email: Sabrina_plano@yahoo.com
ABSTRAK
Karakter dari suatu suku dapat dilihat dari tradisi dan budaya yang terbentuk dalam suatu permukiman
dan masih menjaga local wisdom mereka, hal ini dapat terlihat dari permukiman tradisional Suku Sasak di
Dusun Limbungan Kabupaten Lombok Timur, yang menjaga rumah adat mereka dari segala perubahan. Tujuan
dari studi adalah mengidentifikasi karakteristik non fisik sosial budaya masyarakat Dusun Limbungan, dan
mengidentifikasi karakteristik fisik pola tata ruang permukiman yang terbentuk, menganalisis pola tata ruang
permukiman tradisional yang terbentuk akibat pengaruh fisik dan non fisiknya, dan kearifan lokalnya, serta
menentukan arahan pelestarian bagi permukiman tradisional Limbungan. Metode yang digunakan adalah
deskriptif-evaluatif. Hasil studi menunjukkan bahwa konsep keruangan makro yang terbentuk dari tatanan fisik
lingkungan hunian memperlihatkan adanya pembagian ruang permukiman berdasarkan guna lahan, yaitu
tempat hunian di bagian tengah, dan lahan pertanian di bagian luar area permukiman. Dari hasil struktur
ruang permukiman tradisional Suku Sasak Limbungan terbentuk berdasarkan konsep filosofi, yaitu konsep arah
sinar matahari, konsep terhadap gunung rinjani, konsep pembangunan rumah dan elemennya secara berderet
dan tanah berundak-undak, dan konsep bentuk rumah yang seragam terdiri dari rumah yang berjajar (suteran).
Penempatan elemen rumah (bale) berupa panteq memiliki posisi saling berhadapan dengan bale. Pola
pengembangan tata ruang masyarakat Sasak di Dusun Limbungan berorientasi pada nilai kosmologi
berdasarkan sistem kepercayaan dan tradisi-tradisi masyarakat yang berbasis budaya sehingga menghasilkan
ruang-ruang khusus.
Kata kunci: Pola tata ruang, Permukiman tradisioal Sasak Limbungan, Sosial budaya, Pelestarian
ABSTRACT
The characteristics of an ethnic group are able to be seen from the tradition and the culture that are
formed in a settlement and still guard local their domestic tourists, this can be seen from the traditional
settlement of the Sasak Ethnic Group in the Village Limbungan the Lombok Regency East, that is on duty at their
traditional house from all the changes. The aim of the research is identify non physical the culture social
characteristics of the Limbungan Village community, and identify the physical characteristics of the pattern of
the layout of the settlement that is formed, as well as analyses the pattern of the layout of the traditional
settlement that is formed resulting from the influence of the culture social system his community's, and his local
wisdom, as well as determine the conservation directive for the traditional Limbungan settlement. The method
used in this study is descriptive-evaluative. All data was collected through field observation, questionaire and indepth interview. The study showed that the spatial concept formed by physical characters of the settlement,
indicates a division of land us; housing area is located in the middle of settlement, and farming area is located
outside of the housing area. From outcome of study the structure traditional settlement space of the Sasak
Limbungan Ethnic Group is formed be based on the concept of philosophy, the concept of the direction of the
sun rays, the concept against the mountain rinjani, the concept of the development of the house and his element
in a lined-up manner and the land berundak-undak, and the concept of the form of the house that the uniform
consists of the lined-up house (suteran). The allocation of the element of the house (bale) take the form of panteq
have the position face each other with bale. The pattern of the development of the layout of the Sasak community
in the Limbungan Village is oriented in the value of cosmology am based on the belief system and the
community's based traditions the culture so as to produce special spaces.
Keyword: The housing pattern of the layout, The traditional Sasak Limbungan settlement, Social the culture,
Conservation
87
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
PENDAHULUAN
Sejak lama disadari bahwa budaya
memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk struktur ruang permukiman.
Penggambaran struktur ruang permukiman juga
dapat dilihat dari sisi budaya lain seperti pada
pelaksanaan ritual dan acara keagamaan. Acara
ini bersifat rutin akan tetapi ruang yang
digunakan tidak semata untuk ritual saja,
sehingga strukturnya juga nampak temporal.
Masyarakat Sasak di Pulau Lombok juga sangat
terkait dengan budaya dalam menata ruang
permukimannya, ataupun pada ritual daur hidup
dan berbagai acara keagamaan (Sasongko,
2005:5).
