PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hasil produksi ternak adalah telur dari ayam dan itik. Telur
sebagai produk dari ternak yang merupakan penyuplai protein hewani terbesar
bagi Indonesia. Telur ayam dan telur itik merupakan sebagian produk ternak yang
dapat diolah menjadi berbagai produk sesuai dengan kebutuhan protein hewani
masyarakat.
Berbagai produk olahan telur salah satunya adalah abon telur. Bahan pangan
hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan pangan nabati.
Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada
bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya
simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan
hewani tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan kokoh sebagaimana pada
hasil tanaman. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah
terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. Karakteristik masing-masing bahan
pangan hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa digeneralisasi.
Berdasarkan hal tersebut maka pengolahan menjadi penting. Pengolahan
penting karena dapat memperpanjang masa simpan, meningkatkan daya tahan,
meningkatkan kualitas, nilai tambah dan sebagai sarana diversifikasi produk.
Dengan demikian maka suatu roduk menjadi memiliki daya ekonomi yang lebih
setelah
mendapat
sentuhan
teknologi
pengolahan.
Hal
inilah
yang
niacin, folate. Ukuran kuning telur itik juga lebih besar dari telur ayam dengan
warna yang lebih menarik. Selain kelebihan- kelebihan tersebut, telur itik yang
dikenal memiliki bau amis
lebih besar
dibandingkan
dengan
telur ayam
individu, sangkar,
Kandungan gizi telur ayam dan itik dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram telur ayam dan telur itik
Zat Gizi
Energi (kkal)
Protein (g)
Total lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium/Ca (mg)
Besi/Fe (mg)
Magnesium/Mg (mg)
Fosfor/P (mg)
Kalium/K (mg)
Natrium/Na (mg)
Seng/Zn (mg)
Tembaga/ Cu (mg)
Mangan/Mn (mg)
Selenium/Se (mkg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Vitamin B6 (mg)
Kolin (mg)
Vitamin B12 (mkg)
Vitamin A (IU)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (mkg)
Kolesterol (mg)
Sumber : USDA (2007)
Telur Ayam
143
12,58
9,94
0,77
53
1,83
12
191
134
140
1,11
0,102
0,038
31,7
0,069
0,478
0,143
251,1
1,29
487
0,97
0,3
423
Telur Itik
185
12,81
13,77
1,45
64
3,85
17
220
222
146
1,41
0,062
0,038
36,4
0,156
0,404
0,250
263,4
5,40
674
1,34
0,4
884
2.2.2 Garam
Garam berfungsi untuk memperbaiki cita rasa, pengawetan dan melarutkan
protein. Konsentrasi garam yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri daging tidak mempunyai batasan yang pasti sebab hal ini tergantung pada
faktor-faktor lain yaitu pH dan suhu. Garam menjadi lebih efektif pada suhu yang
lebih rendah dan kondisi asam. Jumlah pemakaian garam menurut US Wheat
Associates 22.25%. Jika kurang dari 2% maka rasa akan hambar, sedangkan di
atas 2.25% akan menghambat aktivitas mikroba (Eddy dan Lilik, 2007).
2.2.3 Bawang Putih
Bawang putih termasuk tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi
karena memiliki beragam kegunaan. Tidak hanya di dapur, bawang putih
memegang peranan sebagai tanaman apotek hidup yang sanggup berkiprah.
Manfaat utama bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap masakan yang
membuat masakan menjadi beraroma dan mengundang selera. Meskipun
kebutuhan untuk bumbu masakan hanya sedikit, namun tanpa kehadirannya
masakan akan terasa hambar (Tim Penulis Swadaya dalam Damanik, 2010).
2.2.4 Bawang Merah
Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran
rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap
bumbu masakan guna menambahkan cita rasa dan kenikmatan makanan. Hampir
setiap makanan menggunakan bawang merah sebagai bumbu pelengkap.
Walaupun penambahannya tidak begitu banyak, tetapi jika belum memakai
bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu dalam Ginting, 2014).
2.2.5 Ketumbar
Ketumbar mempunyai aroma yang khas, aromanya disebabkan oleh
komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri. Ketumbar mempunyai
kandungan minyak atsiri berkisar antara 0,4-1,1%, komponen utama ketumbar
adalah linalool sekitar 60-70%. (Wahab dalam Rahayu, 2013).
