TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
8
Universitas Sumatera Utara
9
Universitas Sumatera Utara
10
Universitas Sumatera Utara
karena pekerjaan otot-otot pernapasan, yaitu otot antara tulang rusuk dan otot
pernapasan tersebut, maka pernapasan dibedakan menjadi dua yaitu:
a.
Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang menggunakan gerakan-gerakan
otot antartulang rusuk. Rongga dada membesar karena tulang dada dan tulang
rusuk terangkat akibat kontraksi otot-otot yang terdapat di antara tulang-tulang
rusuk. Paru-paru turut mengembang, volumenya menjadi besar, sedangkan
tekanannya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar. Dalam keadaan
demikian udara luar dapat masuk melalui batang tenggorok (trakea) ke paruparu (pulmonum).
b.
Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang menggunakan otot-otot
diafragma. Otot-otot sekat rongga dada berkontraksi sehingga diafragma yang
semula cembung menjadi agak rata, dengan demikian paru-paru dapat
mengembang ke arah perut (abdomen). Pada waktu itu rongga dada bertambah
besar dan udara terhirup masuk.
otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat. Keadaan
ini
menambah
besarnya
rongga
dada.
Mendatarnya
diafragma
dan
2.2.
Volume Paru
Menurut Dorce (2006), volume paru akan berubah-ubah saat pernapasan
berlangsung. Saat inspirasi akan mengembang dan saat ekspirasi akan mengempis.
Pada keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung tanpa
disadari.
Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah :
a. Volume tidal (Tidal Volume = TV), adalah volume udara paru yang masuk dan
keluar paru pada pernapasan biasa. Besarnya TV pada orang dewasa sekitar
500 ml.
12
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Kapasitas Paru
Menurut Syaifuddin (1996), kapasitas paru-paru adalah kesanggupan paru-
Kapasitas total, adalah jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi
sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung beberapa hal:
kondisi paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang.
b.
Kapasitas vital, adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
Dalam keadaan yang normal, kedua paru-paru dapat menampung udara
Menurut Hood (1992), ada dua macam kapasitas vital berdasarkan cara
pengukurannya:
a. Vital Capacity (VC): pada pengukuran jenis ini individu tidak perlu
melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan penuh.
b. Forced Vital Capacity (FVC): pada pengukuran ini pemeriksaan dilakukan
dengan kekuatan maksimal.
Pada orang normal tidak ada perbedaan antara kapasitas vital dan kapasitas
vital paksa, tetapi pada keadaan ada gangguan obstruktif terdapat perbedaan antara
kapasitas vital dan kapasitas vital paksa. Vital Capacity merupakan refleks dari
kemampuan elastisitas jaringan paru, atau kekakuan pergerakan dinding toraks. VC
yang menurun dapat diartikan adanya kekakuan jaringan paru atau dinding toraks,
dengan kata lain VC mempunyai korelasi yang baik dengan compliance paru
atau dinding toraks. Pada kelainan obstruksi yang ringan VC hanya mengalami
penurunan sedikit atau mungkin normal.
2.4.
sebagai berikut:
a.
faal paru disini memegang peranan yang penting sebelum terjadinya enfisema
yang irreversibel. Dalam satu penelitian dikatakan bahwa 5-10 tahun sebelum
terjadinya hiperinflasi, sudah didapatkan gangguan faal paru.
Pada perokok yang berumur lebih dari 40 tahun, apabila pada pemeriksaan
pertama telah diketahui adanya faal paru yang abnormal, maka sebaiknya
diulang secara rutin setiap tahun. Apabila pemeriksaan pertama tidak
menunjukkan adanya faal paru yang abnormal, maka pemeriksaan ulang dapat
dilakukan tiga tahun sekali.
b.
Sesak napas
Banyak penyakit, baik dari paru maupun yang di luar paru, dapat
menimbulkan sesak napas. Pemeriksaan yang tidak invasif tetapi cukup
informatif untuk membedakan apakah dari paru atau dari organ lain adalah
dengan pemeriksaan faal paru. oleh karena itu pada penderita dengan sesak
napas rutin dilakukan pemeriksaan faal paru.
c.
Batuk kronis
Penyakit yang dapat menimbulkan batuk kronis antara lain, tuberkulosa paru,
bronkitis kronis, bronkietasis, asma bronkial, tumor paru dan masih banyak lagi
baik yang dari paru maupun yang dari luar paru. pada asma bronkial diluar
serangan seringkali sukar untuk mendeteksinya.
d.
paru setiap tahun, pada mereka yang abnormal, jangka waktu pemeriksaan
ulangan dapat diperpendek.
