BAB I
A. Latar Belakang
Sebagai gerakan islam yang berada di indonesia, dakwah kepada
warga sekitar bukanlah lagi hal yang baru, ini merupakan kewajiban sebagai
seorang adho yang harus disempurnakan segala ikhtiarnya. Begitupun
dengan ikhtiar untuk memahami medan dan mengenal karakteristik warga
yang akan didakwahinya.
Sebagai negara dengan pemeluk agama islam terbanyak di dunia,
Indonesia tentunya juga dikenal dengan banyaknya pergerakan islam lokal
yang mengakar dalam kehidupan berislam bahkan dalam kehidupan seharihari warganya. Dua terbesar diantaranya adalah Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama.
Sebagai gerakan Islam yang visinya jauh melampaui batas teritorial,
sudah barang tentu memahami bagaimana latar belakang berdirinya dan
metode pergerakan islam lokal tersebut merupakan sebuah kebutuhan.
Agar ketepatan dalam bersikap layaknya dai yang membawakan
risalah yang rahmatan lilaalamin, bukan risalah yang nampak seperti
menjudge atau bahkan terkesan eksklusiv dan tidak sama sekali menerima
saran ataupun kritikan, dapat benar tersampaikan kepada mereka yang kita
dakwahi kita tentu terlebih dulu harus menganalisa dimanakan sebenarnya
posisi kita diantara keduanya. Sehingga kemudian kita paham bahwa ada
sisi-sisi yang bisa kita optimalkan untuk mengajak masyarakat yang
merupakan anggota daripada kedua pergerakan islam lokal tersebut, dan
bisa benar dalam menyikapi perbedaan dalam setiap interaksinya. Termasuk
dengan mengetahui partisi bagian-bagian kecil yang dinaungi oleh kedua
pergerakan ini, agar memudahkan segmentasi metode pendekatan objek
dakwah.
B. Rumusan masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah
1. Bagaimanakah sejarah latar belakang dari Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama?
2. Bagaimana corak ataupun ciri pergerakan dari Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama?
PEMBAHASAN
BAB II
A. Muhammadiyah
a. Sejarah berdiri Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah
sebuah
besar
di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW,
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.Tujuan utama Muhammadiyah adalah
mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan
kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan
pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran
Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis
dan
berkedudukan
aspeknya.
Dalam
kepada
sebagai
sistem
pembentukannya,
perintah-perintah Al
kehidupan
manusia
Muhammadiyah
Quran,
diantaranya
banyak
dalam
segala
merefleksikan
surat Ali
Imran ayat
104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat
tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk
bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi,
umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi.
Muhammadiyah
dengan
Maka
dalam
butir
ke-6
dinyatakan, melancarkan
ketertiban
organisasi,
yang
Muqaddimah
Anggaran
amal
dan
perjuangan
makna
pentingnya
usaha
mengandung
Dasar
berdasarkan
Qur`an
dan
Hadist.
Oleh
karena
itu
beliau
namun
berkat
ketekunan
dan
kegiatan
tersebut
maka
didirikan
Persyarikatan
terwujud
kepemimpinan
terbatas
di
masyarakat
Ahmad
Dahlan
Islam
yang
sebenarnya.Pada
(1912-1923),pengaruh
karesidenan-karesidenan
seperti:
masa
Muhammadiyah
Yogyakarta,
Surakarta,
sejak
kelahirannya,
memperhatikan
faktor-faktor
yang
ruh,
jiwa,
nafas,
semangat
Muhammadiyah
dalam
baik
dalam
bidang
pendidikan
dan
pengajaran,
Tegasnya
gerakan
Muhammadiyah
hendak
berusaha
untuk
menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata,
yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai
rahmatan lilalamin.
2. Muhammadiyah Gerakan Dakwah Islam Amar maruf nahi munkar
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah
Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap
melekat tidak terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana
telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong
berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA
Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali
Imran,
Ayat:104.
Berdasarkan
Surat Ali
Imran,
di
tengah-tengah
masyarakat
bangsa
Indonesia
dengan
hajat
pendidikan
sejak
membangun
orang
sekian
banyak
taman
seperti
kanak-kanak
banyak
rumah
berbagai
hingga
sakit,
ragam
perguruan
panti-panti
lembaga
tinggi,
asuhan
dan
dan
spesifikasi
bidang
tertentu.
Adapun
Ortom
dalam
tahun
itu.
Tujuan
didirikannya
adalah
berlakunya
ajaran
Islam
Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) dan menganut salah satu mazhab empat.
Ini berarti NU adalah organisasi keagamaan yang secara
konstitusional
adalah
tanggung
jawab
mengembangkan
pemikiran
keagamaan
yang
ditandai dengan pelestarian ajaran mazhab Syafii. Ini berarti tidak statis,
tidak berkembang, sebab pengembangan yang dilakukan berfokus pada
kesejahteraan sehingga pemikiran yang dikembangkan itu memiliki konteks
sejarah. Ketiga, dorongan untuk mengembangkan masyarakat melalui
kegiatan
pendidikan
sosial
dan
ekonomi.
