Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRACK
Provision of access to economic resources have a strategic role in improving the
welfare of the owner of the assets in the form of land. With the availability of a variety
of access that can be used to indirectly leverage their assets to prevent the transfer of
ownership occurs due to meet consumer needs alone. Providing access to infrastructure,
technology, capital and markets are needed so that the strengthening of the assets
intended for such assets to be more acceptable to the capital markets can be used
optimally by the landowner. This study aimed to (a) analyze the conditions of the
implementation of the agrarian reform program of activities providing access reform,
(b) analyze the factors that affect the implementation of the provision of access reform
the agrarian reform program, (c) analyze the value of existing factors in influencing the
provision of access reform. The method used in this research is descriptive analysis,
namely data collection to address existing problems and takes the form of observations
and interviews. Sampling technique using purposive sampling technique. Steps being
taken in the data analysis is the analysis of IFE (Internal Factor Evaluation) and EFE
(External Factor Evaluation), which is used to identify environmental factors that effect.
Keywords: Agrarian Reform, Access Reform, Land Reform Plus, analysis IFE EFE
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk tiap tahun semakin meningkat
dimana penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 225 juta jiwa, dimana
penduduk Indonesia tersebut hidup di atas daratan atau tanah seluas lebih
kurang 1.922.570 km2 yang jumlahnya relatif tetap dalam arti luas tanah
yang tersedia hampir tidak mengalami pertambahan. Keterbatasan
jumlahnya tersebut menjadikan tanah perlu dikelola secara baik dan
bijaksana, sehingga diharapkan semua tanah yang ada dapat memberikan
manfaat yang maksimal kepada sebanyak-banyak manusia, namun kondisi
yang terjadi tidaklah demikian sehingga muncul ketimpangan penguasaan
tanah1.
Adanya ketimpangan penguasaan tanah inilah maka muncul
pemikiran untuk melakukan penataan kembali penguasaan tanah yang ada
guna sebesar-besar kemakmuran rakyat atau yang sering dikenal sebagai
reforma agraria atau land reform. Pelaksanaan Reforma Agraria di
Indonesia merupakan implementasi dari mandat TAP MPR No.
IX/MPR/2001 tentang perlunya penataan struktur penguasaan, pemilikan,
pemanfaatan, dan penggunaan tanah.
Prinsip dasar dari land reform didasarkan kepada arti pentingnya
kepemilikan (property right) terhadap aset yang dimiliki oleh masyarakat
agar dapat dimanfaatkan sebagai modal (capital) dalam pengembangan
usaha atau memulai suatu usaha perekonomian. Dengan terpenuhinya
property right diharapkan pemilik aset memperoleh keuntungan berupa :
(1) mengoptimalkan potensi ekonomi aset; (2) mengintegrasikan informasi
aset kedalam satu sistem; (3) membuat pemilik aset lebih bertanggung
jawab; (4) aset menjadi lebih diterima oleh pasar; (5) menempatkan pemilik
aset ke dalam suatu jaringan; dan (6) melindungi transaksi terhadap aset
yang dimiliki (de Soto, 2006)2.
Berkenaan dengan arah kebijakan pertanahan tersebut di atas,
pelaksanaan kegiatan reforma agraria yaitu asset reform dan access reform
Rumusan Masalah
Pelaksanaan Reforma Agraria di Kabupaten Pemalang pada tahun
2008-2009 untuk program penguatan asset yang dilaksanakan mencapai
36.388 bidang tanah dengan luas tanah lebih dari 2.000 hektar yang terdiri
dari berbagai kegiatan antara lain Ajudikasi (LMPD), PRONA, PRODA,
Redistribusi Tanah dan Sertipikat Massal Swadaya (SMS) dengan sumber
dana dari Pusat, Propinsi, Kabupaten dan swadaya masyarakat. Disisi lain
program access reform pada periode yang sama yaitu 2008-2009 di
Kabupaten Pemalang hanya mencakup 15 lokasi dengan luas hanya
mencapai 32,2 hektar yang diberikan kepada 20 orang masyarakat
penerima manfaat, adapun sumber dana hanya dari Kantor Pertanahan dan
Pemerintah
Kabupaten
Pemalang
(Kantor
Pertanahan
Kabupaten
Pemalang, 2010) .