2.2.6 Cabai Merah
Cabai atau cabe merah dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu,
tergantung bagaimana digunakan yang menghasilkan rasa pedas pada masakan
dan memberi warna merah. Cabe rawit untuk menghasilkan rasa pedas yang lebih
tajam dibandingkan cabe merah. Cabe hijau untuk memberikan rasa pedas dan
warna hijau pada masakan (Nurani, 2010).
2.2.7 Gula Kristal Putih
Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena
dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi.
Biasanya digunakan untuk membuat masakan dengan rasa dan aroma yang lezat.
Gula memberikan rasa manis sehingga meningkat citarasa masakan
2.2.8 Minyak Goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih,
dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh
titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Pada umumnya
suhu penggorengan adalah 177-211oC (Winarno, 2004).
2.3 Teknologi Pembuatan Abon Telur
Pembuatan abon telur ayam merupakan suatu produk pangan hasil
pengolahan dari telur ayam yang diolah secara tradisional dengan cara yang
sangat sederhana namun memiliki kandungan protein yang tinggi yang meliputi
proses menggoreng, mengepres minya, mencampur bumbu. Hal-hal yg perlu
diperhatikan pada setiap tahapan proses pengolahan abon Telur ayam menurut
Costa (2012) adalah sebagai berikut :
1. Proses menggoreng telur
Proses ini sepintas terlihat tidak penting, namun tahapan ini justru yang
paling menentukan kualitas abon telur yg dihasilkan. Pada tahap ini perlu untuk
diperhatikan adalah metrampilan dalam memutar telur setelah berada dalam
minyak panas. Proses ini tidak dapat dilakukan oleh hanya 1 orang tetapi harus
ada yang membantu, karena tahapan menuangkan adonan telur ke dalam wajan
dilakukan oleh 1 orang dan saat adonan dalam minyak panas, sudah harus
langsung diputar dengan menggunakan bambu. Hal ini dilakukan karena apabila
tidak cepat diputar, maka telur akan menggumpal dan tenggelam sehingga tidak
menghasilkan abon yang baik. Tingkat intensitas warna abon tergantung dari lama
dan suhu penggorengan dan juga komposisi kimia pada permukaan luar bahan
pangan sedangkan jenis minyak yang digunakan berpengaruh sangat kecil.
Pemanasan
minyak
selama
proses
penggorengan
dapat
menghasilkan
Pencucian
Pengupasan kulit
Pengirisan tipis-tipis memanjang
Penghalusan
Penggorengan
Pencampuran
Pengadukan
Bumbu abon
3.2.2
Pencucian
Pengupasan cangkang
Pengocokan
+ Minyak goreng
Penggorengan
Pengepresan
+ Bumbu
Pencampuran
Abon Telur
Pengemasan
Nama
Novila Santi L.
M. Mardiyanto
Sri Surya S.
Putri Oktavilia S.
Furqoni Nurul U.
Wuln Suci W.
Rizqi Ridha Jawara
Kasang Heru Cokro F.
Dessy Putri S.
Yusuf Ali Fauzi
Elok B. Y.
Faiq F. Faqih
Nurlita Sari
Amelia Robby
Tyagita Pratiwi
Sampel
487
698
(telur itik)
(telur ayam)
2
3
3
4
3
5
3
2
4
2
4
3
4
3
1
2
4
3
3
3
4
3
3
2
2
5
3
4
3
4
Tekstur
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Nama
Novila Santi L.
M. Mardiyanto
Sri Surya S.
Putri Oktavilia S.
Furqoni Nurul U.
Wuln Suci W.
Rizqi Ridha Jawara
Kasang Heru Cokro F.
Dessy Putri S.
Yusuf Ali Fauzi
Elok B. Y.
Faiq F. Faqih
Nurlita Sari
Amelia Robby
Tyagita Pratiwi
Sampel
487
698
(telur itik)
(telur ayam)
2
3
3
3
4
3
4
2
3
4
4
3
4
3
4
2
3
4
4
3
3
4
3
4
2
4
5
4
2
3
4.1.3
Warna
Sampel
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Nama
Novila Santi L.
M. Mardiyanto
Sri Surya S.
Putri Oktavilia S.
Furqoni Nurul U.
Wuln Suci W.
Rizqi Ridha Jawara
Kasang Heru Cokro F.
Dessy Putri S.
