Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI SEDIAAN LIQUID

DAN SEMISOLID
PEMERIKSAAN MUTU EKSTRAK DAN PEMERIKSAAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK
DIHITUNG SEBAGAI KUERSETIN

NAMA

: ASRI BUDI YULIANTI

NPM

: 260110140110

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM

: SELASA , 13 OKTOBER 2015


SELASA, 20 OKTOBER 2015

ASISTEN

: HASYA AQDAN
HESTY JUWITA SARI

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

ABSTRAK
Daun jambu biji (Psidii folium) mengandung berbagai macam komponen yang
berkhasiat. Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai
quersetin dalam ekstrak daun jambu biji. Penentuan kadar abu bertujuan untuk
melihat mutu simplisia dari mineral yang terkandung. Pada penentuan kadar abu ini
didapatkan hasil sebesar 15% yang sangat jauh dari standarnya yaitu 0,8%. Pada
penentuan kadar abu tidak larut asam didapatkan hasil sebesar 5% yang juga jauh
dari standarnya yaitu 0,2%. Praktikum ini juga melakukan penentuan bobot jenis
ekstrak dan didapatkan hasil sebesar 1,18 gr/mL untuk larutan ekstrak 5% dan 1,22
gr/mL untuk larutan ekstrak 10%. Uji kuantitatif dilakukan dengan menghitung
kadar kuersetin dalam sampel dimana pada larutan baku kuersetin diukur
absorbansinya. Dari persamaan garis dan data absorbansi sampel diperoleh kadar
flavonoid total ekstrak dihitung sebagai kuersetin pada daun jambu biji 1000 ppm
0,31537%.
Kata kunci: Daun jambu biji, kuersetin, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, bobot
jenis, kadar flavonoid.

ABSTRACT
Guava leaves (Psidii folium) contains a variety of components that are efficacious.
Group of compounds tannins and flavonoids expressed as quersetin in guava leaf
extract. Determination of ash content is to look at the quality of the minerals. In the
determination of the ash content was obtained get a yield 15%, which is very far from
the standard that is 0.8%. On the determination of acid insoluble ash content of 5% is
obtained which is also far from the standard that is 0.2%. This lab also determined the
specific gravity and the extract that obtained 1.18 g/mL from the 5% extract solution
and 1.22 g/mLfrom the 10% extract solution. Quantitative test is done by calculating
the levels of quercetin in a sample wherein the standard solution and the absorbance.
From the equation of the line and the data obtained sample absorbance total flavonoid
content calculated as quercetin from guava leaf extract 1000 ppm is 0.31537%.
Keywords: Guava leaf, quercetin, ash content, acid insoluble ash content, specific
gravity, the levels of flavonoids.

atau simplisia hewani menggunakan

PENDAHULUAN
Pada praktikum ini dilakukan
pemeriksaan

mutu

ekstrak

dan

pemeriksaan kadar flavonoid total


ekstrak

hingga

kuersetin.
praktikum

dihitung

Adapun

sebagai

tujuan

ini

adalah

dari
untuk

menentukan kadar abu total dalam


ekstrak, menentukan kadar abu yang
tidak larut asam, menentukan bobot
jenis dari ekstrak, untuk menentukan
kadar flavonoid dari ekstrak tumbuhan
dan ekstrak etanol dari Psidii folium
dengan metode spektrofotometri uvvis, serta untuk menguji kandungan
kuersetin

dalam

ekstrak

dengan

metode kromatografi lapis tipis.


