Anda di halaman 1dari 21

PENYAJIAN KASUS

A. Identitas
Nama

: An. A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 12 tahun 1 bulan

Agama

: Kristen Katolik

Alamat

: Jl. Dsn Puaje, Kel. Mekar Baru, Kec. Monterado,


RT 001/RW 001

Tanggal Lahir

: 19 Juli 2003

Urutan Anak

: Anak kesatu dari tiga bersaudara

Tanggal MRS

: 4 September 2015

Identitas
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan

Ayah
Tn. G
35 tahun
SMP
Petani

Ibu
Ny. M
31 th
SD
Petani

B. Anamnesis (Aloanamnesis dilakukan pada tanggal l4 Agustus 2015


kepada ayah pasien)
1. Keluhan Utama
Bengkak seluruh tubuh
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr Abdul Aziz dengan keluhan
bengkak seluruh tubuh sejak 14 hari SMRS. Ayah pasien mengatakan
bengkak pada pasien muncul perlahan lahan. Bengkak dimulai dari
wajah terutama daerah pipi dan kelopak mata, kemudian diikuti bengkak
pada daerah perut, tangan dan kaki pasien. Keluhan bengkak disertai
dengan keluhan BAK yang sedikit dan berwarna seperti teh. Keluhan
BAK berwarna keruh, nyeri saat BAK, kejang dan BAB cair disangkal.
Pasien juga merasakan sesak napas sejak 13 hari SMRS. Sesak
napas memberat 12 jam SMRS. Sesak napas memberat apabila pasien

berbaring. Sesak napas meringan apabila pasien dalam posisi duduk.


Keluhan sesak napas tidak disertai demam, batuk (-), pilek (-), sesak saat
aktifitas (-), nyeri dada (-). Riwayat alergi dan asma disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Dua minggu yang lalu SMRS pasien mengalami batuk yang
disertai dengan sakit tenggorokan dan demam. Batuk tidak disertai
dengan dahak. Batuk sembuh setelah pasien berobat ke Puskesmas.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memilki penyakit yang sama.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien tidak rutin memeriksakan kehamilannya. Ibu pasien
memeriksakan kehamilan di bidan sebanyak 2 kali. Pada saat hamil ibu
pasien pernah mengalami sakit malaria. Riwayat minum obat, jamu,
alkohol, merokok dan trauma saat hamil disangkal.
Ibu pasien melahirkan dibantu oleh bidan pada saat usia kehamilan
38 minggu. Pada saat lahir pasien langsung menangis. Tidak membiru.
Berat badan saat lahir 2,5 kg dan panjang badan tidak diketahui. Riwayat
suntik vitamin K pada saat lahir tidak diketahui.
Kesimpulan : Riwayat kehamilan kurang baik dan riwayat
persalinan kurang baik
6. Riwayat Pemberian Makan
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun. Usia 1 minggu
pasien diberi sun hingga usai 6 bulan. Kemudian pada usia 6 bulan pasien
diberikan bubur nasi saring oleh ibu pasien. Pasien tidak pernah
diberikan susu formula.
Kesimpulan : Riwayat pemberian makan secara kualitas kurang
baik

7. Riwayat Imunisasi
Ayah pasien tidak mengetahui riwayat imunisasi pasien. Namun
pada bahu kanan pasien terdapat bekas luka imunisasi BCG.
Kesimpulan : Riwayat imunisasi dasar yang lengkap tidak diketahui.
8. Riwayat Tumbuh Kembang
Perkembangan pasien dirasakan tidak terlambat jika dibandingkan
anak lain yang seusianya. Pasien sudah dapat tengkurap pada usia 3
bulan, kemudian dapat berjalan pada usia 12 bulan dan berkata-kata.
Kesimpulan : Riwayat tumbuh kembang baik
9. Riwayat Sosioekonomi dan Lingkungan
Pasien berobat dengan BPJS. Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai
petani. Pasien tinggal dengan ayah, ibu dan keempat saudaranya. Jarak
rumah pasien dengan tetangga sangat berdekatan
Kesimpulan : Riwayat sosioekonomi menengah ke bawah
10. Genogram

31 th

35 th
11. Anamnesis Sistem
12 th
a. Sistem serebrospinal

3 th
5 th
: anak sadar, tidak kejang, sakit kepala (-)

b. Sistem termoregulasi

: demam (-)

c. Sistem penglihatan

: mata merah (-)

d. Sistem pendengaran

: pendengaran baik, telinga berdengung (-)


sekret (-), nyeri telinga (-)

e. Sistem kardiovaskuler : sesak napas (-), berdebar-debar (-)


f. Sistem respiratorius

: batuk (-), pilek (-), sesak napas (-), napas

satu satu
g. Sistem gastrointestinal : perut membesar (-), mual (-), muntah (-),
nafsu makan menurun (-), BAB cair (-)
h. Sistem muskuloskeletal : bengkak pada tungkai (-), nyeri (-),
bengkak sendi (-)
i. Sistem urogenital

: BAK banyak, nyeri (-), merah (-)

j. Sistem integumentum

: ruam (-), gatal (-), pucat (-), sianosis (-),


akral hangat (-)

C. Pemeriksaan Fisik (Dilakukan pada tanggal 14 September 2015)


1. Keadaan Umum

: Tampak baik

2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 112/86 mmHg
b. Nadi

: 64 x/menit, lemah, irama reguler

c. Respirasi

: 22 x/menit

d. Suhu

: 37,3o C

e. Saturasi oksigen : 98%


Kesimpulan: dalam batas normal
3. Antropometri
a. Berat Badan

: 34 kg

b. Tinggi Badan

: 139 cm

c. Lingkar Kepala

: 50,5 cm

d. Lingkar Lengan Atas

: 21 cm

4. Status Gizi
a. BB/U
Interpretasi
b. PB/U
Interpretasi
c. BB/PB
Interpretasi
Kesimpulan

:
: 85%
: Underweight
: 93%
: Normal
: 103%
: Gizi baik
: Underweight, Gizi baik

5. Status Generalis

a. Kulit

: ikterik (-), sianosis (-), petekie (-), ruam (-)

b. Kepala

: normocephali, wajah sembab (-)

c. Mata

: konjungtiva anemis (-), edema palpebra (-), sklera


ikterik (-), injeksi konjungtiva (-), refleks cahaya
langsung (+), refleks cahaya tak langsung (+),
pupil isokor (3mm/3mm), mata cekung (-)

d. Telinga

: AS : sekret (-), meatus tidak eritem, tidak edem,


membran timpani tidak dinilai
AD : sekret (-), meatus tidak eritem, tidak edem,
membran timpani tidak dinilai.

e. Hidung

: rinorhea (-), edema mukosa (-/-)

f. Mulut

: stomatitis (-), bercak koplik (-), typhoid tongue (-)

g. Tenggorokan

: faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (T1/T1),


detritus (-)

h. Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening tidak


ditemukan, massa tiroid normal, JVP normal
(5+2cm H2O).

i. Dada

: simetris saat statis dan dinamis, retraksi minimal


pada subcostal

j. Jantung
Inspeksi

: iktus kordis terlihat di SIC 5 1 jari lateral linea


midclavicula sinistra

Palpasi

: iktus kordis teraba di SIC 5 1 jari lateral linea


midclavicula sinistra, thrill (-) di SIC 5 parasternal
sinistra

Perkusi

: batas kanan jantung di SIC 3 linea parasternal

dekstra, batas kiri jantung di SIC 5 linea


midclavicula sinistra, dan pinggang jantung di SIC
3 linea parasternal sinistra.
Auskultasi

: S1/ S2 konstan, ireguler, gallop (-), murmur (-) di


SIC 5 parasternal sinistra dan SIC 5 linea
midclavicula sinistra

k. Paru
Inspeksi

: simetris saat statis dan tidak ada gerak paru yang


tertinggal saat dinamis

Palpasi

: fremitus taktil melemah di kedua lapang paru

Perkusi

: redup di basal kedua lapang paru

Auskultasi

: suara nafas dasar: vesikuler (+/+), rhonki basah


(-/-) pada kedua basal paru, wheezing (-/-), stridor
saat inspirasi (-)

l. Abdomen
Inspeksi

: simetris, soepel

Auskultasi

: bising usus (+) normal, bruit (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-), BU (+), hepar tidak teraba,


asites (-)

Perkusi

: redup seluruh lapang abdomen

m. Urogenital

: sudah sirkumsisi, kateter (-), edema skrotum (-)

n. Anus/Rektum

: tidak diperiksa

o. Ekstremitas

: akral dingin, edema pitting (-) minimal di kedua


tungkai bawah, CRT < 2 detik

Kesimpulan

: Pemeriksaan dalam batas normal

D. Pemeriksaan Penunjang
Parameter
Hasil
Darah Rutin (04/09/2015)
WBC (/mm3)
12.200

Rujukan Normal

RBC (106/ul)

3,7 5,7

3,85

5.000 14.500

HGB (g/dl)

10,5

10,7 14,7

HCT (%)

30,6

31 - 43

PLT (/mm3)
300.000
Kimia Darah (04/09/2015
Creatinine (mg/dl) 0,9

181.000 521.000

Urea (mg/dl)

39,7

10-50

Albumin (g/dl)

3,2

3,5 5,2

< 1,0

Cholesterol (mg/dl) 141


Urinalisis
(04/09/2015)
Warna
Kuning keruh

121 203
(07/09/2015)
Kuning muda
Jernih

Berat Jenis

1,030

1,015

1,015 1,025

pH

6,0

6,0

4,8 7,4

Protein

3+

1+

Negatif

Glukosa

Negatif

Keton

trace

Negatif

Bilirubin

1+

Negatif

Urobilinogen

16

3,2

3,2 umol/L

Leukosit

0-1

0-1

Darah

3+

+3

Epitel

5-10

Leukosit

0/LPB

0-1

Eritrosit

60-80/LPB

3-7/LPB

Silinder

Kristal

Lain-lain

Sedimen
5 15
0-1/LPB

Kesimpulan: Proteinuria, ketonuria, bilirubinemia, hemoglobinemia,


hematuria
Usulan Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax AP

2. ASTO
E. Daftar Masalah
1. Anak laki-laki 12 tahun 1 bulan datang dengan keluhan bengkak pada
kelopak mata, wajah, tangan, perut, dan kaki disertai dengan keluhan
kencing yang berwarna sedikit dan berwarma seperti teh hari SMRS.
2. Sesak napas 13 hari SMRS
3. Riwayat persalinan kurang baik
4. Riwayat makan secara kualitas kurang baik
5. Sosial ekonomi menengah kebawah
6. Hasil pemeriksaan fisik : Pemeriksaan dalam batas normal
7. Hasil pemeriksaan penunjang : Proteinuria, ketonuria, bilirubinemia,
hemoglobinemia, hematuria.
F. Diagnosis Kerja
1. Glomerulonefritis akut e.c poststreptococcus infection
2. Edema paru
G. Diagnosis Banding
1. Sindrom nefrotik
2. Gagal jantung kongestif

H. Tatalaksana
1. Non Medikamentosa
a. Rawat inap
b. Tirah baring
c. Observasi TTV dan urin output
d. Diet rendah garam (1-2 g/hari)
e. Pasang urin kateter
f. KIE mengenai penyakit, tatalaksana, dan prognosis
2. Medikamentosa

a. IVFD D5% 10 tpm


b. Inj. Furosemide 2x30 mg
c. PO: Amoksisillin 3x500 mg
d. PO: Spironolakton 2x25 mg
e. PO: Captopril 2x12,5 mg
f. PO : Nifedipine 10 mg sublingual K/P
I. Prognosis
Penyakit ini dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu bila tidak ada
komplikasi, sehingga sering digolongkan ke dalam self limiting disease. Walaupun
sangat jarang, GNAPS dapat kambuh kembali. Pada anak 85-95% kasus GNAPS
sembuh sempurna, sedangkan pada orang dewasa 50-75% GNAPS dapat
berlangsung kronis, baik secara klinik maupun secara histologik atau laboratorik.
Pada orang dewasa kira-kira 15-30% kasus masuk ke dalam proses kronik,
sedangkan pada anak 5-10% kasus menjadi glomerulonefritis kronik.
Walaupun prognosis GNAPS baik, kematian bisa terjadi terutama dalam fase
akut akibat gangguan ginjal akut (Acute kidney injury), edema paru akut atau
ensefalopati hipertensi.

Follow Up Harian
Tanggal

Subjective

15/09/15

Kondisi

KU : Tampak baik

GNA

baik;

TTV : TD : 110/75 mmHg

Edema paru

Keluhan(-)

Objective

HR : 100x/menit,
RR: 20 x/menit reguler
T : 36,8oC

Assessment

Planning
1. Non Medikamentosa
a. Rawat inap
b. Tirah baring
c. Observasi TTV
dan urin output
d. Diet rendah garam
(1-2 g/hari)
e. Pasang urin kateter
f. KIE mengenai
penyakit,
9

tatalaksana, dan
prognosis
2. Medikamentosa
a. IVFD D5% 10 tpm
b. Inj. Furosemide
2x30 mg
c. PO: Amoksisillin
3x500mg
d. PO: Spironolakton
2x25 mg
e. PO: Captopril
2x12,5 mg
f. PO: Nifedipine
10mg sublingual
K/P

ANALISIS KASUS
Seorang anak laki-laki usia 12 tahun 1 bulan datang ke RS dr Abdul Aziz
dengan keluhan utama keluhan bengkak seluruh tubuh sejak 14 hari SMRS.
Ayah pasien mengatakan bengkak pada pasien muncul perlahan lahan. Bengkak
dimulai dari wajah terutama daerah pipi dan kelopak mata, kemudian diikuti
bengkak pada daerah perut, tangan dan kaki pasien. Keluhan bengkak disertai
dengan keluhan BAK yang sedikit dan berwarna seperti teh. Pasien juga
merasakan sesak napas sejak 13 hari SMRS. Sesak napas memberat 12 jam

10

SMRS. Sesak napas memberat apabila pasien berbaring. Sesak napas meringan
apabila pasien duduk. Keluhan sesak napas tidak disertai demam, batuk (-), pilek
(-), sesak saat aktifitas (-), nyeri dada (-). Sosial ekonomi keluarga menengah
kebawah. Hasil perhitungan status gizi menunjukkan pasien merupakan anak
dengan gizi baik. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan fungsi organ dalam batas
normal.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan bahwa bengkak
didapatkan di daerah wajah, tangan dan kaki. Hal ini menunjukkan edema
merupakan edema generalisata. Edema generalisata adalah edema atau bengkak
akibat akumulasi cairan pada seluruh tubuh dibandingkan pada organ-organ
tertentu.1 Edema generalisata dapat disebabkan ole kelainan pada organ organ
tertentu.
Tabel 1. Kelainan organ yang dapat menyebabkan edema generalisata
Organ
Ginjal

Gejala
periorbital; hematuria; hipertensi; tanda
penyakit kolagen (ruam, nyeri sendi);
kencing berbusa; gejala uremia (muntah,
mual, pucat), convulsion, low urine

Jantung

output.
Orthopnea, nyeri sendi, palpitasi,
paroksimal nokturnal dispnea, sesak saat

Hati

aktivitas
Jaundis, asites, palmar eritem,

Reaksi alergi

hepatomegali, splenomegali
Edema ringan biasanya di periorbita,

Malnutrisi energi protein

riwayat terpajan alergen, urtikaria


Riwayat kurang konsumsi protein dan
kalori, riwayat diare persisten, riwayat
penyakit kronik, gizi buruk

Pada pasien ini dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda
gejala penyakit jantung seperti orthopnea, nyeri sendi, palpitasi, paroksimal

11

nokturnal dispnea, dan sesak saat aktivitas sehingga untuk penyebab edema akibat
penyakit jantung dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak ada ditemukan tanda dan gejala penyakit hati berupa
Jaundis, asites, palmar eritem, hepatomegali, dan splenomegali sehingga untuk
penyebab edema akibat penyakit hati dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak ada ditemukan tanda dan gejala reaksi alergi seperti
urtikaria dari anamnesis juga tidak terdapat riwayat alergen sehingga untuk
penyebab edema akibat reaksi alergi dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak ada ditemukan malnutrisi energi protein seperti riwayat
konsumsi protein yang kurang, riwayat daire persisten, dan keadaan gizi buruk
sehingga untuk penyebab edema akibat malnutrisi energi protein dapat
disingkirkan.
Pada pasien ini dari anamnesis ditemukan tanda dari penyakit ginjal yaitu
keluhan kencing sedikit yang dialami 14 hari SMRS. Sehingga pada pasien ini
dapat dipikirkan penyebab edema berasal dari ginjal.
Pendekatan klinis untuk pasien anak dengan edema ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini.

12

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dilakukan pemeriksaan


penunjang untuk menyelidiki penyebab utama edema dan menilai beratnya
edema1.
Tabel 2. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab edema
Jenis pemeriksaan
Urine dipstick dan mikroskopik

Interpretasi
Proteinuria dan hematuria memberikan

Uji fungsi ginjal

tanda penyakit ginjal


Peningkatan urea dan kreatinin

Uji fungsi hati

memberikan tanda penyakit ginjal


SGOT ,SGPT dan peningkatan bilirubin

Itung darah lengkap

memberikan tanda penyakit hati


Normokrom normositik anemia
mengarah pada penyakit kronik.
Hipokrom mikrositik mengarah kepada
anemia defisiensi besi, perdarahan GI.
Anemia megaloblastik mengarah kepada
defisiensi asam folat dan vitamin B12

Dari hasil pemeriksaan penunjang pada pasien ini didapatkan hasil


pemeriksan protein urin +3 dan hematuria. Berdasarkan pada bagan pendekatan
pasien anak dengan edema di atas maka dapat diarahkan penyebab edema pada
pasien ini disebabkan oleh kerusakan ginjal. Pada kondisi yang normal protein
urin dan darah tidak dapat dideteksi pada pemeriksaan urin. Proteinuria
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat
kerusakan glomerulus pada ginjal. Sehingga dapat ditegakkan penyebab edema
generalisata pada pasien ini berasal dari ginjal. Hematuria dapat dijumpai dalam
berbagai keadaan, seperti misalnya: sebagai bagian dari suatu episode hematuria
makroskopik, sebagai gejala dari infeksi saluran kemih atau sebagai gejala lain
yang secara kebetulan dijumpai pada saat pemeriksaan urin2. Pada pasien ini tidak
didapatkan tanda infeksi saluran kemih maupun trauma sebelumnya. Hematuria
yang disertai dengan proteinuria secara bersamaan mendukung kemungkinan
besar hematuria berasal dari kerusakan pada ginjal.

13

Kelainan pada ginjal yang menyebabkan edema generalisata dapat disertai


beberapa kondisi seperti sindrom nefritik dan sindrom nefrotik. Gambar dibawah
menjelaskan bagaimana mekanisme edema generalisata pada sindrom nefritik dan
sindrom nefrotik dapat terjadi.

Pada anak dengan sindrom nefritik akan ditemui gejala dan tanda kelebihan
cairan intravaskular berupa ortopneu, hipertensi, kardiomegali, peningkatan JVP,
kongesti paru dan hepatomegali. Gejala dan tanda tersebutlah yang membedakan
antara sindrom nefritik dengan sindrom nefrotik1. Pada pasien ini didapatkan
tanda tanda kelebihan cairan intravaskular berupa sesak napas dan hipertensi
(Tanggal 04/09/15 tekanan darah pasien 140/90mmHg). Sehingga pada pasien ini
dapat diarahkan kerusakan ginjal yang terjadi akibat dari proses dari penyakit
sindrom nefritik.
Sindrom nefritik akut adalah suatu kumpulan gejala klinik berupa
proteinuria, hematuria, azotemia, red blood cast, oliguria & hipertensi
(PHAROH)3. Berbagai penyakit atau keadaan yang digolongkan ke dalam SNA antara
lain :

Glomerulonefritis kronik eksaserbasi akut


Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria

14

- Glomerulonefritis fokal
- Nefritis herediter (sindrom Alport)
- Nefropati IgA-IgG (Maladie de Berger)
- Benign recurrent hematuria
Glomerulonefritis progresif cepat
Penyakit penyakit sistemik
- Purpura Henoch-Schenlein (HSP)
- Lupus erythematosus sistemik (SLE)
- Endokarditis bakterial subakut (SBE)
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin (FK UNHAS) menerapkan diagnosis sementara (working diagnosis)
SNA bagi pasien yang memperlihatkan gejala nefritik saja, misalnya proteinuria
dan hematuria atau edema dan hematuria, mengingat gejala nefritik bukan hanya
disebabkan oleh GNAPS, tetapi dapat pula disebabkan oleh penyakit lain. Bila
pada pemantauan selanjutnya ditemukan gejala dan tanda yang menyokong
diagnosis GNAPS (C3, ASO, dll), maka diagnosis menjadi GNAPS. Hal ini
penting diperhatikan, oleh karena ada pasien yang didiagnosis sebagai GNAPS
hanya berdasarkan gejala nefritik, ternyata merupakan penyakit sistemik
yang juga memperlihatkan gejala nefritik3.

Bila dijumpai full blown cases yaitu kasus dengan gejala nefritik yang
lengkap yaitu proteinuria, hematuria, edema, oliguria, dan hipertensi, maka
diagnosis GNAPS dapat ditegakkan, karena gejala tersebut merupakan gejala khas
(tipikal) untuk suatu GNAPS3. Pada pasien ini ditemukan gejala nefritik berupa
proteinuria, hemataturia, edema, oliguria dan hipertensi. Sehingga dapat
ditegakkan diagnosis berupa glomerulonefritis akut pasca streptococcus
(GNAPS).
GNAPS adalah suatu bentuk peradangan glomerulus yang secara
histopatologi menunjukkan proliferasi & Inflamasi glomeruli yang didahului oleh
infeksi group A -hemolytic streptococci (GABHS) dan ditandai dengan gejala
nefritik seperti hematuria, edema, hipertensi, oliguria yang terjadi secara akut.

15

GNAPS lebih sering terjadi pada anak usia 6 sampai 15 tahun dan jarang pada
usia di bawah 2 tahun3. Pada kasus ini usia pasien 12 tahun 1 bulan.
GNAPS didahului oleh infeksi GABHS melalui infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) atau infeksi kulit (piodermi) dengan periode laten 1-2 minggu pada
ISPA atau 3 minggu pada pioderma. Pada pasien ini didapatkan riwayat penyakit
dahulu berupa batuk disertai nyeri tenggorokan dan demam 3 minggu yang lalu.

Pada GNAPS terjadi reaksi radang pada glomerulus yang menyebabkan


filtrasi glomeruli berkurang, sedangkan aliran darah ke ginjal biasanya normal.

16

Hal tersebut akan menyebabkan filtrasi fraksi berkurang sampai di bawah 1%.
Keadaan ini akan menyebabkan reabsorbsi di tubulus proksimalis berkurang yang
akan mengakibatkan tubulus distalis meningkatkan proses reabsorbsinya,
termasuk Na, sehingga akan menyebabkan retensi Na dan air. Penyebaran
penyakit ini dapat melalui infeksi saluran napas atas (tonsillitis/faringitis) atau
kulit (piodermi), baik secara sporadik atau epidemiologik. Meskipun demikian
tidak semua GABHS menyebabkan penyakit ini, hanya 15% mengakibatkan
GNAPS. Hal tersebut karena hanya serotipe tertentu dari GABHS yang bersifat
nefritogenik, yaitu yang dindingnya mengandung protein M atau T (terbanyak
protein tipe M)3.

Gejala klinik GNAPS sangat bervariasi dari bentuk asimtomatik sampai


gejala yang khas. Bentuk asimtomatik lebih banyak daripada bentuk simtomatik
baik sporadik maupun epidemik. Bentuk asimtomatik diketahui bila terdapat
kelainan sedimen urin terutama hematuria mikroskopik yang disertai riwayat
kontak dengan penderita GNAPS simtomatik3.
Pada GNAPS yang khas harus ada periode laten yaitu periode antara infeksi
streptokokus dan timbulnya gejala klinik. Periode ini berkisar 1-3 minggu;
periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului oleh ISPA,
sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit/piodermi. Periode ini
jarang terjadi di bawah 1 minggu. Bila periode laten ini berlangsung kurang dari 1
minggu, maka harus dipikirkan kemungkinan penyakit lain, seperti eksaserbasi
dari glomerulonefritis kronik, lupus eritematosus sistemik, purpura HenochSchenlein atau Benign recurrent haematuria3. Pada kasus ini pasien memiliki
riwayat adanya 2 minggu yang lalu SMRS pasien mengalami batuk yang disertai
sakit tenggorokan dan demam.
Pada pasien ini didapatkan bengkak pada seluruh tubuhnya atau edema
generalisata. Edema merupakan gejala yang paling sering, umumnya pertama kali
17

timbul, dan menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering terjadi
di daerah periorbital (edema palpebra), disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi
cairan hebat, maka edema timbul di daerah perut (asites), dan genitalia eksterna
(edema skrotum/vulva) menyerupai sindrom nefrotik. Edema bersifat pitting
sebagai akibat cairan jaringan yang tertekan masuk ke jaringan interstisial yang
dalam waktu singkat akan kembali ke kedudukan semula3.
Hematuria makroskopik terdapat pada 30-70% kasus GNAPS, sedangkan
hematuria mikroskopik dijumpai hampir pada semua kasus. Suatu penelitian
multisenter di Indonesia mendapatkan hematuria makroskopik berkisar 46-100%,
sedangkan hematuria mikroskopik berkisar 84-100%. Urin tampak coklat
kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air cucian daging atau berwarna seperti
cola. Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam minggu pertama dan
berlangsung beberapa hari, tetapi dapat pula berlangsung sampai beberapa
minggu. Hematuria mikroskopik dapat berlangsung lebih lama, umumnya
menghilang dalam waktu 6 bulan. Pada pasien ini didapatkan hasil pemerisaan
urinalisis berupa eritrosit 60-80/LPB dan urin tampak seperti teh yang
menunjukkan bahwa terdapat darah pada urin pasien3.
Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus GNAPS.
Albar mendapati hipertensi berkisar 32-70%. Umumnya terjadi dalam minggu
pertama dan menghilang bersamaan dengan menghilangnya gejala klinik yang
lain. Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan (tekanan diastolik 80-90
mmHg). Hipertensi ringan tidak perlu diobati sebab dengan istirahat yang cukup
dan diet yang teratur, tekanan darah akan normal kembali. Adakalanya hipertensi
berat menyebabkan ensefalopati hipertensi yaitu hipertensi yang disertai gejala
serebral, seperti sakit kepala, muntah-muntah, kesadaran menurun dan kejang kejang. Penelitian multisenter di Indonesia menemukan ensefalopati hipertensi
berkisar 4-50%.3 Pada pasien ini pada tanggal 04/09/15 dilakukan pengukuran
tekanan darah dan didapatkan hasil 140/90 mmHg. Berdasarkan klasifikasi
hipertensi pada anak, tekanan darah 140/90 mmHg termasuk hipertensi grade II.
Pasien juga memiliki keluhan BAK yang sedikit dari biasanya atau disebut
oliguria. Keadaan ini jarang dijumpai, terdapat pada 5-10% kasus GNAPS dengan

18

produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari. Oliguria terjadi bila fungsi ginjal
menurun atau timbul kegagalan ginjal akut. Seperti ketiga gejala sebelumnya,
oliguria umumnya timbul dalam minggu pertama dan menghilang bersamaan
dengan timbulnya diuresis pada akhir minggu pertama. Oliguria bisa pula menjadi
anuria yang menunjukkan adanya kerusakan glomerulus yang berat dengan
prognosis yang jelek3.
Gejala kardiovaskular yang paling penting adalah bendungan sirkulasi
yang terjadi pada 20-70% kasus GNAPS. Bendungan sirkulasi dahulu diduga
terjadi akibat hipertensi atau miokarditis, tetapi ternyata dalam klinik bendungan
tetap terjadi walaupun tidak ada hipertensi atau gejala miokarditis. Ini berarti
bahwa bendungan terjadi bukan karena hipertensi atau miokarditis, tetapi diduga
akibat retensi Na dan air sehingga terjadi hipervolemia. Pasien memiliki keluhan
sesak sebelumnya. Sesak napas memberat 12 jam SMRS. Sesak napas memberat
apabila pasien berbaring. Sesak napas meringan apabila pasien dalam posisi
duduk. Keadaan ini disebut acute pulmonary edema yang umumnya terjadi dalam
minggu pertama dan kadang-kadang bersifat fatal. Gambaran klinik ini
menyerupai bronkopnemonia sehingga penyakit utama ginjal tidak diperhatikan.
Oleh karena itu pada kasus-kasus demikian perlu anamnesis yang teliti dan jangan
lupa pemeriksaan urin3.
GNAPS merupakan penyakit yang bersifat self limiting disease selama
tidak dijumpai komplikasi, sehingga penderita GNAPS cukup dirawat inap selama
7-10 hari. Pengobatan pada GNAPS hanya bersifat simptomatik dan suportif.
Lamanya perawatan tergantung pada keadaan penyakit. Dahulu dianjurkan
prolonged bed rest sampai berbulan-bulan dengan alasan proteinuria dan
hematuria mikroskopik belum hilang. Kini lebih progresif, penderita dipulangkan
sesudah 10-14 hari perawatan dengan syarat tidak ada komplikasi. Bila masih
dijumpai kelainan laboratorium urin, maka dilakukan pengamatan lanjut pada
waktu berobat jalan. Istirahat yang terlalu lama di tempat tidur menyebabkan anak
tidak dapat bermain dan jauh dari teman-temannya, sehingga dapat memberikan
beban psikologik3.

19

Pemberian antibiotik pada GNAPS sampai sekarang masih sering


dipertentangkan. Pihak satu hanya memberi antibiotik bila biakan hapusan
tenggorok atau kulit positif untuk streptokokus, sedangkan pihak lain
memberikannya secara rutin dengan alasan biakan negatif belum dapat
menyingkirkan infeksi streptokokus. Biakan negatif dapat terjadi oleh karena telah
mendapat antibiotik sebelum masuk rumah sakit atau akibat periode laten yang
terlalu lama (> 3 minggu). Terapi medikamentosa golongan penisilin diberikan
untuk eradikasi kuman, yaitu Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis
selama 10 hari3. Sehingga pada pasien ini diberikan amoksisillin 50mg x 34 kg =
1700 mg/3 = 570 mg/kali/. Jika terdapat alergi terhadap golongan penisilin, dapat
diberi eritromisin dosis 30 mg/kgbb/hari.
Untuk mengatasi edema dan overload cairan serta edema berat atau tandatanda edema paru akut pada pasien ini, harus diberi diuretik, misalnya furosemid 3.
Sehingga pada pasien ini diberikan furosemid IV 2 x 30 mg. Oleh karena
furosemide

dapat

menyebabkan

hipokalemia,

maka

perlu

ditambahkan

spironolakton yang merupakan jenis diuretik hemat kalium dengan dosis 2 x 25


mg per oral.
Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus
GNAPS. Tidak semua hipertensi harus mendapat pengobatan. Pada hipertensi

ringan dengan istirahat cukup dan pembatasan cairan yang baik, tekanan darah
bisa kembali normal dalam waktu 1 minggu. Pada hipertensi sedang atau berat
tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2 mg/kgbb/hari) atau
furosemid atau kombinasi keduanya. Selain obat-obat tersebut diatas, pada
keadaan asupan oral cukup baik dapat juga diberi nifedipin secara sublingual
dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hari yang dapat diulangi setiap 30-60 menit bila
diperlukan. Pada pasien ini diberikan captopril 2 x 12,5 mg dan nifedipine 10 mg
K/P untuk mengontrol tekanan darah.
Pada hipertensi berat atau hipertensi dengan gejala serebral (ensefalopati
hipertensi) dapat diberi klonidin (0,002-0,006 mg/kgbb) yang dapat diulangi
hingga 3 kali atau diazoxide 5 mg/kgbb/hari secara intravena (I.V). Kedua obat
tersebut dapat digabung dengan furosemid (1 3 mg/kgbb)3.

20

Pada umumnya perjalanan penyakit GNAPS ditandai dengan fase akut


yang berlangsung 1-2 minggu, kemudian disusul dengan menghilangnya gejala
laboratorik terutama hematuria mikroskopik dan proteinuria dalam waktu 1-12
bulan. Pada anak 85-95% kasus GNAPS sembuh sempurna, sedangkan pada
orang dewasa 50-75% GNAPS dapat berlangsung kronis, baik secara klinik
maupun secara histologik atau laboratorik. Pada orang dewasa kira-kira 15-30%
kasus masuk ke dalam proses kronik, sedangkan pada anak 5-10% kasus menjadi
glomerulonefritis kronik. Walaupun prognosis GNAPS baik, kematian bisa terjadi
terutama dalam fase akut akibat gangguan ginjal akut (Acute kidney injury),
edema paru akut atau ensefalopati hipertensi.

21

Anda mungkin juga menyukai