Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENCAPAI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
OLEH
SITTI ZUBAEDAH HALID
(841415030)
Efektivitas pembelajaran akan dapat diwujudkan oleh seorang guru apabila
guru tersebut dapat memerankan perannya di dalam kelas dengan baik dan
maksimal. Adapun peran penting seorang guru di dalam kelas adalah sebagai
pendidik, pengajar, dan pelatih. Hal ini sesuai dengan tugas guru itu sendiri yaitu
mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif),
mengajar dalam arti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
(kognitif), dan melatih dalam arti mengembangkan keterampilan para siswa
(psikomotorik).
Dalam mengembangkan tugas-tugas tersebut, setiap guru perlu melakukan
berbagai upaya untuk mewujudkan efektivitas pembelajaran. Adapun penulis
berpandangan bahwa efektivitas pembelajaran adalah suatu kondisi dimana siswa
dapat mengeluarkan segala potensinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, salah satu upaya yang perlu
dilakukan oleh setiap guru adalah membangun motivasi belajar para siswa.
Motivasi

belajar

siswa

yang

tinggi

akan

merangsang

siswa

untuk

mengembangkan potensinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam


membangun motivasi siswa, Sukadi (2006:37) mengungkapkan, Motivasi siswa
tidak muncul begitu saja, tetapi harus dibangkitkan atau dibangun. Oleh karena
itu, diperlukan berbagai upaya dalam membangun motivasi belajar siswa untuk
mencapai efektivitas pembelajaran. Upaya-upaya tersebut dapat dilakuakn dengan
cara sebagai berikut:

1. Menumbuhkan Jiwa Gembira Pada Anak


Setiap anak memiliki jiwa yang bersih belum terpengaruh
perasaan negatif seperti perasaan dendam, dengki, dan sebagainyasehingga anak cenderung menyukai nuansa yang riang dan penuh
kegembiraan. Untuk menciptakan kondisi tersebut hendaknya setiap guru
menyapa setiap anak dengan perasaan senang, ramah, dan tenang.
Mengawali kegiatan belajar dengan suasana riang akan membuat siswa
termotivasi untuk giat belajar dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
2. Siswa Dianggap Sahabat
Kerapkali di sekitar kita masih saja ada guru yang memperlakukan
siswanya seperti seorang robot yang akan patuh dengan intruksi-intruksi
formal dan baku. Hal ini tercermin dari kebiasaan buruk seorang guru
yang memiliki konsep diri negatif, seperti suka memarahi siswa tanpa
batas, berteriak dengan bahasa yang tidak layak, dan menghukum siswa
melewati batas wajar. Perilaku-perilaku tersebut hendaknya dihentikan
segera mungkin dan dikendalikan secara proporsional agar tidak
menimbulkan adanya korban kekerasan di dalam dunia pendidikan.
Hal

yang

perlu

dilakukan

agar

siswa

mengikuti

proses

pembelajaran dengan efektif adalah dengan menganggap siswa sebagai


sahabat. Setiap guru hendaknya memperlakukan siswa layaknya sahabat
yang sangat berarti dalam kehidupan di kelas. Memandang mereka dengan
penuh kasih sayang, mengajak mereka dengan penuh kelembutan, dan
mengajari mereka dengan penuh cinta dan perasaan. Dari merekalah kita
belajar berbagai hal tentang makna kehidupan. Sehingga mereka layak
menjadi sahabat di kelas untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan
tentang apa yang kita ketahui dan tentang apa yang mereka inginkan di
masa depan.

3. Menumbuhkan Jiwa Kompetisi


Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan persaingan di kelas
seperti memberikan hadiah (reward) kepada siswa yang memiliki prestasi
unggul. Hadiah tersebut dapat berupa materi seperti alat-alat tulis atau
dapat bersifat ruhaniah seperti pemberian nilai lebih bagi siswa yang
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Ataupun bisa berupa
pujian kepda siswa yang rajin mengumpulkan tugas dan memberikan
tepuk tangan teman-teman sekelas atas pujian Anda. Hal ini dapat
meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk lebih maju dan meningkatkan
harga diri siswa dengan eksistensinya di dalam keals sehingga
keberadaannya diakui dan dihargai oleh teman-temannya.
Namun

sebagai

guru

juga

hendaknya

berhati-hati

dalam

menciptakan persaingan di kelas agar tidak menimbulkan konflik.


Karenanya, persaingan harus dalam batas wajar dan normal serta adil dan
objektif dalam penilaian tanpa memandang status sosial di luar kelas,
apakah ia seroang anak mentri, anak pejabat, anak seorang petani,
pedagang, atau siapapun karena di kelas setiaps siswa memilki hak dan
derajat yang sama di mata guru.
4. Menyamapaikan Target Pembelajaran
Pada dasarnya manusia itu akan termotivasi saat menghadapi
sebuah tantangan. Begitu pula pada diri siswa. Agar motivasi siswa
terbangun

maka

dapat

diciptakan

dengan

menyampaikan

target

pembelajaran. Sebelum pelajaran dimulali, guru dapat menyampaikan


tujuan pembelajaran dan target yang harus dicapai oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada mata pelajaran Fiqih
Bab Wudlu. Guru menyampaikan target pembelajaran keapda siswa bahwa
setelah materi dijelaskan, setiap siswa akan di tes satu persatu
mempraktikkan cara berwudlu sesuai dengan materi yang disampaikan.

Hal ini awalnya akan membuat siswa menjadi tegang. Namun perasaan
tegang tersebut akan memicu konsentrasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh sehingga ia dapat memaksimalkan
potensinya.
Dalam membuat tujuan/ target (tantangan) dalam kegiatan
pembelajaran, Sukadi (2006:40) mengungkapkan ada 5 kriteria target yang
harus dirumuskan, diantaranya:
a) Realistis yakni tujuan itu dapat tercapai oleh para siswa pada
umumnya (tidak terlalu sulit dicapai).
b) Menantang

yakni

dapat

membangkitkan

semangat

untuk

mencapainya dan melahirkan rasa puas bila mampu mencapainya.


c) Berbatas waktu yakni waktunya dibatasi dalam kurun waktu
tertentu.
d) Spesifik yakni bersifat khusus dan jelas sehingga dapat dimengerti.
e) Terukur ayakni dapat terukur bilamana tujuan telah tercapai.
5. Melakukan Penilaian
Motivasi belajar sisiwa akan terpacu apabila ia mengetahui bahwa
tes akan dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Namun dalam
melakukan penilaian ini, menurut Sukadi (2006:42) ada prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan, diantaranya:
a) Lakukan penilaian dengan alat penilaian yang valid dan reliable.
b) Lakukan penilaian secara objektif, jujur, dan bermakna.
c) Lakukan upaya tindak lanjut terhadap hasil penilaian, antara lain
dengan cara membagikan hasil penialian, melakukan upaya
perbaikan dan pengayaan, dan mempergunakan hasil penilaian

untuk menunjukkan tingkat prestasi atau tingkat keberhasilan


mereka.
d) Hindari penilaian dengan menggunakan kriteria senang tidak
senang (like dislike).
e) Berikan reward yang proporsional kepada siswa yang mendapat
nilai bagus (tinggi).
Penilaian juga harus dilakukan dengan teliti agar siswa merasa
puas dan tidak meresa dikecewakan dengan hasil penilaian yang guru
lakukan.
6. Memberikan Kesempatan untuk Berhasil
Setiap siswa ingin pekerjaannya mendapat nilai terbaik. Namun
kemampuan siswa setiap individu berbeda-beda. Ada yang langsung dapat
menyelesaikan soal dengan cepat dan benar dan ada pula yang dapat
mengerjakan soal dengan waktu yang tidak sebentar dan jawaban yang
kurang tepat. Di sinilah peran guru untuk mendidik mereka agar tidak
putus asa dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
memperbaiki pekerjaan mereka dengan tambahan waktu. Hal ini akan
melatih mereka untuk terus bangkit dari setiap kegagalan dan terus
memperbaiki kesalah menuju kesempurnaan.
7. Menghargai Siswa
Setiap manusia ingin dihormati dan dihargai oleh siapapun. Tak
terkecuali pada diri siswa. Apabila guru sudah tidak menghargai siswa
dengan menyebutkan kekurangan siswa di depan teman-teman atau
dengan mengatakan perkataan bodoh kepada siswa , maka hal ini malah
akan membuat siswa merasa tidak dihargai dan dan menimbulkan
pertentangan batin di dalam diri sisiwa. Tak jarang ada siswa yang berani

menghina guru atau bahkan memanggil guru dengan sebutan yang tidak
layak, barangkali itu dsebabkan karena perbuatan kita yang kerap
dilakukan terhadap mereka.
Oleh karena itu, dalam hal ini penulis menekankan agar setiap guru
memahami kondisi psikologis setiap individu yang selalu ingin dihargai
twrmasuk para siswa bahkan saat ia berbuat salah pun tetap ingin dihargai
dan ditegakkan keadilan seadil-adilnya dalam hal pemberian hukuman.
Penghargaan seroang guru pun kepada siswa dapat berupa menjawab
pertanyaan

siswa

dengan

semaksimal

kemampuan,

mendengar

permasalahan dan keluhan belajar mereka, menghargai kekurangan


mereka, memahami kondisi mereka, dan melaksanakan tanggung jawab
guru yang berdedikasi tinggi pada dunia pendidikan.
Agar motivsai belajar siswa terbangun, Sukadi (2006:44)
mengungkapan ada beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya:
a) Memberikan pujian dan penghargaan terhadap mereka sekecil
apapun.
b) Memperhatikan dan menanggapi gagasan, pikiran, pertanyaan, dan
pendapat siswa dengan tulus.
c) Mengenali nama-nama siswa dan kelebihan mereka untuk tujuan
pembelajaran.
d) Mau mengerti dan memahami kebutuhan siswa dalam proses
pembelajaran.
e) Menghargai hasil pekerjaan siswa.
f) Tidak menghina, menghardik, atau mencela siswa di depan umum
(teman-temannya).

g) Meluruskan siswa yang melakukan perlanggaran etika atau norma


dengan cara-cara yang manusiawi (humanistik).
h) Berkata dan bersikap sopan, ramah, dan penuh kasih sayang
kepada siswa.
i) Tempatkan siswa sebagai orang penting. Dengan cara ini kita
akan melayani siswa secara optimal.
j) Berlaku adil dalam perlakuan, penilaian, dan sikap terhadap siswa.
Apabila guru dapat membangun motivasi belajar siswa dengan
baik dan berkelanjutan, maka secara perlahan tapi pasti, efektivitas
pembelajaran di dalam kelas dapat diwujudkan sehingga dapat menunjang
hasil pembelajaran yang maksimal.

CURICULUM VITAE
Nama

: Sitti Zubaedah Halid

Tempat , Tanggal Lahir

: Gorontalo, 25 Mei 1997

Email

: sittizubaedahhalid@gmail.com

Riwayat Pendidikan Formal


Sekolah Dasar

: SDN 1 Bolangitang Timur (2003-2009)

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Bolangitang Timur (2009-2012)


Sekolah Menengah Atas

: SMA Negeri 1 Limboto (2012-2015)

Anda mungkin juga menyukai