Anda di halaman 1dari 29

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

Instrumen Keuangan
PSAK 50 & 55 (Revisi 2006)

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

AGENDA

Perubahan
Definisi
Klasifikasi & Reklasifikasi
Pengakuan & Pengukuran
Penurunan Nilai
Derivatif Melekat Pada Mata Uang Asing
Implementation Consideration & Key Question

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PERUBAHAN

Ruang lingkup
Efek yang Diperdagangkan
(PSAK 50 revisi 1998)
Instrumen Keuangan
(PSAK 50 & 55 revisi 2006)
Derivatif & Lindung Nilai
(PSAK 55 revisi 1999)

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PERUBAHAN

Pengertian Nilai Wajar


Entry Price

Exit Price

Penentuan Fair Value


Harga pasar suatu instrument pada tanggal pelaporan (Quoted Market
Price.)
Harga pasar instrument yang sejenis pada tanggal neraca.
Valuasi internal oleh manajemen dengan menggunakan asumsi yang
dianggap akan digunakan oleh Market Participant untuk menilai harga
suatu instrument.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PERUBAHAN

Klasifikasi
Dahulu

PSAK 50&55 (revisi 2006)

Diperdagangkan

Diukur pada Nilai Wajar


Melalui laporan laba rugi
(Fair Value thru Profit or Loss
/FVTPL)

Tersedia untuk Dijual


(Available For Sale/AFS)

Tersedia untuk Dijual


(Available For Sale/AFS)
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
(Held to Maturity/HTM)

Dimiliki Hingga Jatuh Tempo


(Held to Maturity/HTM)

Pinjaman dan Piutang


(Loans & Receivables)

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PERUBAHAN

Pengakuan dan Pengukuran


Dahulu

PSAK 50&55 (revisi 2006)

Contractual Rate

Effective Interest Rate


Nilai Wajar

Nilai Kontrak
Nilai Wajar +/- Biaya Transaksi

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DEFINISI
Instrumen Keuangan
Setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan
entitas dan kewajiban keuangan atau Instrumen ekuitas
entitas lain

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

KLASIFIKASI & REKLASIFIKASI

Klasifikasi
Financial liabilities

Financial assets
FVTPL

Loans &
Receivable

HTM

AFS

FVTPL

Other Liab.

 FVTPL
 Diperdagangkan (trading)
 Ditentukan untuk dinilai pada Nilai Wajar Melalui Laporan L/R
 Loans & Receivables
 Non-derivatif
 Pembayaran tetap atau telah ditentukan
 Tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif
 Held To Maturity (HTM)
 Non-derivatif
 Pembayaran Tetap atau telah ditentukan dan Jatuh Tempo telah ditentukan
 Entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki hingga jatuh tempo
 Available For Sale (AFS)
 Ditetapkan untuk tersedia untuk dijual
 Tidak masuk FVTPL, HTM atau Loans & Receivables

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

KLASIFIKASI & REKLASIFIKASI

Reklasifikasi
never

FVTPL

HTM

never
never

never
never

never
never

Loans and receivables


never

never

Diperbolehkan saat
muncul harga kuotasi di
pasar aktif

Diperbolehkan dalam
kondisi tertentu

AFS
Diperbolehkan dalam
kondisi tertentu

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN

Pengakuan Awal
Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika entitas menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada
kontrak instrumen tersebut.
Semua aset dan kewajiban keuangan pada pengakuan awal diakui pada
nilai wajarnya.
Ditambah/dikurangi biaya transaksi untuk aset dan kewajiban keuangan
yang tidak termasuk klasifikasi FVTPL.
Financial Assets

Pengakuan awal

Loans &
Receivable

Financial Liabilities

FVTPL

HTM

AFS

Nilai
Wajar

Nilai Wajar +/- Biaya Transaksi

FVTPL

Other Liabilities

Nilai
Wajar

Nilai Wajar
+/- Biaya Transaksi

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN

Pengukuran Setelah Pengakuan Awal


Financial Liabilities

Financial Assets
HTM

Pengukuran setelah
Pengakuan awal
Perubahan pada nilai buku/
amortisasi

Loans &
Receivable

FVTPL

Biaya Perolehan
Diamortisasi
Laporan Laba Rugi

AFS

Nilai Wajar
Ekuitas

Other Liabilities

FVTPL

Biaya Perolehan
Diamortisasi

Nilai Wajar

Laporan Laba Rugi

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN


Biaya Transaksi, Effective Interest Rate, Nilai Wajar
 Biaya Transaksi (dan Yield enhancement)
Biaya (atau pendapatan) incremental yang teratribusi secara
langsung pada perolehan, penerbitan atau pelepasan aset
keuangan atau kewajiban keuangan.
Biaya Transaksi dan yield enhancement ini tidak boleh diakui
langsung pada awal penerbitan atau perolehan instrumen
keuangan, melainkan harus diamortisasi sepanjang masa
instrumen keuangan dengan menggunakan effective interest
rate.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN


Biaya Transaksi, Effective Interest Rate, Nilai Wajar
 Effective Interest Rate (EIR)
EIR adalah suku bunga yang mendiskonto estimasi aliran
penerimaan/pembayaran kas masa mendatang melalui perkiraan
umur dari instrumen keuangan, untuk mencapai nilai saat ini yang
sama dengan harga pokok awal instrumen keuangan

EIR ini digunakan untuk menghitung pendapatan atau biaya bunga


yang boleh diakui (yang didalamnya termasuk komponen amortisasi
dari biaya transaksi/yield enhancement)

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN


Ilustrasi
Pada 1 Januari 2010 PT ABC memperoleh pinjaman dengan jangka waktu 5 tahun
sebesar Rp. 50 juta.
Dalam pemberian kredit tersebut PT ABC membayar provisi 2% dari pokok (Rp. 1 juta)
Bunga (kontraktual) = 10% (per tahun)
Provisi
= Rp. 1,000,000
Langkah 1  Menentukan harga pokok pada pengakuan awal
Harga pokok = Rp.50 juta - Rp. 1 juta = Rp. 49 juta
Langkah 2  Menghitung suku bunga efektif

49,000,000 =

5,000,000
(1+r)

5,000,000
(1+r)2

5,000,000
(1+r)3

5,000,000

Maka akan didapatkan suku bunga efektif (r) sebesar 10,53482%

(1+r)4

55,000,000
(1+r)5

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN


Ilustrasi (lanjutan)
Langkah 3 

Tahun

Mengakui bunga efektif dalam laporan laba rugi dan penyesuaian biaya
perolehan diamortisasi

Biaya
Pembayaran
Biaya
perolehan
Pendapatan
bunga
Amortisasi
perolehan
Pembayaran
diamortisasi Bunga (menggu- (mengguna- suku bunga
diamortisasi
Pokok
pada awal
nakan EIR)
kan bunga
efektif
pada akhir
tahun
kontraktual)
tahun

(A)
1
2
3
4
5

49,000,000
49,162,062
49,341,197
49,539,203
49,758,069

(B) =
(C) = 10%*
10,53482%*(A) 50,000,000
5,162,062
5,179,135
5,198,006
5,218,866
5,241,923

5,000,000
5,000,000
5,000,000
5,000,000
5,000,000

(D) =
(B) - ( C)
162,062
179,135
198,006
218,866
241,923

(E)

50,000,000

(A) + (D) (E)


49,162,062
49,341,197
49,539,203
49,758,069
0

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN


Ilustrasi (lanjutan)
Jurnal

Pada saat pencairan pinjaman


Dr. Kas
Cr. Pinjaman

49,000,000
49,000,000

Pada saat amortisasi dan pembayaran bunga


Dr. Beban Bunga
Cr. Kas
Cr. Pinjaman

5,162,062
5,000,000 (kontraktual)
162,062 (amortisasi)

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENGAKUAN & PENGUKURAN


Biaya Transaksi, Effective Interest Rate, Nilai Wajar
 Nilai Wajar (Fair Value)
Nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban
dapat diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar (arms-length transaction)

Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi di pasar yang aktif,
yaitu bid price untuk aset keuangan, dan ask price untuk kewajiban
keuangan.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENURUNAN NILAI
Definisi
Suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang
merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah
pengakuan awal aset keuangan.

Indikasi penurunan nilai (bukti obyektif)


 Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau peminjam
 Pelanggaran kontrak, seperti wanprestasi, tunggakan pembayaran
 Pemberian keringanan (konsesi) pada pihak peminjam
 Terdapat kemungkinan pihak peminjam akan dinyatakan pailit

Jenis penurunan nilai


 Individual
 Collective
Penentuan individual
materialitas.

atau

collective

tergantung

penentuan

batas

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

PENURUNAN NILAI
Salah satu implikasinya adalah pada industri perbankan
PPA Berdasarkan PBI

PPA Umum Wajib di


bentuk sebesar 1%
dari baki debet
PPA khusus wajib
dibentuk
berdasarkan tingkat
kolektibilitas dengan
memperhatikan
prinsip 3 Pilar

CKPN Berdasarkan
PSAK 50 & 55 (Revisi 2006)
Tidak terdapat ketentuan
pembentukan PPA Umum
Harus mengidentifikasi adanya bukti
obyektif penurunan nilai dan
melakukan impairment test untuk
menentukan kerugian penurunan
nilai aset
Impairment test untuk aset keuangan
yang individual signifikan, dilakukan
secara individual dan aset keuangan
yang tidak individual signifikan
dilakukan secara kolektif

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DERIVATIF MELEKAT PADA MATA UANG ASING


Suatu kontrak yang harganya didenominasikan dalam mata uang asing (seperti
kontrak pembelian atau penjualan item non-keuangan) dianggap memiliki
derivatif melekat , kecuali kontrak dalam salah satu jenis mata uang berikut:
i. mata uang fungsional dari pihak yang bertransaksi;
ii. mata uang yang secara rutin digunakan dalam pembelian atau penjualan barang
atau jasa tertentu di seluruh dunia (misal untuk transaksi minyak mentah digunakan
dolar Amerika Serikat); atau
iii. mata uang yang umumnya digunakan dalam kontrak pembelian atau penjualan item
non-keuangan dalam lingkungan ekonomi di mana transaksi terjadi

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DERIVATIF MELEKAT PADA MATA UANG ASING


Contoh:
Perusahaan A menandatangani kontrak pada 1 Oktober 2010 untuk membeli
mesin seharga C 100.000. Mesin tersebut akan diterima pada 1 Maret 2011.
Pembayaran atas kontrak tersebut akan dilakukan pada 31 Maret 2011. Informasi
penting terkait transaksi:
Forward rate 1 Oktober 2010 hingga 1 Maret 2011 : 4,3
Forward rate 31 Desember 2010 : 4,05

Pencatatan pada 31 Desember 2010:

Dr. Piutang derivatif (100.000*(4,3-4,05))


Cr. Laba derivatif melekat

25.000
25.000

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DERIVATIF MELEKAT PADA MATA UANG ASING

PPSAK 5, Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55
(1999) tentang Instrumen Derivatif dalam Mata Uang Asing
Dengan adanya pencabutan ketentuan akuntansi dalam ISAK 06 maka tidak
terdapat lagi acuan untuk menentukan U.S. Dolar sebagai mata uang yang lazim
digunakan dalam transaksi bisnis terkait dengan perhitungan derivatif melekat.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DERIVATIF MELEKAT PADA MATA UANG ASING


Dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang yang umum digunakan
dalam penjualan dan pembelian item non-keuangan di Indonesia
Berdasarkan data ekspor/impor semester 1 Indonesia (data BPS), USD memiliki proporsi
signifikan dalam transaksi perdagangan Indonesia:
o Transaksi Migas, impor sebanyak 21% dan ekspor 18% dari total impor/ekspor Migas Indonesia;
o Transaksi Non Migas, USD tetap memiliki proporsi signifikan sebagai mata uang yang digunakan
dalam transaksi perdagangan ekspor dan impor yaitu 10,52% dan 8,46% (transaksi dengan
pihak Amerika Serikat) dari seluruh total ekspor/impor komoditi non migas Indonesia

Dalam transaksi Telkom dengan berbagai negara didunia, USD masih merupakan mata
uang internasional yang relatif stabil dan likuid sehingga digunakan secara dominan dan
umum dalam transaksi kontrak pembelian dan penjualan item non-keuangan.
Kondisi perekonomian Indonesia sebagai negara berkembang dan dengan mata uang
yang terbatas untuk perdagangan internasional karena Rupiah tidak dianggap stabil dan
likuid, sehingga banyak negara yang bertransaksi dengan Telkom lebih memilih untuk
menggunakan USD yang dianggap lebih stabil dan likuid.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

