Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatann Dasar III
Dosen Pengampu : Ana Fadilah, S. Kep., Ns

Disusun Oleh : Kelompok IV


1. Intan Fajar Fitria
2. Neda Khamida
3. Safarotul Hidayah
4. Shandy Prabowo Panji Putra
5. Siti Istianah
6. Yakub Narwastu

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2015

KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmatNya. Hanya dengan karunia-Nya penulisan Karya Ilmiah ini yang berjudul konsep dasar
proses keperawatan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ada beberapa kendala yang
menghambat terselesainya karya tulis ini diantaranya keterbatasan pengetahuan serta sumber
yang penulis miliki.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ilham Setyobudi, S. Kep,. M. Kes. Ketua STIKES.
2. Ns. Renny Wulan A, M. Kep. Ketua Prodi Ilmu Keperawatan.
3. Ns. Ana Fadila, S. Kep. Selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar bersedia membimbing dan memberikan saran-saran, motivasi, serta nasihatnya yang
sangat berguna bagi penulis.
4. Orang tua penulis tercinta yang selalu mendukung hingga saat ini dengan penuh
pengorbanan.
5. Teman-teman PSIK III A yang telah mendukung pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga tugas makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Kudus, September 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah......................................................................................

1.2

Rumusan Masalah................................................................................................

1.3

Tujuan Penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Proses Keperawatan................................................................................
2.2 Pengertian Proses Keperawatan...........................................................................
2.3 Tujuan Proses Keperawatan.................................................................................
2.4 Kemampuan Perawat...........................................................................................
2.5 Karakteristik Proses Keperawatan.......................................................................
2.6 Implikasi Proses Keperawatan.............................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan..............................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah
satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan
kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien
dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu,
dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari
yang sederhana sampai yang kompleks.
Kondisi kesehatan di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan
sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan bagi para
perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang
senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran dalam pemberi asuhan
perawatan.Sebagai pemberi perawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh dari penyakit
tertentu namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative belum
professional. Hal ini bisa di lihat dengan adanya kemampuan professional terbatas,
pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas maupun alat. Yang kurang memadai.
Kondisi seperti ini akibat relatife masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun
adanya krisis moral para pelaku pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang
berkepanjangan (suara merdeka 14 november 2002). Di sisi lain, era globalisasi dengan

berbagai konsekuensinya seperti tuntutan pelayan rumah sakit yang semakin kompetitif
menuntut petugas kesehatan untuk bertindak professional. Situasi ini menuntut para
pembaharu di bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang
keperawatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemberian asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah proses keperawatan?
b. Apa yang dimaksud dengan pengertian proses keperawatan?
c. Apa tujuan proses keperawatan?
d. Bagaimana kemampuan perawat?
e. Apa saja karakteristik proses keperawatan?
f. Bagaimana implikasi proses keperawatan terhadap askep yang digunakan dalam
berbagai situasi?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memperoleh suatu metode dalam memberikan
asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang siklus
kehidupan.
b. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah proses keperawatan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian konsep dasar proses keperawatan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang tujuan proses keperawatan.
4. Mahasiswa mampu mengetahui kemampuan perawat.
5. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik proses keperawatan.
6. Mahasiswa mampu mengetahui implikasi keperawatan dari memperoleh suatu
metode dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam
segala situasi sepanjang siklus kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Proses Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini,
keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang. Sedangkan proses
keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik
sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena
kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai
dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam katalog pendidikan Diploma III
keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984.
Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai
diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin
dari St. Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan
konferensi pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika.
Pada tahun 1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) yang setiap dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa
keperawatan (Potter & Perry, 1997).
Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, puskesmas,
perawatan keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok
khusus. Namun secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum
menggambarkan pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya
hal ini tidak terlepas dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi.
2.2 Pengertian Proses Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan bagi
individu, keluarga, dan masyarakat. Baik dalam keadaan sehat ataupun sakit serta
mencakup seluruh proses kehidupan. Layanan keperawatan kepada klien dilakukan
dengan menggunakan metode proses keperawatan.

Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan


salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada
akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan
keperawatan kepada klien.
Proses keperawatan menurut Yura dan Wals (1983), adalah suatu metode yang
sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan
keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi
diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, implementasi tindakan
keperawatan, serta evaluasi.
Menurut Carol V.A (1991) proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis
untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah tersebut.
2.3 Tujuan Pemberian Asuhan Keperawatan
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun kerangka konsep
berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka
dapat terpenuhi. Yura dan Walsh (1983) menyatakan proses keperawatan adalah suatu
tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang
meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal apabila keadaanya
berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas asuhan keperawatan terhadap kondisinya
guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai,
proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal
berdasarkan keadaanya untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama
hidupnya.
Potter & Perry (2005) menjelaskan tujuan dari proses keperawatan adalah
mengidentifikasi

kebutuhan

perawatan

kesehatan

klien,

menentukan

prioritas,

memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien,


dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien
yang diharapkan. Muhlisin ( 2011 ) menjelaskan bahwa penerapan proses keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a. Sebagai standar pemberian asuhan keperawatan.
b. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan.
c. Memperoleh metode yang baku, sistematis, dan rasional.

d. Memperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi.


e. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas tinggi.
Sedangkan menurut Christensen dan Kenney (2009) tujuan utama dari proses
keperawatan adalah :
a. Memberikan metode sistematis bagi praktek keperawatan.
b. Memudahkan pendokumentasian data, diagnosis, rencana, respon klien, dan
evaluasi.
c. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi asuhan.
d. Memberikan kemungkinan asuhan yang berkesinambungan dan mengurangi
kelalaian.
e. Mengindividualisasikan keikutsertaan klien dalam perawatan.
f. Meningkatkan kreativitas dan fleksibilitas dalam praktik keperawatan.
2.4 Kemampuan Perawat
Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat harus memiliki persyaratan
kemampuan sebagai berikut :
1. Kecakapan intelektual, yang memungkinkan perawat mampu untuk membuat
keputusan dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah klien
2. Kecakapan dalam perilaku dan hubungan antar manusia, memudahkan perawat
dalam menciptakan hubungan baik dengan klien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Disini sangat dituntut pada kemampuan berkomunikasi secara
terapeutik dan berperilaku.
3. Kecakapan dalam kemampuan teknis keperawatan, merupakan kunci keberhasilan
dalam memberikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian, merumuskan
diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan
dan prosedur keperawatan secara menyeluruh meliputi kebutuhan bio-psiko-sosiospiritual klien serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
2.5 Karakteristik Proses Keperawatan
Kozier et al. (1995) menyebutkan bahwa proses keperawatan mempunyai sembilan
karakteristik, antara lain :
1. Merupakan sistem yang terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan yang unik
dari klien, keluarga, kelompok dan komunitas.

2. Bersifat siklik dan dinamis, karena semua tahap-tahap saling berhubungan dan
berkesinambungan.
3. Berpusat pada klien, merupakan pendekatan individual dan spesifik untuk memenuhi
kebutuhan klien.
4. Bersifat interpersonal dan kolaborasi.
5. Menggunakan perencanaan.
6. Mempunyai tujuan.
7. Memperbolehkan adanya kreativitas antara perawat dengan klien dalam memikirkan
jalan keluar menyelesaikan masalah keperawatan.
8. Menekankan pada umpan balik, dengan melakukan pengkajian ulang dari masalah
atau merevisi rencana keperawatan.
9. Dapat diterapkan secara luas. Proses keperawatan menggunakan kerangka kerja untuk
semua jenis pelayanan kesehatan, klien dan kelompok.
Sedangkan Taylor (1993) menyatakan bahwa proses keperawatan bersifat sistematis,
dinamis, interpersonal, berorientasi kepada tujuan dan dapat dipakai pada situasi apapun.
2.6 Implikasi Keperawatan
Penerapan proses keperawatan memberikan dampak atau implikasi terhadap profesi
keperawatan, klien, dan perawat itu sendiri. Secara professional, profesi keperawatan
melalui 5 tahapan menyajikan lingkup praktik keperawatan yang secara terus menerus
mendefinisikan perannya baik terhadap klien maupun profesi kesehatan lainnya. Dengan
demikian perawat bekerja melakukan sesuatu bukan hanya sekedar melaksanakan
perintah dokter, melainkan melalui perencanaan keperawatan yang matang.
Pemberian metode asuhan keperawatan dalam bertugas berbagai situasi kehidupan
adalah sebagai berikut :
1. Metode Fungsional

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya
seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang
lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi
dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien.
2. Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh
perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan
dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota group/ tim. Selain itu ketua group bertugas memberi
pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan
selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan/
asuhan keperawatan terhadap klien. Pada model tim, perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/
pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi
pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung
jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam
timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi : mengkaji
anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan
kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa
elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu :
-

Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi

anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.

Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau


partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada


kelompok pasien.

Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi : penulisan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antara anggota tim.

3. Metode Primer
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di
mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah
sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer
memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak
sedang bertugas, perawatan diberikan/ didelegasikan kepada perawat asosiet yang
mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model
ini, klien, keluarga, stafmedik, dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien
tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat
primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan
untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
masyarakat untuk membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah,
dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Tanggung jawab
mencakup periode 24 jam dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila
perawat primer tidak ada. Metode keperawatan primer mendorong praktik
kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer
bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter,
perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat
rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian
asuhan keperawatan klien.

4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien
tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian
perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.

5. Metode Modular
Metode modular adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan modifikasi
antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa
jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah :
a. Model Praktik Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasilhasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktik Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasilhasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
c. Model Praktik Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu : ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan, dan dokumentasi asuhan
keperawatan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap
awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan

keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen


utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan
dokumentasi asuhan keperawatan.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MPKP I
didasarkan pada beberapa alasan, yaitu :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akountabilitasnya terdapat pada primer.
d. Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau
ketua tim tentang asuhan keperawatan. Nilai-nilai profesional dari piatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan
profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut :
1. Pendekatan Manajemen (Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
3. Hubungan Profesional ( professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang
dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
6. Model Manajemen Kasus
Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary nursing.
Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pandangan, bahwa
untuk penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan berbagai sumber
daya yang ada.
Tujuan dari manajemen kasus adalah:
1. Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan
sesuai dengan standar.
2. Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.
3. Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.

4. Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui


kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
5. Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.
6. Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di suatu ruangan sakit, dapat
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan.diantaraya

metode

fungsional, metode tim, metode primer, metode kasus dan metode modifikasi.
Pada metode fungsional, perawat lebih banyak melakukan satu jenis pekerjaan yang
dilakukan di ruangan sakit,atau dengan kata lain perawat sudah mendapat tugasnya
masing-masing,artinya setiap perawat tidak mengerjakan semua intervensi pada seorang
pasien sakit.
Pada metode tim, klien dan perawat membuat suatu kelompok yang diketuai/
dipimpin oleh seorang perawat yang mempunyai lisensi dan ahli dalam bidangnya,selain
itu ketua tim mempunyai tanggung jawab yang paling tinggi didalam kelompok.ketua tim
bertugas memberi pengarahan, menerima laporan kemajuan, serta membantu anggota tim
yang kesulitan mengerjakan tugas. Selain itu ketua tim juga yang melaporkan kepada
kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Pada metode primer, seorang pasien akan diberikan perawatan,pelayanan dan asuhan
keperawatan secara total oleh seorang perawat primer selama 24 jam.dengan kata lain,
seorang pasien akan diberikan asuhan keperawatan oleh 1 perawat yang khusus
ditugaskan untuk 1 pasien di ruangan sakit.
Pada metode kasus seorang perawat akan memberikan perawatan konstan dalam
jangka waktu tertentu.
Pada metode modifikasi, metode primer dan metode tim akan digunakan secara
bersamaan.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memperoleh suatu metode dalam
memberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang
siklus kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
Potter, Parry. 2005. Fundamental keperawatan. Edisi 7 buku 3. Jakarta : Salemba Medika
http://www.serbaserbiperawat.com/2012/02/metode-pemberian-asuhan-keperawatan.html
Diakses tanggal 26 September 2015. Pukul 08.40 WIB
www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-modul-3-mankep Diakses 25 September 2015.
Pukul 07.08 WIB
http://nshenik.staff.umm.ac.id/files/2010/02/Proses-keperawatan.ppt
September 2015. Pukul 07.10 WIB

Diakses

25

http:// digilib.ump.ac.id/download.php?id=2811-pdf Diakses 25 September 2015. Pukul


07.00 WIB
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-PROSES-2008.pdf Diakses 25 September
2015. Pukul 07.05 WIB
https://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/konsep-dasar-proses-keperawatan Diakses 25
September 2015. Pukul 07.35 WIB
http://www.academia.edu/10107334/Model_Asuhan_Keperawatan_Profesional_MAKP_TIM
Diakses 25 September 2015. Pukul 07.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai