Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki usia 31 tahun, alamat Jl. KH AzhariLorong Tuan Putri


No. 24, Palembang, masuk rumah sakit dengan keluhan utama sesak nafas dan
luka tusuk pada punggung. Dari anamnesis diketahui bahwa 3 jam SMRS,
penderita ditusuk oleh seseorangdariarahbelakangdengan menggunakan pisau
pada punggung.
Pada pemeriksaan fisik (survei primer) didapatkan airway baik, breathing
dalam batas normal dan circulation dalam batas normal. Penilaian airway dalam
keadaan baik didasarkan pada tidak ditemukan tanda obstruksi jalan napas. Tandatanda objektif untuk menilai jalan nafas yaitu pada look, dimana penderita tidak
mengalami obstruksi jalan nafas dapat dinilai dengan melihat apakah ada benda
asing di orofaring pasien.. Sedangkan pada listen tidak ditemukan suara berkumur
(gurgling) yang menunjukkan tidak adanya lendir, muntahan, darah, dan lain-lain
di dalam mulut), tidak didapatkan snoring (menunjukkan tidak ada sumbatan jalan
nafas atas dimana lidah jatuh ke posterior pharynx), tidak didapatkan crowing atau
stridor (bersiul, menunjukkan adanya sumbatan di saluran nafas bawah terutama
pada bronkus akibat adanya benda asing), dan tidak dijumpai hoarness (suara
parau, menunjukkan sumbatan pada laring yang biasa terjadi akibat edema laring).
Pada airway juga diperhatikan stabilitas tulang leher dan segera dilakukan
pemberian oksigen dengan sungkup muka atau kantung nafas. Pada penilaian
Breathing dilakukan pemeriksaan berupa look, dan tidak ditemukan tanda-tanda
seperti sianosis dan flail chest, namun ditemukan luka tusuk punggung tanpa
gerakan otot nafas tambahan. Pada feel tidak teraba tulang iga yang patah,
emfisema subkutis, gerak dada yang tertinggal. Dengan perkusi ditemukan
hipersonor pada hemithorax dextra dan redup pada bagian basal, sedangkan pada
listen didapatkan suara napas vesikule rmenurun pada hemithorax dextra tanpa
suara nafas tambahan dan dinilai frekuensi pernapasan yaitu 28x/menit (RR
normal pada orang dewasa: 16-24 kali/menit). Pada Circulation dinilai tekanan

27

28

darah 110/80 mmHg dan frekuensi nadi 88x/ menit reguler,isi dan tegangan
cukup.
Pada survey sekunder, didapati luka tusuk dengan ukuran 3 cm setinggi
veterbrae thorakal II linea midscapula dextra. Pada pemeriksaan palpasi dada,
tidak ditemukan tanda emfisema subkutis, fraktur costae ataupun pergeseran
trakea. Pada pemeriksaan perkusi didapatkan bunyi redup di basal paru kanan
yang dipikirkan karena akumulasi cairan berupa darahPada pemeriksaan
auskultasi didapati suara nafas vesikuler menurun pada hemithorax dextra dan
bunyi jantung (+) normal.
Pasien kemudian menjalani pemeriksaan rontgen yang menunjukkan sudut
costophrenicus sebelah kanan tampak tumpul (gambaran cairan) serta corakan
bronkovaskular hemitoraks kanan menurun. Hal ini menunjukkan kecurigaan
terhadap hemopneumothoraks dextra. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang kasus ini dapat didiagnosis dengan luka tusuk thorax
dengan hemopenumothorax dextra.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan
memberikan O2 sungkup untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Pemberian IVFD
Ringer Laktat yang ditujukan untuk membuka jalur intravena, sehingga dapat
dengan mudah memasukkan obat melalui parenteral. Analgetika diberikan untuk
mengurangi nyeri yang timbul akibat luka tusuk. Heacting dan wound toilette
untuk menutup luka. Pemberian antibiotik dan ATS dilakukan untuk profilaksis
infeksi terutama karena adanya luka tusuk pada regiothorax. Pemasangan chest
tube ditujukan untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
Dengan melihat kondisi pasien dan tindakan yang telah dilakukan,
prognosis pasien ini quo ad vitam dubiaad bonam dan quo ad fungsionam dubia
ad bonam.

Anda mungkin juga menyukai