Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BAHASA INDONESIA

REDUPLIKASI DALAM
BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :
Eka Rahmina Dewi
Fitri Herlina
Roy Martin Situmorang
Yogy Rasihen
AGRIBISNIS B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai REDUPLIKASI dalam Bahasa Indonesia.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Pekanbaru, 21 November 2013

Penulis
2

DAFTAR ISI

Halaman
COVER..................................................................
..................... 1
KATA
PENGANTAR ...............................................................................
........ 2
DAFTAR
ISI ..............................................................................................
...... 3
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
......... 4
1.1. Latar Belakang
Masalah ........................................................................ 4
1.2. Tujuan
Penulisan ...................................................................................
4
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................
....... 5
2.1. DEFINISI
REDUPLIKASI............................................................................
5
2.2. JENIS
REDUPLIKASI..............................................................................
... 5
2.3. MAKNA
REDUPLIKASI.............................................................................
8
3

2.4. CIRI BENTUK


REDUPLIKASI..................................................................... 8
2.5. MAKNA YANG TERDAPAT DALAM REDUPLIKASI
BERAFIKS.. 9
2.6. BENTUK KATA
ULANG........................................................................... 10
2.7. MAKNA KATA
ULANG............................................................................ 13
BAB III
PENUTUP.....................................................................................
..... 16
3.1.
Kesimpulan ................................................................................
........... 16
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................
.... 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu.


Namun, bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa
sehingga sudah meninggalkan bahasa Melayu yang merupakan bahas Induk.
Perkembangan bahasa Indonesia tersebut dipengaruhi banyak factor
diantaranya adalah penyerapan bentuk asing di laur bahasa Indonesia baik
dalam kata maupun dalam bentuk struktur pembentuk dan perkembangan
struktir bentuk itu berkenaan dengan pemakaian bahasa.
Salah satu bentuk yang struktur yang mengalami perkembangan dalam hal
perkembangan struktur bentuk adalah bentuk reduplikasi atau kata ulang.
Reduplikasi atau bentuk pengulangan dalam bahasa Indonesia terjadi baik
pada tataran fonologis, morfologis, maupun dalam tataran sintaksis.
Reduplikasi dalam tataran fonologis tidak mengalami perubahan makna
sehingga belum dapat dikatakan sebagai sebuah kata ulang yang
sesungguhnya. Hal ini terjadi karena pengulangannya hanya pada pengulangan
bunyi bukan pada pengulangan leksem. Lain halnya pada reduplikasi
morfologis
yang
pengulangannya
terjadi
pengulangan
leksem.
Reduplikasi merupakan bentuk yang unik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
sudut pandang dan klasifikasi pada teori bahasa. Meskipun bentuknya
kelompok kata, tetapi masih dikelompokkan menjadi sebuah kata. Bukan
frasa.
Melihat keunikan reduplikasi tersebut, penulis tertarik untuk membahas
tentang reduplikasi dalam makalah ini. Pembahasan akan difokuskan pada
bentuk, makna, dan proses pembentukan reduplikasi terutama pada jenis
reduplikasi berafiks.

1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian reduplikasi dalam bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui jenis reduplikasi dalam bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui makna reduplikasi dalam bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui ciri bentuk reduplikasi.
5. Untuk mengetahui makna yang ditimbulkan dari reduplikasi berafiks.
6. Untuk mengetahui bentuk kata ulang.
7. Untuk mengetahui makna kata ulang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI REDUPLIKASI
Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur
kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan
utuh maupun sebagian. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan
5

mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi,


komposisi, dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi terutama adalah masalah
morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi ada pula reduplikasi yang
menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantis.
2.2 JENIS REDUPLIKASI
Dalam bahasa Melayu dikenal jenis-jenis reduplikasi berikut:
reduplikasi fonologis pengulangan fonem tanpa terlalu banyak
mengubah arti dasar.
reduplikasi morfologis pengulangan morfem, misalnya: papa,
mama.
reduplikasi sintaktis pengulangan morfem yang menghasilkan
klausa, contoh "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya
"walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya".
reduplikasi gramatikal pengulangan fungsional dari bentuk dasar
yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis.
reduplikasi idiomatis atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan
kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya
agen rahasia.
reduplikasi non-idiomatis pengulangan kata dasar yang tidak
mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing".
2.2.1. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis terjadi pada dasar yang bukan bukan akar atau
terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis
ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna
leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti
berikut ini :
dada, pipi, kuku, cincin. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari
da, pi, ku, dan cin. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata
yang bunyi kedua suku katanya sama.
foya-foya, tubi-tubi, anai-anai, ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang
jelas termasuk bentuk pengulangan yang diulang secara utuh. Akan
tetapi, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri.
Saat ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada akar foya, tubi, anai,
dan ani.
kupu-kupu, kura-kura, onde-onde, paru-paru. Bentuk-bentuk ini
juga merupakan pengulangan yang diulang secara utuh. Akan
tetapi, hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal.
Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
luntang-lantung, mondar-mandir, teka-teki, kocar-kacir. Bentukbentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar

pengulangannya. Selain itu, maknanya pun hanya makna leksikal,


bukan makna gramatikal.
2.2.2. Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar
yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya
lebih tinggi daripada sebuah kata. Contohnya adalah :
Jangan jangan kau dekati pemuda itu.
Suaminya benar benar jantan.
Kata beliau, tenang tenang, jangan panik.
2.2.3. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan makna yang sama dari dua
buah kata yang bersinonim. Misalnya, cerdik cendekia, alim ulama, dan ilmu
pengetahuan. Selain itu, bentuk-bentuk seperti segar bugar, kering mersik,
muda belia, tua renta, dan gelap gulita menurut Abdul Chaer juga termasuk
dalam reduplikasi semantis. Akan tetapi, bentuk-bentuk seperti ini dalam
berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah
bunyi.
2.2.4. Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa
akar, berupa bentuk berafiks, dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat
berupa pengulangan utuh, pengulangan sebagian, maupun pengulangan
berubah bunyi.
a. Pengulangan Akar
Dwilingga (pengulangan utuh)
Pengulangan utuh (dwilingga) adalah pengulangan bentuk dasar
tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja
(bentuk dasar meja), sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makanmakan (bentuk dasar makan), dan tinggi-tinggi (bentuk dasar tinggi).
Dwipurwa (pengulangan sebagian)
Pengulangan sebagian (dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar
yang hanya salah satu suku katanya saja yang diulang, dalam hal ini suku
awal kata, disertai dengan pelemahan bunyi. Misalnya tetangga (bentuk
dasar tangga), leluhur (bentuk dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki), dan
jejari (bentuk dasar jari).
Dwilingga salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi)
Pengulangan dengan perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah
pengulangan bentuk dasar tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang
berubah bisa bunyi vokalnya bisa pula bunyi konsonannya. Contohnya
adalah bolak-balik, corat-coret, kelap-kelip, sayur-mayur, lauk-pauk,
ramah-tamah.
Dwiwasana
Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem.
Contohnya adalah tertawa-tawa, pertama-tama, sekali-sekali,
berhari-hari.
7

Trilingga
Trilingga adalah pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan
variasi fonem.
Contohnya adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, darder-dor.
b. Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam proses afiksasi dalam reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiks dahulu, kemudian direduplikasi. Misalnya,
pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian
baru diulang menjadi bentuk melihat-melihat.
Kedua, sebuah akar direduplikasi dahulu, baru kemudian diberi afiks.
Misalnya, akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru
kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya,
pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus
menjadi bentuk berminggu-minggu.
Pada contoh di atas, proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah
sebelah kanan, atau sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi
progresif. Akan tetapi, ada pula reduplikasi regresif, yaitu reduplikasi yang
proses pengulangannya terjadi ke arah sebelah kiri. Contohnya adalah tembakmenembak, pukul-memukul.
c. Reduplikasi Morfemis
Harimurti Kridalaksana menjabarkan menjadi
Reduplikasi pembentuk verba
Contohnya adalah :
1. Sebaiknya beres-beres dari sekarang.
2. Habis sudah majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
3. Kedua anak itu sedang berpukul-pukulan memperebutkan sebuah coklat.
Reduplikasi pembentuk ajektiva
Contohnya adalah :
1. Anak Pak Hasan cantik-cantik.
2. Ia anak baik-baik.
3. Keris ini pusaka turun-temurun keluarga kami.
Reduplikasi pembentuk nomina
Contohnya adalah :
1. Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.
2. Tetangga kami akan mengadakan pesta selamatan.
3. Langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
Reduplikasi pembentuk pronomina
1. Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.
2. Kami-kami ini biasanya makan di warung tegal.
3. Mereka menyebut kita-kita ini orang bodoh.
Reduplikasi pembentuk adverbia
1. Kerjakan tiga-tiga supaya cepat selesai.
8

2. Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.


3. Ia berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
Reduplikasi pembentuk interogativa
1. Apa-apaan kamu datang ke rumah saya malam-malam begini.
Reduplikasi pembentuk numeralia
1. Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk
mengadakan aksi unjuk rasa.
2.3 MAKNA REDUPLIKASI
Makna reduplikasi merupakan makna tambahan yang dihasilkan dari
adanya proses morfologis yang membentuk sebuah pengualangan dari
sebuah bentuk dasar. Dari beberapa data yang ada, penulis ingin
menampilkan beberapa makna dari kata ulang. Makna-makna tersebut
adalah:
1. Pekerjaan yang dilakukan sungguh-sungguh (intensif)
Contoh: Jangan diangkat-angkat lagi barang itu.
2. Pekerjaan yang dilakukan sambil lalu.
Contoh: Adik suka tidur-tiduran di lantai
3. pekerjaan yang dilakukan berkali-kali.
Contoh: Mereka tertawa-tawa saat mendengarkan cerita lucu.
4. berbalasan (resiprokal).
Contoh: Kedua orang itu cubit-cubitan.

2.4. CIRI BENTUK REDUPLIKASI


Ada beberapa ciri bentuk Reduplikasi dalam bahasa Indonesia. Ciriciri tersebut adalah
1.Reduplikasi tidak mengubah golongan kata bentuk dasar yang
diulang. Dengan kata lain kelas bentuk dasar kata ulang tersebut masih sama
dengan setelah terjadi pengulangan. Sebuah nomina apabila diulang maka
akan menjadi nomina pula.
Contoh:
Rumah = Rumah-rumah
Berkata = Berkata-kata
Cepat = cepat-cepat
Keempat = keempat-empat
2. Bentuk dasar kata ulang berupa satuan satuan yang terdapat dalam
penggunaan bahasa.
Sebagai contoh adalah kalimat Irma memukul-mukulkan tongkat itu ke
bangku.
Reduplikasi memuku-mukulkan memiliki kesempatan bentuk dasarnya
berupa *memukul, *mukulkan, dan memukulkan. Kata memukul merupakan
bentuk tak terterima seperti halnya mukulkan. Jadi jelas, kata ulang memukul-

mukulkan berasal dari kata dasar memukulkan karena bentuk memukulkanlah


yang terterima.
3. Proses bentuk reduplikasi berafiks mungkin
a. Proses reduplikasi dan afiksasi terjadi bersamaan.
Contoh : ton ber + R berton-ton
Pada kasus ini ber- dan reduplikasi ton-ton terjadi secara bersamaan
karena bentuk *ton-ton tidak terterima dalam bahasa Indonesia.
b. Proses afiksasi terjadi lebih dahulu baru proses reduplikasi.
Contoh: lari berlari berlari-lari, mengingat mengingat-ingat
c. Proses reduplikasi terjadi lebih dahulu baru proses afiksasi.
Contoh: mobil Mobil-mobil mobil-mobilan robot robot-robot robotrobotan
Di sini tampak jelas bahwa mobil dan robot mengalami proses
reduplikasi terlebih dahulu. Dalam bahasa Indonesia *robotan dan *mobilan
tidak terterima.
4. sifat reduplikasi bisa bersifat paradigmatic dan juga bisa
derivasional
5. Reduplikasi dapat berupa semantic yaitu reduplikasi yang tersusun
dari dua kata yang maknanya bersinonim yang membentuk satu
kesatuan.
Misalnya:
Hancur-luluh
Terang-benderang
Gelap-gulita

2.5 MAKNA YANG DITIMBULKAN DARI REDUPLIKASI BERAFIKS


Beberapa makna yang ditimbulkan dari proses morfologis yang
membentuk reduplikasi berafiks antara lain :
1.Kemiripan bentuk.
Contoh:
a. ayah membelikan adik mobil-mobilan.
b. Deni sedang membuat kereta-keretaan.
c. Mereka membuat rumah-rumahan di samping rumah.
2.kemiripan sifat.
Contoh:
a. adik sedang bermain kucing-kucingan.
b. Anak-anak sedang bermain pengantin-pengantinan.
c. Susi sedang masak-masakan bersama Santi.
3. agak
Contoh :
a. Langit senja itu tampak kemerah-merahan.
b.Wajahnya kehitam-hitaman terkena arang.
c. Wajahnya pucat keputih-putihan saat melihat bayangan
hitam itu.
4. berkali-kali atau sering.
10

Contoh :

a. Sejak kelahiran anaknya yang pertama, Zaenab sering sakitsakitan.


5. Intensitas
Contoh :
a. Galilah lubang sumur itu sedalam-dalamnya.
b. Makanlah sepuas-puasnya.
6. hal yang berhubungan dengan
Contoh:
a. Gunung-gemunung menjulang tinggi.
b. Jari-jemari manusia memiliki fungsi tersendiri.
2.6. BENTUK KATA ULANG :
Berikut ini adalah berbagai contoh bentuk kata ulang, yaitu:
1. Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga, yaitu
pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh :

ibu-ibu
kuda-kuda

2. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk pengulangan
kata dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran atau gabungan imbuhan
sebelum atau sesudah kata dasarnya diulang.
Contoh :

berlari-lari
bermain-main
menari-nari
hormat-menghormati
bunga-bungaan
kekanak-kanakan

3. Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi fonem, baik vokal maupun
konsonan.
Contoh :

lauk-pauk
serta-merta
warna-warni
gerak-gerik
mondar-mandir

4. Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitu bentuk pengulangan suku
pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.
Contoh :
lelaki, laki-laki ~ lalaki ~ lelaki
sesama, sama-sama ~ sasama ~ sesama
tetangga, tangga-tangga ~ tatangga ~ tetangga
11

5. Selain bentuk kata ulang di atas, terdapat kata ulang semu atau kata dasar
berulang.
Contoh :
- cumi-cumi
- paru-paru
- laba-laba
- pura-pura
- biri-biri
- kura-kura
- kupu-kupu
- kunang-kunang
Berikut merupakan penjelasan mengenai pembagian beberapa bentuk
kata ulang secara garis besar merujuk kepada pendapat beberapa ahli:
1 Kata Ulang Semu
Kata ulang semu sebenarnya bukanlah bentuk dari proses
pengulangan, karena bentuk itu sendiri sudah merupakan bentuk dasarnya.
Lantas mengapa dikelompokkan ke dalam kata ulang? Hal itu karena
berdasarkan bentuknya, bentuk -bentuk tersebut masih termasuk ke dalam
kata ulang. Bentuk-bentuk yang di maksud adalah seperti:
compang-camping
kocar-kacir
kupu-kupu
gado-gado
onde-onde
Namun, Soedjito hanya mengelompokkan bentuk- bentuk seperti
kupu-kupu, onde-onde, dan gado-gado saja dalam kata ulang semu.
Sedangkan bentuk kata seperti mondar-mandir, compang-camping, dan kocarkacir, Soedjito mengelompokkannya dalam bentuk kata ulang berubah bunyi,
hanya saja bentuk dasarnya tidak diketahui.
2 Kata Ulang Berimbuhan
Banyak orang berpendapat bahwa kata ulang berimbuhan adalah kata
ulang yang terdapat afiks di dalamnya seperti berjalan-jalan, tumbuhtumbuhan, tulis-menulis. Bentuk-bentuk tersebut bukan merupakan kata
ulang berimbuhan, tetapi bentuk itu termasuk dalam kata ulang sebagian.
Karena, yang diulang hanyalah sebagian dari bentuk dasarnya saja.

