906 303,5 5025 Koefisien transfer kalor pada aliran panas
4. 314,2 906 303,6 5025 λ.N uh
rata-rata 314,475 906 303,7 5025 αh =
De
314,475 + 303,7 0,626 × 145,59
Tfilm = =
2 0,007
= 309,0875 K = 13026,69 W 2
( m .K )

αh
αc =
2 0,64
13026,69 exp[(1 − 0,79)2,64] − 1
= =
2 0 , 64 exp[(1 − 0,79)2,64] − 0,79
= 8359,39 W = 0,78
( m 2 .K )
.
Koefisien Perpindahan Panas ( M CP ) c
1 R = .
U = ( M CP )h
1 1 t
+ + 75,23
αh αc λp =
59,56
1 = 1,26
=
1 1 0,0006
+ +
13026,69 α 8359,39 14,96 Karena R>1, maka
= 4228,5W 2 E = R.P
( m .K ) .
(M CP ) c Th ,in − Th ,out
dan R = =
Total Luasan Area .
( M CP )h Tc ,out − Tc,in
A = N .L.W
= 144 × 1,77 × 0,61 ;
= 155,48m 2
Tc ,out − Tc ,in
P =
Nilai NTUmin dan Cr dengan laju aliran Th ,in − Tc ,in
primer
U .A
NTUmin = .
Sehingga,
(M C P )h
Th,out = Th ,in − [ E (Th ,in − Tc ,in )]
4228,50 × 155,48
=
59,56 × 4178,26 = 314,48 − [0,78 × (314,48 − 303,7)]
= 2,64
= 306,08 K
.
(M C P ) h Tc,out = P (Th ,in − Tc ,in ) + Tc ,in
Cr = . = 310,34 K
(M C P ) c
59,56 Dari perhitungan di atas diperoleh :
= ∆Tc =Tc,out-Tc,in
75,23
=310,34-303,7
= 0,79 =6,64 °C

Efektifitas ∆Th =Th,in-Th,out


exp[(1 − Cr ) NTU min ] − 1 =314,48-306,08
E = =8,39 °C
exp[(1 − Cr ) NTU min ] − Cr
Efektifitas = 0,78
4.3 Perhitungan Susunan Pelat secara Seri
4.3.1 Perhitungan pada Laju Aliran Primer
14
dan Laju Aliran Sekunder Tetap
dengan Susunan Pelat secara Pararel
yang Bervariasi
75 75 75 75
Data Tabel 4.3 adalah hasil perhitungan
pada kondisi laju aliran pendingin primer tetap
dan laju aliran pendingin sekunder tetap Gambar 4.5. Susunan pelat no.5
dengan perubahan susunan pelat dinyatakan
pada gambar 4.1 sampai dengan 4.6 :
14
Tabel 4.2. Data laju aliran primer dan laju aliran
sekunder tetap 60 60 60 60 60
dengan susunan pelat yang bervariasi secara pararel

Laju aliran Th,i Th,o ∆ Gambar 4.6. Susunan pelat no.6


Susunan
primer/sek Tc,in n Tc,out ut ∆Tc Th Efektif
pelat
under (°C) (°C (°C) (°C (°C) (° itas
no.
(gpm) ) ) C) 12 0,950
950 / 30, 41, 37, 33, 6, 8, 0,77
1
1200 70 48 34 08 64 39 9 10
0,900
950 / 30, 41, 38, 32, 7, 9, 0,87
2
1200 70 48 12 11 42 37 0 ∆Temperatur (°C) 8
950 / 30, 41, 34, 31, 4, 9, 0,91 0,850

efektifitas
∆Tprimer
3
1200 70 48 85 67 15 80 0 6 ∆Tsekunder
950 / 30, 41, 34, 31, 3, 9, 0,91 0,800
efektifitas
4
1200 70 48 42 58 72 89 8 4

950 / 30, 41, 34, 31, 3, 9, 0,92


5 0,750
1200 70 48 33 56 63 92 0 2

950 / 30, 41, 34, 31, 3, 9, 0,92


6
1200 70 48 31 55 61 93 1 0 0,700
no.1 no.2 no.3 no.4 no.5 no.6
perubahan pelat

144 Gambar 4.7. Grafik laju aliran primer dan laju aliran
sekunder tetap
pelat dengan susunan pelat yang bervariasi secara pararel
300
pelat
Gambar 4.2. Susunan pelat no.2 4.3.2 Data Temperatur dan Efektifitas pada
Penambahan laju Aliran Sekunder
dan Susunan Pelat yang Bervariasi
Menurut Gambar 4.8
144 Data pada Tabel 4.3 berikut ini adalah
pelat data dengan penambahan laju aliran sekunder
dan susunan pelat yang dinyatakan pada
150 150 Gambar 4.8
pelat pelat

Gambar 4.3. Susunan pelat no.3


144

144 100 200 300

100 100 100


Gambar 4.8. Susunan pelat no.7

Gambar 4.4. Susunan pelat no.4


Tabel 4.3. Data temperatur dan efektifitas pada
penambahan laju aliran sekunder dan susunan pelat yang laju aliran sekunder
1200 1200 1200 1200 1200
bervariasi menurut Gambar 3.8 12 0,93