Obat

herbal

adalah

pelarut yang sesuai, kemudian semua


atau hamper semua pelarut diuapkan
dan massa yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku
yang telah ditentukan (Depkes RI,
1995).
Daun jambu biji (Psidii folium)
berasal dari tanaman Psidii guajava L.
(fam Myrtaceae). Kandungan senyawa
kimia pada daun tersebut meliputi
alkohol, aldehida, hidrokarbon alifatik,
alkohol aromatik, kadalena, kalsium,
karbohidrat,

beta

kariofilena,

kasuarinin, klorofil A, klorofil B,


sineol,

tanin

krategolat,

terkondensasi,
asam

asam

2-alfa-3-beta-

dihidroksi-olean-12en28-oat, asam 2obat

alfa-3 beta-dihidroksiurs- 12en28-oat,

tradisional yang berasal dari bahan-

minyak

bahan alami yang disediakan dari alam

gentiobiosida asam elagat, guajaverin,

berupa tanaman. Obat tradisional telah

asam guajavolat, guavin A, guavin B,

lama dikenal dan digunakan oleh

guavin C, guavin D, tanin yang dapat

masyarakat

terhidrolisis,

Indonesia

(Lumbessy,

2013).

atsiri,

asam

galiotanin,

4-

2-alfa-hidroksi

ursolat, unsur anorganik, isostriktinin,


Ekstrak adalah sediaan kental

yang diperoleh dengan mengekstaksi


senyawa aktif dari simplisia nabati

leukosianidin, limonena, D-limonena,


DLlimonena, lutein, asam mastinat,
monoterpenoid, neo-beta-karotena U,
nerolidol,

asam

oleanolat,

asam

oksalat,

pigmen,

Persyaratan mutu yang tertera dalam

kuersetin,

monografi simplisia antara lain susut

sesquiguavaena, sesquiterpenoid, beta-

pengeringan, kadar abu total, kadar

sitosterol,

striknin,

abu tidak larut asam, kadar sari larut

telimagrandin I, triterpenoid, asam

air, kadar sari larut etanol, dan

ursolat (Soegijanto et al, 2010).

kandungan kimia simplisia meliputi

kalium,

pedunkulagin,
asam

psidiolat,

stakiurin,

Untuk
ekstrak

pemeriksaan

Psidii

dilakukan

mutu

kadar

dapat

kurkuminoid. Persyaratan mutu ini

menggunakan

berlaku bagi simplisia yang digunakan

folium

dengan

ini

minyak

atsiri

kadar

prinsip kadar abu total, kadar abu tidak

dengan

larut dalam asam, dan penentuan bobot

pemeliharaan kesehatan (Depkes RI,

jenis. Kadar abu total dapat dihitung

2008).

dengan cara membandingkan berat abu

tujuan

dan

pengobatan

Senyawa

flavonoid

dan

adalah

dengan berat simplisia kemudian dikali

suatu kelompok senyawa fenol yang

dengan 100%. Kadar abu yang tidak

terbesar yang ditemukan di alam.

larut asam juga dihitung dengan

Senyawa-senyawa ini merupakan zat

membandingkan kadar abu yang tidak

warna merah, ungu, biru, dan sebagai

larut asam dengan berat simplisia

zat warna kuning yang ditemukan

kemudian

dalam

dikali

dengan

100%.

tumbuhan.

Flavonoid

Penetapan kadar abu ini dilakukan

merupakan

karena abu merupakan zat anorganik

sekunder yang terdapat pada tanaman

yang berupa logam ataupun mineral

hijau, kecuali alga (Markham,1988).

yang berada di ekstrak dan dianggap


sebagai

kotoran

dalam

ekstrak.

(Agusnar, 2010).

bermutu

metabolit

Kuersetin adalah anggota kelas


flavonoids yang disebut flavonoles dan
membentuk tulang punggung untuk

Suatu simplisia tidak dapat


dikatakan

senyawa

jika

banyak

flavonoid

termasuk

jeruk

tidak

flavonoid seperti budget, hesperidins,

memenuhi persyaratan mutu yang

Naringenin dan tangeritin. Hal ini

tertera dalam monografi simplisia.

secara

luas

didistribusikan

di

tumbuhan di rinds dan menyalak.

flavonoid

Kuersetin merupakan aglycon atau

sampel uji (Ulfah dkk, 2014).

aglucone

yang

tidak

antara

pembanding

dan

memiliki

karbohidrat moiety dalam strukturnya.


Kuersetin biasanya ditemukan pada
tumbuhan

sebagai

karbohidrat

glycone

conjugates.

atau

METODE
ALAT

Kuersetin

glycone conjugates termasuk budget

Beaker

dan thujin (Lakhanpal, 2007).

Chamber, Desikator, Kertas Saring,

Kromatografi

lapis

tipis

Glass,

Cawan

Kurs, Labu Ukur, Neraca Analitis,

merupakan salah satu analisis kualitatif

Piknometer,

dari suatu sampel yang ingin dideteksi

Spektrofotometer UV-Vis.

dengan

memisahkan

komponen

sampel

komponen-

Penguap,

Plat

KLT,

BAHAN

berdasarkan

perbedaan kepolaran (Skoog, 1996).


Identifikasi KLT pada senyawa

Ammonia, Aquades, Asam asetat,


Alumunium

klorida

10%,

Asam

flavonoid menggunakan pembanding

klorida, Baku kuersetin, Ekstrak daun

kuersetin

jambu biji, Etanol 95%,

menegaskan

dengan

tujuan

adanya

untuk
senyawa

flavonoid dalam sampel uji, serta dapat


membandingkan perbedaan golongan

asetat 1 M, n-butanol.

Kalium

PROSEDUR

Penentuan Bobot Jenis

1. Pemeriksaan Mutu Ekstrak


Penetapan Kadar Abu
Ekstrak

sebanyak

gram

ditimbang dan dimasukkan ke


dalam kurs yang telah ditara,
suhu dinaikkan secara bertahap
hingga 600 C sampai bebas
karbon, kemudian didinginkan

Ekstrak

diencerkan

hingga

konsentrasi 10% dan

5%.

Piknometer kosong ditimbang,


kemudian diisi dengan masingmasing

ekstrak,

kemudian

ditimbang kembali. Dihitung


bobot

jenis

dari

ekstrak

tersebut.

dalam desikator, dan ditimbang


2. Pemeriksaan

berat abunya.

Flavonoid
Kadar Abu yang Tidak Larut
Asam
Abu

Kadar
Total

Ekstrak

Dihitung Sebagai Kuersetin


2.1 Penentuan

yang

penetapan

diperoleh
kadar

jumlah

dari

flavonoid

abu

alumunium klorida

metode

dididihkan dengan 25 ml HCl


encer selama 5 menit, bagian

Pembuatan Larutan Uji

yang

Dibuat

tidak

dikumpulkan

larut

asam

larutan

uji

ekstrak

kemudian

etanol yaitu 1,0 g serbuk

disaring melalui kertas saring

simplisia dalam 25 mL etanol

bebas abu, kemudian dicuci

95%. Kemudian diaduk selama

menggunakan air panas dan

delapan

disaring. Setelah itu dilakukan

menggunakan alat pengaduk

penimbangan.

pada

jam

kecepatan

dengan

200

rpm

selama tiga hari, kemudian


disaring, filtrat yang diperoleh

di ad etanol 95% sampai 25,0

kemudian 0,5 ml dari masing-

mL.

masing

sampel

dicampur

dengan 1,5 ml etanol 95%, 0,1


Penentuan Kurva Baku

ml alumunium klorida 10%,

Dibuat kurva kalibrasi dengan

0,1 ml kalium asetat dan 2,8 ml

kuersetin sebagai pembanding.

aquades. Diinkubasi pada suhu

Dibuat

kamar selama 30 menit. Diukur

serangkaian

larutan

kuersetin dalam etanol dengan

serapannya

konsentrasi 40, 60, 80, 100,

spektrofotometer uv-vis pada

dan 120 g/mL. Sejumlah 0,5

panjang gelombang maksimum

mL

yaitu

dari

masing-masing

larutan, dicampur dengan 1,5


mL

etanol

95%;

0,1

dengan

438

nm.

