Anda di halaman 1dari 10

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yaitu peninjauan kembali pustaka-pustaka atau review of


related literature. Artinya bahwa sebuah tinjauan pustaka penelitian memiliki fungsi
berupa peninjauan kembali atau review pustaka mengenai masalah yang berkaitan,
walaupun tidak selalu harus cocok atau identik dengan bidang masalah yang sedang
diteliti, akan tetapi tetap seiring atau berkaitan (collateral).
A. Kebijakan Publik
Kebijakan publik dalam definisi Dye (1978: 3) adalah whatever governments
choose todo or not t do..., sementara itu Lasswell (1956) mengemukakan ilmu
kebijakan publik mencakup metode penelitian yang memberikan kontribusi paling
penting untuk memenuhi kebutuhan intelegensi kita sekarang (dalam Indiahono,
2007: 18).
B. Evaluasi Program
Menurut Herman (1989) dalam Tayibnapis (2008b: 9) program adalah segala
sesuatu yang anda lakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat.
Sehingga program dimengerti sebagai segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan
akan mendatangkan hasil atau manfaat. Dengan demikian semua perbuatan manusia
yang darinya diharapkan akan memperoleh hasil dan manfaat dapat disebut program.
1. Tujuan Evaluasi Program
Menurut Arikunto (2006: 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan
sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
Evaluasi dirancang untuk menyampaikan kesimpulan mengenai hasil suatu
program dan dalam melakukan hal tersebut terdapat hasrat untuk mempengaruhi
alokasi sumber daya. Adapun perspektif rasional dari evaluasi adalah menyediakan
bukti yang dijadikan dasar keputusan dalam mempertahankan, melembagakan, dan
memperluas program yang dinilai berhasil, serta memodifikasi atau meninggalkan
sama sekali program yang dianggap gagal.
2. Peranan Teori Evaluasi Program

Dalam mengevaluasi program, tujuan program perlu dipahami secara


komprehensif, misalnya dengan menyebutkan beberapa pertanyaan berkenaan dengan
tujuan tersebut : (1) Apakah yang menjadi sifat dasar dari tujuan tersebut; (2) Siapa
yang menjadi sasaran program; (3) Bilamana perubahan yang diinginkan terjadi; (4)
Apakah tujuan tersebut bersifat tunggal dan ganda; (5) Berapa besar dampak yang
diinginkan. Sementara jika dilihat dari bentuk-bentuk riset, maka riset evaluasi
mencakup bentuk seperti: (1) Pemantauan program atau studi proses; (2) studi
penilaian dampak; (3) Studi efektifitas biaya; (4) Studi tentang pengembangan dan
perencanaan program.
3. Model-Model Evaluasi Program
Tayibnapis (2008: 13-41) mengemukakan bahwa model evaluasi terfokus
pada pengambilan keputusan, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: (a) Jenis
keputusan apa yang akan dilakukan terhadap program?; (b) Jenis keputusan apa
yang akan diambil sewaktu penyusunan dan pelaksanaan program? Salah satunya
adalah dengan model CIPP.
Model CIPP. Pendekatan yang berorientasi kepada pemegang kekuasaan
untuk menolong administratur membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi
sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh dan penyediakan informasi
yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Terdiri dari: (a) Context,
membantu

merencanakan

keputusan, menentukan kebutuhan dan merumuskan

program; (b) Input, menolong mengatur keputusan, sumberdaya, alternative yang


diambil, rencana dan strategi yang diambil; (c) Proses, untuk membantu
mengimplemntasikan keputusan, sejauhmana rencana telah diterapkan dan harus
direvisi; (d) Product, apa hasil yang dicapai, dan apa yang dilakukan setelah
program berjalan?
C. Pemberdayaan dalam Evaluasi Program
1. Pemberdayaan
Istilah pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment mulai ramai
digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama dengan istilah
pengentasan kemiskinan (poverty alleviation) sejak digulirkannya program Impres
Desa Tertinggal (IDT). Sejak itu istilah pemberdayaan masyarakat dan pengentasan

kemiskinan menjadi saudara kembar yang selalu bersamaan menjadi topik dan kata
kunci dari upaya pembangunan.
Keberdayaan masyarakat oleh Sumodiningrat (1997: 67) diartikan sebagai
kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Karena itu pemberdayaan dapat
disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mecari
nafkah.
Pemberdayaan juga adalah kemampuan masyarakat untuk mendapatkan akses
atau control atas sumberdaya hidup yang penting. Demikian pula menurut Riyanto
(2005: 50): (i) Pemberdayaan adalah suatu proses yang menyangkut hubunganhubungan kekuatan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga
sosial; (ii) Pemberdayaan juga merupakan pembagian kekuatan yang adil sehingga
meningkat kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar
pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan; (iii) Selain itu
pemberdayaan adalah proses perubahan pribadi karena masing-masing individu
mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri dan kemudian mepertegas kembali
pemahamannya terhadap dunia tempat tinggalnya.
2. Model Pemberdayaan
Agar empowerment berhasil diterapkan, maka suatu organisasi perlu
memperhatikan tujuh variable yaitu (1) Envision: memimpikan, mampu merumuskan
tujuan organisasi dengan jelas; (2) Educate: mendidik; (3) Eliminate: menghapus,
menghilangkan

segala

halangan

bagi

proses

pemberdayaan;