10 0,92

∆Temperatur (°C)
Laju aliran Th,i Th,o ∆T 8
0,91 ∆Tprimer

efektifitas
0,90 ∆Tsekunder
primer/seku Tc,in n Tc,out ut ∆Tc h Efektifi 6 efektifitas
0,89
No. nder (°C) (°C (°C) (°C (°C) (°C tas 4
0,88
(gpm) ) ) ) 2 0,87
950 / 30, 41, 34. 31. 3. 9.9 0,92
1 0 0,86
1200 70 48 39 56 69 2 03 950 1000 1050 1100 1150
950 / 30, 41, 34. 31. 3. 10. 0,92 laju aliran primer
2
1300 70 48 16 47 46 01 87
950 / 30, 41, 33. 31. 3. 10. 0,93
3
1400 70 48 95 40 25 08 54
950 / 30, 41, 33. 31. 3. 10. 0,94 Gambar 4.10. Grafik data temperatur dan efektifitas pada
4 penambahan laju aliran primer dan susunan
1500 70 48 76 34 06 14 08
950 / 30, 41, 33. 31. 2. 10. 0,94 pelat yang bervariasi menurut Gambar 3.8
5
1600 70 48 59 29 89 19 53

4.3.4 Data Temperatur dan Efektifitas


pada Penambahan Laju Aliran
laju aliran primer
950 950 950 950 950 Sekunder dan Laju Aliran Primer
12 0,95

10
0,95 dengan Susunan Pelat yang
∆Temperatur (°C)

0,94
8 0,94 ∆Tprimer
Bervariasi Menurut Gambar 4.8
efektifitas

0,93 ∆Tsekunder
6

4
0,93
0,92
efektifitas
Data pada Tabel 4.5 berikut ini adalah
0,92
2

0
0,91
0,91
data dengan penambahan laju aliran sekunder
1200 1300 1400 1500
laju aliran sekunder
1600 dan laju aliran primer. Susunan pelat yang
dinyatakan pada Gambar 4.8

Gambar 4.9. Grafik perubahan data temperatur dan Tabel 4.5. Data temperatur dan efektifitas pada
efektifitas pada penambahan laju aliran sekunder dan penambahan laju aliran sekunderdan primer dengan
susunan pelat yang bervariasi menurut Gambar 3.8 susunan pelat yang Bervariasi menurut Gambar 3.8

4.3.3 Data Temperatur dan Efektifitas Laju aliran Th,i


N primer/seku Tc,in n Tc,out Th,out ∆Tc ∆Th Efektifi
pada Penambahan Laju Aliran Primer dan o. nder (°C) (°C (°C) (°C) (°C) (°C) tas
Susunan Pelat yang Bervariasi Menurut (gpm) )
Gambar 4.8 950 / 30, 41, 34. 31,5 3. 9,91 0,92
1
1200 70 48 39 588 69 62 030
Data pada Tabel 4.4 berikut ini adalah 1000 / 30, 41, 34. 31,5 3. 9,92 0,92
2
data dengan penambahan laju aliran primer 1300 70 48 29 489 59 61 122
dan susunan pelat yang dinyatakan pada 1050 / 30, 41, 34. 31,5 3. 9,93 0,92
3
1400 70 48 21 438 51 12 169
Gambar 4.8 1150 / 30, 41, 34. 31,5 3. 9,93 0,92
4
1500 70 48 13 423 43 27 183
Tabel 4.4. Data temperatur dan efektifitas pada 1200/ 30, 41, 34. 31,5 3. 9,93 0,92
5
penambahan laju aliran 1600 70 48 06 436 36 14 171
primer dan susunan pelat yang bervariasi
menurut Gambar 3.8 laju aliran primer
950 1000 1050 1100 1150
Laju aliran ∆T 12 0,93
Th,in Th,o
primer/seku Tc,in Tc,out ∆Tc h Efektifi 10
No. (°C ut 0,92
nder (°C) (°C) (°C) (° tas
) (°C)
∆Temperatur (°C)

8
(gpm) C)
efektifitas

0,92 ∆Tprimer
950 / 30, 41, 34. 31. 3.6 9.9 6 ∆Tsekunder
1
1200 70 48 39 56 9 2 0,920 0,91 efektifitas
4
1000 / 30, 41, 34. 31. 3.8 9.8
2 0,91
1200 70 48 54 65 4 3 0,912 2
1050 / 30, 41, 34. 31. 3.9 9.7
3 0 0,90
1200 70 48 68 74 8 4 0,904 1200 1300 1400 1500 1600
1100 / 30, 41, 34. 31. 4.1 9.6 laju aliran sekunder
4
1200 70 48 81 83 1 4 0,895
1150 / 30, 41, 34. 31. 4.2 9.5
5
1200 70 48 94 93 4 5 0,886 Gambar 4.11. Grafik data temperatur dan efektifitas pada
penambahan laju aliran sekunder dan primer dengan
susunan pelat yang bervariasi menurut Gambar 3.8
4.3.5 Data Temperatur dan Efektifitas pada Tabel 4.7. Data temperatur dan efektifitas pada
Penambahan Laju Aliran Sekunder penambahan laju aliran primerdan susunan pelat yang
bervariasi menurut Gambar 4.3
dan Susunan Pelat yang Bervariasi
Menurut Gambar 4.3 Laju aliran Th,i Th,o ∆
Data pada Tabel 4.6 berikut ini adalah N primer/sek Tc,in n Tc,out ut ∆Tc Th Efektifi
data dengan penambahan laju aliran sekunder o. under (°C) (°C (°C) (°C (°C) (° tas
(gpm) ) ) C)
dan susunan pelat yang dinyatakan pada 950 / 30, 41, 34. 31. 4. 9.
1 0,91
Gambar 4.3 1200 70 48 85 67 15 80
1000 / 30, 41, 35. 31. 4. 9.
2 0,90
1200 70 48 04 78 34 69
Tabel 4.6. Data temperatur dan efektifitas pada
1050 / 30, 41, 35. 31. 4. 9.
penambahan laju aliran sekunder 3 0,89
1200 70 48 23 90 53 58
dan susunan pelat yang bervariasi menurut 1100 / 30, 41, 35. 32. 4. 9.
Gambar 4.3 4 0,88
1200 70 48 42 02 72 46
1150 / 30, 41, 35. 32. 4. 9.
5 0,87
Laju aliran Th,i Th,o ∆T 1200 70 48 60 14 90 34
N primer/sek Tc,in n Tc,out ut ∆Tc h Efektif
o. under (°C) (°C (°C) (°C (°C) (°C itas
(gpm) ) ) ) laju aliran sekunder
1200 1200 1200 1200 1200
950 / 30, 41, 34. 31. 4. 9.8 0,91
1 12 0,92
1200 70 48 85 67 15 0 0 10 0,91