Kemudian

dihitung kadar flavonoidnya.

mL

alumunium klorida 10%, 0,1

2.2 Pengujian Kualitatif

mL kalium asetat 1M dan 2,8

Kandungan Kuersetin dalam

mL aquadest. Diinkubasikan

Ekstrak

pada suhu kamar selama 30

Larutan

menit.

kuercetin

Diukur

serapannya

ekstrak

dan

baku

masing-masing

dengan spektrofotometer uv-vis

ditotolkan 1 cm diatas plat

pada

KLT.

panjang

gelombang

maksimum yaitu 438 nm.

dalam

Plat

dikembangkan

chamber

yang

mengandung 200 mL campuran


Pembuatan Kadar

n-butanol, asam asetat, dan air

Penentuan jumlah flavonoid

(4:1:5). Setelah dikembangkan,

dari larutan uji ekstrak etanol

plat dikeringkan dan dilihat

daun jambu biji. Ekstrak etanol

dibawah sinar UV. Rf sampel

sampel

dihitung

diencerkan

dengan

berbagai konsentrasi yaitu 40,


60, 80, 100, dan 120 g/mL.

dengan

dan
Rf

dibandingkan
standar.

HASIL
1. Pemeriksaan Mutu Ekstrak
Penentuan Kadar Abu
No.
1

Perlakuan
2

gram

ekstrak

Hasil

ditimbang

lalu massa cawan = 11,4 gram

dipijarkan

massa cawan + ekstrak = 13,4 gram


massa ekstrak = 2 gram

Suhu dinaikkan hingga 60C

Ekstrak berubah menjadi abu

Dinginkan dan berat abu ditimbang

Massa abu = 0,3 gram

Kadar abu dihitung terhadap berat


sampel awal

% kadar =

0,3
2

100% = 15%

Kadar Abu Yang Tidak Larut Asam


No.
1

Perlakuan

Hasil

Abu dididihkan dengan 25 ml HCl Abu tidak larut dalam asam


encer selama 5 menit

Mencuci bagian yang tidak larut Terdapat abu yang tidak larut asam
asam

Mencuci

dengan

air

panas,

menyaring, dan menimbang.


4

Menentukan kadar abu tidak larut Massa kaca alroji = 30,9 gram
asam terhadap berat sampel awal.

Massa Abu = 0,1 gram


% kadar =

0,1
2

100% = 5%

Penentuan Bobot Jenis


No.
1

Perlakuan
Bobot

jenis

Hasil

ditentukan

pengenceran

terhadap massa piknometer = 14,728 gram

ekstrak

dengan massa ekstrak 5% dalam piknometer =

piknometer

15,5638 gram

Membuat larutan ekstrak 5%

Membuat

larutan

ekstrak = 15,6513 gram


massa etanol dalam piknometer =

10%

massa ekstrak 10% dalam piknometer

piknometer 15,4338 gram

Menimbang
kosong

Menimbang

piknometer

ekstrak

Menghitung bobot jenis zat

Perhitungan
1. Kadar abu yang tidak larut asam
% kadar =

0,1
2

100% = 5%

2. Kadar abu
% kadar =

0,3
2

100% = 15%

3. Bobot jenis
Bobot jenis =

( +)
( +)

Bobot jenis ekstrak 5%

15,563814,728

0,8358

Bobot jenis = 15,433814,728 =

0,7058

= 1,18 /

Bobot jenis ekstrak 10%


15,651314,728

Bobot jenis = 15,433814,728 =

0,9233
0,7058

= 1,22 /

2. Pemeriksaan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Dihitung Sebagai Kuersetin

Pembuatan kurva baku


No.
1

Perlakuan

Hasil

Dicampur kuersetin 6 ml (120 didapat 5 labu dengan masingppm) dengan 44 ml aquadest. masing konsentrasi 40, 60, 80, 100
Dipisahkan dalam 5 labu

dan 120 ppm.

1. 40 ppm : 2 ml + 1 ml
aquades
2. 60 ppm : 3 ml + 1 ml
aquades
3. 80 ppm : 4 ml + 1 ml
aquades
4. 100 ppm : 5 ml + 1 ml
aquades
5. 120 ppm : 6 ml
2

Dicampur dengan 0,1 ml kalium Didapat 5 larutan dengan variasi


asetat dan AlCl3 ad aquades konsentrasi
hingga 5 ml

Larutan

diuji

pada Didapat

gelombang 438 nm
Blanko

siap

diukur

absorbansinya.
absorbansi

spektrofotometer dengan panjang sampel baku

yang

alcohol

dimasukkan

dari

setiap

terlebih dahulu
5

Kelima

sampel

bergiliran

dari

dimasukkan Didapat

absorbansi

dari

setiap

konsentrasi sampel

terendah.

