Anda di halaman 1dari 5

Permasalahan banjir bukanlah hal baru untuk kota kota besar contohnya Jakarta,

dalam hal ini banjir di jakarta sudah menjadi agenda tiap tahun yang akan terus
terjadi.
Lain jakarta lain dengan kota denpasar. banjir di denpasar menjadi sebuah masalah
baru yang cukup serius yang bila tidak cepat di tangani tidak menutup kemungkinan
di masa mendatang denpasar akan menjadi salah satu langganan banjir seperti jakarta.
itu di akibatkan oleh ulah manusia itu sendiri.

yang bisa dilihat secara kasat mata, Kota Denpasar minim kawasan ruang terbuka
hijau. Tidak tersedia banyak taman kota yang bisa dijadikan paru-paru kota. Menurut
pengamat tata ruang yang juga dosen Unud Ir. I Putu Rumawan Salain, pembangunan
fisik di Kota Denpasar nyaris tak terkendali. "Persentase antara ruang terbuka hijau
dan bangunan sudah 40 berbanding 60," kata Rumawan. Artinya ruang yang
digunakan untuk pembangunan fisik sudah melebihi ruang terbuka hijau. Kondisi ini
sudah keluar dari kondisi ideal yang seharusnya menunjukkan persentase sebaliknya.
Jika Kota Denpasar ingin berbenah diri, keseimbangan antara ruang hijau dan luas
lahan pemukiman mesti diperhatikan. Terlebih, jumlah penduduk urban makin banyak
tentu persoalan daya tampung wilayah mesti menjadi perhatian. ''Ruang terbuka hijau
mampu menyediakan atmosfir yang sehat dan segar. Jika dalam kondisi sesak ini tak
tersedia atmosfir yang baik, tentu berbagai persoalan sosial menghadang. Persoalan
itu tentu akan memunculkan biaya sosial yang cukup besar,.
tak ada istilah terlambat dalam memberdayakan pertanian atau ruang terbuka hijau
kota karena lahan masih tersedia. Karena itu penerapan zoning mutlak adanya, mana
kawasan yang dikonservasi untuk pertanian, mana kawasan pemukiman dan lain-lain.
Rumawan mengatakan, penanganan tentang pembangunan ini bisa dilakukan dengan
merevisi Perda Tata Ruang. Revisi ini mendesak terutama untuk melakukan
pengendalian pembangunan agar tidak makin banyak ruang yang dihabiskan untuk
bangunan fisik.

Selain minimnya ruang terbuka hijau sebagai area resapan air, buruknya drainase
yang terjadi akibat seringnya masyarakat membuang sambah sembarangan
membuatkan drainase tersumbat hal ini membuat air menjadi meluap dan akhirnya
mengakibatkan banjir.

Namun berbeda dengan Denpasar, Jakarta memiliki permasalahn banjir yang lebih
rumit. Berbagai upaya telah di lakukan pemerintah kota untuk menanggulangi
bencana tahunan ini namun banjir tetap saja menjadi langganan ibukota.

Sebenarnya banjir di ibukota dapat teratasi jika masyarakatnya memang


memperdulikan lingkungan. Contohnya tidak membuang sampah ke selokan, drainase
atau sungai, sama dengan denpasar buruknya sistem drainase kota juga menjadi salah
satu datangnya banjir, dan yang paling berpengaruh mendatangkan banjir adalah
pemukiman kumuh yang bermukim di bantaran sungai dan area area yang sebenarnya