2.5.
yang
menimbulkan
rasa
sakit
sehingga
timbul
refleks
16
Universitas Sumatera Utara
17
Universitas Sumatera Utara
Menurut Amin (1996), ada beberapa interpretasi fungsi paru yang biasa
dibuat di klinik, yaitu sebagai berikut:
a. Obstruktif (kelainan pada ekspirasi)
Adalah hambatan aliran udara karena adanya sumbatan atau penyempitan
saluran nafas. Kelainan obstruktif akan mempengaruhi kemampuan
ekspirasi yang ditandai dengan penurunan pada FEV1, vital capacity.
b. Kelainan restriktif (kelainan pada inspirasi)
Adalah gangguan pada paru yang menyebabkan kekakuan paru sehingga
membatasi pengembangan paru-paru. Gangguan restriktif mempengaruhi
kemampuan inspirasi yang ditandai dengan penurunan pada vital capacity,
residu volume.
c. Mix (Campuran)
Gabungan antara obstruksi dan restriktif.
Oleh karena itu untuk menetapkan lokasi dari kelainan ini beberapa tes
perlu dilakukan antara lain:
a. Kapasitas Vital (Vital Capacity)
b. Aliran Udara Ekspirasi (Expiratory Air Flow)
c. Fungsi Difusi
d. Analisis Gas
Dasar pemeriksaan fungsi paru-paru, terbagi dua yaitu nilai restriktif
dan nilai obstruktif, kriterianya seperti pada tebel berikut:
Tabel 2.1 Nilai Restriktif
18
Universitas Sumatera Utara
No
1
2
3
%FEV/FVC
%FVC
>80
60-79
30-59
>75
<30
4
Sumber : Budiono, 2007
Kesimpulan
Normal
Restriktif ringan
Reskriktif
sedang
Reskriktif berat
%FEV/FVC
%FVC
>75
60-74
>75
30-59
<30
4
Sumber :Budiono, 2007
Kesimpulan
Normal
Obstruktif
ringan
Obstruktif
sedang
Obstruktif berat
Volume udara ini dalam keadaan normal nilainya kurang lebih sama
dengan kapasitas vital. Pada penderita obstruktif saluran nafas akan mengalami
pengurangan yang jelas karena penutupan pengatur saluran nafas. Dalam
melakukan kapasitas vital paksa tekniknya mula-mula orang tersebut inspirasi
maksimal sampai kapasitas paru total, kemudian ekspirasi ke dalam spirometer
dengan ekspirasi maksimal paksa secepatnya dan sesempurna mungkin.
Kapasitas vital kuat hampir sama, hanya terdapat perbedaan pada volume dasar
paru antara orang normal dan penderita obstruktif. Sebaliknya terdapat
pebedaan besar pada kecepatan aliran maksimal yang dapat dikeluarkan
seseorang terutama selama detik pertama. Oleh karena itu biasanya merekam
volume ekspirasi paksa selama detik pertama (FEV 1) dan membandingkan
antara yang normal dan abnormal. Pada orang normal persentase kapasitas
vital kuat yang dikeluarkan pada detik pertama (FEV1/FVC%) adalah 80%.
19
Universitas Sumatera Utara
Pada obstruksi saluran nafas yang serius, yang sering terjadi pada asma akut,
kapasitas ini dapat berkurang menjadi kurang dari 20%. (Budiono, 2007).
2.7.
Karakteristik Pekerja
2.7.1. Umur
Dikatakan bahwa fungsi pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat
pada masa anak-anak dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian
akan menurun lagi sesuai dengan pertambahan umur. Kapasitas difusi paru,
ventilasi paru, ambilan oksigen kapasitas vital dan semua parameter faal paru yang
lain akan menurun sesuai dengan pertambahan umur, setelah mencapai titik
maksimal pada usia dewasa muda. Kekuatan otot maksimal pada umur 20-40
tahun dan akan berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun Kebutuhan zat
tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40 tahun
berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan
fisik (Prasetyo, 2010).
Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan dan
kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali
permenit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar 30
kali permenit. Walaupun orang dewasa penurunan frekuensi pernapasan lebih kecil
dibandingkan dengan anak-anak dan bayi akan tetapi kapasitas vital paru pada
orang dewasa lebih besar dibandingkan dengan anak-anak dan bayi. Dalam kondisi
tertentu hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan
20
Universitas Sumatera Utara
IMT
23
Universitas Sumatera Utara
Kurus
Normal
Gemuk
<17
17,0-18,5
>18,5-25,00
25,00-27,00
>27
bahaya
yang
ditimbulkan
oleh
lingkungan
kerja
tersebut
(Sumamur,2009).
24
Universitas Sumatera Utara
paru. Sementara itu penelitian Debray et al di India pada pekerja yang terpapar
debu juga menunjukkan bahwa hasil yang sama (Budiono, 2007). Keadaan
latihan olahraga dapat menambah VC sebesar 30- 40% di atas nilai normal
yaitu mencapai 6-7 liter (Syaifuddin, 1996).
KVP dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga.
Olahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga
menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume
yang lebih besar dan maksimum. Kapasitas vital pada seorang atlet lebih besar
daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Karbella, 2011).
2.8.
Aspal
Aspal adalah material semen hitam, padat atau setengah padat dalam
konsistensinya di mana unsur pokok yang menonjol adalah bitumen yang terjadi
secara alam atau yang dihasilkan dengan penyulingan minyak (Petroleum). Aspal
Petrolium dan aspal liquid adalah material yang sangat penting (Rian, 2006).
Menurut Asiyanto (2008), pada dasarnya ada dua macam aspal dilihat dari
proses terbentuknya, yaitu:
a. Aspal alam adalah aspal yang terbentuk oleh proses alam. Contohnya aspal
buton(Butas). Aspal alam ini biasanya kualitasnya tidak seragam.
b. Aspal pabrik, adalah aspal yang terbentuk oleh proses yang terjadi dalam pabrik,
sebagai hasil samping dari proses penyulingan minyak bumi. Aspal pabrik ini
mempunyai kualitas yang standar.
Aspal pabrik ada tiga jenis, yaitu:
25
Universitas Sumatera Utara
a. Aspal keras, disebut juga aspal cement (AC) yang dibagi-bagi menurt angka dan
penetrasinya. Misal AC 40/60, AC 60/70, AC 80/100 dan seterusnya.
b. Aspal cair, disebut juga cut back, yang dibagi-bagi menurut proses curingnya.
Misalnya slow curing (SC), medium curing (MC), dan rapid curing (RC). Aspal
cair dalam temperatur biasa berbentuk seperti cairan. Aspal cair ini biasanya
digunakan untuk pekerjaan prime coat, yaitu sebagai lapis dasar dari aspal
campuran yang berbatasan dengan lapisan subbace yang terdiri dari material
granular. Selain itu material aspal cair juga digunakan untuk tack coat, yang
berfungsi sebagai material perekat antar lapisan aspal campuran.
c. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%), air (35%-45%) dan bahan
emulsi (1%-2%).
Komposisi aspal
Aspal merupakan unsur hydrocarbon yang sangat komplek,sangat sukar
memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut. Secara umum
komposisi dari aspal adalah sebagai berikut:
a. Asphaltenes merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang larut
dalam heptane.
b. Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resin dan oils, dan larut
dalam heptanes
c. Resins adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan sifat
adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang
selama masa pelayanan jalan.
d. Oils adalah media dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih muda.
26
Universitas Sumatera Utara
2.9.
Aspal Hotmix
Aspal hotmix (campuran beraspal panas) adalah campuran yang terdiri dari
4. Crushed gravel : pit gravel (kerikil dengan pasir atau batu bulat) yang mana
telah didapatkan dari salah satu alat pemecah untuk menghancurkan banyak
partikel batu yang berbentuk bulat untuk menjadikan ukuran yang lebih kecil
atau untuk memproduk lapisan kasar (rougher surfaces).
5. Crushed rock : agregat dari pemecahan batuan. Semua bentuk partikel
tersebut bersiku-siku/tajam (angular), tidak ada bulatan dalam material
tersebut.
6. Screenings : kepingan-kepingan dan debu atau bubuk yang merupakan
produksi dalam pemecahan dari batuan (bedrock) untuk agregat.
7. Concrete sand : pasir yang (biasanya) telah dibersihkan untuk menghilangkan
debu dan kotoran.
8. Fines : endapan lumpur (silt), lempung (clay) atau partikel debu lebih kecil
dari 75m (no.200 sieve test), biasanya terdapat kotoran atau benda asing
yang tidak diperlukan dalam agregat.
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul
beban lalu lintas karena dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung
memikul beban di atasnya dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya (Rian,
2006).
2.9.2. Identifikasi Bahaya Aspal Hotmix dengan Paparan Terhirup
Emisi dari aspal minyak yang dipanaskan mungkin mengeluarkan bau yang
tidak enak, dan dapat menyebabkan mual dan iritasi pada saluran pernapasan
bagian atas. Uap komponen naptha (aspal panas) pada konsentrasi tinggi di ruang
tertutup dapat menyebabkan gejala euforia, iritasi pernapasan dan edema, sakit
28
Universitas Sumatera Utara
kepala, pusing, mengantuk, koma, sianosis dan depresi umum. Hidrogen sulfida
menyebabkan iritasi pernapasan pada konsentrasi 4-100 ppm. Pada konsentrasi
rendah H2S memiliki bau seperti telur busuk. Pada konsentrasi tinggi H2S
bertindak sebagai racun sistemik, menyebabkan ketidaksadaran dan kematian
dengan kelumpuhan pernapasan. Inhalasi kronis emisi aspal minyak dapat
menyebabkan iritasi pernapasan (MSDS, 1999).
29
Universitas Sumatera Utara
Umur
Riwayat penyakit
Kebiasaan merokok
Karakteristik
Kebiasaan penggunaan
Pekerja
APD
Masa kerja
Status gizi
Kebiasaan olahraga
Normal
Kapasitas Vital Paksa
Tidak normal:
Paru
a. Restriktif
b. Obstruktuif
c. Campuran
30
Universitas Sumatera Utara