IMPLEMENTATION CONSIDERATION & KEY QUESTION


Implementation Consideration
o
o
o
o
o

Pendefinisian ulang atas aset keuangan & kewajiban keuangan yang dimiliki Perusahaan
Penentuan input nilai wajar
Evaluasi ulang terhadap metode perhitungan impairment atas piutang
Penerapan effective interest rate method atas beban bunga/pendapatan bunga
Identifikasi transaction cost

Key Question
o
o
o
o

Biaya-biaya apa saja yg dianggap teratribusi secara langsung sehingga dapat diklasifikasikan
sebagai transaction cost?
Bagaimana menghitung suku bunga efektif?
Dalam penghitungan impairment, individual assessment atau collective assessment?
Faktor-faktor apa saja yg dipertimbangkan dalam penentuan nilai wajar?

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DAMPAK TERHADAP INTERNAL CONTROL


INTERNAL CONTROL
ON
COMPLEX FINANCIAL
INSTRUMENT

Components

Elements

Control
environment

Level pengetahuan dan pengalaman manajemen


serta hal-hal yang terkait dengan governance.
Arahan manajemen
Pemisahan tugas dan tanggung jawab serta
penugasan personel yang memadai
Perlunya dipertimbangkan perubahan atau
perluasan General Control Environment.

Risk and
Assessment

Identifikasi risiko bisnis yang terkait dengan


pelaporan keuangan.
Estimasi signifkansi dari risiko.

Information
System

Perlumya sistem informasi untuk memproses


transaksi terkait dengan instrumen keuangan.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DAMPAK TERHADAP INTERNAL CONTROL


INTERNAL CONTROL
ON
COMPLEX FINANCIAL
INSTRUMENT

Components

Elements

Control
Activities

Pencatatan yang lengkap dan akurat melalui


konfirmasi dan rekonsiliasi.
Valuasi melalui komparasi dengan data dan
informasi external (market).
Penyajian dan pengunkapan, perlunya mekanisme
untuk menyajikan dan mengungkapkan transaksi
secara lengkap dan akurat.

Supervision

Review dan monitoring secara memadai


Perlunya memastikan bahwa informasi yang
dihasilkan dari system dan process yang berbeda
sudah benar.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DAMPAK DAN TANTANGAN BAGI AUDITOR


o Standar akuntansi yang bersifat Principle Based memiliki kencederungan Lack of
Detail Guidance sehingga akan sangat tergantung kepada Judgement Management.
o Kompleksitas metode perhitungan nilai menjadikan valuasi tidak lagi dapat
dilakukan oleh Fungsi Akuntansi.
o Tersedianya berbagai metode valuasi yang sangat mungkin menghasilkan nilai
wajar yang berbeda akan meningkatkan resiko salah saji
o Kompleksitas metode valuasi menuntut penyedia laporan keuangan memiliki
keahlian yang memadai mengenai valuasi.
o Kondisi tersebut di atas mengakibatkan inherent risk dari suatu akun menjadi lebih
tinggi.
o Untuk mencegah adanya kesalahan penyajian/valuasi atas Instrument Keunagan,
diperlukan control yang memadai.
o Dalam beberapa industri, seperti Perbankan dan Asuransi, diperlukan dukungan IT
yang memadai.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

DAMPAK DAN TANTANGAN BAGI AUDITOR

Tujuan Audit

Existence:
Asset dan kewajiban dalam Laporan Posisi
Keuangan exist
Completeness:
Seluruh asset dan kewajiban serta transaksi
selama suatu periode telah disajikan dalam
laporan keuangan.

Untuk memastikan apakah


asersi manajemen uang terkait
dengan instrument keuangan
telah sesuai engan
standar akuntansi (IFRS)

Valuation:
Asset dan kewajiban telah dihitung
dengan benar.
Right and Obligation:
Asset dan kewajiban adalah benar milik
perusahaan.
Presentation and Disclosure:
Perusahaan telah mengungkapkan dengan
benar di laporan keuangan.

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA


TIM KOORDINASI BUMN UNTUK ANTISIPASI PENERAPAN IFRS KE DALAM PSAK

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai