PENDAHULUAN
Dalam NCTM (2000), yang
menyatakan bahwa standar matematika
sekolah meliputi standar isi dan standar
proses. Standar proses meliputi
pemecahan masalah, penalaran dan
pembuktian, koneksi, komunikasi, dan
representasi. Adapun Soedjadi (2004)
menyatakan bahwa ada dua tujuan
pokok pembelajaran matematika di
setiap jenjang pendidikan, yaitu tujuan
formal dan tujuan material. Tujuan
formal
pembelajaran
matematika
berkaitan dengan penataan nalar dan
pembentukan sikap peserta didik,
sedangkan tujuan material pembelajaran
matematika adalah tujuan yang
berkaitan dengan penggunaan dan
penerapan matematika, baik dalam
matematika itu sendiri maupun dalam
bidang-bidang lainnya.
Matematika sebagai salah satu
mata pelajaran di sekolah dinilai sangat
memegang peranan penting karena
matematika
dapat
meningkatkan
pengetahuan siswa dalam berpikir
secara logis, rasional, kritis, cermat,
efektif,
dan
efisien,
sehingga
diharapkan peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, menganalisis,
menyimpulkan dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan
yang
selalu
berubah,
berkembang pesat dan kompetitif.
Dalam
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi (2006), dideskripsikan
bahwa tujuan pembelajaran matematika
dalam KTSP (Depdiknas, 2006: 346)
yaitu agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika,
menjelaskan
hubungan
antarkonsep atau logaritma
secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan
masalah.
Berkaitan
dengan
tujuan
pembelajaran matematika di atas,
National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM) juga menyatakan
bahwa problem solving should be the
central focus of the mathematics. As
such, it is primary goal of all
mathematics instructional and an
integral part of all mathematical
activity
yang
artinya
bahwa
pemecahan masalah harus menjadi
pusat
perhatian
dari
kurikulum
matematika.
Dengan
demikian,
pemecahan masalah menjadi tujuan
utama dari semua instruksi matematika
dan sebagai bagian integral dari semua
aktivitas matematika (Practical Inquiry,
2000).
Dari beberapa pendapat di atas
nampak bahwa salah satu tujuan
pengajaran matematika adalah agar
siswa dapat menghubungkan antar
konsep matematika dengan mata
pelajaran
lain
yang
diperoleh
sebelumnya
untuk
memecahkan
persoalan-persoalan dalam dunia nyata.
Oleh karena itu diperlukan adanya
peningkatan
kemampuan
koneksi
matematika
dalam
pembelajaran
matematika karena topik-topik dalam
matematika banyak memiliki relevansi
dan manfaat dengan bidang lain, baik di
sekolah maupun diluar sekolah. Tanpa
koneksi-koneksi para siswa harus
mempelajari dan mengingat dan terlalu
banyak
konsep-konsep
dan
keterampilan-keterampilan yang berdiri
sendiri. Dengan koneksi para siswa
dapat
membangun
pemahamanpemahaman
baru
berdasarkan
pengetahuan sebelumnya. Hal ini
memerlukan upaya yang optimal bagi
guru
dan
pihak
lain
untuk
memikirkannya.
NCTM
(1989:223)
juga
menyebutkan
pentingnya
koneksi
matematika bagi siswa, yaitu ... to help
students broaden their perspective, to
Wu (2006:97), berpendapat By
studying common errors students
made, we identified the cognitive
process that were important in
solving mathematical problem, with
the belief that, if students were
taught how to avoid common errors,
they would be better problem
solvers
(dengan
mempelajari
kesalahan umum yang dilakukan
oleh
siswa,
kami
mengidentifikasikan
masalahmasalah
matematika,
dengan
keyakinan bahwa jika siswa diajari
bagaimana menghindari kesalahan
umum yang mereka lakukan, maka
akan
menjadikan
mereka
menyelesaikan masalah yang lebih
baik). Lebih lanjut, Margaret Wu
mengidentifikasikan empat dimensi
pemecahan masalah yaitu:
1. Reading/Extracting
all
information from the question
(membaca semua informasi
dari pertanyaan).
2. Real life and Common Sense
Approach to Solving Problem
(pendekatan dunia nyata dan
akal
sehat
untuk
menyelesaikan masalah).
3. Mathematics
concept,
mathematisation
and
reasoning
(konsep
matematika, matematisasi dan
pemberian alasan).
4. Standard computational skill
and carefulness in carrying
out computations (standar
keterampilan dan ketelitian
berhitung).
Berkaitan dengan pemecahan
masalah matematika, setidaknya bagi
seorang
siswa
harus
memiliki
pengalaman
berupa
pengetahuanpengatuhuan
serta
keterampilanketerampilan yang cukup. Tanpa
pengetahuan atau ketermpilan yang
cukup siswa akan kesulitan dalam
memecahkan masalah tersebut. Shadiq
(2004)
mengemukakan
bahwa
pemecahan masalah merupakan hal
yang sangat penting dilakukan dalam
pembelajaran matematika di kelas
karena diyakini bahwa keterampilan
dan kemampuan berpikir yang didapat
di kelas dapat ditransfer atau digunakan
dalam menghadapi masalah didalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek
penting yang perlu diperhatikn guru
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis ingin
memperoleh data secara alami tentang
proses
mengonstruksi
koneksi
matematika dalam pemecahan masalah
geometri.
Data
hasil
penelitian
merupakan data verbal meskipun ada
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP dipilih siswa
yang sudah mempelajari Luas Bangun
Datar untuk tingkat SLTP. Penetapan
kategori kemampuan matematika siswa
didasarkan kemampuan tinggi, sedang,
dan
rendah.