1. 40 ppm = 0,1956
2. 60 ppm = 0,3656
3. 80 ppm = 0,4520
4. 100 ppm = 0,625
5. 120 ppm = 0,779

Penentuan jumlah flavonoid daari larutan uji ekstrak Psidii folium


No.
1

Perlakuan

Hasil

Dilakukan pengenceran ekstrak didapat ekstrak 1000 ppm dan 500


dengan etanol hingga didapat ppm.
1000 ppm dan 500 ppm dalam
labu ukur.

untuk kadar konsentrasi ekstrak Didapat kedua konsentrasi dalam


ini, masing-masing dimasukkan dua labu ukur 5 ml.
05 ml ke dalam labu ukur 5 ml.

Ditambahkan pereaksi AgCl3 0,1 Larutan berwarna kekuningan


ml, kalium asetat 0,1 ml, 1,5 ml
etanol dan 2,8 ml aquades.

Diinkubasi selama 30 menit

diukur

absorbansinya

spektrofotometer uv-vis

larutan siap diukur absorbansinya

dengan Didapat

absorbansi

dari

sampel
1. 1000 ppm = 0,4015
2. 500 ppm = 0,2077

setiap

Pengenceran larutan baku kuersetin


Pengenceran 120 ppm

= 5 4 mL kuersetin +

1 . 1 = 2 . 2

1 mL aquadest
Pengenceran 60 ppm

6 . 1000 = . 120
= 50 6 mL kuersetin +

1 . 1 = 2 . 2

44 mL aquadest

3 . 80 = . 60

Pengenceran 100 ppm

= 4 3 mL kuersetin +

1 . 1 = 2 . 2

1 mL aquadest
Pengenceran 40 ppm

5 . 120 = . 100
= 6 5 mL kuersetin +

1 . 1 = 2 . 2

1 mL aquadest

2 . 60 = . 40

Pengenceran 80 ppm

= 3 2 mL kuersetin +

1 . 1 = 2 . 2

1 mL aquadest

4. 100 = . 80

Absorbansi baku
Absorbansi Baku
Konsentrasi (ppm)

10

12

Absorbansi 1

0.1947

0.3648

0.4520

0.6251

0.7791

Absorbansi 2

0.1958

0.3647

0.4520

0.6248

0.7791

Absorbansi 3

0.1964

0.3647

0.4520

0.6251

0.7789

Rata-rata

0.1956

0.3656

0.4520

0.6250

0.7790

Baku Kalibrasi
x

xy

y2

x2

0.1956

0.7824

0.0382

16

0.3656

2.1936

0.1337

36

0.4520

3.6160

0.2043

64

10

0.6250

6.250

0.3906

100

12

0.7790

9.348

0.6068

144

Jumlah

2.4172

22,19

1.3736

600

Kurva Kalibrasi

Kurva Baku
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
Kurva Baku

0.4
0.3

y=0.07131x 0.08704
r2 = 1

0.2
0.1
0
4

10

(()) ( )
( . 2 ) ( )

5 (22.19) (40 2.4172)


14,262
=
= 0.07131
(5 360) (1600)
200

12

( . )

2.4172 (40 0.07131)


= 0.08704
5
Persamaan garis lurus = +
= . .

40
=
=8

2.4172
=
=
= 0.483

5
=

( )( )
( )2 ( )2
32 . (1.9342)
1024 3.74

= 1

2 = 1

Penetapan Jumlah Flavonoid


Konsentrasi (ppm)
1000
500

Absorbansi
0.4015
0.2077

1000 ppm

500 ppm

= 0.07131 0,08704

= 0.07131 0.08704

0.4015 = 0.07131

0.2077 = 0.07131

0.08704
= 6.85

0.08704
= 4.133

% Flavonoid =
=

106

100%

6,85 5 10 106
0,1086

100%

= 0,31537 %

tidak larut asam serta menhitung bobot

PEMBAHASAN
Pada

praktikum

kali

ini

dilakukan pemeriksaan mutu ekstrak


dan pemeriksaan kadar flavonoid total

jenis dari ekstrak tersebut. Pengujian


ini berdasarkan persyaratan mutu yang
tertera dalam monografi simplisia.

ekstrak dihitung sebagai kuersetin.