Kata Ulang

Bentuk Dasar

berjalan-jalan

berjalan

tumbuh-tumbuhan

tumbuhan

12

tulis-menulis

menulis

Kata ulang berimbuhan yang dimaksud adalah kata ulang yang


mendapatkan afiks setelah proses pengulangan.
Contoh:
mobil mobil-mobil mobil-mobilan
gunung gunung-gunung gunung-gunungan
orang orang-orang orang-orangan
anak anak-anak anak-anakan
kereta kereta-kereta kereta-keretaan
Namun, Menurut Ramlan, proses tersebut dinilai tidak mungkin jika
dilihat dari faktor makna. Pengulangan bentuk dasar kereta menjadi keretakereta menyatakan makna banyak, sedangkan pada kereta-keretaan tidak
terdapat makna banyak. Yang ada makna sesuatu yang menyerupai bentuk
dasar. Jelaslah bahwa satu-satunya kemungkinan ialah kata kereta-keretaan
terbentuk dari bentuk dasar kereta yang diulang dan mendapat afiks -an.
mobil mobil-mobilan
gunung gungung-gunungan
orang orang-orangan
anak anak-anakan
kereta kereta-keretaan
Demikian juga kata-kata kehitam-hitaman, keputih-putihan,
kemerah-merahan, sejelek-jeleknya, setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya,
dan sebagainya, juga terbentuk dengan cara yang sama sebagaimana cara di
atas, yaitu dengan pengulangan dan pembubuhan afiks pada bentuk
dasarnya:
hitam kehitam-hitaman
putih keputih-putihan
merah kemerah-merahan
jelek sejelek-jeleknya
tinggi setinggi-tingginya
dalam sedalam-dalamnya
Proses pembentukan kata ulang berimbuhan seperti ini, sebenarnya
sama dengan kereta menjadi kereta-kereta dan ditambahui imbuhan -an.
Hanya saja, bentuk kereta-keretaan tidak berasal dari kereta-kereta yang
diberi imbuhan -an, karena secara makna keduanya tidak ada kesamaan.
3
Kata Ulang Berubah bunyi
Kata ulang yang pengulangannya termasuk dalam golongan ini
sebenarnya sangat sedikit. Di samping bolak-balik terdapat kata kebalikan,
sebaliknya, dibalik, dan membalik. Dari perbandingan itu, dapat disimpulkan
bahwa kata bolak-balik terbentuk dari bentuk dasar balik yang diulang
seluruhnya dengan perubahan bunyi dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/
menjadi /a/. Contoh lain dari kata ulang berubah bunyi ini, seperti:
gerak gerak-gerik
serba serba-serbi
robek robak-rabik
13

Di samping perubahan bunyi vokal seperti contoh di atas, terdapat


pula perubahan bunyi konsonan, seperti:
lauk lauk-pauk
ramah ramah tamah
sayur sayur-mayur
Ramlan memberikan contoh-contoh seperti kata-kata di atas tentang
bentuk kata ulang berubah bunyi. Sedangkan kata-kata seperti, simpang-siur,
sunyi-senyap, beras petas, tidak termasuk ke dalam golongan kata ulang
berubah bunyi. Menurut Ramlan, kata-kata itu tidak dimasukan ke dalam
golongan kata ulang berubah bunyi karena, siur bukanlah perubahan dari
simpang, senyap bukan perubahan dari sunyi, dan petas bukan pula perubahan
dari beras. Bentuk-bentuk seperti ini tidak termasuk dalam kata ulang berubah
bunyi, tetapi bentuk-bentuk seperti itu adalah bagian dari kata majemuk yang
salah satu morfemnya berupa morfem unik.
Jadi, pada kata ulang berubah bunyi ini, perubahan bunyinya tidak
terlalu banyak dan bunyinya berhubungan dengan bunyi pada bentuk
dasarnya.

