Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peralatan kesehatan yang dipergunakan untuk pelayanan kesehatan terdiri
dari berbagai macam peralatan dengan kualitas yang berbeda dan selalu
berkembang pesat dari waktu ke waktu baik dari segi jenis maupun prinsip
kerjanya seiring dengan kemajuan teknologi. Peralatan kesehatan di dalam
penggunaannya kepada penderita baik yang langsung maupun tidak langsung
tujuan akhirnya adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia.
Adapun fototerapi unit yaitu merupakan alat kesehatan yang memberikan
pancaran cahaya dengan spektrum tertentu dengan fungsi menurunkan kadar
bilirubin dalam darah bayi baru lahir yang menderita hyperbilirubin. Pemberian
terapi mempunyai efek yang akan menimbulkan kerusakan retina, dapat
meningkatkan kehilangan air tidak terasa (insensible water losess) dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan bayi (bila masuk ke otak). Agar
alat fototerapi unit dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka ada beberapa
hal yang mungkin perlu diperhatikan antara lain menganalisa performa alat
fototerapi unit diantaranya menganalisa secara kuantitatif yaitu perhitungan
reliability, failure rate dan Probability Density Function (pdf) serta dilakukan
pengukuran nilai radiasi yang dipancarkan oleh fototerapi unit.
Fototerapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar
yang menggunakan lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500
jam untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu. (Aziz.2009).
Di Amerika Serikat sekitar 10% neonatus memerlukan fototerapi. Keefektifan
suatu fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar.
1.2 Rumusan Masalah
1). Bagaimanakah keuntungan dari fototerapi?
2). Bagaimanakah kerugian dari fototerapi?
3). Bagaimanakah cara pemberian fototerapi?
1.3 Tujuan
1). Untuk mengetahui keuntungan dari fototerapi.
2). Untuk mengetahui kerugian dari fototerapi.
1

2). Untuk mengetahui cara pemberian fototerapi.

BAB II
PEMBAHASAN
Ikterus neonatorum (bayi baru lahir berwarna kuning) adalah kondisi
munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena
adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia). Kuning pada bayi
adalah sesuatu masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir
Ikterus terjadi pada sekitar 60% BBL yang sehat. Pada sebagian besar
kasus keadaan ini merupakan bagian dari adaptasi terhadap kehidupan ekstra
uterin. Bayi mengalami icterus akibat :
1. Konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan menurun dengan cepat
selama beberapa hari pertama kehidupan.
2. Umur sel darah merah pada bayi baru lahir lebih pendek dibandingkan sel
darah merah orang dewasa
3. Imaturitas enzim-enzim hati mengganggu konjugasi dan ekskresi bilirubin
Icterus penting karena:
(1) Kadar bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak (akibat
kernikterus), walaupun keadaan ini jarang.
(2) Mungkin terdapat penyebab dasar yang perlu diidentifikasi.
Ikterus mungkin membutuhkan penanganan dengan fototerapi atau
transfusi tukar. Perlunya penanganan dipastikan dengan mengeplot kadar bilirubin
pada suatu grafik bilirubin berdasarkan usia (jam). Kadar absolut dan pemeriksaan
serial yang menunjukkan laju peningkatan bilirubin mengidentifikasi apakah
penanganan dibutuhkan dan apakah berupa fototerapi atau tranfusi tukar. Untuk
bayi preterm digunakan trafik berbeda yang ambang terapinya lebih rendah.