∆Temperatur (°C)
950 / 30, 41, 34. 31. 3. 9.9 0,92 0,90
2 8

efektifitas
0,89 ∆Tprimer
1300 70 48 55 56 85 1 0 6 0,88 ∆Tsekunder
950 / 30, 41, 34. 31. 3. 9.9 0,92 4 0,87 efektifitas
3 0,86
1400 70 48 49 55 79 3 1 2
0,85
950 / 30, 41, 34. 31. 3. 10. 0,93 0 0,84
4
1500 70 48 05 41 35 07 5 950 1000 1050 1100 1150

950 / 30, 41, 33. 31. 3. 10. 0,94 laju aliran primer
5
1600 70 48 85 35 15 13 0

Gambar 4.13. Grafik data temperatur dan efektifitas pada


laju aliran primer penambahan laju aliran sekunder dan susunan pelat yang
950 950 950 950 950 bervariasi menurut Gambar 4.3
12 0,95
0,94
10 0,94 4.3.7 Data Temperatur dan Efektifitas
0,93
∆Temperatur (°C)

8 0,93 pada Penambahan Laju Aliran


efektifitas

∆Tprimer
6
0,92
0,92
∆Tsekunder Sekunder dan Laju Aliran Primer
4 0,91 efektifitas
dengan Susunan Pelat yang
0,91
2 0,90 Bervariasi Menurut Gambar 4.3
0
0,90
0,89
Data pada Tabel 4.8 berikut ini adalah
1200 1300 1400 1500 1600 data dengan penambahan laju aliran sekunder
laju aliran sekunder dan susunan pelat yang dinyatakan pada
Gambar 4.3
Gambar 4.12. Grafik data temperatur dan efektifitas pada
penambahan laju aliran sekunder dan susunan pelat yang Tabel 4.8. Data Temperatur dan efektifitas pada
bervariasi menurut Gambar 4.3 penambahan laju aliran sekunder dan primer dengan
susunan pelat yang bervariasi menurut Gambar 4.3
Laju
4.3.6 Data Temperatur dan Efektifitas pada Th, ∆T
aliran Th,ou
N Tc,in in Tc,out ∆Tc h Efektif
Penambahan Laju Aliran Primer dan o.
primer/se
(°C) (° (°C) t
(°C) (°C itas
kunder (°C)
Susunan Pelat yang Bervariasi (gpm)
C) )
Menurut Gambar 4.3 4.
950 / 30, 41, 34. 31,6 0,90
Data pada Tabel 4.7 berikut ini adalah 1 1 9,8
1200 70 48 85 737 964
5 013
data dengan penambahan laju aliran primer 4.
dan susunan pelat yang dinyatakan pada 1000 / 30, 41, 34. 0,91
2 31,6 0 9,8
1300 70 48 73 075
Gambar 4.3 617 3 133
3.
1050 / 30, 41, 34. 0,91
3 31,6 9 9,8
1400 70 48 63 133
555 3 195
3.
1100 / 30, 41, 34. 0,91
4 31,6 8 9,8
1500 70 48 55 149
537 5 213
3.
1150 / 30, 41, 34. 0,91
5 31,6 7 9,8
1600 70 48 47 134
553 7 197
8 8 8 8 8 8 8 8
laju aliran primer
950 1000 1050 1100 1150
Th,out 3 3 3 3 3 3 3 3
12 1,00 31
0,99 (°C) 33,0 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 32,6
10 ,9
0,98 8 9 2 5 4 2 5 1 6 9
∆Temperatur (°C)

0,97 7
8 0 4 1 8 7 9 0 5

efektifitas
0,96 ∆Tprimer
6 0,95 ∆Tsekunder ∆Th 8, 9, 8, 9, 9, 8, 9, 8,
0,94 9,
4 efektifitas (°C) 8,39 5 2 9 0 2 8 3 8 8,78
0,93 50
0,92 8 4 6 0 0 9 7 3
2
0,91
0 0,90
1200 1300 1400 1500 1600
Efek 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
laju aliran sekunder 0,
tifita 0,78 8 8 8 8 8 8 8 8 0,82
88
s (E) 0 6 3 4 5 2 7 2
Gambar 4.14. Grafik data temperatur dan efektifitas pada
ETotal 0,78 0,83 0,83 0,83 0,83 0,83
penambahan laju aliran sekunder dan perimer dengan
Tc,out
susunan pelat yang bervariasi menurut Gambar 4.3 cam
- 37,75 37,81 37,80 37,77 37,75
pur(
°C)
4.4 Perhitungan Susunan Pelat secara ∆Tc
Paralel camp
6,64 7,05 7,11 7,10 7,07 7,05
ur
4.4.1 Perhitungan dengan Penambahan (°C)
Susunan Pelat dan Laju Aliran Th,out
cam
Berdasarkan Gambar 4.15 pur(
- 32,57 32,49 32,51 32,54 32,57
°C)
∆Th
cam
8,39 8,91 8,99 8,97 8,94 8,90
pur
(°C)
Penambahan pelat secara paralel
0 300 150 100 75 60
10 0,90
8,39 8,91 8,99 8,97 8,94
9 8,90
8 7,05 7,11 7,10 7,07 7,05
7 6,64
Temperatur (K)

