A. Identitas
Nama
: An. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 12 tahun 1 bulan
Agama
: Kristen Katolik
Alamat
Tanggal Lahir
: 19 Juli 2003
Urutan Anak
Tanggal MRS
: 4 September 2015
Identitas
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ayah
Tn. G
35 tahun
SMP
Petani
Ibu
Ny. M
31 th
SD
Petani
7. Riwayat Imunisasi
Ayah pasien tidak mengetahui riwayat imunisasi pasien. Namun
pada bahu kanan pasien terdapat bekas luka imunisasi BCG.
Kesimpulan : Riwayat imunisasi dasar yang lengkap tidak diketahui.
8. Riwayat Tumbuh Kembang
Perkembangan pasien dirasakan tidak terlambat jika dibandingkan
anak lain yang seusianya. Pasien sudah dapat tengkurap pada usia 3
bulan, kemudian dapat berjalan pada usia 12 bulan dan berkata-kata.
Kesimpulan : Riwayat tumbuh kembang baik
9. Riwayat Sosioekonomi dan Lingkungan
Pasien berobat dengan BPJS. Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai
petani. Pasien tinggal dengan ayah, ibu dan keempat saudaranya. Jarak
rumah pasien dengan tetangga sangat berdekatan
Kesimpulan : Riwayat sosioekonomi menengah ke bawah
10. Genogram
31 th
35 th
11. Anamnesis Sistem
12 th
a. Sistem serebrospinal
3 th
5 th
: anak sadar, tidak kejang, sakit kepala (-)
b. Sistem termoregulasi
: demam (-)
c. Sistem penglihatan
d. Sistem pendengaran
satu satu
g. Sistem gastrointestinal : perut membesar (-), mual (-), muntah (-),
nafsu makan menurun (-), BAB cair (-)
h. Sistem muskuloskeletal : bengkak pada tungkai (-), nyeri (-),
bengkak sendi (-)
i. Sistem urogenital
j. Sistem integumentum
: Tampak baik
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 112/86 mmHg
b. Nadi
c. Respirasi
: 22 x/menit
d. Suhu
: 37,3o C
: 34 kg
b. Tinggi Badan
: 139 cm
c. Lingkar Kepala
: 50,5 cm
: 21 cm
4. Status Gizi
a. BB/U
Interpretasi
b. PB/U
Interpretasi
c. BB/PB
Interpretasi
Kesimpulan
:
: 85%
: Underweight
: 93%
: Normal
: 103%
: Gizi baik
: Underweight, Gizi baik
5. Status Generalis
a. Kulit
b. Kepala
c. Mata
d. Telinga
e. Hidung
f. Mulut
g. Tenggorokan
h. Leher
i. Dada
j. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
k. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
l. Abdomen
Inspeksi
: simetris, soepel
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
m. Urogenital
n. Anus/Rektum
: tidak diperiksa
o. Ekstremitas
Kesimpulan
D. Pemeriksaan Penunjang
Parameter
Hasil
Darah Rutin (04/09/2015)
WBC (/mm3)
12.200
Rujukan Normal
RBC (106/ul)
3,7 5,7
3,85
5.000 14.500
HGB (g/dl)
10,5
10,7 14,7
HCT (%)
30,6
31 - 43
PLT (/mm3)
300.000
Kimia Darah (04/09/2015
Creatinine (mg/dl) 0,9
181.000 521.000
Urea (mg/dl)
39,7
10-50
Albumin (g/dl)
3,2
3,5 5,2
< 1,0
121 203
(07/09/2015)
Kuning muda
Jernih
Berat Jenis
1,030
1,015
1,015 1,025
pH
6,0
6,0
4,8 7,4
Protein
3+
1+
Negatif
Glukosa
Negatif
Keton
trace
Negatif
Bilirubin
1+
Negatif
Urobilinogen
16
3,2
3,2 umol/L
Leukosit
0-1
0-1
Darah
3+
+3
Epitel
5-10
Leukosit
0/LPB
0-1
Eritrosit
60-80/LPB
3-7/LPB
Silinder
Kristal
Lain-lain
Sedimen
5 15
0-1/LPB
2. ASTO
E. Daftar Masalah
1. Anak laki-laki 12 tahun 1 bulan datang dengan keluhan bengkak pada
kelopak mata, wajah, tangan, perut, dan kaki disertai dengan keluhan
kencing yang berwarna sedikit dan berwarma seperti teh hari SMRS.
2. Sesak napas 13 hari SMRS
3. Riwayat persalinan kurang baik
4. Riwayat makan secara kualitas kurang baik
5. Sosial ekonomi menengah kebawah
6. Hasil pemeriksaan fisik : Pemeriksaan dalam batas normal
7. Hasil pemeriksaan penunjang : Proteinuria, ketonuria, bilirubinemia,
hemoglobinemia, hematuria.
F. Diagnosis Kerja
1. Glomerulonefritis akut e.c poststreptococcus infection
2. Edema paru
G. Diagnosis Banding
1. Sindrom nefrotik
2. Gagal jantung kongestif
H. Tatalaksana
1. Non Medikamentosa
a. Rawat inap
b. Tirah baring
c. Observasi TTV dan urin output
d. Diet rendah garam (1-2 g/hari)
e. Pasang urin kateter
f. KIE mengenai penyakit, tatalaksana, dan prognosis
2. Medikamentosa
Follow Up Harian
Tanggal
Subjective
15/09/15
Kondisi
KU : Tampak baik
GNA
baik;
Edema paru
Keluhan(-)
Objective
HR : 100x/menit,
RR: 20 x/menit reguler
T : 36,8oC
Assessment
Planning
1. Non Medikamentosa
a. Rawat inap
b. Tirah baring
c. Observasi TTV
dan urin output
d. Diet rendah garam
(1-2 g/hari)
e. Pasang urin kateter
f. KIE mengenai
penyakit,
9
tatalaksana, dan
prognosis
2. Medikamentosa
a. IVFD D5% 10 tpm
b. Inj. Furosemide
2x30 mg
c. PO: Amoksisillin
3x500mg
d. PO: Spironolakton
2x25 mg
e. PO: Captopril
2x12,5 mg
f. PO: Nifedipine
10mg sublingual
K/P
ANALISIS KASUS
Seorang anak laki-laki usia 12 tahun 1 bulan datang ke RS dr Abdul Aziz
dengan keluhan utama keluhan bengkak seluruh tubuh sejak 14 hari SMRS.
Ayah pasien mengatakan bengkak pada pasien muncul perlahan lahan. Bengkak
dimulai dari wajah terutama daerah pipi dan kelopak mata, kemudian diikuti
bengkak pada daerah perut, tangan dan kaki pasien. Keluhan bengkak disertai
dengan keluhan BAK yang sedikit dan berwarna seperti teh. Pasien juga
merasakan sesak napas sejak 13 hari SMRS. Sesak napas memberat 12 jam
10
SMRS. Sesak napas memberat apabila pasien berbaring. Sesak napas meringan
apabila pasien duduk. Keluhan sesak napas tidak disertai demam, batuk (-), pilek
(-), sesak saat aktifitas (-), nyeri dada (-). Sosial ekonomi keluarga menengah
kebawah. Hasil perhitungan status gizi menunjukkan pasien merupakan anak
dengan gizi baik. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan fungsi organ dalam batas
normal.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan bahwa bengkak
didapatkan di daerah wajah, tangan dan kaki. Hal ini menunjukkan edema
merupakan edema generalisata. Edema generalisata adalah edema atau bengkak
akibat akumulasi cairan pada seluruh tubuh dibandingkan pada organ-organ
tertentu.1 Edema generalisata dapat disebabkan ole kelainan pada organ organ
tertentu.
Tabel 1. Kelainan organ yang dapat menyebabkan edema generalisata
Organ
Ginjal
Gejala
periorbital; hematuria; hipertensi; tanda
penyakit kolagen (ruam, nyeri sendi);
kencing berbusa; gejala uremia (muntah,
mual, pucat), convulsion, low urine
Jantung
output.
Orthopnea, nyeri sendi, palpitasi,
paroksimal nokturnal dispnea, sesak saat
Hati
aktivitas
Jaundis, asites, palmar eritem,
Reaksi alergi
hepatomegali, splenomegali
Edema ringan biasanya di periorbita,
Pada pasien ini dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda
gejala penyakit jantung seperti orthopnea, nyeri sendi, palpitasi, paroksimal
11
nokturnal dispnea, dan sesak saat aktivitas sehingga untuk penyebab edema akibat
penyakit jantung dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak ada ditemukan tanda dan gejala penyakit hati berupa
Jaundis, asites, palmar eritem, hepatomegali, dan splenomegali sehingga untuk
penyebab edema akibat penyakit hati dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak ada ditemukan tanda dan gejala reaksi alergi seperti
urtikaria dari anamnesis juga tidak terdapat riwayat alergen sehingga untuk
penyebab edema akibat reaksi alergi dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak ada ditemukan malnutrisi energi protein seperti riwayat
konsumsi protein yang kurang, riwayat daire persisten, dan keadaan gizi buruk
sehingga untuk penyebab edema akibat malnutrisi energi protein dapat
disingkirkan.
Pada pasien ini dari anamnesis ditemukan tanda dari penyakit ginjal yaitu
keluhan kencing sedikit yang dialami 14 hari SMRS. Sehingga pada pasien ini
dapat dipikirkan penyebab edema berasal dari ginjal.
Pendekatan klinis untuk pasien anak dengan edema ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini.
12
Interpretasi
Proteinuria dan hematuria memberikan
13
Pada anak dengan sindrom nefritik akan ditemui gejala dan tanda kelebihan
cairan intravaskular berupa ortopneu, hipertensi, kardiomegali, peningkatan JVP,
kongesti paru dan hepatomegali. Gejala dan tanda tersebutlah yang membedakan
antara sindrom nefritik dengan sindrom nefrotik1. Pada pasien ini didapatkan
tanda tanda kelebihan cairan intravaskular berupa sesak napas dan hipertensi
(Tanggal 04/09/15 tekanan darah pasien 140/90mmHg). Sehingga pada pasien ini
dapat diarahkan kerusakan ginjal yang terjadi akibat dari proses dari penyakit
sindrom nefritik.
Sindrom nefritik akut adalah suatu kumpulan gejala klinik berupa
proteinuria, hematuria, azotemia, red blood cast, oliguria & hipertensi
(PHAROH)3. Berbagai penyakit atau keadaan yang digolongkan ke dalam SNA antara
lain :
14
- Glomerulonefritis fokal
- Nefritis herediter (sindrom Alport)
- Nefropati IgA-IgG (Maladie de Berger)
- Benign recurrent hematuria
Glomerulonefritis progresif cepat
Penyakit penyakit sistemik
- Purpura Henoch-Schenlein (HSP)
- Lupus erythematosus sistemik (SLE)
- Endokarditis bakterial subakut (SBE)
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin (FK UNHAS) menerapkan diagnosis sementara (working diagnosis)
SNA bagi pasien yang memperlihatkan gejala nefritik saja, misalnya proteinuria
dan hematuria atau edema dan hematuria, mengingat gejala nefritik bukan hanya
disebabkan oleh GNAPS, tetapi dapat pula disebabkan oleh penyakit lain. Bila
pada pemantauan selanjutnya ditemukan gejala dan tanda yang menyokong
diagnosis GNAPS (C3, ASO, dll), maka diagnosis menjadi GNAPS. Hal ini
penting diperhatikan, oleh karena ada pasien yang didiagnosis sebagai GNAPS
hanya berdasarkan gejala nefritik, ternyata merupakan penyakit sistemik
yang juga memperlihatkan gejala nefritik3.
Bila dijumpai full blown cases yaitu kasus dengan gejala nefritik yang
lengkap yaitu proteinuria, hematuria, edema, oliguria, dan hipertensi, maka
diagnosis GNAPS dapat ditegakkan, karena gejala tersebut merupakan gejala khas
(tipikal) untuk suatu GNAPS3. Pada pasien ini ditemukan gejala nefritik berupa
proteinuria, hemataturia, edema, oliguria dan hipertensi. Sehingga dapat
ditegakkan diagnosis berupa glomerulonefritis akut pasca streptococcus
(GNAPS).