2.1 Pengertian Fototerapi

Fototerapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar


dengan menggunakan lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari
500 jam untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada
neonatus dengan hiperbilirubinea jinak hingga moderat. Fototerapi dapat
menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirek yang mudah larut di dalam
plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu.
Meningkatnya foto bilirubin di dalam empedu menyebabkan bertambahnya
pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga periltaltik usus meningkat dan
bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus. Energi sinar fototerapi akan
mengubah senyawa bilirubin berbentuk 4Z-15Z menjadi senyawa bilirubin 4Z15E yang merupakan bentuk isomernya yang mudah larut dalam air.
Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada
neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%, sebelum tranfusi
tukar, atau sesudah transfusi tukar. Terapi sinar tidak banyak bermanfaat untuk
neonatus dengan gangguan motilitas usus, obtstruksi usus atau saluran cerna,
neonaues yang mendapatkan minuman secara adekuat, karena penurunan
perilstatik usus akan mengakibatkan meningkatnya reabsorpsi eterohepatik
bilirubin sehingga seolah-olah terapi sinar tidak bekerja secara efektif.
Tempat terjadinya isomerisasi sampai saat ini belum diketahui secara rinci.
Diduga proses tersebut terbnyak terjadi di daerah perifer, yaitu kapiler jaringan
subkutan. Akibatnya penyinaran yang optimal dari bagian kulit neonatus akan
memberikan hasil yang baik. Alat fototerapi ada yang meggunakan sumber cahaya
tunggal yang menyinari sebagaian tubuh dan sumber cahaya ganda yang dapat
menyinari dua bagian tubuh sekaligus. Efek terapi sinar tidak bergantung pada
beberapa arah penyinaran, tetapi pada jumlah energi cahaya yang dapat menyinari
kulit neonatus. Oleh karena itu, walaupun menggunakan penyinaran searah
(sumber cahaya tunggal) tetapi posisi pasien diubah dalam jangka waktu tertentu
dan energi cahaya yang baik akan diperoleh hasil yang optimal. Energi cahaya
optimal yang dapat menyebabkan eleminasi bilirubin maksimum ialah yang
mempunyai gelombang sinar 350-470 nanometer (nm). Besarnya gelombang sinar

dapat diukur dengan alat iradiasi meter, jarak antara sumber cahaya dan bagian
tubuh yang disinari mempengaruhi energy cahaya optimal yang diperoleh
neonates.
Apabila dalam evaluasi kadar bilirubin serum berada dalam batas normal,
terapi sinar dihentikan. Jika kadar bilirubin masih tetap atau tidak banyak berubah,
perlu dipikirkan adanya beberapa kemungkinan, antara lain lampu yang tidak
efektif atau bayi menderita dehidrasi, hipoksia, infeksi, gangguan metabolism dan
alin-lain. Keadaan demikian memerlukan tindakan kolaboratif dengan tim medis.
2.2 Tabel Indikasi Untuk Fototerapi Pada Bayi Dengan Usia Gestasi 35
Minggu (diadaptasi dari Management Of Hiperbilirubinemia In The
Newborn Infant 35 or more weeks of gestation.pediatrics 2004;114:297316)
Usia dalam jam

Fototerapi
Resiko tinggi

24 Jam

>8

mg/dL

48 Jam

mikromol/L)
>11 mg/dL

72 Jam
96 Jam

Resiko menengah

(137 >10

Resiko rendah

mg/dL(171 >12

mg/dL

(205

mikromol/L)
(188 >13 mg/dL

mikromol/L)
(222 >15 mg/dL

(257

mikromol/L)
>13 mg/dL

mikromol/L)
(222 >15 mg/dL

mikromol/L)
(257 >18 mg/dL

(308

mikromol/L)
>14 mg/dL

mikromol/L)
(239 >17 mg/dL

mikromol/L)
(291 >20 mg/dL

(342

mikromol/L)

mikromol/L)

mikromol/L)

Keterangan :
Resiko rendah 38 minggu dan sehat.
Resiko menengah 38 minggu dengan faktor resiko atau 35-37 minggu
dan sehat
Resiko tinggi 35-37 minggu dengan faktor resiko
Faktor resiko penykit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, latergi
signifikan, instabilitas suhu, sepsis, asidosis atau albumin < 3.0 g/dL (30
g/L) jika diperiksa.

2.3 Keuntungan Fototerapi


Keuntungan dari fototerapi ini adalah non-invasiv (tidak merusak), efektif,
relative tidak mahal, dan mudah dilaksanakan. Terapi sinar dilakukan selama 24
jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas
normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan
menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi
sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga
menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon
dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan
disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut
flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih
efektif. Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh
bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup
dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya
berlebihan dari lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi
belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu
pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu,
seperti kemandulan.
Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah;
telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus
mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah kembali normal atau belum. Jika
sudah turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa
dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa
pulang. Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada
kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi
karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan
meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ usus. Alhasil, gerakan
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan
mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari

terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada si
kecil.