2.7 MAKNA KATA ULANG


1. Menyatakan banyak tak tentu.
Contoh :
- gunung-gunung
- daerah-daerah
- gerak-gerik
- rumah-rumah
- pepohonan
2. Menyatakan sangat.
Contoh :
- rajin-rajin
- besar-besar
- kuat-kuat
- manis-manis
3. Menyatakan saling, berbalasan atau
pekerjaan dilakukan oleh dua pihak.
Contoh :
- kunjung-mengunjungi
- tuduh-menuduh
- tolong-menolong
4. Menyatakan paling atau intensitas.
Contoh :
- sebaik-baiknya
- setinggi-tingginya
- sebanyak-banyaknya
5. Menyatakan tiruan atau menyerupai.
Contoh :
- orang-orangan
- siku-siku
- rumah-rumahan
14

6. Menyatakan banyak (jamak) yang menyangkut proses (pekerjaan).


Contoh :
- duduk-duduk - minum-minum
- membaca-baca - tidur-tiduran
- berjalan-jalan - melihat-lihat
7. Menyatakan dikenai sifat atau agak.
Contoh :
- kebarat-baratan
- kemalu-maluan
- kehijau-hijauan
8. Menyatakan himpunan pada kata bilangan.
Contoh :
- dua-dua
- lima-lima
- banyak-banyak
9. Menyatakan agak.(melemahkan arti).
Contoh :
- Kepala pening-pening.
- Badan sakit-sakit.
- Jangan malu-malu.
10. Menyatakan beberapa.
Contoh :
- bertahun-tahun ia menunggu.
- berhari-hari ia menani
11. Menyatakan terus-menerus.
Contoh :
- bertanya-tanya
- mencari-cari
12. Menyatakan waktu.
Contoh :
- Pagi-pagi minum es.
- Datang-datang marah.
13. Menyatakan makin atau bertambah.
Contoh :
- Lama-lama ia pingsan.
- Meluap-luap amarahnya.
14. Menyatakan berusaha atau penyebab.
Contoh :
- menyabar-nyabarkan diri.
- menguat-nguatkan hati.
- menahan-nahan amarah.
Dari beberapa penjelasan tersebut, secara garis besar, kata ulang dapat di
klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kata ulang murni dan kata ulang semu,
sebagaimana berikut:
Kata ulang murni, adalah kata ulang yang masih dapat dipisah menjadi
bentuk yang lebih kecil dan mempunyai bentuk dasar. berdasarkan
bentuk proses pengulangannya,ada tiga macam kata ulang murni,
yaitu:
1 Kata ulang utuh, adalah kata ulang yang diulang secara utuh.
Contoh: gedung + { R } = gedung-gedung.
15

2
3

Kata ulang sebagian, adalah kata ulang yang pada proses


pengulangannya hanya sebagian dari bentuk dasar saja yang diulang.
Contoh: berjalan + { R } = berjalan-jalan
Kata ulang berimbuhan, adalah kata ulang yang mendapatkan imbuhan
atau kata ulang yang telah diberi afiks. Baik itu prefiks, infiks maupun
sufiks.
Contoh: mobil + { R } = mobil-mobil + an = mobil-mobilan.
Kata ulang berubah bunyi, adalah kata ulang yangberubah bunyi dari
bentuk dasarnya setelah terjadinya proses pengulangan.
Contoh: sayur + { R } = sayur-mayur
Kata ulang semu, sebenarnya bukan kata ulang tetapi menyerupai kata
ulang karena bentuk dasarnya sudah seperti itu.
Contoh:
mondar-mandir,
compang-camping,
onde-onde.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

16

Dari pembahasan di atas, dapat penulis berikan kesimpulan yang


berhubungan dengan reduplikasi terutama pada jenis reduplikasi berafiks.
1. Reduplikasi berafiks adalah salah satu jenis reduplikasi yang
mendapatkan imbuhan.
2. imbuhan pada reduplikasi berafiks terjadi setelah proses reduplikasi
terjadi atau bersamaan dengan proses reduplikasi tersebut.
3. afiks yang menunjang pada proses reduplikasi berafiks dapat berupa
prefiks, infiks, sufiks, ataupun konfiks.
4. Reduplikasi baik berafiks ataupun tidak tidak dapat mengubah kelas
kata pada bentuk dasarnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Reduplikasi
https://romakyokaesa.jux.com/bahasadansastraindonesia/1018283
17

http://zanxadhysblog.blogspot.com/2011/11/reduplikasi.html

18

Anda mungkin juga menyukai