PENDAHULUAN
Pengertian umum liquid smoke (asap cair) merupakan suatu hasil destilasi atau
pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari
bahan yang banyak mengandung karbon dan senyawa-senyawa lain. Bahan baku
yang banyak digunakan untuk membuat asap cair adalah kayu, bongkol kelapa
sawit, ampas hasil penggergajian kayu, dan lain-lain. Asap cair bisa juga berarti
hasil pendinginan dan pencairan asap dari tempurung kelapa yang dibakar dalam
tabung tertutup. Asap yang semula partikel padat didinginkan dan kemudian
menjadi cair itu disebut dengan nama asap cair.
Dewasa ini, perkembangan teknologi pengawetan makanan semakin berkembang.
Teknologi pengawetan makanan terus digali untuk menciptakan pengawet
makanan yang aman bagi tubuh. Pengawetan makanan dengan cara
menambahkan zat aditif yang alami merupakan salah satu pengembangan
zat pengawet makanan yang berkembang pesat. Asap cair merupakan salah
satu bahan pengawet makanan yang dikembangkan.
Pengawet makanan menggunakan asap cair termasuk dalam kelompok zat
tambahan makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah
kecil dan tidak toksis atau beracun). Pemakaian pengawet sangat luas. Hampir
seluruh industri mempergunakannya,termasuk industri farmasi, kosmetik, dan
makanan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari tutorial ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pembuatan asap cair.
2. Mengetahui kandungan kimia yang ada pada asap cair.
3.Mengetahui peranan asap cair sebagai bahan pengawet makanan.
Asap cair merupakan salah satu hasil pirolisis tanaman atau kayu pada suhu
sekitar 400
produk asapan. Golongan senyawa ini mempunyai aroma seperti aroma karamel
yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain
vanilin dan siringaldehida.
3.Senyawa asam
Senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan membentuk cita rasa
produk asapan baik rasa, aroma dan daya simpan produk. Senyawa asam ini
antara lain asam asetat, propionat, butirat dan valerat.
4.Senyawa hidrokarbon pirosiklik aromatis
Menurut Girard (1992), senyawa Hidrokarbon Pirosiklik Aromatis (HPA) dapat
terbentuk pada pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon pirosiklik aromatis seperti
benzene(a)pyrene merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena
bersifat karsinogen. Pembentukan berbagai senyawa HPA selama pembuatan asap
tergantung beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan kelembaban udara
pada proses pembuatan asap serta kandungan udara dalam kayu. Dikatakan juga
bahwa proses yang menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap
akan menurunkan kadar benze(a)pyrene.
Menurut Budijanto dkk., (2008), asap cair tempurung kelapa merupakan hasil
kondensasi asap tempurung kelapa melalui proses pirolisis pada suhu sekitar 400
0
yang
baik.
Hasil
penelitian
Budijanto
dkk.,
(2008)
tidak
ditemukan
pada
asap
cair
tempurung
III. PEMBAHASAN
Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil
pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang
banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya.
Pengertian umum liquid smoke (asap cair) merupakan suatu hasil destilasi atau
pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari
bahan yang banyak mengandung karbon dan senyawa-senyawa lain. Asap cair
bisa juga berarti hasil pendinginan dan pencairan asap dari tempurung kelapa yang
dibakar dalam tabung tertutup. Asap yang semula partikel padat didinginkan dan
kemudian menjadi cair itu disebut dengan nama asap cair.
Menurut Wikipedia bahasa Inggris, asap cair terdiri atas pembakaran terkontrol
dari potongan-potongan kayu atau serbuk gergaji sehingga menghasilkan asap
yang mengembun menjadi cairan dan memerangkap asap yang belum mencair di
dalam larutan atau cairan tersebut. Bentuk atau zat ini dapat terbentuk melalui
banyak metode untuk menghasilkan asap cair dalam cakupan yang luas.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asap cair adalah hasil
destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran langsung ataupun tidak
langsung dari bahanbahan yang mengandung karbon.
Pembuatan asap cair menggunakan metode pirolisis yaitu peruraian dengan
bantuan panas tanpa adanya oksigen atau dengan jumlah oksigen yang terbatas.
Biasanya terdapat tiga produk dalam proses pirolisis yakni: gas, pyrolisis oil, dan
arang, yang mana proporsinya tergantung dari metode pirolisis, karakteristik
biomassa dan parameter reaksi.
7
fenol
diduga
berperan
sebagai
antioksidan
sehingga
dapat
Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara
10-200 mg/kg. Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan
adalah guaiakol dan siringol.
a.Senyawa Fenol
Senyawa fenol yang terdapat pada kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang
tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah hidroksil yang terikat. Senyawasenyawa fenol juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam,
dan ester (Maga, 1987).
b.Senyawa karbonil
Senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan cita rasa
produk asapan. Golongan senyawa ini mempunyai aroma seperti aroma karamel
yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain
vanilin dan siringaldehida.
c.Senyawa asam
Senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan membentuk cita rasa
produk asapan baik rasa, aroma dan daya simpan produk. Senyawa asam ini
antara lain asam asetat, propionat, butirat dan valerat.
d.Senyawa hidrokarbon pirosiklik aromatis
Menurut Girard (1992), senyawa Hidrokarbon Pirosiklik Aromatis (HPA) dapat
terbentuk pada pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon pirosiklik aromatis seperti
benzene(a)pyrene merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena
bersifat karsinogen. Pembentukan berbagai senyawa HPA selama pembuatan asap
tergantung beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan kelembaban udara
pada proses pembuatan asap serta kandungan udara dalam kayu. Dikatakan juga
bahwa proses yang menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap
akan menurunkan kadar benze(a)pyrene. Proses tersebut antara lain adalah
pengendapan dan penyaringan
Berikut adalah peralatan dan proses pembuatan asap cair sebagai berikut:
a. PERALATAN
Peralatan yang digunakan untuk membangun sebuah instalasi pembuatan asap cair
dapat dirakit sendiri tentunya dengan standar tertentu seperti kekedapan, kekuatan
dan kemanan dalam pengoperasiannya, dengan diagram sebagai berikut:
Peralatan dan bahan yang diperlukan:
1.Wadah Pengarangan, ruang pembakaran, penampung tar/asap cair, destilator
dapat dibuat dari stainles steel atau drum besi yang dimodifikasi seperti gambar
diatas.
2. Pipa besi yang dimodifikasi yang dibentuk seperti gambar diatas
3. Alat pemanas dapat berupa blower dan atau dapat menggunakan sekam/arang
4. Pipa PVC (jumlah dan ukuran disesuaikan)
5. Pompa air
6. Tangki air dan penyangganya
Bahan baku untuk pembuatan asap cair bisa apapaun yang termasuk bahan
organik yang mempunyai selulosa, tetap saat ini yang lazim digunakan sebagai
bahan baku untuk asap cair adalah tempurung kelapa karena pohon kelapa
terdapat dimana-mana dan penggunaan tempurung kelapa sangat luas di
masyarakat seperti pliku, kopra, arang, dan olahan kelapa lainnya. Oleh karena itu
untuk proses pembuatan asap cair menggunakan contoh tempurung kelapa yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Sebelum dimasukkan ke reaktor pirolisis, terlebih dahulu tempurung kelapa itu
10
11
sehingga filtrat yang diperoleh berupa asap cair dengan bau asap ringan dan tak
menyengat. Maka sempurnalah asap cair sebagai bahan pengawet makanan
yang aman, efektif dan alami.
Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan yang
bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak toksis).
Pemakaian pengawet sangat luas. Hampir seluruh industri
mempergunakannya,termasuk industri farmasi, kosmetik, dan makanan.
Di bidang kesehatan dan farmasi, penggunaan pengawet dibatasi jenis dan
jumlahnya. Khusus untuk pengawet makanan, diatur melalui Permenkes RI No.
722/Menkes/Per/IX/88. Namun, banyak pihak tidak bertanggung jawab
menggunakan bahan pengawet yang dilarang BPOM untuk makanan seperti
formalin, yang biasanya digunakan pada bakso, tahu, ikan dengan alasan biaya
murah dan produk keliatan lebih bagus serta tahan lebih lama. Penggunaan
formalin bisa digantikan dengan asap cair, karena harganya yang cukup murah
dan alami. Berikut proses pengawetan menggunakan asap cair.
a. Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan,
sehingga menghambat kerusakan pangan dengan cara mendonorkan hidrogen.
b. Dalam jumlah sangat kecil, asap cair efektif untuk menghambat autooksidasi
lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan pangan karena oksidasi lemak
oleh oksigen.
c. Kandungan asam pada asap cair juga efektif dalam mematikan dan
menghambat pertumbuhan mikroba pada produk makanan dengan cara
senyawa asam itu menembus dinding sel mikroorganisme yang menyebabkan
sel mikroorganisme menjadi lisis kemudian mati. Dengan menurunnya jumlah
bakteri dalam produk makanan, kerusakan pangan oleh mikroorganisme dapat
dihambat sehingga meningkatkan umur simpan produk pangan.
12
d. Asap cair grade 3 tak dapat digunakan untuk pengawet makanan, karena masih
banyak mengandung tar yang karsinogenik. Asap cair grade 3 tidak digunakan
untuk pengawet bahan pangan, tapi dipakai pada pengolahan karet penghilang
bau dan pengawet kayu biar tahan terhadap rayap. Cara penggunaan asap cair
grade 3 untuk pengawet kayu agar tahan rayap dan karet tidak bau adalah 1 cc
asap cair grade 3 dilarutkan dalam 300 mL air, kemudian disemprotkan atau
merendam kayu ke dalam larutan.
e. Asap cair grade 2 dipakai untuk pengawet makanan sebagai pengganti formalin
dengan taste asap (daging asap, ikan asap/bandeng asap) berwarna kecoklatan
transparan, rasa asam sedang, aroma asap lemah. Cara penggunaan asap cair
grade 2 untuk pengawet ikan adalah celupkan ikan yang telah dibersihkan ke
dalam 25 persen asap cair dan tambahkan garam. Biasanya ikan yang
diawetkan dengan menggunakan asap cair grade 2 bisa tahan selama tiga hari.
f. Asap cair grade 1 digunakan sebagai pengawet makanan siap saji seperti
bakso, mie, tahu, bumbu-bumbu barbaque. Asap cair grade 1 ini berwarna
bening, rasa sedikit asam, aroma netral dan merupakan asap cair paling bagus
kualitasnya serta tidak mengandung senyawa yang berbahaya untuk
diaplikasikan ke produk makanan. Cara menggunakan asap cair grade 1 untuk
pengawet makanan siap saji adalah 15 cc asap cair dilarutkan dalam 1 liter air,
kemudian campurkan larutan tersebut ke dalam 1 kg adonan bakso, mie atau
tahu. Saat perebusan juga digunakan larutan asap cair dengan kadar yang sama
dilarutkan dalam adonan makanan. Biasanya bakso yang memakai pengawet
asap cair grade 1 bisa tahan penyimpanan selama enam hari.
13
besar sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet
karena sifat antimikroba dan antioksidannya
- Asap cair juga dapat menggantikan proses pengasapan ikan secara tradisional
yang sebelumnya langsung diberi asap, sehingga dapat mengganggu lingkungan.
Selain itu, asap cair dapat digunakan pula pada food processing seperti tahu, mi
basah dan bakso.