2.4 Kerugian Fototerapi


Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping. Namun efek
samping tersebut sementara, yang dapat dicegah atau di tanggulangi dengan
memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan pemantauan
keadaan bayi secara berkelanjutan
Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar
adalah
1. Peningkatan kehilangan cairan yang tidak terukur (insensible water loss).
Energi cahaya fototerapi dapat meningka suhu lingkungan dan menyebabkan
peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi premature atau berat lahir
sangat rendah. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan pemberian cairan
tambahan.
2. Frekuensi defekasi meningkat. Meningkatnya bilirubin indirek pada usus akan
meningkatkan peembentukan enzim lactase yang dapat meningkatkan
peristaltik usus. Pemberian susu dengan kadar laktosa rendah akan
mengurangi timbulnya diare.
3. Timbul kelainan kulit flea bite rash di daerah muka badan dan ekstermitas,
kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Dilaporkan pada
beberapa bayi terjadi bronze baby syndrome, hal ini terjadi karena tubuh
tidak mampu mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna
kulit ini bersifat sementara dan tidak mempengaruhi prosexs tumbuh kembang
bayi.
4. Peningkatan susu. Beberapa neonatus yang mendapat terapi sinar, menunjukan
kenaikan suhu tubuh, keadaan ini dapat disebabkan karena suhu lingkunagn
yang meningkat atau gangguan pengaturan sushu tubuh bayi. Pada bayi
premature fungsi termostat yang belum matang. Pada keadaan ini fototerapi
dapat dilanjutkan dengan mematikan sebagian lamu yang digunakan dan

dilakukan pemantauan suhu tubuh neonates dengan jangka waktu (interval)


yang lebih singkat.
5. Kadang ditemukan kelainan, kelainana retina dan gangguan pertumbuhan
ditemukan pada binatang percobaan. Pada neonatus yang mendapat terapi
sinar, gangguan pada retina dan fungsi penglihatan lainnya serta gangguan
tumbuh kembang tidak dapat dibuktikan dan belum ditemukan, walaupun
demikian diperlukan kewaspadaan perawatan tentang kemungkinan timbulnya
keadaan tersebut.
2.5 Mempersiapkan Unit Fototerapi
1) Pastikan bahwa tutup plastik atau pelindung berada pada posisinya. Hal ini
mencegah cidera pada bayi jika lampu pecah dan membantu menapis sinar
ultraviolet yang berbahaya.
2) Hangatkan ruangan tempat unit diletakkan, (bila perlu) sehingga suhu di
bawah sinar adalah 28C-300 C.
3) Nyalakan unit dan pastikan bahwa semua tabung fluoresen bekerja.
4) Ganti tabung fluoresen yang terbakar atau yang berkedip-kedip:
(a) Catat tanggal tabung diganti dan ukur durasi total penggunaan tabung
tersebut.
(b) Ganti tabung setiap 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, mana saja
yang terlebih dahulu walaupun tabung masih bekerja.
5) Gunakan seprei putih pada pelbet, tempat tidur bayi, atau inkubator, dan
letakkan tirai putih disekitar area tempat unit diletakkan untuk memantulkan
sinar sebanyak mungkin kembali ke bayi.

Gambar 1.1 : bayi dibawah sinar fototerapi


2.6 Cara Memberikan Fototerapi

1) Letakkan bayi di bawah sinar fototerapi:


8

(a) Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, letakkan bayi telanjang pada pelbet
atau tempat tidur. Letakkan atau jaga bayi kecil dalam inkubator.
(b) Letakkan bayi sedekat mungkin dengan sinar sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh pabrik pembuatnya.
(c) Tutupi mata bayi dengan potongan kain, pastikan bahwa potongan kain
tersebut tidak menutup lubang hidung bayi. Jangan menfiksasi potongan
kain tersebut dengan plester.
2) Ubah posisi setiap 3 jam.
3) Pastikan bayi diberi makan:
(a) Dorong ibu menyusui sesuai kebutuhan, tetapi minimal setiap 3 jam:
Selama pemberian makan, pindahkan bayi dari unit fototerapi dan
lepaskan potongan kain penutup mata.
Memberikan suplemen atau mengganti ASI dengan jenis makanan
atau cairan lain tidak diperlukan (misalnya: pengganti ASI, air, air
gula, dan sebagainya).
(b) Jika bayi mendapatkan cairan IV atau perasan ASI, tingkatkan volume
cairan dan atau susu sebanyak 10% volume harian total perhari.gambar.

Gambar 1.2 : volume makanan dan cairan harian total untuk bayi dari lahir
(c) Jika bayi mendapat cairan IV atau diberi makan melalui selang lambung,
jangan memindahkan bayi dari sinar fototerapi
4) Perhatikan bahwa feses bayi dapat menjadi encer dan kuning saat bayi
mendapatkan fototerapi. Hal ini tidak membutuhkan penanganan khusus.
5) Lanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya:
(a) Pindahkan bayi dari unit fototerapi hanya selama prosedur yang tidak
dapat dilakukan saat dibawah sinar fototerapi.
(b) Jika bayi mendapatkan oksigen, matikan sinar sebentar saat mengamati
bayi untuk mengetahui adanya sianosis central (lidah dan bibir biru).