0,85

Efektifitas
6 ∆Tc, campur
5 0,83 ∆Th, campur
0,83 0,83 0,83
4 0,83 Efektifitas
0,80
3
2 0,78
1
0 0,75
1 2 3 4 5 6
n

Gambar 4.16. Grafik temperatur dan efektifitas terhadap


penambahan pelat secara paralel dan perubahan laju
Gambar 4.15. Diagram blok penukar panas dengan
aliran
penambahan pelat dalam susunan paralel dan
laju aliran
4.4.2 Perhitungan dengan Perubahan
Tabel 4.9. Data Temperatur dan efektifitas terhadap Susunan Pelat dan Laju Aliran
penambahan pelat secara paralel dan perubahan laju Berdasarkan Gambar 4.17
aliran
.
475 316,67 237,5 190 135,71
mh gpm gpm gpm gpm gpm
Dat
a
. Aw
600 400 300 240 171,43
mc al
gpm gpm gpm gpm gpm

Juml
ah 1 3 1 1 1 1 1
7 14
Pelat 144 4 0 4 5 4 0 4 60
5 4
(lem 4 0 4 0 4 0 4
bar)
Tc,in 3 3 3 3 3 3 3
3 30
(°C) 30,7 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 30,7
0, ,7
0 7 7 7 7 7 7 7 0
7 0
0 0 0 0 0 0 0
Tc,out 3 3 3 3 3 3 3 3
38
(°C) 37,3 7, 8, 7, 7, 7, 7, 8, 7, 37,6
4 4 0 7 8 9 7 1 6
,2
5 Gambar 4.17. Diagram blok penukar panas dengan
2
9 1 9 2 9 4 2 9 perubahan jumlah pelat dan laju aliran
∆Tc 6, 7, 7, 7, 7, 7, 7, 6,
7,
(°C) 6,64 7 3 0 1 2 0 4 9 6,95
52
9 1 9 2 9 4 2 9

Th,in 4 4 4 4 4 4 4 4 41
41,4 41,4
(°C) 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, ,4
8 8
4 4 4 4 4 4 4 4 8
Tabel 4.10. Data temperatur dan efektifitas terhadap Penambahan pelat secara paralel
perubahan jumlah pelat dan 0 300 150 100 75 60
10 1,00
laju aliran 8,91
9,02 9,07 9,10 9,12
9
7,80 0,95
. 8
7,05 7,14 7,18 7,20 7,22
2
mh 4 4 4
3
4 15 4 11 4
9
7
0,90

Temperatur (K)
7 7 7 7 8, 7 8, 7 6

Efektivitas
6,17 0,84
7, 5 0,84 0,84
5 5 5 5 33 5 75 5 5 0,83 0,85 ∆Tc, campur
(gp Dat 5 ∆Th, campur
4
m) a 0,80
Efektifitas
3
. Aw 0,78

al 2
mc 6 6 6 3 6
20
6
15
6 1 1
0,75

0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0,70
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3 4 5
(gp
m)
Jum
lah 14
1 3 1 1 1 1 1
Pela 4 10 6 Gambar 4.18. Grafik temperatur dan efektifitas terhadap
4 0 4 5 4 4 75 4
t pel 0 0
(lem at
4 0 4 0 4 4 4 perubahan jumlah pelat dan Laju aliran
bar)
3 3 3 3 3 3 3 3
30 30
Tc,in 30, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
,7 ,7
(°C) 70 7 7 7 7 7 7 7 7
0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
3 3 3 3 3 3 3 3 4.4.3 Perhitungan dengan Penambahan
38 38
Tc,out 36, 7, 8, 7, 8, 7,
,0
7,
,0
7, 8, Jumlah Pelat pada Laju Aliran Tetap
(°C) 87 4 0 4 0 4 4 4 0
1 1
9 1 9 1 9 9 9 0
∆Tc 6,1
6, 7, 6, 7, 6,
7,
6,
7,
6, 7, .
(°C) 7
7 3 7 3 7
31
7
31
7 3
mh 144 pelat Tc,campur keluar
9 1 9 1 9 9 9 0
.

Th,in 41,
4
1,
4
1,
4
1,
4
1,
4
1,
41
4
1,
41
4
1,
4
1,
mC n - pelat Th,campur keluar
,4 ,4
(°C) 48 4 4 4 4 4 4 4 4
8 8
8 8 8 8 8 8 8 8
3 3 3 3 3 3 3 3
Th,ou 32 32 Gambar 4.19. Diagram Blok Penukar Panas yang
33, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2,
t ,2 ,2
(°C)
68 9 2 9 2 9
4
9
5
9 2 Disusun SecaraParalel
0 4 0 4 0 0 0 5
8, 9, 8, 9, 8, 8, 8, 9,
∆Th 7,8
5 2 5 2 5
9,
5
9,
5 2
Tabel 4.11. Data temperatur dan efektifitas terhadap
(°C) 0 23 23 penambahan jumlah pelat pada laju aliran tetap
8 4 8 4 8 8 8 2