Terlepas masih belum maksimalnya kondisi pelaksanaan program
reforma agraria di Kabupaten Pemalang pada tahun 2008-2009, namun
kegiatan penyediaan access reform ini diharapkan dapat memberikan
sedikit gambaran tentang kegiatan pemberdayaan yang dapat dilaksanakan
melalui inisiatif dari unsur BPN R.I. di daerah sehingga kedepan akan
dapat semakin ditingkatkan lagi kualitas maupun kuantitasnya.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka beberapa permasalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
a.
b.
c.
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a.
b.
c.
pemberdayaan
peran
serta,
masyarakat
kemampuan,
dimaksudkan
kesadaran,
untuk
kemandirian
program-program
pertanahan
yang
meliputi
penguasaan,
pemberdayaan
masyarakat
dilaksanakan
dengan
membawa visi untuk mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat, yang berkeadilan dan berkelanjutan, dimana
untuk
mencapai
visi
tersebut
dijabarkan
dalam
beberapa
misi
2.
3.
4.
5.
seoptimal
mungkin
kemakmuran rakyat .
untuk
mewujudkan
sebesar-besar
b.
c.
Landasan politis:
1. Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001, tentang pembaharuan Agraria
dan Pengelolaan Sumber daya Alam;
2. Pidato politik awal tahun Presiden RI tanggal 31 Januari 2007.
d.
2.
3.
4.
Menyelesaikan
konflik-konflik
agraria
yang
timbul
serta
a.
b.
c.
Dukungan permodalan.
d.
e.
Dukungan lainnya.
(capability)
dan
kompetensi
inti
(core
competence).
dilaksanakan
di
lingkungan
Kantor
Pertanahan
10
B. Pendekatan Penelitian
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
studi
kasus
11
Observasi
Melakukan pengamatan langsung di lapangan tentang pelaksanaan
kegiatan pemberian access reform yang telah dilaksanakan selama ini
dan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan
pemberian access reform tersebut.
2.
Kuesioner
Daftar pertanyaan yang telah dibuat disusun untuk diajukan kepada
responden untuk mendapatkan data primer maupun data sekunder guna
keperluan analisa dan pembahasan.
3.
Wawancara
Melakukan wawancara kepada pakar dari pihak struktural Kantor
Pertanahan Kabupaten Pemalang dan pakar dari pihak eksternal diluar
Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang untuk mengukur, menentukan
faktor-faktor
yang
telah
disepakati,
dan
memudahkan
untuk
Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan didukung oleh teori-teori dan
menelaah berbagai buku dan referensi yang relevan dengan
pembahasan penelitian.
12
Internal
Jabatan / Instansi
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang
Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan
Pertanahan Kabupaten Pemalang
Pejabat Struktural di Direktorat Landreform BPN RI
Masyarakat
Kantor
Eksternal
dianalisa
secara
deskriptif
untuk
menentukan
strategi
13
elemen
eksternal
dan
internal
dapat
dilakukan
dengan
sebuah
daftar
mengenai
kekuatan
yang
dapat
dari
legalisasi
aset
yang
diberikan
melalui
program
2.
3.
4.
14
5.
