4
2.4.1
2.4.2
2.4.3
3.1.4 3.1.6
3.1.4
perkembangan tanah.
Jenis tanah wilayah perencanaan di perkotaan Kabupaten Sleman
berupa Regosol dan Kambisol yang berstruktur lepas-lepas (porus) dan
berkesuburan sedangbaik. Jenis tanah ini juga dikenal mempunyai tingkat
meloloskan (porositas) air yang besar. Sehingga, di sisi lain mempunyai
dampak yang patut diwaspadai untuk kawasan bawahannya, dimana setiap
pembuangan limbah cair pada kawasan atas (utara) akan diresapkan dengan
cepat ke bagian bawahnya (selatan), yakni wilayah Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul.
Peta Jenis Tanah Kawasan Perkotaan Kabupaten Sleman
ini dijumpai telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua
batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini
membentang dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah
timur.
Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang
disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400
km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun
oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas
vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van
Bemmelen,1949).
Peta Geologi Yogyakarta
Sumber: rovicky.files.wordpress.com
b) Topografi dan Geomorfologi
Kota Yogyakarta yang merupakan bagian dataran lereng Gunung
Merapi secara umum memiliki topografi datar. Sebesar 88,94% lahan berada
pada kemiringan 0-2%, 9,64% berada pada kemiringan 2-15%, dan 1,09%
berada pada kemiringan 15-40%, serta sisanya 0,34% berada pada kemiringan
diatas 40%. Kecamatan Kraton dan Pakualaman yang merupakan pusat
pemerintahan pada zaman Keraton Yogyakarta merupakan dua kecamatan
yang semua wilayahnya terletak di lahan yang datar (flat). Kemiringan lereng
landai (2-15%) terluas berada di kecamatan Gondokusuman (67,76 ha) dan
Umbulharajo (45,04 ha). Lahan dengan kemiringan lereng curam yang terluas
berada di Kecamatan Tegalrejo (8,82 ha), Wirobrajan (6,06 ha) dan Danurejan
(5,94). Kemiringan lereng akan sangat berpengaruh terhadap perancangan
sistem drainase, karena sifat air yang mengalir menuju tempat yang rendah
mengikuti hukum grafitasi. Lahan dengan kemiringan datar akan membuat
perencanaan drainase dan pembuangan limbah menjadi lebih kompleks karena
air cenderung sulit mengalir di tempat datar.
Sebagian wilayah Kota Yogyakarta berada pada ketinggian kurang dari
100 meter dpa (1.657 Ha), sementara sisanya sebesar 1.593 Ha berada pada
ketinggian antara 100-700 meter dpa. Kecamatan yang semua wilayahnya
terletak pada ketinggian diatas 100 - 700 m merupakan kecamatan yang
terletak di bagian utara Kota Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan Kota
Yogyakarta merupakan dataran lereng gunung merapi yang terletak di bagian
utara. Wilayah yang memiliki ketinggian 100 m 700 m dari permukaan laut
tersebut berada di kecamatan Mergangsan, Gondokusuman, Danurejan,
Pakualaman, Gedongtengen, Jetis dan Tegalrejo. Sedangkan kecamatan yang
terletak semua wilayahnya berada pada di ketinggian 0-100 m dpa adalah
kecamatan Mantrijeron dan Kraton.
3.1.4.2 Geologi dan Topografi Kabupaten Bantul
a) Geologi dan Jenis Tanah
Formasi geologi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai
keseragaman ciriciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis
batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di
permukaan bumi atau di bawah permukaan. Formasi Geologi menunjukkan
kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu
bahan tambang. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum
terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan endapan.
Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat dirinci menjadi 5 (lima)
formasi yaitu Formasi Yogyakarta dengan jenis batuan vulkanik, Formasi
Sentolo dengan jenis batuan batu gamping, Formasi Semilir dengan jenis
batuan pasir dan tufaan, formasi Nglanggran mempunyai jenis batuan breksi
dan vulkanik, dan Formasi Wonosari jenis batuannya batu gamping.
Sebaran untuk masing-masing formasi geologi tersebut yakni formasi
Sentolo berada di wilayah bagian barat, khususnya di wilayah Kecamatan
Sumber: dewiultralight08.wordpress.com
a) Topografi dan Geomorfologi
Dari peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah Kabupaten
Bantul, diketahui bahwa sebagian besar wilayahnya termasuk dalam kelas
lereng datar dengan kelerengan 0-2% yang mencapai luas 31.421 Ha
(61,99%). Selanjutnya luas wilayah dengan kelas lereng curam dan sangat
curam (25-40% dan > 40%) masing-masing sekitar 4.264 Ha (8,41%) dan
4.009 Ha (7,90%). Sebaran kelas lereng datar tersebut berada di bagian Tengah
Kabupaten Bantul memanjang dari pantai selatan ke Utara yang meliputi
wilayah Kecamatan Sanden, Kretek, Srandakan, Pundong, Pandak, Bantul,
sebagian Imogiri, Jetis, sebagian Pleret, Sewon, Kasihan, Banguntapan,
sebagian Piyungan dan sebagian di wilayah bagian Barat khususnya di
Kecamatan Sedayu. Selanjutnya sebaran kelas lereng curam dan sangat curam
berada di bagian Timur Kabupaten Bantul, khususnya di sebagian kecil
Sumber: dewiultralight08.wordpress.com
3.1.5
Kependudukan
sarana olah raga tersebut. Perguruan tinggi yang memberi andil besar dalam
hal ini adalah Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada.