Yusuf Ali Fauzi
Elok B. Y.
Faiq F. Faqih
Nurlita Sari
Amelia Robby
Tyagita Pratiwi
487
(telur itik)
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
5
4
3
4
3
4.2.2
4.2.3
Perlakuan
Rata-rata
Telur itik
3,07
3,2
Tekstur
Perlakuan
Rata-rata
Telur itik
3,33
3,27
Perlakuan
Rata-rata
Telur itik
3,47
3,07
Warna
698
(telur ayam)
4
4
4
3
2
4
3
1
4
3
3
3
2
2
4
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Pada praktikum pembuatan abon telur, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Bahan utama yang
digunakan dalam pembuatan abon adalah telur ayam kampung dan ayam itik.
Perbedaan jenis telur yang digunakan ini berfungsi untuk mengetahui kualitas
abon telur yang dihasilkan dari masing-masing jenis telur. Telur yang digunakan
sebanyak 3 butir saja. Cuci cangkang telur dengan air bersih untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang masih menempel pada cangkang. Setelah itu dilakukan
pengupasan cangkang. Pengupasan cangkang harus dilakukan dengan hati-hati
agar tidak ada cangkang yang terikut. Selain itu, pengupasan cangkang dilakukan
secara perlahan supaya kondisi telur dapat terlihat terlebih dahulu. Apabila telur
sudah rusak, sebaiknya jangan digunakan. Setelah itu, dilakukan pengocokan
telur. Pengocokan ini berfungsi agar seluruh komponen telur menjadi homogen
atau tercampur rata. Setelah pengocokan, dilakukan penggorengan. Sebelumnya,
siapkan alat-alat penggorengan. Wajan diisi dengan minyak goreng. Minyak yang
ditambahkan harus banyak, agar abon nantinya cepat matang dan tidak lengket
pada wajan. Setelah minyak mulai panas, penggorengan siap dilakukan. Sediakan
saringan di atas wajan, kemudian siapkan sumpit dan dekatkan pada wajan. Telur
yang sudah dikocok, siap digoreng dengan cara dimasukkan ke saringan. Maka
telur akan bertekstur serabut. Telur yang keluar dari saringan akan langsung
masuk pada minyak panas. Saat telur sudah tercelup di dalam minyak panas, telur
diaduk-aduk dengan sumpit supaya serabut telur tidak menggumpal lagi.
Penggorengan dilakukan sampai telur berubah warna menjadi kuning kecoklatan.
Penggorengan yang terlalu lama akan mengakibatkan warna abon menjadi terlalu
coklat. Setelah abon telur matang, tiriskan dengan peniris sampai kandungan
minyak pada abon berkurang. Setelah itu, abon diletakkan pada piring dengan
dilapisi tissue, supaya minyaknya meresap pada tissue. Kemudian lakukan
pengepresan dengan kain saring, supaya minyak yang masih ada pada abon benarbenar berkurang.
3.25
3.2
3.2
3.15
Rata-rata
3.1
3.07
3.05
3
Abon Telur Itik
Perlakuan
3.33
3.34
3.32
3.3
Rata-rata 3.28
3.27
3.26
3.24
Abon Telur Itik
Perlakuan
digunakan. Berikut ini hasil uji organoleptik warna abon telur, ditunjukkan pada
Gambar 2.
3.6
3.47
3.4
Rata-rata
3.2
3.07
3
2.8
Abon Telur Itik
Perlakuan
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan praktium yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Cara pembuatan abon telur secara umum adalah menggoreng telur dengan
disaring terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengepresan, dicampur bumbu,
dan digoreng untuk mencampurkan abon dengan bumbu.
2. Titik kritis pembuatan abon telur adalah pada saat penggorengan abon telur.
Apabila teknik menggoreng abon yang dilakukan salah, maka tidak akan
menghasilkan tekstur abon yang berserabut.
3. Panelis lebih menyukai tekstur dan warna abon telur itik, sedangkan aroma
yang disukai oleh panelis adalah aroma abon telur ayam kampung.
6.1 Saran
Sebaiknya jika ada jadwal pengumpulan laporan, juga diadakan waktu
pengembalian laporan kepada praktikan sehingga jika sewaktu-waktu akan
dilakukan responsi bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
USDA. 2007. The USDA Food Search for Windows. Human Nutritition Research
Center of Agricultural Research and Service
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.