Sub Kegiatan
Penyediaan
saprotan untuk
kegiatan awal
usaha pertanian
Merintis pembuatan
rumah produksi
pupuk organik
Mengurangi
ketergantungan petani dari
pupuk yang ada dipasaran
Pembuatan
rumah
produksi
pupuk
organik Biosol di 2
desa
dengan
kapasitas
produksi
15 ton per bulan
Menyediakan
fasilitas gedung
untuk pusat aktivitas
GEMARA
Memberikan
kemudahan
dalam berkoordinasi dalam
pelaksanaan
kegiatan
GEMARA
2. Pembinaan
dan
Bimbingan
Teknis
kepada
Penerima
Manfaat
3. Memberikan
akses
dukungan
terhadap
permodalan
Melakukan pelatihan
optimalisasi SDM
dan SDA kepada
anggota GEMARA
Pemberian pinjaman
gedung untuk kantor
GEMARA
yang
berlokasi di
Jl. Sindoro No.95
Pemalang
Melakukan pelatihan
kepada 20 kelompok
GEMARA dari 42
kelompok yang ada
4. Memberikan
Akses
Dukungan
terhadap
Pasar
Mempromosikan
hasil kegiatan
access reform pada
berbagai pameranpameran
Memperkenalkan
hasil
kegiatan access reform
kepada masyarakat dan
dunia usaha
5. Meningkatka
n
Keterlibatan
Masyarakat
Pembentukan
kelompok Gerakan
Masyarakat
Reforma Agraria
(GEMARA)
Membentuk
GEMARA
sebagai motor penggerak
reforma
agraria
di
Kabupaten Pemalang
Melibatkan
GEMARA dalam
membantu tugas
pelayanan dibidang
pertanahan
Memberdayakan GEMARA
sebagai tenaga pengumpul
data yuridis untuk kegiatan
sertipikasi massal di
desa/kel masing-masing
Melakukan
perjanjian
kerjasama dengan
pihak perbankan
guna memberikan
fasilitas kredit untuk
petani
15
Telah
dicapai
kerjasama
dengan
Bank Jateng Cabang
Pemalang
dalam
penyediaan fasilitas
kredit bagi peserta
kegiatan
access
reform
Merintis
kerjasama
dengan CV.Sukses
Makmur
Jaya
sebagai mitra dalam
pemasaran
beras
organik
Terbentuk GEMARA
di 42 desa/kel dari
222 desa/kel yang
ada di Kab Pemalang
Telah terlaksana
dalam kegiatan
sertipikat masal
swadaya (SMS)
tahun 2009 sebanyak
945 bidang di 8 desa
Permasalahan
Belum adanya peta
potensi lokal berbasis
pertanian sehingga
pengembangan
usaha
pertanian
lainnya baru dalam
tahapan konsep
Keterbatasan lokasi
pembuatan,
menjadikan kapasitas
produksi
yang
dihasilkan
belum
dapat
memenuhi
kebutuhan petani
--
Ketersediaan
anggaran
pelatihan
terbatas
untuk
masih
Sosialisasi perjanjian
kerjasama ini kepada
petani
belum
maksimal sehingga
belum ada petani
yang memanfaatkan
fasilitas ini
Kualitas beras
organik yang
dihasilkan masih
beragam sehingga
perlu ditingkatkan
Belum
tersosialisasinya
manfaat GEMARA
sehingga
mempersulit
rekruitmen calon
anggota
Masih perlu
peningkatan kualitas
pengetahuan
mengenai
pertanahan
2)
khusus
karenanya
diperlukan
dukungan
yang
16
4)
5)
b. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan (weaknesses) dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang
bersifat menghambat atau tidak sinergis dengan / tidak mendukung
17
program-program
yang
dijalankan
seharusnya
asset
reform,
sedangkan
untuk
pemberdayaan
18
3)
4)
5)
Ketersediaan Anggaran
Pelaksanaan kegiatan access reform yang multisektoral untuk
mencapai keberhasilan tentunya memerlukan alokasi yang cukup
besar karena berbagai kegiatan
ini.
Namun
pada
kenyataannya
anggaran
yang
19
I.