Tes
kemampuan
matematika dalam penelitian ini
merupakan tes matematika yang
terstandarisasi sebab soal-soal diambil
dari soal UN SMP dengan kurang
waktu 5 tahun terakhir.
informasi
lebih
dalam
tentang
kemampuan
siswa
dalam
mengonstruksi koneksi matematika
dalam pemecahan masalah geometri,
mengacu pada tahap-tahap pemecahan
masalah menurut Polya, proses ini
meliputi 4 (empat) langkah: 1).
Memahami masalah, 2) merencanakan
cara penyelesaian, 3) melaksanakan
rencana, dan 4) melakukan pengecekan
kembali.
Prosedur Penelitian
Secara garis besar prosedur penelitian
ini adalah sebagai beriikut:
1. Merancang instrumen penelitian,
yaitu tes kemampuan matematika,
soal pemecahan masalah geometri
dan pedoman wawancara.
2. Melaksanakan validasi instrumen
penelitian oleh pembimbing I
dan pembimbing II.
3. Penentuan
subjek
penelitian
berdasarkan
tes
kemampuan
matematika yang dimiliki
anak
dalam
pemecahan
masalah
matematika.
4. Pengumpulan
data
dengan
memberikan soal pemecahan masalah
geometri -1 kepada subjek penelitian
selanjutnya
disebut
siswa
berkemampuan matematika tinggi,
siswa
berkemampuan
matematika
sedang, dan siswa berkemampuan
matematika rendah. Subjek yang
termasuk dalam siswa berkemampuan
matematika tinggi adalah Subjek 1 (S1).
Subjek yang termasuk dalam siswa
berkemampuan matematika sedang
adalah subjek 2 (S2). Subjek yang
termasuk dalam siswa berkemampuan
matematikarendah adalah Subjek 3
(S3).
15.00-16-30
Wawancara
I
S1
2
3
4
5
6
11.00- 12-30
15.30- 16-30
11.30- 13.00
12.00-13.00
16.00- 17.00
S2
S3
-
No
Hari/Tanggal
Waktu
Wawancara
II
S1
S2
S3
menemukan
unsur-unsur
yang
digunakan untuk menentukan panjang
kawat,
misalnya
garis
singgung
persekutuan sejajar dengan sisi-sisi
segitiga yang titik sudutnya adalah pusat
lingkaran,
kemudian
subjek
menyimpulkan bahwa panjang kawat
adalah menjumlahkan panjang keliling
lingkaran dengan keliling segitiga sama
sisi. Dalam melaksanakan rencana
penyelesaian subjek berkemampuan
matematika
tinggi
langsung
menggunakan rencana yang dibuat.
Subjek menghitung panjang keliling
lingkaran dan panjang keliling segitiga
sama sisi lalu dijumlahkan. Subjek
merasa yakin dengan jawaban yang
dihasilkannya.
Dalam
memeriksa
kembali jawaban subjek berkemampuan
matematika tinggi
dengan cara
memeriksa kembali kebenaran hasil
penyelesaian dengan cara melakukan
perhitungan (coret-coretan) ulang pada
kebenaran hasil yang diperoleh. Subjek
merasa yakin akan jawaban yang
diperolehnya sudah benar.
lingkaran, segitiga sama sisi dan
persegipanjang.
Subjek
menggunakan
hubungan
antarkonsep
matematika
untuk
menyelesaikan
masalah
yaitu
mencari besar sudut segitiga,
panjang busur lingkaran dan panjang
sisi segitiga yang dihubungkan
dengan keliling segitiga dan keliling
lingkaran. Subjek menggunakan
operasi
hitung
perkalian,
penjumlahan, pengurangan dan
pembagian dapat disajikan dalam
Diagram 5.1 sebagai berikut:
pemecahan
masalah
geometri,
karena itu masih dapat dilakukan
penelitian lanjutan. Oleh sebab itu
disarankan untuk peneliti lanjutan
untuk mencermati kembali metode
pengumpulan data dan instrumen
bantu
penelitian,
sehingga
dilakukan
pemberian
tes
kemampuan matematika lebih dari
sekali untuk melihat konsistensi
kemampuan matematikanya, agar
subjek yang diperoleh benar-benar
berada
ditingkat
kemampuan
matematika yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan
Historis). Bandung: Multipressindo
Bell, F. H. 1978. Teaching and Learning Mathematics, (In Secondary School),
Lowa City: Wim C. Brown.
Depdiknas.(2006). Peraturan Menteri No 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompotensi Kelulusan. Jakarta: Depdiknas
Gie, T.L., 2003. Teknik Berpikir Kreatif: Petunjuk Bagi Mahasiswa untuk
Menjadi Sarjana Unggul. Yogyakarta: PUBIB dan Sabda Persada.
Glass, A, L. and Holyoak, K,J. 1986. Cognition. 2nd ed. Singapura. McGraw-Hill
Book Company.
Hudojo, Herman, 1988, Mengajar Belajar Matematika, Departemen, Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta
Hudojo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika Hudojo, Malang: Ikip
Malang
Hudoyo, H. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di
depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional
Hudoyo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
Universitas Negeri Malang.
Krulik, S, Rudnick, J, dan Milou, E 2003 Teaching Mathematics in Middle School
A Practical Guide. Boston.
Lia Budi Tristanti (2012). Profil kemampuan koneksi matematika siswa dalam
memecahkan masalah ditinjau dari kecenderungan kepribadian
extrovert dan introvert.
Margaret wu. 2006. Modeling Mathematics Problem Solving Item Responses
Using a Multidimensional IRT Model. University of Melbourne.
Mathematics Education Research Journal.
Moleong J. Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
National Council of Teachers of Mathematics.
137 (1989), Curriculum and Evaluation
Standards for School Mathematics, Reston, Virginia: NCTM.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and
Standards for School Mathematics. Washington, D.C: National
Academy Press.