PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang dapat dinikmati oleh publik tanpa harus
mengeluarkan biaya. Dengan kata lain, barang/jasa publik adalah fasilitas yang diberikan
oleh pemerintah untuk publik/masyarakat secara umum tanpa masyarakat tersebut
mengeluarkan biaya untuk dapat menikmatinya. Jasa publik disediakan secara seragam
kepada seluruh pengguna diseluruh daerah dan seluruh masyarakat dapat memanfaatkan jasa
ini. Namun demikian, bukan berarti bahwa penyedian jasa publik ini tanpa menimbulkan
biaya. Sebuah proses publik digunakan dalam menentukan jumlah yang harus disediakan dan
distribusi biaya kepada para individu. Pemerintah terlihat dalam penyediaan barang dan jasa
publik karena kegagalan mmekanisme pasar.
Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu
pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik
(Mardiasmo, 2009). Tentu saja dalam penentuan harga pelayanan publik ini yang namanya
pemerintah memiliki andil yang sangat besar. Dengan adanya keterlibatan pemerintah
diharapkan dalam penentuan harga barang publik, adalah ingin meningkatkan baik effisiensi
alokas sumber daya maupun keadilan dalam distribusi pendapatan.
Pemerintah akan terlibat dalam penyediaan barang pribadi untuk memproteksi
masyarakat dari penipuan, kepastian tersedianya jasa, maupun keseragaman kualitas jasa.
Semua keterlibatan pemerintah ini ditunjukkan untuk mencapai penentuan harga yang efisien.
Tujuan kebijakan harga oleh mencakup tindakan-tindakan yang perlu agar pasar bekerja lebih
baik, termasuk memperbaiki arus informasi atau mengurangi unsur-unsur monopoli dan
batasan-batasan dalam masukknya perusahaan-perusahaan baru dalam pasar.
1.1.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DAN MANAJEMEN PELAYANAN
SWASTA/BISNIS.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ( Meneg PAN ) Nomor 63/
KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang undang. Fungi pelayanan publik adalah salah satu fungsi fundamental yang harus
diemban pemerntah di tingkat pusat maupun daerah. Fungsi ini juga diemban oleh
BUMN/BUMD dalam memberikan dan menyediakan layanan jasa dan/ atau barang publik.
Dalam konsep pelayanan dikenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyedia layanan dan
penerima layanan. Menurut Barata (2003) penyedia layanan atau service provider adalah
pihak yang dapat memberikan suatau layanan tertentu kepada konsumen, beruapa layanan
dalambentuk
penyediaan
dan
penyerahan
barang
(goods)
maupun
jasa-jasa
a) Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, barang tak nyata, misalnya perizinan,
sertifikat, peraturan, informasi keamanan, kerertiban, kebersihan, transportasi dan
sebagainya.
b) Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan membentuk sebuah
jalinan sistem pelayanan yang berskala regional atau bahkan nasional
c) Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari tatanan organisasi pemerintah
yang cenderung birokratis. Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip utamakan
pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal, namaun situasi nyata dalam hal
hubungan antar lembaga pemerintah sering memojokkan petugas pelayanan agar
mendahulukan pelanggan internal.
d) Efesiensi dan efektifitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan mutu
pelayanan, semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat semaki tinggi pula peran
serta masyarakat dalam kegiatan pelayanan.
e) Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tidak langsung yang
sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan.
f) Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatatan kehidupan masyarkat
yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.
Savas (1987) mengelompokkan jenis-jenis barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat
dan individu ke dalam 4 ( empat ) kelompok berdasarkan konsep exclusion dan comsumtion
dalam hal pengelolaan penyedia pelayanan publik. Cirri dari exclusion akan melekat pada
barang/jasa jika pengguan potensinya dapat ditolak menggunakannya. Kecuali jika yang
bersangkutan dapat dipindah tangankan apabila terjadi kesepakatan antara pembeli dan
pemasok. Sedangkan dari segi consumption adalah barang konsumsi merupakan barang atau
jasa yang dapat diperguanakan secara bersama-sama atau kolektif oleh banyak oaring tanpa
ada pengurangan kualitas maupaun kuantitasnya.
exclusion
Konsumsi individual
Mudah mencegah orang lain Barang privat
Konsumsi kolektif
Barang semi publik
Barang publik
perusahaan milik pemerintah. Disebutkan pula beberapa pelayanan publik yang dapat
dibebankan tarif pelayanannya yaitu:
Penyediaan air bersih
Transportasi publik
Jasa pos dan telekomunikasi
Energy dan listrik
Perumahan rakyat
Fasilitas reaksi atau pariwisata
Pendidikan
Jalan tol
Irigasi
Jasa pemadam kebakaran
Pelayanan kesehatan
Pengolahan sampah atau limbah
Dalam membebankan tarif pelayanan publik Mardiasmo (2009) juga menyatakan beberapa
alasannya, seperti:
1. Adanya barang privat versus barang publik
Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat barang atau
jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya, sedangkan yang tidak
mengonsumsi tidak dapat menikmati barang dan jasa tersebut. Contoh : makanan,
minuman, listrik, telpon dan sebagainya.
Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat barang dan
jasa tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama.
Hal yang menjadi masalah adalah bagaimana membedakan barang publik dengan
barang privat, ini dikarenakan hal berikut :
tidak
dapat
dihindari
keterlibatannya
beberapa
elemen
daripada
Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan pemerintah tapi dapat di
tangai oleh swasta.
2. Efesiensi ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang mereka ingin
konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber
daya melalui :
Pendistribusian permintaan;
Pemberian Insentif untuk menghindari pemborosan;
Pemberian insentif kepada pemasok berkaitan dengan skala produksi
Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan
persediaan jasa.
3. Prinsip keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap wajar bila berdasarkan prinsip
bahwa yang tidak menikmati mamfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya
dikenakan kepada masyarakat atau mereka yang di untungkan kepada pelayanan
tersebut.
1) Two-part tariffs : banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut dengan twopart tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur
dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
2) Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
3) Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik
untuk membayar.
4) Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas
marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence
fee.
Penentuan tarif ini juga harus mempertimbangkan opportunity cost untuk staf,
perlengkapan, opportunity cost of capital, accounting price, untuk input ketika harga pasar
tidak menunjukkan value to siciety (opportunity cost).
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Marginal
cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik.
Digunakan marginal cost pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas
mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu
mengidentifikasi skala subsidi publik.
Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga merujuk pada
standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagi bentuk perbandingan pelayanan yang
dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus segera merumuskan Standar Pelayanan Minimum
(SPM) yang menekankan pada pengelolanan sektor publik yang memiliki paradigma Value
for Money yang merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama yaitu: Ekonomi, Efesiensi, dan Efektivitas.
Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat
meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif. Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimium dengan input
yang tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu dan
efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau
11
target yang telah ditetapkan (Efisiensi/tepat sasaran). Dalam penentuan standar pelayanan
minimum, sebagai feed-back pelayanan kepada masyarakat maka organisasi sektor publik
harus memperhatikan stakeholder sebagai orang yang berkentingan dengan keberadaan
perusahaan karenanya keterlibatan stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar pelayanan
minimum sangat urgen seperti, masyarakat umum, akademisi dan para konsultan dan pihak
yang konsen dalam sektor publik.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam sektor publik mempunyai suatu dampak yang penting pada konsumen dan
perilaku. Harga juga mempunyai kemampuan untuk mencapai sejumlah pencapaian
lain.termasuk dalam penggunaan sumber daya efisien, peningkatan pendapatan dan
pemerataan pendpatan. Sering kali,harga diatur dlam cara-cara yang bertentangan dengan
sasaran hasil kebijakan publik, akan tetapi sering kali juga hal ini merupakan hasil suatu
pemahaman yang kurang mengenai peran harga dan keberadaan alternative mekanisme
penetapan harga.
Ketika menentukan harga untuk suatu fasilitas yang ada, adalah hal yang penting
untuk memahami bahwa ada banyak pilihan dalam penetapan harga dan tidak ada suatu
metode tunggal yang benar untuk tiap-tiap situasi. Pemamfaatan sumber daya efisien
tergantung pada penetapan biaya marginal, walaupun untuk kebanyakan barang publik, hal
ini mengarah pada pendapatan jangka pendek.
Memang disadari bahwa penetapan harga pada barang publik di tunjukan untuk
mengganti biaya penyediaan barang tersebut. Namun, juga harus di ingat bahwa penyediaan
barang publik pada awalnya memiliki tujuan tertentu. Tidak seperti barang swasta yang
secara pasti bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin. Penyediaan barang
publik lebih mengarah pada pencapaian kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuantujuannya bisa berupa peningkatan pendapatan, pemerataan, ataupun mewujudkan
eksternalitas positif dari penyediaanya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Atep Adya.2003.Dasar-dasar Pelayanan Prima.Jakarta: Gramedia.
Mardiasmo.2009.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Savas, F. S. 1987. Privatization- The Key to Better Government. Chatman House Publisher
Inc. Chatman: New Jarsey.
Keputusan MENPAN Nomor 63/KEP/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Oxford Advance Learners Dictionary Of Current English.2000.Edisi ke-6. Oxford University
Press: Inggris.
Stewart, John., dan Stewart ranson. 1998. Management in the Publik Domain. Publik
Money and Management, Vol. 89, Musim Panas.
Undang-uandang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
14