Dusun Limbungan yang terletak di
kawasan kaki Gunung Rinjani ini memiliki
kawasan rumah adat menempati dua gugus,
yaitu Limbungan Timur sebanyak 68 unit rumah
dan Limbungan Barat sebanyak 71 unit rumah.
Kedua hunian itu dibatasi tanaman hidup dan
pagar bambu yang dianyam kasar, yang mereka
sebut kampu. Rumah-rumah mereka berdinding
bambu yang dianyam, berlantai tanah campuran
tahi kerbau, beratap alang-alang, dengan rangka
konstruksi campuran kayu dan bambu.
Dusun ini sudah ditetapkan sebagai desa
budaya oleh pemerintah Lombok Timur, sebagai
salah satu perkampungan tradisional dengan
rumah-rumah adat dengan keunikan sosial
budaya yang masih kental.
Pola tata ruang permukiman tradisional
serta gaya arsitektur tradisional yang terdapat di
Dusun Limbungan merupakan salah satu bentuk
pusaka budaya yang kaya akan nilai sejarah,
filosofi, seni, dan budaya masyarakat setempat.
Oleh karena itu sebagai salah satu desa adat
yang memiliki pola tata ruang permukiman unik
yang sarat akan nilai budaya, Dusun Limbungan
perlu mendapatkan perhatian khusus yang
dimaksudkan untuk tetap memperhatikan
eksistensi dan kesinambungan prinsip-prinsip ke
dalam tradisi yang baku, yaitu berupa pola tata
ruang permukiman tradisional yang telah
terwujud dalam ruang tradisional Dusun
Limbungan.
Dengan menetapkan desa tradisional
sebagai cagar budaya maka kepunahan suatu
monumen hidup sisa budaya lama dapat
dihindari (Soeroto, 2003:48). Oleh karena itu
upaya pelestarian sebagai salah satu cara untuk
mengantisipasi perubahan dan perkembangan
yang terjadi sangat diperlukan. Pola tata ruang
permukiman tradisional serta gaya arsitektur
tradisional yang terdapat di Dusun Limbungan
merupakan salah satu bentuk pusaka budaya
88
a. Hukum Adat
Peraturan
adat
yang
permukiman adat di Limbungan:
mengatur
89
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
2. Sistem kekerabatan
Dalam kawasan limbungan, merupakan
satu kerabat atau masih mempunyai hubungan
darah, pernikahan sebagian besar dilakukan
dengan kerabat sendiri, walau tidak tertutup
kemungkinan mengambil calon istri/suami dari
luar kawasan limbungan yang bukan kerabat.
Masyarakat Dusun Limbungan juga
mengenal prinsip patrelinear yakni mengikuti
garis keturunan ayah dan jika terjadi perkawinan
maka anak hasil perkawinan tersebut akan
mengikuti gelar kebangsawanan ayahnya.
Hasil
kuisoner
didapatkan
bahwa
penduduk yang tinggal sejak lahir sebanyak
63,41%, pendatang (ikut istri/suami) sebanyak
25,61%, faktor lokasi kerja 4.88%.
3. Kehidupan Ekonomi
Lapisan sosial di Dusun Limbungan terdiri
dari:
a. Lapisan Bangsawan (Golongan Menak)
b. Lapisan Tokoh adat
c. Lapisan Ulama
d. Lapisan Masyarakat Biasa
Sebagian besar warga Dusun Limbungan
bermata pencaharian sebagai petani sebesar
(67%), pedagang sebesar (14%),dan PNS hanya
1 orang sebesar (0,19%), sebagian besar bekerja
di bidang pertanian karena faktor lahan
pertanian yang mendukung, dan pendidikan
yang rendah.
90
Ngurisan
Keterenagan:
1 = Rumah inti
2 = Halaman rumah
3 = Masjid
2) Upacara perkawinan
Tahap
kegiatan
berupa:
Midang,
Memaling, Sejati, Selabar, Bait Wali, Bait Janji,
Sorong Serah Aji Krama,Nyongkolan.
Bretes
Melahirkan
91
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
4) Upacara bertani
3) Upacara kematian
Tahap kegiatan, yaitu: pemberian aiq daun
bidara, belangar, betukaq, memandikan, dan
mengkafankan, mensholatkan jenazah,upacara
penguburan, dan upacara setelah penguburan.
92
5) Upacara keagamaan
Acara kegiatan berupa: Nuzulul Quran,
Maulid Nabi SAW, lebaran Idul Fitri, dan
Lebaran Topat.
lu
Ja
n
a
d ur
u
ay luh
ek le
B
m
r
lu ka
Ja ma
e
k
Makam leluhur
Batu Maliq
5
Kali
6
2
an
es pemandi
Jalur pros
Masjid
Kali
7
ja
r
an
2
7.
J
al
ur
be
3
4
LEGENDA
Masjid
Jalan Utama
Jalan
Lingkungan
Rumah
Tradisional
Jalur Bejaran
Rumah Panitia
tempat Khitanan
Rumah Anak yang
disunat
Rumah Ketua
Adat
Masjid/Musholla
Kali
25
50m
2) Upacara perkawinan
pe
rk
aw
in
an
pa
ca
r
Ja
lu
ru
LEGENDA
Jalan Utama
Jalan
Lingkungan
Rumah
Tradisional
Rumah Ketua
Adat Laki-laki
Rumah Laki-laki
Rumah Perempuan
Jalur Nyongkol
Rumah Ketua
Adat Perempuan
Rumah Kyai
Masjid/Musholla
93
100
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
3) Upacara kematian
6
Makam Umum
emakam
an
Jalur
pema
kama
n
Jalur p
2
at
awah
lu
rm
ke
ah
um
ka
du
y
ela
Ja
LEGENDA
25
50
100 m
Jalan Utama
MAKAM
Jalan Lingkungan
Masjid/Musholla
Persil Rumah
Tradisional
Jalur ke Makam
Rumah Duka
Rumah Kyai
4) Upacara bertani
Makam Batu Maliq
Ja
lur
am
ak
m
ke
ur
uh
lel
- Acara Mundak
- Menggala
- Penanaman padi
- Panen
Sawah
ra
ca
a
up
lur
Ja
i
an
rt
Be
Jalan Utama
Jalan
Lingkungan
Ruang yang
terbentuk karena
kegiatan Upacara
Bertani
Rumah Tradisional
Rumah permanen
Sawah
94
5) Upacara keagamaan
1
i
lid
au
ay
lu
Ja
aa
b
Na
r
pe
2
LEGENDA
Jalan Utama
Jalan
Lingkungan
Persil Rumah
Tradisional
Masjid/Musholla
Ruang yang
terbentuk karena
kegiatan
penduduk
mengikuti
peringatan Maulid
Nabi Muhammad
SAW
Rumah Kyai
4. Guna Lahan
a. Elemen pembentuk kawasan pedesaan
1) Perairan
Dusun Limbungan dilewati oleh sungai
bernama Kokok Limbungan dengan lebar 15
meter, perairan (sungai) sangat penting dalam
pemilihan tempat bermukim. Selain itu
penduduk yang sebagian besar bekerja di sawah
sehingga sangat tergantung pada lokasi sungai
untuk aliran irigasi sawah selain sungai,
penduduk juga memanfaatkan sumber mata air
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan
mengairi sawah mereka
Sekitar tahun 1997, pemerintah kabupaten
Lombok Timur membangun proyek irigasi
melalui pemasangan pipa-pipa distribusi dari
sumber mata air ke rumah-rumah penduduk
sehingga penduduk tidak perlu lagi mengambil
air ke atas bukit.
2) Hutan
Tahun 1980 Limbungan masih ditutupi
oleh lahan hutan. Kemudian pada tahun 1980an, pengalihan kepemilikan hutan adalah negara
(Perhutani Lombok Timur). Dengan lahan yang
masih dimanfaatkan oleh masyarakat dan untuk
kepentingan negara yaitu sebagian pengalihan
hutan menjadi sawah, hutan, dan kebun.
3) Pertanian
Penduduk Limbungan membuka lahan
hutan menjadi lahan pertanian dan bermukim
pada tahun 1919 yang berupa sawah, ladang
95
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
Keterangan:
A = Bale
B = Panteq (Lumbung dan Berugaq)
Gambar 2. Pola Elemen pada Permukiman Tradisional Limbungan
96
ur
an
ng
bu
Ruang Sacred
(Permukiman Adat)
m
Ti
Ruang Budaya
Li
Ruang Makro
Limb
unga
n Ba
rat
(permukiman,
lahan pertanian)
97
98
Konsep
undak-undakan
ini
diiterprestasikan pada baris horizontal maupun
vertikal. Dari baris horizontal semakin ke tengah
undak-undakannya semakin rendah, dan dari
baris vertikal semakin ke arah belakang maka
undak-undakannya semakin tinggi selain
memiliki fungsi dari segi keamanan agar
menghindari bencana alam jika suatu saat terjadi,
serta terhindar dari malapetaka yang dapat
menimpa Dusun Limbungan, juga menjaga agar
rumah generasi tua yang terletak di baris
belakang, akan tetap mendapatkan sinar matahari
yang cukup mengingat tempatnya yang lebih
tinggi dari baris didepannya.