Langkah

pertama

adalah

Pada pemeriksaan mutu ekstrak ini

penentuan kadar abu, dimana kadar

dilakukan

abu,

abu ini menunjukkan total mineral

penetapan kadar abu yang tidak larut

dalam ekstrak yang tertinggal setelah

dalam asam dan penentuan bobot jenis

simplisia dipijarkan dan dibakar pada

dari ekstrak tersebut. Adapun ekstrak

suhu 600C. Pembakaran ini dilakukan

yang kita gunakan pada praktikum ini

di dalam oven. Kadar abu ditentukan

adalah ekstrak dari Psidii folium (Daun

dengan membandingkan bobot abu

Jambu Biji). Ekstrak kental Psidii

yang didapat dengan bobot simplisia

folium (Daun Jambu Biji) ini telah

daun jambu biji sebelum pengeringan.

mengalami

yaitu

Ekstrak dipanaskan hingga senyawa

ekstraksi dengan cara maserasi dan

organik dan turunannya terdestruksi

pengeringan

dan

penetapan

berbagai

sehingga

kadar

proses

didapatkan

ekstrak kental tersebut.


Pada praktikum pertama yaitu
pemeriksaan mutu ekstrak dilakukan
berbagai macam uji diantaranya uji
kadar abu total, uji kadar abu yang

menguap

sehingga

setelah

dipanaskan hanya tersisa unsur mineral


dan anorganik saja. Pada prosesnya,
pemindahan cawan porselein selalu
menggunakan
selain

panas

menghindari

penjepit,
disisi
adanya

alasannya
lain

juga

kontaminasi

bobot dari lemak yang ada di tangan

pengeringan, dan serangkaian proses

yang mungkin menempel pada cawan

lainnya.

dan ikut tertimbang.


Uji

kadar

Selain penentuan kadar abu


abu

total

ini

total, dilakukan pula uji kadar abu

bertujuan untuk melihat baik atau

tidak

tidaknya mutu simplisia dari mineral

dilakukan dengan mendidihkan abu

yang

yang

terkandung.

Semakin

kadar

larut

asam.

didapat

Penentuan

pada

ini

pengujian

abunya melebihi batas normal, mineral

sebelumnya dengan asam klorida encer

yang terkandung semakin melebihi

yang kemudian disaring dan ditimbang

batas normal yang terkandung berarti

abu

dapat dikatakan mutunya semakin

Penggunaan asam kloida ini bertujuan

tidak baik. Dalam praktikum ini,

untuk melarutkan kalsium karbonat,

didapat kadar abu dari simplisia daun

alkali klorida sehingga didapatkan abu

jambu biji adalah 15%. Hasil dari

yang tidak larut asam yaitu yang

sampel sangat jauh diatas standarnya

biasanya mengandung silikat yang

dimana

Farmakope

berasal dari tanah atau pasir. Pada

Herbal Indonesia kadar abu ekstrak

praktikum ini didapatkan kadar abu

daun jambu biji adalah sebesar 0,8%.

tidak larut asam dari simplisia daun

Hal ini menunjukkan pada ekstrak

jambu biji sebesar 5 %. Hasil dari

yang dimiliki, mengandung banyak

sampel sangat jauh diatas standarnya

sekali mineral yang bahkan melebihi

dimana

batas normal. Kadar abu yang sangat

Herbal Indonesia kadar abu tidak larut

jauh diatas standarnya ini juga bisa

asam dari ekstrak daun jambu biji

menggambarkan

adalah

berdasarkan

kontaminan

dalam

banyaknya
ekstrak,

yang

yang

tidak

larut

berdasarkan

sebesar

menunjukkan

Farmakope

0,2%.

pada

asamnya.