area resapan air


Salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi banjir adalah Membuat kanal
banjir, tanggul penahan banjir dan membuat area resapan air yang berupa ruang
terbuka, agar selain menjadi resapan air ruang terbuka ini juga menjadi tempat
rekreasi. Namun sayangnya kesadaran masyarakat akan alam sangat kurang
contohnya pada saat petugas akan merelokasi penduduk di bantaran sungai untuk
membuat aliran sungai menjadi lebih baik penduduk bantaran sungai melakukan
perlawanan.
Kanal Banjir Jakarta adalah kanal yang dibuat agar aliran sungai Ciliwung melintas
di luar Jakarta, tidak di tengah kota Jakarta. Kanal banjir ini merupakan gagasan Prof
H van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau disingkat BOW, cikal bakal
Departemen PU, yang dirilis tahun 1920. Studi ini dilakukan setelah banjir besar
melanda Jakarta dua tahun sebelumnya. Inti konsep ini adalah pengendalian aliran air
dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta. Termasuk juga
disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.
Antara tahun 1919 dan 1920, gagasan pembuatan Kanal Banjir dari Manggarai di
kawasan selatan Jakarta sampai ke Muara Angke di pantai utara sudah dilaksanakan.
Sebagai pengatur aliran air, dibangun pula Pintu Air Manggarai dan Pintu Air Karet.
Namun sistem kanal banjir inipun gagal
Sangat rumit permasalahan banjir di kota Jakarta, namun Jakarta dapat bercermin dari
Negara tetangga, Malaysia dengan sistem SMART TUNNEL nya
Kuala Lumpur Smart Tunnel adalah Terowongan yang dibangun tepat dibawah kota
Kuala Lumpur.Pembangunan terowongan yang kemudian diberi nama smart tunnel ini
tujuan utamanya adalah mengatasi banjir ibu kota Malaysia. Kemudian dikembangkan
untuk berbagai jenis keperluan seperti terowongan untuk LRT (Light Trainsport
Railway), Jalan tol, hingga yang dipergunakan untuk hybrid (jalan tol sekaligus untuk
pengendali banjir. Kebijakan membangun teknologi ini merupakan hal yang luar
biasa, mengingat biaya yang dihabiskan mencapai 3,9 triliun serta kemungkinan
kesalahan penghitungan dan analisa para teknisi.
Terowongan yang dibangun tepat dibawah kota Kuala Lumpur. terowongan serba
guna (multi purpose) yang dimulai dari dalam kota hingga mendekati Kuala Lumpur
International Airport (KLIA) melalui Seremban Expressway yang diberi nama
Stormwater Management and Road
Tunnel (SMART). Terowongan itu
terdiri dari 2 komponen yaitu
Terowongan Banjir (Stormwater
Tunnel) sepanjang 9,7 km (6 mil)
dan
Terowongan
Kendaraan
(Motorway Tunnel )sepanjang 4 km
(2,5
mil)
dengan
4
lajur

yangbersusun dua (double-deck).


Jadi uniknya terowongan itu selain berfungsi untuk mengalirkan banjir bandang (flash
flood) ke sungai juga dipakai untuk lalulintas kendaraan kecil (terlarang bagi sepeda
motor dan kendaraan berat) dengan dipungut bayaran hanya untuk penumpangnya
saja. Dalam kondisi normal terowongan dipakai untuk arus lalulintas kendaraan,
sedangkan dalam kondisi banjir besar terowongan segera ditutup untuk lalulintas
kendaraan dan baru dibuka kembali setelah 48 jam berlalu.
Dalam standart operasinya, ada tiga mode pengoperasian Smart Tunnel. Ketika
kondisi hujan normal maka Smart Tunnel akan dialiri air pada bagian lantai pertama
saja, arus transportasi tetap
digunakan. Ketika terjadi Hujan
dalam tingkat tinggi maka seluruh
lantai pada Smart Tunnel akan
difungsikan sebagai saluran air.
Terowongan dilengkapi dengan
control room yang canggih
dengan
menerapkan
sistem
terbaru
dalam
manajemen
operasi,
pengawasan
dan
pemeliharaan dari SMART System. Untuk sistem ventilasi dibuat lubang ventilasi
setiap interval 1 km dan air fresh injector untuk memasukkan udara segar kedalam
terowongan dari fan yang dipasang diluar terowongan. Dalam terowongan terdapat
alat pemadam kebakaran, telekomunikasi dan peralatan pemantau setiap jarak 1 km.
Masa konstruksi terowongan itu berlangsung 4 tahun, dimulai pada tahun 2003 dan
selesai tahun 2007 dengan menggunakan metode pengeboran tanah menggunakan alat
TBM (Tunnel Boring Machine).

sMenteri Pekerjaan Umum


Indonesia dan Gubernur DKI

Sutioso, pada pertengahan tahun 2007 pernah secara terpisah meninjau terowongan
ini, Menteri PU lebih dahulu, besokan-nya setelah itu baru deh Gubernur DKI Jakarta
Sutioso.
Kabarnya kedua pejabat negara itu meninjau saluran banjir ini karena ada rencana
pemerintah DKI Jakarta akan membuat saluran banjir yang dapat juga digunakan
sebagai jalan tol di jakarta, terutama untuk mengatasi kemacetan di daerah Jakarta
Timur dan Jakarta Utara. Namun sampai sekarang hal ini belum terealisasikan
Kesimpulannya sebenarnya banjir itu di akibatkan oleh manusia sendiri atas prilaku
manusia yang telah menjadi kebiasaan untuk membuang sampah sembarangan, atau
membuang sampah rumah tangga ke sungai. Ini menyebabkan drainase atau sungai
tersumbat dan mendatangkan banjir, selalin prilaku membuang sampah sembarangan,
pertumbuhan pemukiman yang begitu pesat serta minimnya ruang terbuka juga
menjadi salah satu penyebab banjir.

QUOTE:
Mulai dari sekarang dan kedepannya marilah membuat hidup selaras dengan
alam demi anak cucu kita di generasi mendatang

REGU ELANG

Anda mungkin juga menyukai