GNAPS adalah suatu bentuk peradangan glomerulus yang secara
histopatologi menunjukkan proliferasi & Inflamasi glomeruli yang didahului oleh
infeksi group A -hemolytic streptococci (GABHS) dan ditandai dengan gejala
nefritik seperti hematuria, edema, hipertensi, oliguria yang terjadi secara akut.
15
GNAPS lebih sering terjadi pada anak usia 6 sampai 15 tahun dan jarang pada
usia di bawah 2 tahun3. Pada kasus ini usia pasien 12 tahun 1 bulan.
GNAPS didahului oleh infeksi GABHS melalui infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) atau infeksi kulit (piodermi) dengan periode laten 1-2 minggu pada
ISPA atau 3 minggu pada pioderma. Pada pasien ini didapatkan riwayat penyakit
dahulu berupa batuk disertai nyeri tenggorokan dan demam 3 minggu yang lalu.
16
Hal tersebut akan menyebabkan filtrasi fraksi berkurang sampai di bawah 1%.
Keadaan ini akan menyebabkan reabsorbsi di tubulus proksimalis berkurang yang
akan mengakibatkan tubulus distalis meningkatkan proses reabsorbsinya,
termasuk Na, sehingga akan menyebabkan retensi Na dan air. Penyebaran
penyakit ini dapat melalui infeksi saluran napas atas (tonsillitis/faringitis) atau
kulit (piodermi), baik secara sporadik atau epidemiologik. Meskipun demikian
tidak semua GABHS menyebabkan penyakit ini, hanya 15% mengakibatkan
GNAPS. Hal tersebut karena hanya serotipe tertentu dari GABHS yang bersifat
nefritogenik, yaitu yang dindingnya mengandung protein M atau T (terbanyak
protein tipe M)3.
timbul, dan menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering terjadi
di daerah periorbital (edema palpebra), disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi
cairan hebat, maka edema timbul di daerah perut (asites), dan genitalia eksterna
(edema skrotum/vulva) menyerupai sindrom nefrotik. Edema bersifat pitting
sebagai akibat cairan jaringan yang tertekan masuk ke jaringan interstisial yang
dalam waktu singkat akan kembali ke kedudukan semula3.
Hematuria makroskopik terdapat pada 30-70% kasus GNAPS, sedangkan
hematuria mikroskopik dijumpai hampir pada semua kasus. Suatu penelitian
multisenter di Indonesia mendapatkan hematuria makroskopik berkisar 46-100%,
sedangkan hematuria mikroskopik berkisar 84-100%. Urin tampak coklat
kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air cucian daging atau berwarna seperti
cola. Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam minggu pertama dan
berlangsung beberapa hari, tetapi dapat pula berlangsung sampai beberapa
minggu. Hematuria mikroskopik dapat berlangsung lebih lama, umumnya
menghilang dalam waktu 6 bulan. Pada pasien ini didapatkan hasil pemerisaan
urinalisis berupa eritrosit 60-80/LPB dan urin tampak seperti teh yang
menunjukkan bahwa terdapat darah pada urin pasien3.
Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus GNAPS.
Albar mendapati hipertensi berkisar 32-70%. Umumnya terjadi dalam minggu
pertama dan menghilang bersamaan dengan menghilangnya gejala klinik yang
lain. Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan (tekanan diastolik 80-90
mmHg). Hipertensi ringan tidak perlu diobati sebab dengan istirahat yang cukup
dan diet yang teratur, tekanan darah akan normal kembali. Adakalanya hipertensi
berat menyebabkan ensefalopati hipertensi yaitu hipertensi yang disertai gejala
serebral, seperti sakit kepala, muntah-muntah, kesadaran menurun dan kejang kejang. Penelitian multisenter di Indonesia menemukan ensefalopati hipertensi
berkisar 4-50%.3 Pada pasien ini pada tanggal 04/09/15 dilakukan pengukuran
tekanan darah dan didapatkan hasil 140/90 mmHg. Berdasarkan klasifikasi
hipertensi pada anak, tekanan darah 140/90 mmHg termasuk hipertensi grade II.
Pasien juga memiliki keluhan BAK yang sedikit dari biasanya atau disebut
oliguria. Keadaan ini jarang dijumpai, terdapat pada 5-10% kasus GNAPS dengan
18
produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari. Oliguria terjadi bila fungsi ginjal
menurun atau timbul kegagalan ginjal akut. Seperti ketiga gejala sebelumnya,
oliguria umumnya timbul dalam minggu pertama dan menghilang bersamaan
dengan timbulnya diuresis pada akhir minggu pertama. Oliguria bisa pula menjadi
anuria yang menunjukkan adanya kerusakan glomerulus yang berat dengan
prognosis yang jelek3.
Gejala kardiovaskular yang paling penting adalah bendungan sirkulasi
yang terjadi pada 20-70% kasus GNAPS. Bendungan sirkulasi dahulu diduga
terjadi akibat hipertensi atau miokarditis, tetapi ternyata dalam klinik bendungan
tetap terjadi walaupun tidak ada hipertensi atau gejala miokarditis. Ini berarti
bahwa bendungan terjadi bukan karena hipertensi atau miokarditis, tetapi diduga
akibat retensi Na dan air sehingga terjadi hipervolemia. Pasien memiliki keluhan
sesak sebelumnya. Sesak napas memberat 12 jam SMRS. Sesak napas memberat
apabila pasien berbaring. Sesak napas meringan apabila pasien dalam posisi
duduk. Keadaan ini disebut acute pulmonary edema yang umumnya terjadi dalam
minggu pertama dan kadang-kadang bersifat fatal. Gambaran klinik ini
menyerupai bronkopnemonia sehingga penyakit utama ginjal tidak diperhatikan.
Oleh karena itu pada kasus-kasus demikian perlu anamnesis yang teliti dan jangan
lupa pemeriksaan urin3.
GNAPS merupakan penyakit yang bersifat self limiting disease selama
tidak dijumpai komplikasi, sehingga penderita GNAPS cukup dirawat inap selama
7-10 hari. Pengobatan pada GNAPS hanya bersifat simptomatik dan suportif.
Lamanya perawatan tergantung pada keadaan penyakit. Dahulu dianjurkan
prolonged bed rest sampai berbulan-bulan dengan alasan proteinuria dan
hematuria mikroskopik belum hilang. Kini lebih progresif, penderita dipulangkan
sesudah 10-14 hari perawatan dengan syarat tidak ada komplikasi. Bila masih
dijumpai kelainan laboratorium urin, maka dilakukan pengamatan lanjut pada
waktu berobat jalan. Istirahat yang terlalu lama di tempat tidur menyebabkan anak
tidak dapat bermain dan jauh dari teman-temannya, sehingga dapat memberikan
beban psikologik3.
19
dapat
menyebabkan
hipokalemia,
maka
perlu
ditambahkan
ringan dengan istirahat cukup dan pembatasan cairan yang baik, tekanan darah
bisa kembali normal dalam waktu 1 minggu. Pada hipertensi sedang atau berat
tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2 mg/kgbb/hari) atau
furosemid atau kombinasi keduanya. Selain obat-obat tersebut diatas, pada
keadaan asupan oral cukup baik dapat juga diberi nifedipin secara sublingual
dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hari yang dapat diulangi setiap 30-60 menit bila
diperlukan. Pada pasien ini diberikan captopril 2 x 12,5 mg dan nifedipine 10 mg
K/P untuk mengontrol tekanan darah.
Pada hipertensi berat atau hipertensi dengan gejala serebral (ensefalopati
hipertensi) dapat diberi klonidin (0,002-0,006 mg/kgbb) yang dapat diulangi
hingga 3 kali atau diazoxide 5 mg/kgbb/hari secara intravena (I.V). Kedua obat
tersebut dapat digabung dengan furosemid (1 3 mg/kgbb)3.
20
21