Hal

ekstrak

ini
yang

mungkin didapatkan saat pengolahan

dimiliki, mengandung banyak sekali

yaitu

kontaminan seperti silikat yang berasal

perajangan,

ekstraksi,

dari tanah atau pasir. Jika kontaminan

seperti

silikat

itu

membahayakan

tinggi,
tubuh

dapat

Selain dilakukan pemeriksaan

yang

mutu ekstrak, pada praktikum ini juga

mengonsumsinya yaitu dalam jangka

dilakukan

panjang,

terpapar

flavonoid total ekstrak yang dihitung

silikat dapat menderita silicosis yaitu

sebagai kuersetin. Penentuan jumlah

penyakit yang ditandai dengan napas

flavonoid dari ekstak etanol daun

pendek, demam dan cyanosis (kulit

jambu

yang berwarna kebiruan).

kolorimetri

komplementer

Selain kedua uji tersebut, untuk

mempunyai

prinsip

pemeriksaan mutu ekstrak juga dapat

berdasarkan

pembentukan

dilakukan dengan cara menghitung

Prinsip penetapan flavonoid dengan

bobot

metode

seseorang

yang

jenisnya. Bobot

ekstrak

tersebut

dengan

menggunakan

jenis

biji

kadar

dilakukan

kolorimetri

dengan
yang

pengukuran
warna.

AlCl3

adalah

diperoleh

pembentukan kompleks antara AlCl3

piknometer.

dengan gugus keto pada atom C-4 dan

Pengukuran bobot jenis ini dilakukan

juga dengan gugus hidroksi pada atom

pada larutan sampel 5% dan 10%.

C-3 atau C-4 yang bertetangga dari

Setelah

menggunakan

flavon dan flavonol. Sehingga metode

piknometer, didapatlah bobot jenis

ini dapat digunakan untuk menentukan

untuk larutan sampel 5% sebesar 1,18

jumlah flavonoid golongan flavon dan

gr/ml dan larutan sampel 10% sebesar

flavonol.

1,22

dapat

dari

pemeriksaan

diukur

gr/ml.

Bobot

menggambarkan

jenis

besarnya

ini
massa

Pada
kalibrasi

pembuatan

dengan

kurva

metode

persatuan volume untuk memberikan

digunakan

batasan antara ekstrak cair dan ekstrak

pembanding

karena

kuersetin

kental, menurut Depkes RI penentuan

merupakan

flavonoid

golongan

bobot

dengan

flavonol yang mempunyai gugus keto

dan

pada C-4 dan memiliki gugus hidroksi

jenis

kemurnian
kontaminasi.

juga
dari

terkait
ekstrak

pada

atom

kuersetin

AlCl3

C-3

atau

sebagai

C-5

yang

bertetangga dari flavon dan flavonol.

Panjang gelombang maksimum yang

Kromatografi

Lapis

Tipis

(KLT).

dihasilkan dari pengukuran kuersetin

Metode ini memberikan gambaran

adalah 438 nm.

kandungan kimia dan juga dapat

Setelah diukur absorbansi pada

mencegah pemalsuan terhadap zat

spektro, didapatkan data absorbansi

aktif. Prinsip pada KLT ini adalah

sampel 1000 ppm sebesar 0.4015 dan

like-dissolve-like dimana senyawa

absorbansi sampel 500 ppm sebesar

yang sama sifatnya akan saling tarik-

0,2077. Dari data absorbansi itu

menarik

kemudian

dalam

pemisahan senyawa yang berbeda

persamaan garus yang telah didapat

sifatnya (kepolarannya). Pemisahan

sebelumnya, sehingga didapatkanlah

senyawa dilakukan berdasarkan sifat

kadar flavonoid pada sampel 1000

eluen yang dipakai.

dimasukkan

ke

ppm sebesar 0,31537%. Hasil yang


diperoleh

berada

akan

terjadi

Pada praktikum ini eluen yang

batas

dipakai adalah campuran dari n-

standarnya yaitu menurut Farmakope

butanol, asam asetat, dan air dengan

Herbal Indonesia kadar flavonoid total

perbandingan 4:1:5. Jadi, pada KLT

adalah

tidak

dihitung

dibawah

sehingga

kurang

sebagai

dari

1,40%

ini ekstrak dipisahkan berdasarkan

kuersetin.