Hal
ini
ditandai
dengan
1926.
adapun
sebab-sebab
berdirinya organisasi
ini
sekurang-
Kedua,
Memohon
untuk
tetap
diramaikan
tempat-tempat
agar tidak
formal mengirimkan delegasi ke Hijaz untuk menemui Raja Ibnu Saud. Maka
dapat disimpulkan bahwa Komite Hijaz yang merupakan respon terhadap
perkembangan dunia internasional ini menjadi faktor terpenting didirikannya
oeganisasi NU. Berkat kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite
Hijaz, aspirasi dari umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal
Jamaah diterima oleh raja Ibnu Saud.[3]
Kedua, Inisiatif para kiyai membentuk nahdhatul ulama sebenarnya
lebih sebagai respon terhadap perkembangan politik eksternal, sementara
kondisi sosial-keagamaan dan politik negeri ini hanyalah sebagian dari alasan
didirikannya NU. Salah satu faktor utama yang menyebabkan pendirian NU
adalah masalah representasi dakan melindungi kepentingan-kepentingan
muslim tradisionalis yang merasa terancam atas munculnya gerakan wahabi,
dan hasratnya dalam memecahkan masalah yang terus menerus dihadapai
kaum muslim. Ketika itu pembaharuan Islam di Jawa sedang giat-giatnya
yang dipelopori oleh Muhammadiyah dan persis dengan pimpinan tiga tokoh
yaitu, K.H.Mas Mansur, Fakih Hasyim dan K.H.Ahmad Dahlan. [4]
b. Ciri Pergerakan Nahdatul Ulama
Pada dekade 1990-an cendekiawan muslim Nurcholish Madjid (Cak
Nur) pernah memberikan prediksinya tentang perkembangan intelektual
generasi muda Nahdlatul Ulama, dia mengatakan bahwa akan terjadi musim
panen (harvesting season) dalam kurun waktu 25 tahun lagi. Seperti
diketahui bahwa sebelum tahun 1980-an, NU sering dianggap sebagai
organisasi Islam yang anti pembaharuan, reaktif terhadap modernisasi dan
bahkan dicap sebagai organisasi yang kolot. Namun pada masa berikutnya,
khususnya ketika KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memimpin organisasi
ini perkembanganpun semakin pesat, salah satu indikatornya adalah
bermunculannya tokoh-tokoh muda progresif seperti yang diprediksikan Cak
Nur sebelumnya.
Laode Ida menggolongkan generasi muda Nahdliyin yang progresif
tersebut menjadi 3 tipe. Pertama, tipe progresif-transformis, yakni kaum
muda Nahdliyin yang secara internal mengupayakan penyadaran terhadap
subyek (utamanya masa akar rumput). Mereka berharap agar subyek
Untuk
menelaah
persoalan
tersebut
perlu
kiranya
mengkaji
ala
al-qadim
al-salih
wa
al-akzu
bi
al-jadiid
al-ashlah
(memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang
lebih baik.
Berikut ini merupakan gerakan NU yang kemudian diwujudkan dalam
bentuk kelembagaan sesuai keterbutuhan dalam beberapa bidang:
1)
NU
juga
membuat
lembaga-lembaga
yang
mengurusi
hal
tersebut.
bertugas
melaksanakan
kebijakan
Nahdlatul
Ulama
di
bidang
e)
bertugas
melaksanakan
kebijakan
Nahdlatul
Ulama
dibidang
bertugas
mengurus,
mengelola
serta
mengembangkan
tanah
dan
Pendidikan
Dalam
bidang
pendidikan,
pergerakkan
NU
dilaksanakan
oleh
NU,
bertugas
melaksanakan
kebijakan
Nahdlatul
Ulama
dibidang
untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30
(tiga puluh) tahun dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU
untuk pelajar dan santri perempuan Nahdlatul Ulama yang maksimal
berusia 30 (tiga puluh) tahun.
Dalam hal aqidah dan asa IPNU dan IPPNU adalah beraqidah Islam
dengan menganut faham alussunnah wal jamaah, Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara IPNU berdasarkan kepada Pancasila. IPNU adalah
organisasi
yang
bersifat
keterpelajaran,
kekaderan,
kemasyarakatan,
Islam
ahlussunnah
wal
jamaah
untuk
melanjutkan
Nasional),
Pimpinan
Wilayah
IPNU/IPPNU
(Tingkat
Propinsi),
Politik
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan
setelah
reformasi
1998,
muncul
partai-partai
yang
beliau
mengatakan
yang
fungsi
inspirasional.
berjudul
NU
Menilik
dewasa
Maksudnya,
ini
Hubungan
dalam
NU memberikan
politik
NU-PKB
adalah
beliau
berpolitik
Ini
berarti
organisasi-organisasi
politik
itu
yang
Badan
Otonom
tertentu adalah:
berbasis
usia
dan
kelompok
masyarakat
BAB III
KESIMPULAN
A. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah
Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku
dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak
hatinya untuk
mengajak
mereka kembali
kepada ajaran
Islam
yang
membagi segmentasi bidang geraknya menjadi tiga yakni bidang sosial dan
dakwah, bidang pendidikan dan bidang politik.
F. Segmentasi kelembagaan Badan Otonom NU
(1) Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimat NU untuk anggota
perempuan Nahdlatul Ulama.
(2) Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU untuk anggota perempuan
muda Nahdlatul Ulama berusia maksimal 40 (empat puluh) tahun.
(3) Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama disingkat GP Ansor NU untuk
anggota laki-laki muda Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 40 (empat
puluh) tahun.
(4) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU untuk pelajar dan santri
laki-laki Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun.
(5) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU untuk pelajar dan
santri perempuan Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh)
tahun.
(6) Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah untuk anggota
Nahdlatul Ulama pengamal tharekat yang mu'tabar.
(7) Jam'iyyatul Qurra Wal Huffazh, untuk anggota Nahdlatul Ulama yang
berprofesi Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah.
(8) Ikatan Sarjana Nahdlalul Ulama disingkat ISNU adalah Badan Otonom
yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada
kelompok sarjana dan kaum intelektual.
(9) Serikat Buruh Muslimin Indonesia disingkat SARBUMUSI untuk anggota
Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/tenagakerja.
(10) Pagar Nusa untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak pada
pengembangan seni bela diri.