99
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
7. Struktur
Ruang
Permukiman
Berdasarkan Aktivitas Kegiatan
a. Bale Adat (rumah adat), selain sebagai
tempat tinggal juga sebagai pusat aktivitas.
Bale adat merupakan inti dari Dusun
Limbungan, karena fungsinya dimanfaatkan
penduduk Limbungan selain sebagai tempat
tinggal juga sebagai kegiatan upacara adat,
dan ritual budaya
b. Masjid (langgar), sebagai sub pusat aktivitas.
Elemen tempat ibadah ini merupakan simbol
pemersatu penduduk Limbungan, karena
fungsinya
dimanfaatkan
oleh
semua
penduduk Dusun Limbungan (multi fungsi).
c. Sawah/ladang, sebagai tempat/ ruang bekerja.
d. Makam leluhur, sebagai tempat ritual. Ruang
ini memiliki fungsi teritori tersier yang
dianggap penting, karena merupakan ruang
publik yang memiliki nilai sakral yang tinggi.
Pola Permukiman tradisional Suku Sasak
Dusun Limbungan.
100
101
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
1) Bale Sasak
Bale Sasak ini memiliki denah berbentuk
segi empat, yang terbagi menjadi dua ruang yaitu
ruang sengko (ruang bawah) yang berfungsi
sebagai ruang tamu (sesangkok), dan dalem bale
(ruang atas) yang terdiri dari kamar tidur, dan
dapur, antara ruang sengko dan dalam bale
dibatasi oleh undak-undak (anak tangga).
22.
3.
Konsep
Tahun
pembangunan
Hasil
Temuan
19201940
Orientasi
bangunan
Timur
Bahan
Bangunan
Terbuat
dari
bahan
alami
Keterangan
Pembangunan
awal
rumah
tradisional
didirikan pada tahun
1920-an sebesar 31%,
pada tahun 1930-an
sebesar 41%, dan pada
tahun 1940-an sebesar
28%.
Semua
bangunan
(100%) tradisional di
Limbungan menghadap
ke arah timur. Hal ini
terkait dengan faktor
kepercayaan
dan
keamanan.
Semua
rumah
tradisional Limbungan
terbuat dari bahan alami
yaitu
ilalang untuk
atap,
serta
dinding
terbuat dari bambu yang
dianyam rapat, lantai
rumah
terbuat
dari
campuran tanah liat,
bagian permukaan lantai
terbuat dari getah pohon
kayu banten dan bajur
(istilah lokal), dicampur
elemen hitam yang ada
dalam batu bateri, abu
jerami yang dibakar,
kemudian
diolesi
dengan kotoran sapi.
2) Panteq
Terdiri dari Lumbung yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan padi dan Berugaq
sebagai ruang sosial.
3) Kandang
Kandang komunal yang dijadikan satu dan
berada di luar ruang atau halaman besar
permukiman asli Sasak, terletak di bagian pinggir
4) Masjid
Permukiman tradisional di Limbungan juga
dicirikan dengan keberadaan Masjid di bagian
depan dan musholla di bagian belakang, hal ini
103
5) Jalan
Jalan di lingkungan permukiman bale asli
terdiri dari jalan besar dan jalan setapak. Jalan
besar yang merupakan sirkulasi lalu lintas utama
serta sebagai ruang dalam upacara seperti
6) Halaman
Berfungsi sebagai ruang sirkulasi lalu lintas
penduduk, halaman depan sebagai tempat
kegiatan budaya seperti acara pernikahan,
khitanan, kematian, dan lain-lain. Halaman
samping dan belakang berfungsi sebagai kebun
kecil yang ditanami tanaman berupa sayur-sayur,
untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari
penduduk.
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
104
7) Pagar
8) Bong
11. Kedudukan
Elemen
Bangunan
Berdasarkan Konsep Ketinggian Dan
Kepercayaan
Pembangunan bale dan panteq saling
berhadapan seperti konsep cermin, satu bale
memiliki satu panteq. Hal ini menunjukkan
bahwa panteq memiliki nilai sakral yang
memiliki simbol ekonomi. Untuk pembangunan
bale yang dibangun secara berderet berdasarkan
sistem kekerabatan. Bale dan panteq dibangun
berdasarkan kriteria tinggi rendah berdasarkan
105
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
Gambar 27 Ekisting Kedudukan Antar Elemen Bangunan Suku Sasak di Dusun Limbungan
107
PELESTARIAN POLA
LOMBOK TIMUR
PERMUKIMAN
TRADISIONAL
Teori
108