Salah satu sarana olah raga yang menjadi kebanggaan masyarakat Sleman
adalah Stadion Maguwoharjo, sebuah lapangan sepakbola bertaraf
internasional dengan kapasitas 30.000 tempat duduk. Ke depan, lingkungan
stadion ini akan dilengkapi dengan berbagai venue seperti : sirkuit go-kart,
kolan renang, lapangan tenis indooor dll
Peta Rancana Struktur Ruang Kabupaten Sleman
b) Komponen Persampahan
Pengelolaan persampahan Kota Yogyakarta secara umum telah mampu
melayani wilayah kota, dengan menggunakan mekanisme off-site
management, sehingga sampah yang dikumpulkan kemudian dibuang di TPA
yang terletak di Piyungan-Bantul. Tingkat pelayanan pengelolaan sampah
sistem terpusat sebanyak 83%. Jumlah sampah pada tahun 2000 kurang lebih
1.567 m/hari. Dengan sarana prasarana persampahan yang ada, maka jumlah
sampah yang dapat dibuang ke TPA kurang lebih 87,75% dari volume sampah
atau sebesar 1.375 m/hari. Dengan sempitnya wilayah Kota Yogyakarta,
Pemerintah Daerah tidak memiliki TPA dan harus dibuang ke daerah Bantul
(Piyungan), bekerjasama dengan ketiga daerah (Kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul, dan Kabupaten Sleman).
c) Komponen Sanitasi dan Limbah Cair
Penanganan limbah domestik di Kota Yogyakarta dengan sistem
terpusat, sistem komunal dan setempat. Sistem terpusat dialirkan melalui
jaringan riol menuju IPAL Sewon dan mencakup pelayanan kurang lebih 25%
penduduk kota, sedangkan lainnya menggunakan sistem setempat yaitu
menggunakan septic tank dan sumur resapan untuk pembuangan limbah dari
tiap persil rumah tangga dan sedikit sekali yang menggunakan sistem
komunal. Sistem penanganan limbah setempat mempunyai andil yang besar
dalam pencenaran air tanah. Saluran air kotor (riol) sebagian besar lama dan
sebagian besar baru.
d) Komponen Drainase
Jaringan drainase di Kota Yogyakarta merupakan satu kesatuan sistem
jaringan drainase perkotaan Yogyakarta, karena dinamika perubahan
penggunaan lahan yang terjadi maka dimensi dan sistem drainase yang ada
saat ini juga perlu penyesuaian lewat penyempurnaan sistem jaringan drainase
perkotaan Yogyakarta yang mencakup batas administrasi Kota Yogyakarta,
sebagian wilayah Sleman dan Bantul.
Sarana drainase atau pematusan pada tahun 2000 meliputi drainase
utama berupa Sungai Winongo, Code, dan Gajahwong. Saluran drainase
sekunder (pembawa) tertutup sepanjang 38 km dengan kondisi baik 58,19%,
sedang 41,63% dan rusak 5,32%. Kemudian, saluran tertier (pengumpul)
tertutup sepanjang 10,8 km, dengan kondisi baik 32,34% , sedang 52,24% dan
rusak 15,53%. Sedangkan saluran tertier (pengumpul) terbuka sepanjang
30,110 km, dengan kondisi baik 50,89%, sedang 42,06% dan rusak 7,05% .
(Sumber: Dinas Prasarana Kota)
e) Komponen Jalan dan Transportasi
Pembangunan jaringan riol tidak bisa terlepas dengan fasilitas jalan,
baik itu jalan kelas propinsi maupun jalan lokal karena pada dasamya
pembangunan jaringan roil ditempatkan pada fasilitas jalan untuk
mempermudah pemeliharaan dan perbaikanperbaikan apabila terjadi
kerusakan-kerusakan saluran riol. Kapasitas jalan atau kemampuan jalan
dalam menampung jumlah lalulintas di beberapa ruas jalan sudah melebihi
kapasitas, hal ini nampak terjadinya panjang antrian, kondisi ini masih
diperberat dengan adanya parkir pada badan jalan, serta sulitnya memperlebar
jalan karena keterbatasan lahan.
Tabel Jenis Perkerasan Jalan di Kota Yogyakarta
kualitas air minum cukup baik namun masih perlu diupayakan peningkatannya
.
Tabel Presentase Penduduk Berakses Air Bersih Tahun 2012
Sumber: http://bantulkab.go.id/
b) Sarana Perumahan Rakyat
Jumlah rumah tidak layak huni dengan kriteria rumah berlantai tanah,
berdinding bambu dan beratap rumbia pada tahun 2012 berjumlah 17.961
rumah. Penurunan ini diantaranya dikarenakan Pemerintah Kabupaten Bantul
mendapatkan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sejak
tahun 2008 dari Kementrian Perumahan Rakyat, stimulan bantuan material
dan dana tukang dari APBD DIY, serta stimulan partisipasi masyarakat APBD
Kabupaten.
c) Sarana Transportasi
Sarana transportasi merupakan hal penting yang sangat menunjang di
berbagai sektor. Penyediaan sarana terminal (baik terminal penumpang
maupun terminal barang) sangat berkaitan erat dengan perkembangan
kemajuan suatu wilayah serta sejalan dengan kemajuan pembangunan di
bidang perekonomiannya. Pada saat sekarang kemajuan suatu wilayah dapat
terlihat melalui tinggi rendahnya mobilitas orang maupun barang. Mobilitas
yang tinggi akan menuntut tersedianya sarana terminal yang memadai.
Pendataan sarana terminal secara spasial diperlukan untuk merencanakan
pengadaan terminal dan melalui analisis yang tepat, dapat diharapkan
pembangunan serta pengembangan sarana terminal beserta kelengkapannya
akan tepat sasaran.
Tabel Jumlah Pelabuhan Laut / Udara / Terminal Bus Data Terminal
Kabupaten Bantul