Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESETA DIDIK


Perkembangan Konsep Diri Remaja

Oleh Kelompok 3

Nama Anggota Kelompok:


Dus Hendra (1202968)
Ferdy Ifwandi (1201145)
Fatma Sari (1200287)
Siska Indrayani (1202224)
Alfi Rahmi (1200206)
Eka Putri Mutia (1204477)
Febrianto (1053003)
Ahmad Luthfi (55506)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul konsep diri makalah ini merupakan syarat
melengkapi tugas kelompok pada mata kuliah perkembangan peserta didik
Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah
ini. Sehingga makalah dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyelesaian makalah ini penulis banyak menemukan kesulitan, hal ini disebabkan karena
masih terbatasnya kemampuan penulis, baik pengalaman maupun pengetahuan. Untuk itu, penulis
harapkan atas kritik dan saran yang positif demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Mei 2013

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
1.2 . Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
B. Jenis-jenis Konsep diri
C.Fungsi Konsep Diri
D. Ciri-ciri Konsep Diri
E. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri
F.Konsep Diri Dan Prestasi Sekolah
G. Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Kepustakaan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


konsep diri adalah gagasan tenteng diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas sebegai atas bagaimana cara kita
melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagai mana yang kita harapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas pada makalah ini adalah:
1.

Pengertian konsep diri.

2.

Jenis-jenis konsep diri.

3.

Ciri-ciri konsep diri.

4.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.

5.

Usaha guru dalam mengembangkan konsep diri.

1.3. Tujuan Penulisan


Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
perkebangan peserta didik.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:
1.

Untuk mengetahui apa itu konsep diri.

2.

Untuk mengetahui jenis-jenis konsep diri.

3.

Untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.

4.

Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan guru dalam mengembangkan konsep diri.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Konsep Diri

Menurut Atwater ( dalam Desmita, 2009 ) konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan
dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image,
kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu
bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu
bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Burns ( dalam Desmita, 2009 ) konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
antara diri kita sendiri. Sedangkan menurut pendapat Pemily yang dikutip oleh Atwater, 1984 ( dalam
Desmita, 2009 ) mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari keyakinan
yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku
yang unik dari invidu tersebut. Sementara itu Cawages 1983 ( dalam Desmita, 2009 ) menjelaskan konsep
diri mencakup seluruh pandangan invidu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, mitivasinya, kelemahannya, kelebihannya, atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
Berdasarkan defenisi di atas, dapat disimpulkan konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri
yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri
terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri
sendiri dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagai mana yang kita harapkan.

B.

Jenis-jenis Konsep Diri


Menurut Hurlock 1974 ( dalam Mudjiran, 2007 ) membagi konsep diri menjadi empat bagian

yaitu:
1.

Konsep diri dasar.

Konsep diri dasar meliputi persepi mengenai penampilan. Kemapuan dan peran status dalam kehidupan,
nilai-nilai, kepercayaan, serta aspirasinya. Konsep diri dasar cenderung memiliki kenyataan yang
sebenarnya.
2.

Konsep diri sementara.

Konsep diri sementara adalah konsep diri yang sifat nya hanya sementara saja dijadikan patokan. Apabila
tempat dan situasi berbeda, konsep-konsep ini dapat menghilang. Konsep diri sementara ini terbentuk
dari interaksi dengan lingkungan dan biasa nya dipengaruhi oleh suasana hati, emosi dan pengalaman
baru yang di laluinya.

3.

Konsep diri sosial.

Konsep diri sosial timbul bedasarkan cara seseorang mempercayai persepsi orang lain tentang dirinya,
jadi tergantung dari perkataan dan perbuatan orang lain pada dirinya, misalnya seorang anak yang selalu
dikatakan nakal. Konsep diri sosial diperoleh melalui interaksi sosial dengan orang lain. Positif atau
negatif konsep diri sosial ini tergantung dari pelakuan kelompok pada invidu. Konsep diri sosial
merupakan awal mulai dasar pembentukan invidu.
4.

Konsep diri ideal.

Konsep diri ideal terbentuk dari persepsi seseorang dan keyakinan oleh apa yang terjadi pada dirinya
dimasa yang akan datang. Konsep diri ini berhubungan dengan pendapat individu mengenai keadaan fisik
dan psikologisnya. Konsep diri ideal ini menurut Hurlock dapat menjadi kenyataan apabila berada dalam
jangkauan kehidupan nyata.

Menurut Strang 1970 ( dalam Mudjiran, 2007 ) memperkenalkan empat konsep yang mendasar
tentang konsep diri yaitu
1.
Konsep diri menyangkut pemahaman seseorang (remaja) tentang kemampuan peranan dan
penghargaan terhadap diri sendiri.
2.
Konsep diri itu tidak tetap, tetapi terjadi perubahan yang bernuktuasi dari waktu ke waktu, dari
pengalaman ke pengalaman. Kegiatan yang terus menerus dalam penyelesaian tugas yang diberikan guru
dapat menyebabkan konsep diri remaja yang positif menjadi negatif,dan penilaian atau penghargaan
terhadap diri sendiri dari remaja menjadi rendah atau lemah.
3.
Konsep diri sosial adalah pendapat seseorang atau remaja tentang bagaimana orang lain memandang
dirinya tentang kemampuan sosialnya.
4.
Konsep diri ideal dan konsep diri realita. Konsep diri ideal yaitu konsep diri seseorang seperti yang
diharapkannya. Konsep diri realita artinya konsep diri yang benar-benar sesuai dengan kemampuan dan
segala sesuatu yang kenyataannya memang dimiliki seseorang.

C. Fungsi Konsep Diri


Felker D. (1974) mengemukakan tiga fungsi utama konsep diri, yaitu sebagai berikut:
1.

Konsep diri sebagai pemeliharaan konsistensi internal

Bila individu mempunyai ide, perasaan, persepsi, yang tidak sesuai dengan pendapat masyarakat, maka
muncullah suatu situasi yang secara psikologis tidak menyenangkan. Falker (1974) mengutip pendapat
Leky yang mengemukakan bahwa individu memilih suatu system untuk mempertahankan kesesuaian
untuk individu dengan lingkungannya.

2.

Konsep diri sebagai interprestasi dari pengalaman

Konsep ini dapat digunakan sebagai penentu tingkah laku. Ini dapat dilihat dari bagaimana pengalamanpengalaman yang di alami dan di interpretasikan individu, dan biasanya member arti tertentu bagi setiap
pengalamannya. Pemberian itu tergantung dari persepsi yang dimiliki individu tentang dirinya. Persepsi
tersebut dapat negatif atau positif.
3.

Konsep diri sebagai suatu kumpulan harapan-harapan

Konsep diri menentukan apa yang di harapkan individu untuk terjadi pada dirinya. Individu memandang
diri dengan harga yang ia tentukan sendiri.

D.

Ciri-ciri Konsep Diri


Menurut Brooks & Emmert (dalam Desmita, 2009) ada dua macam konsep diri yaitu:

1.

Konsep diri Positif memiliki ciri-ciri:

a.

Yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah.

b.

Merasa setara dengan orang lain.

c.

Menerima pujian tanpa rasa malu.

d.
Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak
seluruhnya disetujui masyarakat.
e.
Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak
disenangi dan ingin berubah.
2.

Konsep diri negatif memiliki ciri-ciri:

a.

Sangat peka terhadap kritik.

Orang yang memiliki konsep diri negatif sangat tidak senang terhadap kritik yang ditujukan kepadanya
sehingga ia akan mudah marah atau naik pitam apabila dikritik. Bagi orang yang memiliki sikap seperti
ini koreksi sering kali dipersepsi dengan usaha untuk menjauhkan harga dirinya.
b.

Responsif terhadap pujian.

Orang yang memiliki konsep diri negatif akan merasa sangat senang terhadap segala macam pujian yang
ditujukan kepadanya. Sehingga segala bentuk pujian dan tindakan yang menjunjung harga diri akan
menjadi perhatian utamanya.
c.

Bersikap hipokratis.

Sebagai konsekuensi dari sikap yang kedua diatas, orang ini akan bersikap hipokratis terhadap orang lain.
Ia akan selalu mengeluh dan merendahkan apapun dan siapapun orang itu.

d.

Merasa cemas.

Orang yang memiliki konsep diri negatif akan selalu merasa cemas karena ia selalu merasa dirinya tidak
disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan sehingga ia cenderung bereaksi terhadap orang
lain sebagai musuh. Ia tidak mempersalahkan dirinya tapi ia akan menganggap dirinya sebagai korban
dari sistem sosial yang berlaku.
e.

Bersikap pesimis terhadap kompetisi.

Orang yang memiliki konsep diri negatif akan bersikap pesimis terhadap kompetisi dan akan selalu
berusaha untuk menghindari kompetisi yang dianggap dapat menjatuhkan harga dirinya. Hal ini
terungkap dari keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
Sedangkan menurut Mc Candles (dalam Mudjiran, 2007) konsep diri remaja yang sehat
yaitu:
1.

Tepat dan Sama.

Konsep diri remaja itu tepat dan sama dengan kenyataan yang ada pada diri remaja itu sendiri. Contoh:
seorang remaja laki-laki mampu memerankan dirinya, baik dalam penampilan maupun dalam tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pria maskulin.
2.

Fleksibel.

Konsep diri yang sehat ditandai oleh kefleksibelan atau keluwesan remaja dalan menjalankan perannya di
masyarakat. Contoh: seorang remaja dapat memainkan perannya sebagai siswa di sekolah dengan
konsentrasi belajar, mengerjakan tugas, kerjasama dalam diskusi, displin, dsb. Dan dapat memerankan
perannya dirumah sebagai anak dan kakak dengan menjaga adiknya, membantu orang tuanya.
3.

Kontrol diri.

Remaja dengan konsep diri sehat, mampu mengontrol dirinya sendiri sesuai standar bertingkah laku yang
telah menjadi miliknya sendiri, bukan diatur oleh keharusan-keharusan orang lain.

E.

Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Remaja

Menurut E.B. Hurlock (dalam Elida Prayitno, 1990) faktor perkambangan-perkembangan konsep
diri remaja yaitu bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan julukan, inteligensi kecerdasan, taraf
aspirasi/cita-cita emosi, jenis atau gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman-teman dan
tokoh atau orang yang berpengaruh.
Apabila berbagai faktor itu cenderung menimbulkan perasaan positif (bangga, senang), maka
muncul lah konsep diri yang positif. Pada masa kanak-kanak, seseorang biasanya cenderung menganggap
benar apa saja yang dikatakan oleh orang lain. Jika seorang anak merasa diterima, dihargai, dicintai, maka
anak itu akan menerima, manghargai, dan mencintai dirinya (konsep diri positif). Sebaliknya, jika
seseorang yang berpengaruh disekelilingnya (orang tua, guru, orang dewasa lainnya, atau teman-

temannya) ternyata meremehkan, merendahkannya, mempermalukan, dan menolaknya, maka pengalaman


itu akan disikapi dengan negatif (memunculkan konsep diri negatif).
Remaja memiliki cita-cita yang tidak realistis akan mengalami kegagalan. Hal ini mengakibatkan
remaja memiliki perasaan tidak mampu dan menyalahkan lingkungan diluar dirinya. Sebaliknya remaja
memiliki cita-cita realistis, akan memperoleh penghasilan dan ini akan menimbulkan kepercayaan yang
akan memberikan konsep diri yang baik.
Teman sebaya mempengaruhi konsep diri remaja dengan dua cara. Pertama, konsep diri remaja
merupakan cerminan bagaimana teman-temannya menilai dirinya. Kedua, remaja berada dalam tekanan
untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompoknya.
Menurut Garbarino (1992) mengemukakan bahwa pada prinsipnya dalam proses perkembangan
manusia bisa dilihat dalam perspektif ekologi. Dalam perspektif ini individu berintraksi dengan
lingkungan. Interaksi tersebut mebuat kedua elemen saling memperngaruhi satu sama lain dan
membentuk sistem dalam beberapa tingkatan, yang terdiri dari microsystems, mesosystems, exosystems,
dan macrosystems.
Mycrosystems adalah realita psikologis dari kehidupan nyata yang dialami oleh individu sehari-harinya.
Mikrosistem terdiri dari lingkungan fisik tempat individu berada, lingkungan sosial di sekitar individu,
dan interaksi antara kedua lingkungan di mana individu ikut berpartisipasi. Pada anak-anak ukuran
mycrosystem relatif kecil karena hanya terdiri dari tempat tinggalnya, dengan siapa orang-orang-orang
yang tinggal bersamanya, dan juga bagaimana mereka berinteraksi.
Seiring dengan pertambahan usia anak maka ukuran mycrosystem akan semakin besar dan individu mulai
mengenal mesosystems-nya. Mesosystems adalah hubungan antara mikrosistem di mana individu yang
sedang berkembang dan mengalami kenyataan hidup. Semakin kuat dan lengkap jaringan di antara setting
realita maka mesosistem akan semakin kuat dalam mempengaruhi perkembangan individu.
Di luar mesosistem masih ada exosystems, yaitu situasi yang mempengaruhi orang-orang terdekat anak
tanpa melibatkan anak untuk berpartisipasi langsung dalam situasi tersebut. Lingkungan pekerjaan orang
tua dan rapat-rapat di sekolah adalah contoh exosystems. Sedangkan sistem dengan tingkat paling tinggi
adalah macrosystems yaitu ideologi, budaya, yang melingkupi mesosistem dan exosistem.
Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri di atas, dapat disimpulkan bahwa
semua faktor tersebut tercakup dalam tiga perkembangan khas pada remaja, yaitu fisik, psikis, dan sosial.
Ketiga perkembangan itu saling berkait dalam pembentukan konsep diri.
Kesimpulannya, konsep diri yang berupa totalitas persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas
yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang diemban.

F.

Konsep Diri dan Prestasi Sekolah.

Morison dan Thomson (1973) dan Lecky (dalam Nylor, 1972) Pendapat mereka mengenai hubungan
konsep diri dengan prestasi di sekolah :
1. Siswa yang memiliki konsep diri positif menampilkan prestasi yang baik di sekolah, menunjukkan
hubungan pribadi (baik dengan guruteman) yang positif. Mereka menentukan targer prestasi belajar yang
realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun.
2. Penting diciptakan situasi sekolah yang mengembangkan konsep diri positif siswa, yaitu
memungkinkan mereka mendapatkan pengharagaan, sokongan dan pengakuan dari guru dan teman
mereka. Sangat penting bagi guru mengusahakan agar semua siswa sukses dan menghindari kegagalan
dalam mencapai prestasi di sekolah dalam rangka mengembangkan konsep diri positif siswa.
Kemudian, Kougehnet (1979) para siswa kelas terbuka (open classroom) cenderung memiliki
konsep diri lebih tinggi dari pada siswa dari sekolah tradisional. Open classroom tdk belajar di kelas yang
sangat diatur oleh guru, tapi berlajar berkelompok, observasi, wawancara, diskusi, percobaan dan
berbagai proyek belajar bersama lainnya. Dan menurut Durr dan Schemat (1964), Caplin (1969) dan
Quinby (1967) bahwa Siswa yang berprestasi di bawah potensi intelektual yang sebenarnya
(underachiever) dan siswa yang berprestasi diatas potensi intelektualnya berbeda konsep diri mereka.
Overachiever memiliki konsep diri yang lebih tinggi daripada underachiever.

G.

Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja


Menurut Mudjiran 2007, usaha guru untuk mengembangkan konsep diri pada siswa nya yaitu:

a.
Memberikan penguatan dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan bagi siswa
memperoleh penguatan.
b.
Memberi sokongan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa
tersokong dan di setujui.
c.

Selalu berfikir positif tentang penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa.

d.
Menciptakan situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang
sukses yaitu belajar dengan siswa aktif.
e.
Menghargai usaha siswa melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan hasil
usaha mereka.
f.
Berusaha mengembangkan bakat dan keterampilan para siswa, sehingga mereka merasa berguna
dan berarti.
g.

Suka menyokong dan memberikan penghargaan bukan mencela dan menyalahkan.

h. Tidak suka bahkan tidak ingin memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan menguasai
berbagai konsep yang di ajarkan.

i.

Hubungan sosial guru dan siswa yang hangat bukan mengkritik, mencela atau menghukum.

j.

Lingkungan sekolah membuat program-program penampilan fisik untuk remaja pria dan wanita.

k.
Lingkunga sekolah yang menimbulkan perasaan sukses dalam diri setiap siswa dengan berbagai
cara.
l.

Berfikir positif dalam menilai menapilkan fisik dan psikis siswa.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dapat disimpulkan konsep diri adalah gagasan tenteng diri sendiri yang mencakup keyakinan,
pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas sebegai atas
bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri dan
bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagai mana yang kita harapkan.
Ciri-ciri konsep diri yang positif. (a) Yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah. (b) Merasa
setara dengan orang lain. (c) Menerima pujian tanpa rasa malu. (d) Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. (e)
Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak disenangi
dan ingin berubah.

Daftar Kepustakaan

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Elida Prayitno. 1990. Perkembangan Peserta Didik (Remaja) Padang: FIP IKIP Padang
Mudjiran, Dkk. 2007. Buku Ajar; Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.

Anda mungkin juga menyukai