.
Prasasti Telaga Batu dipahatkan pada sebuah batu andesit yang sudah dibentuk
sebagaimana layaknya sebuah prasasti dengan ukuran tinggi 118 cm dan lebar
148 cm. Di bagian atasnya terdapat hiasan tujuh ekor kepala naga, dan di bagian
bawah tengah terdapat semacam cerat (pancuran) tempat mengalirkan air
pembasuh. Ditulis dalam aksara Pallawa dengan menggunakan bahasa Melayu
Kuna.
.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29
November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,
Sumatra Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini
berbentuk batu kecil berukuran 45 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa,
menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum
Nasional Indonesia dengan nomor D.146.
.
Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen
Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit
Seguntang, dan dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50cm
80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis
dalam aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuna, dan terdiri dari 14 baris. Sarjana
pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut
adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia. Sejak tahun
1920 prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, dengan
nomor D.145.
.
Teks Prasasti
Alih Aksara
Prasasti Kedukan Bukit
1. svasti r akavatta 605 (604 ?) ekda u
2. klapaka vulan vaikha dapunta hiya<m> nyik di
3. smvau mangalap siddhaytra di saptam uklapaka
4. apunta hiyavulan jyeha d<m> malapas dari minnga
5. vala dualaka dangan ko-(sa)tmvan mamva yam
6. duaratus cra di smvau dangan jlan sarivu