. .
Efe
ktifi 0,7
0, 0, 0, 0, 0,
0,
0,
0,
0, 0, mh = 950 gpm ; mc = 1200 gpm
8 8 8 8 8 8 8 8
tas 8 86 86 Jum
0 6 0 6 0 0 0 6
(E) lah
ETota 0,7 Pel 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 3
0,83 0,84 0,84 0,84 0,85 5
l 8 at 4 4 0 4 5 4 0 4 5 4 0
Tc,out 0
(le 4 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0
cam mb
- 37,75 37,84 37,88 37,90 37,92
pur( ar)
°C)
∆Tc
cam 6,1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7,05 7,14 7,18 7,20 7,22 Tc,in
pur( 7 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
(°C
°C) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
)
Th,ou 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
t Tc,o 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
cam - 32,57 32,46 32,41 32,38 32,36 ut 7, 6, 7, 7, 7, 7, 7, 8, 7, 8, 7, 8,
pur( (°C 8 9 8 6 8 9 8 1 8 2 8 3
°C) ) 9 8 9 2 9 2 9 1 9 4 9 4
∆Th ∆Tc 7, 6, 7, 6, 7, 7, 7, 7, 7, 7, 7, 7,
cam 7,8 (°C 1 2 1 9 1 2 1 4 1 5 1 6
8,91 9,02 9,07 9,10 9,12 ) 9 8 9 2 9 2 9 1 9 4 9 4
pur 0
(°C)

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Th,in
1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1,
(°C
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
)
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Th,o 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
ut 2, 3, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 1, 2, 1,
(°C 3 5 3 7 3 3 3 1 3 9 3 8
) 9 4 9 4 9 5 9 1 9 5 9 2
∆Th 9, 7, 9, 8, 9, 9, 9, 9, 9, 9, 9, 9,
(°C 0 9 0 7 0 1 0 3 0 5 0 6
) 9 4 9 4 9 2 9 6 9 3 9 5
Efe
0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
ktifi
8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9
tas 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 1 4 5 4 7 4 8 4 0 41
(E) Th,in 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1,
,4
ETot (°C) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
0,79 0,83 0,85 0,86 0,86 0,87 8
al 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Tc,o 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31
ut Th,out 2, 1, 2, 1, 2, 1, 1, 1, 1, 1, 1,
,2
cam 37,44 37,76 37,91 38,00 38,07 38,12 (°C) 3 8 2 6 0 5 9 4 8 3 7
8
pur( 9 2 2 6 8 3 6 2 7 4 9
°C) 1 1
9, 9, 9, 9, 9, 9, 9, 9, 9, 10
∆Tc ∆Th 0, 0,
0 6 2 8 4 9 5 6 6 ,2
cam (°C) 0 1
9 5 6 2 0 5 1 0 8 0
pur 6,74 7,06 7,21 7,30 7,37 7,42 5 3
(°C
)
Th,o Efek 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
tifita 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9 9 9
ut
cam 32,96 32,56 32,37 32,25 32,17 32,11 s (E) 4 0 6 1 7 2 8 3 9 4 0 5
pur( ETota
0,87 0,89 0,90 0,91 0,92 0,92
°C) l

∆Th Tc,out
cam cam
38,12 37,67 37,26 36,89 36,56 36,26
pur 8,51 8,91 9,10 9,22 9,31 9,37 pur
(°C (°C)
) ∆Tcca
mpur 7,42 6,97 6,56 6,19 5,86 5,56
(°C)
Th,out
10 0,88 cam
9,10 9,22 9,31 9,37
8,91 0,87 32,11 31,94 31,80 31,69 31,61 31,53
9 8,39 8,51
0,86 pur
0,85 0,86 (°C)
8 0,86
7,06 7,42 0,84
7
6,64 6,74
7,30
∆Tc, campur ∆Th
7,21 7,37
cam
Temperatur (K)

0,82 ∆Th, campur


6 0,83 9,37 9,54 9,67 9,78 9,87 9,94
Efektifitas

Efektifitas pur
5 0,8
0,79 (°C)
4
0,78
0,78
3
0,76
2
12 0,93
0,74
1
9,87 0,92
0 0,72 9,67 9,78
10 9,37 9,54 9,94
0 50 100 150 200 250 300
0,92 0,91
0,91
Penambahan Pelat
∆Tc, campur
8 7,42 0,90
Temperatur (K)

6,97 0,90 ∆Th, campur


Gambar 4.20. Grafik temperatur dan efektifitas terhadap

Efektifitas
6,56 6,19
5,86 0,89 Efektifitas
penambahan jumlah pelat pada laju aliran tetap 6 0,89 5,56
0,88

4 0,87 0,87
4.4.4 Perhitungan dengan Penambahan 0,86
Laju Aliran Sekunder pada Jumlah 2
0,85

Pelat dan Laju Aliran Primer Tetap 0 0,84


1200 1300 1400 1500 1600 1700
Laju Aliran Sekunder (gpm)
Tabel 4.12. Data temperatur dan efektifitas terhadap
penambahan laju aliran sekunder pada jumlah pelat dan Gambar 4.21. Grafik temperatur dan efektifitas terhadap
laju aliran primer tetap penambahan laju aliran sekunder pada jumlah pelat dan
laju aliran primer tetap
.
mh = 475 gpm

.
mc 600 650 700 750 800 850

(gpm)
Jum
lah
Pela 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3
t 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0
4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0
(lem
bar)
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Tc,in 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
(°C) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Tc,out 7, 8, 7, 7, 7, 7, 6, 7, 6, 6, 6, 6,
(°C) 8 3 4 8 0 4 7 0 4 7 1 4
9 4 7 8 8 5 2 7 0 2 1 0
7, 7, 6, 7, 6, 6, 6, 6, 5, 6, 5, 5,
∆Tc
1 6 7 1 3 7 0 3 7 0 4 7
(°C)
9 4 7 8 8 5 2 7 0 2 1 0
4.4.4 Perhitungan dengan Penambahan 10
9,37
9,21
9,04
0,88
8,87 8,70
Laju Aliran Primer pada Jumlah 9 0,87
0,85
0,87

0,86
8 8,34
Pelat dan Laju Aliran Sekunder 7 7,42 7,67
7,91 8,13 0,85
∆Tc, campur

Temperatur (K)
0,84
Tetap 6
0,84

Efektifitas
∆Th, campur
0,83
5 0,82 Efektifitas
0,82
4
0,81
Tabel 4.13. Data temperatur dan efektifitas terhadap 3 0,81
0,80
penambahan laju aliran primer pada jumlah pelat dan laju 2 0,79

aliran sekunder tetap 1 0,78


0 0,77
. 950 1000 1050 1100 1150
mc = 600 gpm Laju Aliran Primer (gpm)

. Gambar 4.22. Grafik temperatur dan efektifitas terhadap


m penambahan laju aliran primer pada jumlah pelat dan
h 475 500 525 550 575
laju aliran sekunder tetap
(gpm
)
Jumla
h 4.2.2.6 Perhitungan dengan Penambahan
14 30 14 30 14 30 14 30 14 30
Pelat
4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 Laju Aliran Primer dan Sekunder
(lemb
ar)

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tabel 4.14. Data temperatur dan efektifitas terhadap


Tc,in
,7 ,7 ,7 ,7 ,7 ,7 ,7 ,7 ,7 ,7
(°C)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penambahan laju aliran
37 38 38 38 38 38 38 39 38 39 .
Tc,out
(°C)
,8 ,3 ,1 ,6 ,3 ,8 ,5 ,0 ,7 ,3 mh
9 4 3 1 6 6 7 9 6 1
(gpm) 475 500 525 550 575
∆Tc 7, 7, 7, 7, 7, 8, 7, 8, 8, 8,
(°C) 19 64 43 91 66 16 87 39 06 61 .
mc
(gpm) 600 650 700 750 800
41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 Jumlah
Th,in
,4 ,4 ,4 ,4 ,4 ,4 ,4 ,4 ,4 ,4 Pelat
(°C) (lembar
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
) 144 300 144 300 144 300 144 300 144 300
32 31 32 31 32 32 32 32 33 32
Th,out
,3 ,8 ,5 ,9 ,7 ,1 ,8 ,3 ,0 ,4
(°C)
9 2 6 8 2 5 9 2 6 9 Tc,in 30, 30, 30, 30, 30, 30, 30, 30, 30, 30,
∆Th 9, 9, 8, 9, 8, 9, 8, 9, 8, 8, (°C) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
(°C) 09 65 92 49 75 33 58 16 41 98 Tc,out 37, 38, 37, 38, 37, 37, 37, 37, 37, 37,
(°C) 89 34 70 15 54 98 39 82 25 69
∆Tc 7,1 7,6 7,0 7,4 6,8 7,2 6,6 7,1 6,5 6,9
Efekt (°C) 9 4 0 5 4 8 9 2 5 9
0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
ifitas
84 90 83 88 81 87 80 85 78 83
(E)
Th,in
ETotal 0,87 0,85 0,84 0,82 0,81 (°C)
41, 41, 41, 41, 41, 41, 41, 41, 41, 41,
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Tc,out Th,out 32, 31, 32, 31, 32, 31, 32, 31, 32, 31,
(°C) 39 82 37 79 36 77 36 76 36 75
camp 38,12 38,37 38,61 38,83 39,04 ∆Th 9,0 9,6 9,1 9,6 9,1 9,7 9,1 9,7 9,1 9,7
ur (°C) 9 5 1 8 1 0 2 2 1 2
(°C)
∆Tcc Efektifi 0,8 0,9 0,8 0,9 0,8 0,9 0,8 0,9 0,8 0,9
ampu 7,42 7,67 7,91 8,13 8,34 tas (E) 4 0 5 0 5 0 5 0 5 0
r (°C) ETotal
Th,out 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87
Tc,out
campur
camp 32,11 32,27 32,44 32,61 32,78 (°C) 38,12 37,93 37,76 37,61 37,47
ur ∆Tc
campur
(°C) (°C) 7,42 7,23 7,06 6,91 6,77
∆Th Th,out
camp campur
9,37 9,21 9,04 8,87 8,70
ur (°C) 32,11 32,08 32,07 32,06 32,05
(°C) ∆Th
campur
(°C) 9,37 9,39 9,41 9,42 9,43
Laju Aliran Sekunder (gpm) semakin kecil karena adanya penambahan laju
600
10
650 700 750 800
aliran sekunder.
9,42
9,37
9
8 0,87
9,39
0,87
9,41
0,87 0,87
9,42
0,87 Pada susunan pelat seperti Gambar 4.8
7
dengan variasi aliran primer berubah dari 950
Temperatur (K)

7,42 7,23 0,85 ∆Tc, campur


7,06

Efektifitas
6 6,91 6,77
∆Th, campur
5
4
Efektifitas gpm, 1000 gpm, 1050 gpm sampai 1150 gpm.
3
2
Temperatur aliran primer yang paling kecil
1
0 0,75
diperoleh saat laju aliran primer 950 gpm dan
475 500 525
Laju Aliran Primer (gpm)
550 575
laju aliran sekunder 1200 gpm dengan
∆Th = 9,92°C (41,48°C-31,56°C) dengan
Gambar 4.23. Grafik temperatur dan efektifitas terhadap
efektifitas 0,92.
penambahan laju aliran
Gambar 4.10 memperlihatkan grafik
perubahan ∆Th, ∆Tc dan efektifitas terhadap
4.4 Pembahasan
Dengan menggunakan data awal seperti laju aliran primer. Saat laju aliran primer
jumlah pelat penukar panas 144 lembar, laju bertambah maka terjadi kenaikan ∆Tc,
aliran sekunder 1200 gpm serta laju aliran penurunan ∆Th dan penurunan efektifitas. Jika
primer 950 gpm yang dinyatakan pada Gambar ∆Th semakin menurun maka temperatur
4.1 diperoleh nilai ∆Tc= 6,64 °C; ∆Tp= 8,39 keluaran aliran primer semakin naik begitu
°C dan E = 0,78. juga sebaliknya. Laju aliran primer harus
Susunan pelat yang digunakan untuk selalu lebih kecil dari pada laju aliran sekunder
mengetahui pengaruh penambahan pelat karena jika laju aliran primer lebih besar dan
dengan variasi seri pada Gambar 4.2 hingga terjadi kebocoran maka aliran primer akan
Gambar 4.6 dan Gambar 4.8. Dengan laju mencemari aliran sekunder yang berhubungan
aliran primer 950 gpm, laju aliran sekunder dengan lingkungan luar. Oleh sebab itu pada
1200 gpm, Th,in = 41,48°C dan Tc,in = 30,70°C penelitian ini laju aliran primer tidak bisa
diperoleh data pada Tabel 4.2. Pada tabel dinaikkan melebihi laju aliran sekunder.
tersebut dapat dilihat bahwa Th,out yang paling Susunan pelat pada gambar 4.8 dengan
kecil ditunjukkan oleh susunan pelat Gambar perubahan laju aliran primer dan sekunder.
4.6 dimana nilai ∆Th = 9,93°C (41,48°C– Laju aliran primer berubah dari 950 gpm
31,55°C) dan penurunan temperatur primer hingga 1150 gpm dan perubahan laju aliran
paling kecil pada susunan pelat gambar 4.1 sekunder dari 1200 gpm hingga 1600 gpm.
dengan ∆Th = 8,39°C (41,48°C – 33,08°C) Data hasil perhitungan dengan laju aliran
Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa primer dan sekunder tersebut ditampilkan pada
seiring penambahan pelat maka terjadi Tabel 4.5. ∆Th yang paling kecil didapat saat
kenaikan ∆Th, penurunan ∆Tc dan kenaikan laju aliran primer 950 gpm dan laju aliran
efektifitas. Penurunan ∆Tc ini disebabkan oleh sekunder 1200 gpm dengan nilai ∆Th =
beberapa penukar panas yang mengambil 9.9162°C (41,48°C-31,56°C).
sumber aliran air sekunder baru sehingga Pada Gambar 4.11 terlihat bahwa saat
mempengaruhi temperatur sekunder keluar laju aliran primer 950 gpm dan laju aliran
campuran. sekunder 1200 gpm ∆Tp = 9.92°C, tidak
Susunan pelat pada Gambar 4.8 laju berbeda jauh dengan laju aliran sekunder 1600
aliran sekunder berubah dari 1200 gpm hingga gpm dan laju aliran primer 1150 gpm dimana
1600 gpm. Dengan perubahan aliran sekunder ∆Th = 9.93°C. Perbedaan yang tidak signifikan
pada susunan pelat seperti Gambar 4.8 maka itu menyebabkan ∆Th pada Gambar 4.11
∆Th yang paling besar saat laju aliran sekunder terlihat seperti garis lurus. Efektifitas pada
sebesar 1600 gpm dengan perubahan ∆Th = penambahan laju aliran sekunder dan laju
10,19°C (41,48°C-31,29°C) dan nilai aliran sekunder tidak berbeda jauh.
efektifitas = 0,9453. Pada penukar panas dengan susunan
Gambar 4.9 memperlihatkan perubahan pelat pada gambar 4.3 dengan aliran sekunder
∆Th, ∆Tc dan efektifitas terhadap laju aliran yang berubah dari 1200 gpm, 1300 gpm
sekunder. Pada Gambar 4.10. terlihat laju sampai dengan 1600 gpm diperoleh data pada
aliran sekunder ditambahkan dari 1200 gpm Tabel 4.6. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
hingga 1600 gpm maka ∆Th bertambah, ∆Tc efektifitas dan ∆Th mengalami kenaikan. Jika
berkurang dan efektifitas naik. Temperatur ∆Th naik maka temperatur keluaran primer
aliran sekunder yang keluar dari penukar panas semakin kecil.
Pada Gambar 4.12 memperlihatkan Pada perhitungan dengan variasi
perubahan ∆Th, ∆Tc dan efektifitas terhadap susunan pelat secara pararel dilakukan
laju aliran sekunder. Pada Gambar 4.12 terlihat penambahan jumlah pelat seperti pada Gambar
bahwa ∆Th,out semakin besar, ∆Tc semakin 4.15, dan diperoleh hasil perhitungan pada
kecil dan efektifitas meningkat. Temperatur Tabel 4.9. Pada tabel tersebut dapat dilihat
keluaran aliran primer yang paling rendah saat bahwa ∆Tc, ∆Th dan efektifitas tertinggi
laju aliran primer 950 gpm dan laju aliran adalah ∆Tc= 7,11 °C; ∆Tp= 8,99 °C, E = 0,83,
sekunder sebesar 1600 gpm diperoleh ∆Th = diperoleh dengan susunan pelat 3 tingkat
10,13 °C (41,48°C -31,35°C) dengan secara paralel yang terdiri dari 144 pelat lama
efektifitas = 0,940. dan 150 pelat untuk 2 tingkat yang lainnya.
Tabel 4.7 menunjukkan data Dari Gambar 4.16 ditunjukkan bahwa
perhitungan penukar panas dengan aliran nilai efektifitas mengalami kenaikan dengan
primer yang dirubah dari 950 gpm, 1050 gpm, penambahan pelat, maka dapat disimpulkan
sampai 1150 gpm dan aliran sekunder tetap bahwa pelat penukar panas yang disusun
1200 gpm dengan menggunakan susunan pelat secara paralel mampu memindahkan panas
pada gambar 4.3. Pada Tabel 4.7 terlihat dari sistem pendingin primer ke sistem
bahwa ∆Th paling besar saat aliran primer 950 pendingin sekunder lebih baik jika
gpm dengan nilai sebesar 9,80°C dan ∆Th dibandingkan dengan susunan 144 lembar.
paling kecil saat aliran primer 1150 gpm Tabel 4.10 adalah hasil perhitungan
dengan nilai 9,34. berdasarkan susunan pelat seperti yang
Gambar 4.13 memperlihatkan hubungan dinyatakan pada Gambar 4.17, dimana
perubahan laju aliran primer dengan ∆Th dan menggunakan 144 pelat lama ditambah dengan
∆Tc serta efektifitas penukar panas. Pada 60 lembar sebanyak 5 tingkat, diperoleh Th,out
Gambar 4.13 terlihat jika laju aliran primer terendah, yaitu 32,36 °C, dan memiliki nilai
ditambah maka ∆Th turun dan ∆Tc naik, begitu ∆Tc dan ∆Th dan efektifitas tertinggi, yaitu
juga dengan sebaliknya. Jika ∆Th semakin ∆Tc= 7,22 °C; ∆Th= 9,12 °C dan E = 0,85,
turun maka temperatur yang dihasilkan seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.5.
semakin panas seiring dengan penambahan Pada susunan paralel seperti pada
laju aliran primer. Dari data dan Gambar pada Gambar 4.19, dimana diberi penambahan pelat
susunan penukar panas Gambar 4.3 maka yang secara bertahap 50 lembar, diperoleh hasil
paling baik adalah saat aliran primer 950 gpm perhitungan seperti yang dinyatakan pada
dan aliran sekunder 1200 karena pada aliran Tabel 4.11, dimana pada penambahan 300
tersebut didapatkan nilai ∆Th = 9,34°C pelat secara paralel diperoleh Th,out terendah,
(41,48°C -32,14°C) dengan nilai efektifitas = yaitu sebesar 32,11°C dan nilai ∆Tc, ∆Th dan
0.91. efektifitas tertinggi, yaitu ∆Tc= 7,42 °C; ∆Th=
Tabel 4.8 memperlihatkan data 9,37 °C dan E = 0,87. Berdasarkan Gambar
perhitungan untuk susunan pelat pada gambar 3.7 diketahui bahwa, penambahan jumlah pelat
4.3 dengan perubahan laju aliran primer dan pada susunan paralelnya memberikan nilai
sekunder. Saat laju aliran primer 950 gpm ∆Tc, ∆Th dan efektifitas yang semakin besar
maka laju aliran sekunder 1200 gpm, saat laju pula. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan
aliran 1050 gpm maka laju aliran sekunder jumlah pelat akan menurunkan nilai Th,out.
1300 gpm,laju aliran dirubah hingga laju aliran Pada susunan paralel pelat 144 lembar
primer 1150 gpm dan laju aliran sekunder dan 300 lembar diberi penambahan laju aliran
1600 gpm. sekunder dari 600 gpm hingga 850 gpm,
Gambar 4.14 memperlihatkan secara bertahap di setiap cabang diperoleh
perubahan ∆Th, ∆Tc dan efektifitas penukar hasil perhitungan pada Tabel 4.12. Tabel
panas terhadap laju aliran primer dan tersebut menunjukkan bahwa ∆Th dan
sekunder. Pada Gambar 4.14 terlihat ∆Th efektifitas tertinggi , yaitu 31,53 °C dan 0,92
bertambah, ∆Tc berkurang dan efektifitas pada laju aliran sekunder sebesar 850 gpm.
bertambah. Pada saat laju aliran primer sebesar Dari keseluruhan perhitungan diperoleh
950 gpm dan sekunder sebesar 1200 maka Gambar 3.8 yang menunjukkan nilai ∆Th dan
didapatkan ∆Th = 9,8013°C (41,48°C - efektifitas mengalami kenaikkan sedangkan
31,6737°C). Saat laju aliran primer 1150 gpm nilai ∆Tc menurun.
dan laju aliran sekunder 1600 didapatkan Susunan pelat yang diberi penambahan
∆Th = 9,8216°C (41,48°C -31,6534°C). laju aliran primer (Mh) dari 475 gpm menjadi
575 gpm, secara bertahap disetiap cabang
memberikan hasil perhitungan yang
berlawanan dengan hasil perhitungan dengan
menggunakan penambahan laju aliran
sekunder. Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 4.13
dan Gambar 4.22, dimana terlihat nilai ∆Th
dan efektifitas mengalami penurunan
sedangkan nilai ∆Tc naik. Dari Tabel 4.13
tersebut menunjukkan bahwa penambahan
(Mh) menyebabkan kenaikkan temperatur
primer keluarannya (Th,out). Pada Mh = 475
gpm menghasilkan Th = 32,11 °C sedangkan
pada Mh = 575 gpm menghasilkan Th =
32,78°C.
Karena penambahan laju aliran primer,
disamping menyebabkan kenaikan Th,out, juga
menyebabkan air di dalam teras reaktor yang
mengandung radiasi cepat mencapai
permukaan tangki. Maka penambahan laju
aliran primer yang tinggi tidak diperkenankan
dalam teras reaktor.
Penambahan laju aliran primer (Mh) dan
laju aliran sekunder (Mc) pada susunan paralel
menyebabkan kenaikan pada ∆Th dan
penurunan pada ∆Tc sedangkan nilai
efektifitasnya tetap. Dari hasil perhitungan
pada Tabel 4.14 diketahui bahwa pada Mh =
550 gpm, Mc = 750 gpm memberikan hasil
yang paling baik jika dibandingkan dengan
yang lain, karena memiliki nilai ∆Tc lebih
besar.

Anda mungkin juga menyukai