(4)

Express,

mengungkapkan, menyatakan dengan jelas konsep program; (5) Enthuse, antusias,


bergairah, mendorong kegairahan peserta akan pentingnya program; (6) Equip:
melengkapi, menjamin tersedianya segala keperluan dari peserta program; dan (7)
Evaluate: mengevaluasi, monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk melakukan
tindakan koreksi (Stewart, 1994: 112-127).
D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nomor 25/Kep/Menko/Kesra/VII/2007

tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (Tim


Pengendali PNPM Mandiri, 2007/2008: 11), memberikan pengertian sebagai berikut:
a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan
melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur
program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong
prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang
berkelanjutan; dan
b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan
keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai
pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil
yang dicapai.
Adapun tujuan PNPM Mandiri secara umum yaitu meingkatkan kesejahteraan
dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri, sedangkan tujuan
khususnya yaitu: (a) meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk
masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok
masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan; (b) meningkatnya kapasitas
kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan akuntabel; (c)
meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang
berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor); (d) meningkatnya sinergi masyarakat,
pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upayaupaya penanggulangan kemiskinan; (e) meningkatnya keberdayaan dan kemandirian
masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam
menanggulangi kemiskinan di wilayahnya; (f) meningkatnya modal sosial masyarakat

10

yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan
kearifan local; dan (g) meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna,
informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat (Tim Pengendali PNPM,
2008: 11).
Adapun proses pemberdayaan masyarakat yang diterapkan dalam PNPM
Mandiri adalah sebagaimana gambar 2.1, sebagai berikut:
III
Pemetaan Swadaya:
A. Pencacahan RTM
B. Merumuskan kebutuhan
C. Memetakan potensi yang dpt utk
II memecahkan masalah
Mengenali Kemiskinan:
a. Identifikasi kemiskinan
b. Kesepakatan kriteria miskin

V
Penyusunan Rencana:
1. Membahas berbagai kebutuhan
Pembangunan
2. Menyepakati prioritas pembangunan

c. Merumuskan masalah

VI
Pelaksanaan Kegiatan:
a. Pembentukan tim-timpelaksana dan
pemantau kegiatan di desa/kelurahan

I
Sosialisasi awal dan
Musyawarah Masyarakat:
1. Kegiatan sosialisasi

2.

IV
Pengorganisasian Masyarakat:
Adanya lembaga/kelompok keswadayaan
masyarakat yang dibentuk, diakui, dan
dikelola oleh masyarakat secara transparan
dan bertanggungjawab untuk memenuhi
kebutuhan bersama

b.

Penyamaan pemahaman, prinsip


Sumber:
dan bagaimana program akan
dilaksanakan

Pertanggungjawaban kegiatan potensi


sumber pembiayaannya.kebutuhan
bersama

VII
Pedoman Umum PNPM Mandiri
Perdesaan
Pemanfaatan & Pemeliharaan
Hasil Kegiatan
E. Pengelolaan & pemeliharaan
pelayanan & prasarana yg sudah
dibangun/dilaksanakan

E. Evaluasi Program Pemberdayaan


Dari berbagai model evaluasi, maka model evaluasi CIPPO Stuflebeam
(1959) yang kemudian dikembangkan oleh Gilbert Sax (1980) menjadi pilihan dalam
penelitian ini, karena berdasarkan pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah,
maka diperlukan informasi yang menyeluruh tentang pelaksanaan program.
Adapun setelah menganalisis berbagai konsep pemberdayaan, maka peneliti
berpendapat bahwa tujuh konsep pemberdayaan dari Aillen Mitchell Stewart (1994)

11

atau seven empowerment (7E) lebih sesuai untuk mewakili model pemberdayaan
masyarakat dalam PNPM Mandiri Perdesaan.
Olehnya itu maka dengan menggunakan model evaluasi CIPPO dan konsep
pemberdayaan 7E, maka pelaksanaan program pemberdayaan dalam PNPM Mandiri
Perdesaan akan dapat dievaluasi untuk mengungkap atau menemukan fakta rill
terhadap

keterlibatan

masyarakat,

efektifitas,

faktor-faktor

pendukung

dan

penghambat, serta model pemberdayaan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri


Perdesaan di Kecamatan Tanete Riattang Timur
Untuk memudahkan penerapannya, maka disusunlah kerangka penelitian
dalam sebuah matriks sebagaimana tabel 2.1, berikut ini:
Tabel 2.1 Matriks Kerangka Penelitian

25

F. Kerangka Pikir

F.
G.

H.

25

J.

I.
G. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang

evaluasi program pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagaimana tabel


2.2 berikut:
K. Tabel 2.2 Matriks Penelitian Terdahulu

26

L.

27

M.

Anda mungkin juga menyukai