MIKROBIOLOGI PANGAN
Optimasi Penambahan Konsentrasi Urea dalam
Substrat terhadap Ketebalan Nata de Soya
Disusun oleh:
(13.250.0030)
(13.250.0031)
(13.250.0024
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Tatang Sopandi, M.P
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga laporan praktikum mikrobiologi pangan tentang optimasi penambahan
konsentrasi urea dalam substrat terhadap ketebalan nata de soya ini akhirnya
selesai. Laporan praktikum ini kami buat untuk memberikan wawasan
pengetahuan utamanya bagi para pemuda-pemudi atau para mahasiswa tentang
pengaruh penambahan konsentrasi urea pada nata de soya, sehingga bisa
mengenali fungsi urea pada nata de soya tersebut.
Penulisan laporan praktikum ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah mikrobiologi pangan. Dalam
penulisan laporan praktikum ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini,
khususnya kepada:
1.
Dr. Ir. Tatang Sopandi, M.P selaku dosen mata kuliah mikrobiologi
pangan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan serta dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusun laporan praktikum ini.
2.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan semangat dalam penulisan laporan praktikum ini.
Laporan praktikum ini masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh sebab
itu dengan penuh rendah hati, kami mohon agar para pembaca beserta dosen
pembimbing berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun guna
sempurnanya tugas ini. Dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat dan berguna terutama bagi para
mahasiswa, Amiin.
penyusun
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya | ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
BAB 1
i
ii
iii
v
vi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
4
6
6
8
9
9
11
METODE PENELITIAN
3.1
3.2
3.3
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan ............................................................................. 19
6.2
Saran ....................................................................................... 19
................................................................................................ 22
Hasil Pengukuran Ketebalan Nata De Soya ........................... 22
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 1
Halaman
Karakteristik limbah cair tahu........................................................ 5
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pabrik tahu terkenal sebagai sumber pencemaran sungai dan bau busuk.
Jumlah industri tahu di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 84.000 unit usaha.
Kapasitas produksi tahu lebih dari 2,56 juta ton per tahun. Industri tahu ini
memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun. Sebagian besar
industri tahu yang ada di Indonesia merupakan industri berskala kecil dan
menengah yang belum mengelola limbahnya secara baik. Dari data tersebut dapat
dibayangkan betapa banyaknya limbah cair industri tahu yang dibuang ke
lingkungan dan berpotensi menimbulkan pencemaran.
Limbah industri tahu merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan tahu. Limbah dari proses pembuatan tahu dapat berupa air bekas
cucian kedelai, air rendaman kedelai, ampas tahu, dan cairan sisa penggumpalan
tahu (whey) (Hastuti dan Raharjo, 1983). Untuk setiap 1 kg bahan baku kedelai
dibutuhkan rata-rata 45 liter air dan akan dihasilkan limbah cair berupa whey tahu
rata-rata 43,5 liter (Nuraida, 1985). Limbah cair industri tahu mengandung BOD,
COD, TSS, Nitrogen dan Fosfor tinggi (Tay, 1990 dan Husin, 2003). Apabila
tidak ditangani limbah cair ini akan mencemari lingkungan dan menimbulkan bau
busuk. Bau busuk ini disebabkan karena penguraian protein terlarut oleh bakteri
proteolitik.
Whey belum banyak dimanfaatkan, hanya sebagian kecil digunakan
sebagai cairan induk untuk memadatkan susu kedelai, sisanya dibuang sebagai
limbah. Padahal jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata limbah cair tahu
(whey) ini mengandung bahan-bahan organik berupa protein, karbohidrat dan
lemak tinggi (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987). Salah satu cara terpadu yang
mungkin adalah pemanfaatan limbah yang masih mengandung bahan organik
melalui proses bioteknologi sederhana dengan bantuan mikrobia bakteri asam
cuka yakni Acetobacter xylinum untuk mendapatkan suatu produk baru, yaitu
nata, yang dapat dikonsumsi dengan aman dan tidak mengurangi rasa estetika.
seperti
gelatin yang merupakan lapisan tipisa dari sel dan polisakarida yang dibentuk
oleh bakteri Acetobacter xylinum (Mendoza, 1961). Substansi nata itu sendiri
adalah selulosa (Dimaguila, 1976). Secara teknis, pemanfaatan whey hanya pada
sisa protein dan beberapa zat organik yang masih di kandungnya, sehingga unsurunsur tersebut diharapkan dapat mendukung perkembang biakan Acetobacter
xylinum. Dari segi ekonomis, untuk mendapatkan whey tahu masih cuma-cuma,
tidak seperti air kelapa (bahan baku nata de coco) yang sudah harus dibayar
dengan uang.