6) Ukur suhu tubuh bayi (290) dan suhu udara dibawah sinar setiap 3 jam. Jika
suhu tubuh bayi lebih dari 37,5C, sesuaikan suhu ruangan atau sementara
pindahkan bayi dari unit fototerapi sampai suhu tubuh bayi 36,5C-37,5C.
7) Ukur kadar bilirubin serum setiap 12 jam:
(a) Hentikan fototerapi jika kadar bilirubin serum di bawah kadar saat
fototerapi dimulai (tabel hal.98) atau 15 mg/dl (260mol/l), mana saja
yang lebih rendah.

Gambar 1.3 tabel kadar bilirubin serum


(b) Jika bilirubin serum mendekati kadar yang membutuhkan transfusi tukar,
atur pemindahan dan segera rujuk bayi ke rumah sakit tersier atau pusat
spesialisasi untuk tranfusi tukar, jika memungkinkan. Kirim sampel darah
ibu dan bayi.
8) Jika serum bilirubin tidak dapat diukur, hentikan fototerapi setelah 3 hari.
Bilirubin pada kulit dengan cepat menghilang di bawah fototerapi.
Warna kulit tidak dapat digunakan sebagai panduan kadar bilirubin
9)

serum selama bayi mendapatkan fototerapi dan selama 24 jam setelah


Setelah fototerapi dihentikan :
penghentian
(a)
Amati bayifototerapi.
selama 24 jam dan ulangi pengukuran bilirubin serum, jika
memungkinkan atau perkiraan ikterus dengan menggunakan metode
klinis.

10

Gambar 1.4 perkiraan klinis keparahan ikterus

(b) Jika ikterus kembali atau diatas kadar dimulainya fototerapi, ulangi
fototerapi dengan waktu yang sama seperti awal pemberian. Ulangi
langkah ini setiap fototerapi dihentikan sampai pengukuran atau
perkiraan bilirubin tetap di bawah kadar yang membutuhkan fototerapi.
10) Jika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik, dan tidak
terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi.
11) Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi
mengalami ikterus.

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keuntungan dari fototerapi ini adalah non-invasiv (tidak merusak), efektif,
relative tidak mahal, dan mudah dilaksanakan. Terapi sinar dilakukan selama 24
jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas
normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan
menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati.
Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar
adalah peningkatan kehilangan cairan yang tidak terukur (insensible water loss),
frekuensi defekasi meningkat, timbul kelainan kulit flea bite rash di daerah
muka badan dan ekstermitas, kelainan ini akan segera hilang setelah terapi
dihentikan, peningkatan susu, kadang ditemukan kelainan, kelainana retina dan
gangguan pertumbuhan ditemukan pada binatang percobaan.
Cara pemberian fototerapi diantaranya adalah letakkan bayi di bawah sinar
fototerapi, ubah posisi setiap 3 jam, pastikan bayi diberi makan, perhatikan bahwa
feses bayi dapat menjadi encer dan kuning saat bayi mendapatkan fototerapi, jika
suhu tubuh bayi lebih dari 37,5C, sesuaikan suhu ruangan atau sementara
pindahkan bayi dari unit fototerapi sampai suhu tubuh bayi 36,5C-37,5C, ukur
kadar bilirubin serum setiap 12 jam, jika serum bilirubin tidak dapat diukur,
hentikan fototerapi setelah 3 hari, setelah fototerapi dihentikan, jika fototerapi
tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik, dan tidak terdapat masalah lain
yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi, ajari ibu cara mengkaji ikterus,
dan anjurkan ibu kembali jika bayi mengalami ikterus.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami berharap pembaca dapat memahami
dan mengerti tentang penatalaksanaan fototerapi, keuntungan dan kerugian
fototerapi, dan cara memberikan fototerapi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menjadi literatur bagi para pembacanya.

12

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham Gary F, dkk.2006.Obstetri Williams.Jakarta:Buku Kedokteran
EGC
Hidayat Alimul Aziz A.2009.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Salemba Medika
Lissauer Tom, dan Fanarrof Avroy.2009.Neonatologi.Jakarta:Erlangga
Subhekti Budhi Nike.2008.Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir.Jakarta:Buku
Kedokteran EGC
Surasmi Asrining.2003.Perawatan bayi Resiko Tinggi.Jakarta:Buku Kedikteran
EGC

13

Anda mungkin juga menyukai