- Di industri perkebunan, asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks
dengan sifat fungsional asap cair seperti antijamur, antibakteri dan anti-oksidan,
yang dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.
- Sebenarnya, senyawa formaldehid yang terkandung di asap cair ini telah lama
dimanfaatkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk mengobati sakit gigi,
segala macam sakit kulit yang disebabkan oleh jamur, virus, bakteri dengan cara
mengoleskan pada bagian yang sakit untuk mencegah penyakit kutu air akut,
panu, kadas, kurap, herpes, dan diabetes.
14
IV.KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang Pembuatan Asap Cair, maka dapat diambil
kesimpulan :
1. Proses pembuatan asap cair dengan metode pirolisis yang merupakan proses
reaksi penguraian senyawa-senyawa penyusun kayu keras menjadi beberapa
senyawa organik melalui reaksi pembakaran kering pembakaran tanpa oksigen.
2. Kandungan kimia yang ada pada asap cair ialah senyawa fenol,karbonil,asam
dan hidrokarbon pirosiklik aromatis.
3. Peranan asap cair sebagai bahan pengawet makanan ialah menggantikan
formalin sebagai bahan pengawet makanan yang lebih alami dan tidak banyak
menimbulkan efek samping.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014 http://asapcair.cahayacoconut.com/2014/02/manfaatasapcair.html.
di akses pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 21:25
Anonim,2014 http://asapcair.cahayacoconut.com/2014/02/metodepembuatanasap
air.html. di akses tanggal 24 Oktober 2015 pukul 21:05
Anonim, 2014. http://asapcair.cahayacoconut.com/2014/02/kandungan-kimia
asap-cair.html. di akses pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 20:34
Anonim, 2014. http://asapcair.cahayacoconut.com/2014/02/asap-cair.html. di
akses pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 20:57
Budijanto, S., R. Hasbullah, S. Prabawati, Setyadjit, Sukarno, & I. Zuraida. 2008.
Identifikasi dan Uji Keamanan Asap Cair Tempurung Kelapa untukProduk
Pangan. Jurnal Pascapanen, 5(1): 32-40.
Girard, J.P . 1992. Smoking, dalam J.P. Girard : Technology of Meat and Meat
Products. Ellis Horwood. NewYork. pp. : 165-201.
Guillen, M.D., P. Sopelana and M.A. Partearroyo. 2000. Polycyclic aromatic
hydrocarbons in liquid smoke flavorings obtained from different types of
wood, effect of storage in polyethylene flasks on their concentrations. J
Agric Food Chem. 48:5083-6087.
16
Haji, A.G., Z.A., Masud, B.W., Lay, S.H., Sutjahjo, & G. Pari. 2007.
Karakterisasi Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah Organik Padat
(Characterization Of Liquid Smoke Pyrolyzed From Solid Organic Waste).
J. Tek. Ind. Pert. 16(3): 111-118.
Himawati, Endah. 2010. Pengaruh Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa
Destilasi dan Redestilasi Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi, dan
Sensoris Ikan Pindang Layang (Decapterus Spp) Selama Penyimpanan.
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Prananta, J., 2008, Pemanfaatan Sabut dan Tempurung Kelapa serta Cangkang
Sawit untuk Pembuatan Asap Cair Sebagai Pengawet Makanan Alami.
Skripsi. Aceh: Universitas Malikussaleh.
Soldera, S., N. Sebastianutto, and R. Bortolomeazzi. 2008. Composition of
phenolic compounds and antioxidant activity of commercial aqueos smoke
flavorings. Journal of Agriculture and Food Chemistry,56:2727-2734.
Solichin, M. 2008. Gema Industri Kecil Standart Teknologi Asap Cair Deorub
menjadi Lokomotif Industri. Jakarta: Direktorat Industri Kecil dan
Meneng.
Wijaya, A.,dkk., (2008), IPA Terpadu VIII B, Grasindo, Jakarta.
17
LAMPIRAN-LAMPIRAN
18