Menurut
Alaban
(1962),
faktor
utama
yang
berpengaruh
pada
pembentukan nata adalah sumber gula, suhu inkubasi, tingkat keasaman medium,
lama inkubasi dan aktifitas bakteri. Pada proses inkubasi media nata yang telah
diinokulasi dengan starter yang mengandung Acetobacter xylinum, setelah 3648
jam inkubasi akan terbentuk lapisan tembus cahaya pada permukaan medium.
Secara bertahap lapisan ini akan menebal dan membentuk lapisan yang kompak
dan kenyal. Sedangkan menurut Wahyudi (2003), keberhasilan dalam pembuatan
nata dipengaruhi oleh viabilitas (kemampuan hidup) bakteri, kandungan nutrisi
media pertumbuhan dan lingkungannya. Viabilitas bakteri yang baik akan
menghasilkan nata yang baik dan cepat.
Nitrogen yang diperlukan oleh Acetobacter xylinum berguna untuk
pembentukan protein yang penting pada pertumbuhan sel dan pembentukan
enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan sel kurang tumbuh dengan baik dan
menghambat pembentukan enzim yang diperlukan sehingga proses fermentasi
dapat mengalami kegagalan atau tidak sempurna. Urea merupakan sumber
nitrogen yang umum digunakan dalam produksi nata karena harganya yang relatif
murah, mudah didapat dan memiliki kandungan nitrogen tinggi yaitu 46%
(Austin, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsentrasi urea yang
optimum dari pembuatan nata terhadap ketebalan nata dari whey (air limbah
industri tahu).
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disusun dari uraian latar belakang tersebut,
1.3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun maka tujuan dari penelitian
pengaruh
penambahan
konsentrasi
urea
terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian terbesar dan
berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan
bersumber dari cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu pada tahap proses
penggumpalan dan penyaringan yang disebut air didih atau whey. Sumber limbah
cair lainnya berasal dari proses sortasi dan pembersihan, pengusapan kulit,
pencucian, penyaringan, pencucian peralatan proses dan lantai. Jumlah limbah
cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebanding dengan penggunaan
air untuk pemrosesannya. Menurut Nuraida (1985) jumlah kebutuhan air proses
dan jumlah limbah cair yang dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan
43,5 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa industri
tahu, sebagian kecil dari limbah cair tersebut (khususnya air didih) dimanfaatkan
kembali sebagai bahan penggumpal (Dhahiyat, 1990).
Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik kompleks
yang tinggi terutama protein dan asam-asam amino (EMDI-Bapedal, 1994) dalam
bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut (BPPT,1997a). Adanya senyawasenyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu mengandung
BOD,COD dan TSS yang tinggi (Tay,1990; BPPT, 1997a; dan Husin, 2003).
Karakteristik limbah cair industri tahu yang penting antara lain sebagai berikut
dan ditunjukkan pada Tabel 1:
1.
2.
4.
5.
Parameter
Satuan
Nilai
4-5
2. COD
mg/L
30.000 40.000
3. BOD
mg/L
10.000 15.000
4. N-NH3
mg/L
30 40
5. N Total
mg/L
300 350
0,30 0,40
mg/L
6.000 8.000
1. pH
6. Protein
7. Padatan tersuspensi
(Sumber : Wagiman et al., 2003)
Penggunaan bahan kimia seperti batu tahu (CaSO4) atau asam asetat
sebagai koagulan tahu juga menyebabkan limbah cair tahu mengandung ion-ion
logam. Kuswardani (1985) melaporkan bahwa limbah cair industri tahu
mengandung pb (0,24 mg/l); ca (34,03 mg/l); Fe (0,19 mg/l) ; Cu (0,12 mg/l) dan
Na (0,59 mg/l).
2.2.
Acetobacter xylinum
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Alpha Proteobacteria
Ordo
: Rhodospirilia
Famili
: Pseudomonadaceae
Genus
: Acetobacter
Spesies
: Acetobacter xylinum
dari
bakteri
itu
adalah
memiliki
kemampuan untuk
menghasilkan
digabung
secara
sub-elemen fibril,
spontan
oleh
dimana
masing-masing
rantai
tempat
molekul selulosa
katalisis
dan
sebagai
substrat
agar
tercipta
kondisi
yang
optimum
untuk
pertumbuhannya dan untuk membentuk CO2 dan H2O. Menurut Mandel (2004)
bakteri Acetobacter xylinum bersifat overoxidizer yaitu dapat mengubah asam
asetat dalam medium fermentasi menjadi CO2 dan H2O, apabila gula dalam
medium fermentasi telah habis dimetabolisir. Banyaknya mikroba yang tumbuh
pada suatu media sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung di medium.
Acetobacter xylinum yang difermentasi di dalam medium dengan suasana
asam (pH 4) dan kadar gula yang tinggi akan membentuk nata. Menurut Mandel
(2004) bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan pada medium yang
mengandung gula akan menggunakan sebagian glukosa untuk aktivitas
metabolisme dan 19% gula menjadi selulosa.
2.3.
Kerangka Pikiran
Menu makanan di jaman modern banyak yang diawetkan dan tidak alami
RI, rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia hanya 10,5 gram serat per hari,
padahal kebutuhan serat orang dewasa sekitar 30 gram per hari. Kebutuhan serat
salah satunya dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nata dari berbagai limbah
industri.
Nata merupakan hasil fermentasi air kelapa atau sari bahan lainnya dengan
melibatkan bakteri Acetobacter xylinum yang mengandung serat tinggi dan rendah
kalori. Hasil fermentasi membentuk sekumpulan biomassa terdiri dari selulosa
dan memiliki penampilan seperti agar-agar putih.
Bakteri
Acetobacter
xylinum
akan
dapat
membentuk
nata
jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen,
melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan
menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan
rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut,
akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak
padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Prinsip utama suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah
adanya kandungan karbohidrat yang cukup memadai dalam bahan tersebut.
Mengingat kemungkinan limbah industri tahu yang digunakan dalam penelitian
ini diperkirakan masih mengandung relatif banyak karbohidrat (glukosa), maka
diharapkan penelitian ini dapat membuat nata dari limbah industri tahu yang
dimaksud. Disamping itu, terbentuknya nata merupakan hasil kerja bakteri
Acetobacter xylinum yang untuk dapat bekerja secara optimal tentunya
memerlukan makanan, salah satunya adalah memerlukan sumber karbon.
Pemanfaatan limbah industri tahu sangat membantu perekonomian
masyarakat. Kandungan karbohidrat yang tinggi memungkinkan limbah industri
tahu ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan nata, yaitu nata de
soya. Dalam penelitian ini ditambahkan variasi massa urea (5, 6,5, 8, 9,5, 11 gr/l)
sebagai sumber nitrogen. Kadar pH air limbah industri tahu adalah 4 sehingga
tanpa menggunakan asam cuka. Produk nata yang dihasilkan akan diteliti
mengenai ketebalan sehingga menjadi produk nata de soya yang siap dipasarkan.
Whey
(Limbah cair industri tahu)
NPK
Urea
Media / Substrat
Inokulasi
Acetobacter xylinum
Inkubasi 10 hari
Pertumbuhan Bakteri
Glukosa
Selulosa
Produksi nata
Analisa data
Simpulan
2.4.
Hipotesis
Hipotesis secara umum merupakan jawaban sementara yang berfungsi
sebagai pedoman dalam pemecahan masalah penelitian yang ada. Maka pada
permasalahan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Penambahan urea dapat berpengaruh pada ketebalan nata de soya.
2. Peningkatan penambahan konsentrasi urea dapat meningkatkan
ketebalan nata de soya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Materi Penelitian
3.2.
3.3.
Penentuan Sampel
Sample adalah kegiatan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jumlah
sample yang dipakai dalam penelitian ini diberi 5 perlakuan masing masing
dengan perbandingan konsentrasi urea (5, 6,5, 8, 9,5, 11 gr/l). Sample yang berupa
whey (limbah cair industri tahu) diambil dari industri tahu di daerah Jambangan,
Surabaya.
3.4.
Metode Penelitian
dipindahkan ke gelas kaca dan di tutup rapat-rapat dengan aluminium foil. Gelas
kaca yang telah berisi larutan disimpan pada ruang bersuhu kamar dengan lama
penyimpanan selama 10 hari atau sampai membentuk nata. Mengambil lembaran
nata dan membersihkan dari lendir sisa fermentasi dengan bantuan sendok makan.
Mencuci lembaran nata de soya dalam bak pencucian. Pengukuran ketebalan nata
de soya menggunakan jangka sorong.
A1
A2
A3
A4
A5
U1
A1U1
A2U1
A3U1
A4U1
A5U1
U2
A1A2
A2U2
A3U2
A4U2
A5U2
U3
A1A3
A2U3
A3U3
A4U3
A5U3
U4
A1U4
A2U4
A3U4
A4U4
A5U4
Whey
(Limbah cair industri tahu)
Inokulasi
Acetobacter xylinum
Fermentasi 10 hari
Pengukuran ketebalan
Analisa data
Simpulan
3.5.
faktor dengan percobaan rancangan acak lengkap (RAL). Dimana F hitung < F
tabel jadi ada pengaruh yang nyata, maka H0 ditolak dan Hi diterima. Analisa data
menggunakan software SPSS 16.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
Hasil Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan dengan metode rancangan acak lengkap
16,98 b
15,54 b
13,39 c
13,28 c
9,46 a
ketebalan
Grafik 1. Ketebalan nata de soya, angka rata-rata yang diberi notasi huruf (a, b
dan c) tidak sama menunjukkan berbeda signifikan (P<0,05).
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
whey (limbah cair industri tahu) dengan bantuan Acetobacter xylinum. Bakteri ini
bisa hidup pada media whey yang mengandung gula, gula akan digunakan sebagai
sumber penyedia kebutuhan energi oleh bakteri tersebut. Media whey yang
mengandung gula digunakan untuk pembentukan felikel nata, dimana dengan
adanya kandungan sukrosa didalam gula berfungsi sebagai sumber karbon yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri (Suratiningsih, 1994 dikutip Nurhayati,
2006). Akan tetapi, Acetobacter xylinum juga membutuhkan suplai nitrogen
anorganik dalam pertumbuhannya.
Nitrogen yang diperlukan oleh Acetobacter xylinum berguna untuk
pembentukan protein yang penting pada pertumbuhan sel dan pembentukan
enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan sel kurang tumbuh dengan baik dan
menghambat pembentukan enzim yang diperlukan sehingga proses fermentasi
dapat mengalami kegagalan atau tidak sempurna. Urea merupakan sumber
nitrogen yang diperlukan untuk sintesis komponen sel dan pertumbuhan bakteri
(Bhakti, 1974).
Menurut Sutarminingsih (2004), penggunaan ammonium sulfat sebesar
0,5% menghasilkan rendemen nata de coco sebesar 70,64% dengan warna putih,
penggunaan ekstrak khamir menghasilkan rendemen 64,54% dengan warna
kuning, dan penggunaan urea sebesar 0,3% akan memberikan rendemen yang
tinggi yaitu 93,3%. Penambahan konsentrasi urea dapat meningkatkan jumlah
polisakarida yang terbentuk, namun penambahan yang terlalu tinggi (lebih dari
1%) dapat menyebabkan penurunan rendemen dan penurunan derajat putih pada
nata yang dihasilkan. Hal tersebut diduga karena konsentrasi yang terlalu tinggi
akan menurunkan pH optimum yang dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan bakteri dan dapat mempengaruhi selulosa bakteri yang terbentuk.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ketebalan nata de soya pada
penambahan urea 5 11 gr/l berkisar antara 16,981,074 mm dan konsentrasi
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya | 17
urea yang optimum pada ketebalan nata de soya diperoleh pada konsentrasi 6,5
gr/l.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ketebalan nata de soya pada
penambahan urea 5 11 gr/l berkisar antara 16,981,074 mm dan konsentrasi
urea yang optimum untuk kekenyalan nata diperoleh pada konsentrasi 6,5 gr/l.
Penggunaan air whey (limbah cair industri tahu) memilik keunggulan, diantaranya
tanpa penggunaan cuka karena air whey memiliki pH sekitar 4 dan air whey yang
masih baru dari pengolahan tahu memiliki suhu sekitar 90 OC sehingga dapat
meminimalkan biaya produksi nata de soya. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dan beberapa keunggulan air whey sebagai bahan nata tersebut maka
produksi nata de soya layak untuk dilakukan.
BAB VI
PENUTUP
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.2.
Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Basrah Enie, A., (1994) , Nata de So ya Hasil Konversi Air tahu Menjadi
bahan Industri Proses Bioteknologi, BBIHP, Bogor.
Basrah Enie, A ., (1993), P embuatan Nata de Soya, BBI HP, Bogor.
Committee for the Recommended Daily Intake of Nutrients for Thai Citizens.
1989. Guidelines for daily nutrient intake and consumption methods for
Thai citizens. Department of Health, Ministry of Public Health. (In Thai).
Darmajana, D. dan Cucu Hindasah, (1994), Pemanfaatan Limbah Cair Tahu
Untuk
Agromedia
Pustaka,Tangerang
Warisno S dan Kres Dahana. 2009. Inspirasi Usaha Membuat Aneka Nata.
Jakarta. PT Agro Media Pustaka.
LAMPIRAN
A.
A1
A2
A3
A4
A5
U1
9,9
17,25
14,475
14,75
14,4
U2
10,05
17,45
15,9
12,85
11,7
U3
7,075
15,4
15,9
12,45
13,35
U4
10,8
17,8
16,45
13,475
13,7
Descriptives
Ketebalan
95% Confidence Interval for
Mean
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
9.4562
1.63559
.81780
6.8537
12.0588
7.08
10.80
16.9750
1.07432
.53716
15.2655
18.6845
15.40
17.80
15.5438
.84221
.42111
14.2036
16.8839
14.48
16.45
13.3812
1.00527
.50264
11.7816
14.9809
12.45
14.75
13.2875
1.14483
.57241
11.4658
15.1092
11.70
14.40
20
13.7288
2.81152
.62867
12.4129
15.0446
7.08
17.80
Total
ANOVA
Ketebalan
Sum of
Squares
df
Mean Square
Sig.
Between
Groups
129.608
32.402
23.617
.000
Within Groups
20.580
15
1.372
Total
150.188
19
Lower Bound
Upper Bound
-7.51875*
.82824
.000
-9.2841
-5.7534
-6.08750*
.82824
.000
-7.8529
-4.3221
-3.92500*
.82824
.000
-5.6904
-2.1596
.82824
.000
-5.5966
-2.0659
7.51875*
.82824
.000
5.7534
9.2841
1.43125
.82824
.105
-.3341
3.1966
3.59375*
.82824
.001
1.8284
5.3591
3.68750
.82824
.000
1.9221
5.4529
6.08750*
.82824
.000
4.3221
7.8529
-1.43125
.82824
.105
-3.1966
.3341
2.16250*
.82824
.020
.3971
3.9279
2.25625
.82824
.016
.4909
4.0216
3.92500*
.82824
.000
2.1596
5.6904
-3.59375*
.82824
.001
-5.3591
-1.8284
-2.16250*
.82824
.020
-3.9279
-.3971
.09375
.82824
.911
-1.6716
1.8591
3.83125*
.82824
.000
2.0659
5.5966
-3.83125
-3.68750*
.82824
.000
-5.4529
-1.9221
-2.25625*
.82824
.016
-4.0216
-.4909
-.09375
.82824
.911
-1.8591
1.6716
Pengukuran starter