1
2
3
4
5
Kekuatan :
Dukungan dari instansi BPN di Pusat dan Propinsi
Keterlibatan SDM dalam Pelaksanaan Kegiatan
Kedudukan BPN dalam Reforma Agraria
Hubungan yang harmonis dengan para Stakeholder
Telah terbentuk GEMARA
Jumlah Kekuatan
Kelemahan :
Posisi BPN sebagai instansi vertikal
Pengetahuan SDM tentang Reforma Agraria
Jumlah SDM yang terbatas
Sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki
Ketersediaan anggaran
Lemahnya
Implementasi
Peraturan
tentang
Reforma Agraria
Jumlah Kelemahan
Jumlah Faktor Strategis Internal
II.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bobot
Skor
Skor
Terbobot
0,108
0,096
0,110
0,104
0,083
0,501
4
3
4
3
3
0,432
0,289
0,439
0,312
0,249
1,721
0,073
0,077
0,085
0,085
0,089
0,091
2
2
1
2
1
2
0,146
0,154
0,085
0,170
0,089
0,181
0,499
1,000
0,825
2,545
3. Faktor Eksternal
a. Peluang (Opportunities)
Peluang (opportunities) pada dasarnya merupakan faktor-faktor
strategis (eksternal) yang berada relatif di luar kendali atau penguasaan
organisasi, bersifat mempengaruhi secara positif pencapaian tujuan
organisasi dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut11. Berdasarkan pengolahan data
kuesioner, terdapat delapan faktor strategis eksternal yang termasuk
20
21
identik
dikembangkan
dengan
oleh
program
pemerintah
multisektoral
Kabupaten
yang
Pemalang
sedang
yaitu
22
b. Ancaman (Threats)
Ancaman
sebagai
23
Peluang :
Dukungan Pemerintah Kabupaten
Pemalang
Dukungan Pihak Perbankan
Partisipasi Warga Masyarakat
Keterlibatan Unsur Perguruan Tinggi
Penyerapan hasil produksi
Adanya program sejenis
Jumlah Peluang
Ancaman :
Pola penjualan hasil produksi
Ketersediaan SAPROTAN
Minat masyarakat terhadap kredit
perbankan
Jumlah Ancaman
Jumlah Faktor Strategis Eksternal
24
Bobot
Peringkat
Skor
Terbobot
0,133
0,532
0,116
0,131
0,101
0,116
0,096
0,692
3
4
3
3
3
0,347
0,522
0,303
0,347
0,288
2,340
0,099
0,106
2
3
0,197
0,318
0,103
0,207
0,308
1,000
0,722
3,062
25
Kantor Pertanahan
faktor
termasuk
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
Badan Pertanahan Nasional R.I., 2007. Buku I Rencana Strategis Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia 2007 2009. Jakarta : BPN R.I.
2.
De Soto, H, 2006. The Mistery of Capital, Edisi bahasa Indonesia. Penerbit Qalam.
Yogyakarta
3.
4.
Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang. 2010. Pelaksanaan Progra Kerja 100 Hari
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia di Kabupaten Pemalang
Provinsi Jawa Tengah, Pemalang.
5.
Yudistiro, R.K, 2011. Bahan Sosialiasi Program Pengendalian Program Pertanahan dan
Pemberdayaan Masyarakat di Cisarua Bogor, Direktorat Pemberdayaan
Masyakat dan Kelembagaan BPN RI. Jakarta.
6.
7.
Winoto, J. 2007. Reforma Agraria dan Keadilan Sosial, Orasi Ilmiah Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kerjasama BPN RI, Departemen
Ilmu Ekonomi. FEM-IPB dan Brighten Institut. Bogor.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Anhar, M. 2010. Kredit Sektor Pertanian Rendah, Suara Merdeka 12 Agustus 2010,
Semarang.
27
BIODATA PENULIS
Nama
Nip
Alamat
Kontak
Person
email = saefulbpn@gmail.com
HP = 081-21590744
Riwayat
Pekerjaan
1998-2006 = Staf Seksi Hak Atas Tanah pada Kantor Pertanahan Kota
Pekalongan
2006-2011 = Staf Sub Bagian Tata Usaha pada Kantor Pertanahan
Kota Pekalongan
2011- srkg = Staf Partisipasi Dunia Usaha pada Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan BPN R.I.
Riwayat
Pendidikan
28