Kadar

kepolarannya

dengan

cara

flavonoid yang berada dibawah standar

mengekstraksi

menandakan mutu dari ekstrak tidak

sehingga diperoleh fraksi butanol yang

baik karena flavonoid yang seharusnya

diduga mengandung senyawa-senyawa

didapat

itu,

non polar seperti klorofil, lemak, lilin,

berhubungan pun dengan khasiatnya

atau senyawa non polar lainnya.

yang apabila dalam jumlah kecil

Disamping itu, fraksi yang tidak larut

berarti

dalam n-butanol kemudian diekstraksi

lebih

akan

besar

dari

mengurangi

efek

farmakologi yang seharusnya didapat.


Pada praktikum ini dilakukan

dengan

yaitu

n-butanol

dengan asam asetat yang bersifat semi


polar

sehingga

pula uji kualitatif kandungan kuersetin

senyawa-senyawa

dalam ekstrak menggunakan metode

sedangkan

untuk

disini

akan

semi

larut
polar

senyawa-senyawa

yang polar akan tetap tinggal dalam

abu hingga nilai Rf dengan metode

fraksi air yang bersifat polar juga. Dari

KLT,

percobaan dengan metode KLT, nilai

menunjukkan sesuai dengan standar

Rf dari baku dan sampel tidak dapat

yang ada. Untuk itu dapat diartikan

ditentukan karena kuersetin bakunya

mutu

terbawa oleh pelarutnya, yang mana

sehingga

pelarutnya disini terlalu polar.

seperti

Dari seluruh pengujian yang


dilakukan mulai dari penentuan kadar

tidak

dari

ada

sampel

untuk
ini

hasil

kurang

menghindari
kedepannya

yang

baik
hal
perlu

diperhatikan tiap detail pada prosesnya


agar tidak mengandung kontaminan.

SIMPULAN
1. Kadar abu total sampel Psidii folium berada diatas standarnya (0,8%) yaitu 15%.
2. Kadar abu tidak larut asam Psidii folium berada diatas standarnya (0,2%) yaitu 5%.
3. Bobot jenis 5% dan 10% adalah 1,18 g/mL dan 1,22 g/mL.
4. Kadar flavonoid sampel pada 1000 ppm adalah 0,31537%.
5. Rf dari sampel ekstrak tidak dapat ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Agusnar. 2010. Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu dari Gliserin. Tersedia online di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13912/09E00321.pdf

[diakses

pada tanggal 1 November 2015].


Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta: Depkes RI.
Lakhanpal, P., Rai, DK. 2007. Quercetin: A Versatie Flavonoid. Available online at
http://www.akspublication.com/paper05_jul-dec2007.htm.

2(2):

22-

37.[Diakses pada tanggal 1 November 2015].


Lumbessy, Mirna, et al. 2013. Uji Total Flavonoid Pada Beberapa Tanaman Obat
Tradisonal Di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan
Sula

Provinsi

Maluku

Utara.

Dapat

diakses

melalui

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo [Diakses pada tanggal 1 November


2015].
Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.
Skoog, D. A. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry 7th Edition. New York:
Sounder College Publishing.
Soegijanto. S, Azhali. MS, Tumbelaka. AR, Anggraini, Rufianti. R, Sary. DD. 2010.
Uji Kinik Multisenter Sirup Ekstrak Daun Jambu Biji Pada Penderita Demam
Berdarah Dengue. Medicinus. Vol. 23. No. 1.
Ulfah, dkk. 2014. Uji Aktivitas Imunostimulator Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol
Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus Sabdariffa L.) terhadap Proliferasi Sel
Limfosit Mencit Galur Swiss secara In Vitro Beserta Identifikasi Kandungan
Senyawa Kimianya. Vol. 1 (1): 23-30.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai