TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
2.1.1
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. 6
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman
orang lain, media massa maupun lingkungan. 6
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang. 6
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. 6
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan itu adalah
semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari
usaha manusia untuk tahu. 7
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya
sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketehui pada dirinya
sendiri dalam kesatuan aktif. 7
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan : 7
1.
2.
3.
4.
5.
2.1.2
Tingkat Pengetahuan
Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
2.
Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3.
Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya.Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
4.
Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
5.
Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
6.
Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada. 6
2.1.3
Pengukuran Pengetahuan
2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 6 Menurut Robert kwick (1974)
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat
dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). 6
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau factorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap
stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. 6
Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu: 6
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
8
Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh basil
aerob yang tahan asam, Mycobacterium tuberculosis atau spesies lain yang dekat seperti M.
bovis dan M. africanum. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat pula
menyerang susunan saraf pusat, sistem limfatik, sistem pernapasan, sistem genitourinaria,
tulang, persendian, bahkan kulit.12
2.3.2
Etiologi
10
Gambar 2.1 Toksonomi Kuman TBC (National Center for Biotechnology Information /
NCBI) 12
M. tuberculosis berbentuk basil atau batang ramping lurus yang berukuran kira-kira
0,2-0,4 x 2-10 m, dan termasuk gram positif. Pada medium kultur, koloni bakteri ini
berbentuk kokus dan filamen. Identifikasi terhadap bakteri ini dapat dilakukan melalui
pewarnaan tahan asam metode ziehl-neelsen maupun tanzil, yang mana tampak sebagai basil
berwarna merah di bawah mikroskop.12
Gambar 2.2 Basil tuberkel (merah) di bawah mikroskop dengan pewarnaan tahan asam12
Pada umumnya, genus mycobacterium kaya akan lipid, mencakup asam mikolat
(asam lemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfatida. Lipid dalam batas-batas tertentu
bertanggung jawab terhadap sifat tahan-asam bakteri. Selain lipid, mycobacterium juga
mengandung beberapa protein yang dapat memicu reaksi tuberkulin, dan mengandung
berbagai polisakarida.12
Mycobacterium tidak menghasilkan toksin, tetapi termasuk organisme yang virulen
sehingga bila masuk dan menetap dalam jaringan tubuh manusia dapat menimbulkan
penyakit. Bakteri ini terutama akan tinggal secara intrasel dalam monosit, sel
retikuloendotelial, dan sel-sel raksasa.5
2.3.3
Epidemiologi
11
12
Gambar 2.3 Kasus tuberkulosis berdasarkan kelompok usia di Amerika Serikat tahun 2002
Sementara di Eropa, sekitar 80% orang yang terinfeksi TB ternyata berumur di atas 50
tahun. Peningkatan insiden TB pada orang yang berusia lanjut juga terjadi di daerah lain di
dunia, seperti di kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia, angka insidensi TB secara perlahan
bergerak ke arah kelompok usia lanjut (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun saat ini
sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun.9,10,12,13
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. 9,12
Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk,
seperti terlihat pada tabel 1.9,11
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap
tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB
terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per
100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000
penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang
muncul. Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India
dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat
TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia.1,10
13
2.3.4
Patofisiologi
Terdapat 4 stadium infeksi TB saat mikroba tersebut mulai masuk ke dalam alveolus: 12
Stadium 1
Makrofag akan memfagosit basil tuberkel dan membawanya ke kelenjar limfe regional
(hilus dan mediastinum). Basil ini kemudian akan berkembang biak, dihambat atau
dihancurkan, tergantung tingkat virulensi organisme dan pertahanan alamiah dalam hal
ini kemampuan mikrobisidal makrofag.
komplemen C5a, yang memanggil monosit ke area infeksi. Makrofag yang mengandung
basil yang bermultiplikasi dapat mati dan memanggil lebih banyak monosit.12
Stadium 2
Terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-21, basil tetap akan memperbanyak diri sementara
sistem imun spesifik belum teraktivasi dan monosit masih terus bermigrasi ke area
infeksi.12
Stadium 3
Terjadi setelah 3 minggu, ditandai oleh permulaan imunitas selular dan respon Tdth.
Makrofag alveolar, yang pada saat itu telah menjadi limfokin yang diaktivasi oleh
limfosit T, menunjukkan peningkatan kemampuan untuk membunuh basil tuberkel
intraselular. Proses ini menghasilkan kompleks ghon dan nekrosis kaseosa yang dapat
terbentuk.12
Stadium 4
Menunjukkan reaktivasi (sekunder atau post primer) stadium TB. Pada stadium terakhir
ini, basil akan lebih memperbanyak diri secara ekstraselular. Basil tuberkel akan
menyebar ke peredaran darah secara hematogen. Basil tuberkel biasanya tetap dalam
kondisi stabil sebagai dorman, sepanjang sistem imun penjamu masih intak.
Sekitar 10% individu yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit TB pada waktu
tertentu dalam hidupnya, tetapi risiko ini lebih tinggi pada individu dengan penyakit
defisiensi imun seperti HIV/AIDS, sering mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan usia
lanjut. Faktor lainnya seperti kurang gizi, kemiskinan, individu alkoholik, juga dapat
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit TB.1,12
14
2.3.5
Diagnosis
Tes tuberkulin/PPD yang paling sering digunakan adalah tes Mantoux yakni dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purifed Protein Derivative) intrakutan
BTA (Bakteri Tahan Asam) positif adalah bila ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman BTA pada satu sediaan. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam
waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang
dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB
nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis
utama.1,5,12
Pemeriksaan biakan sangat berperan dalam mengidentifikasi M.tuberkulosis pada
penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan
masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan
identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam
beberapa situasi: 1) Pasien TB yang masuk tipe pasien kronis, 2) Pasien TB ekstra paru
dan pasien TB anak, dan 3) Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan
kekebalan ganda.1,5,10,13
Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat mendeteksi DNA bakteri tuberkulosis
dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi bakteri yang tidak tumbuh pada sediaan
biakan.1,5,12
Secara singkat, alur diagnosis TB paru dapat digambarkan pada gambar 2.4.
16
Gambar
2.4 Alur Diagnosis TB Paru
2.3.6
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis
pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya. 1,5,13
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
17
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
foto toraks dan lain lain. 13
2.3.7 Pemeriksaan Dahak
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu
pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut: 1
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA
positif. (lihat bagan alur)
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT. (lihat bagan alur)
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi
perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk
menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
2.3.8
tuberculosis
atau
tidak
ada
fasilitas
biakan,
positif.
o 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
o
o
o
o
19
20
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal,
default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang,harus dibuktikan secara
patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.
2.3.9
Terapi1,12
Sifat
Isoniazid (H)
Bakterisid
Rifampicin (R)
Bakterisid
Pyrazinamide (Z)
Bakterisid
Streptomycin (S)
Bakterisid
Harian
5
(mg/kg)
3x seminggu
10
(4-6)
10
(8-12)
10
(8-12)
25
(8-12)
35
(20-30)
15
(30-40)
(12-18)
diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.17
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:1,5,10,13
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru TB paru
BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif, atau pasien TB ekstra
paru.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien
BTA positif yang telah diobati sebelumnya, yakni pasien yang kambuh, pasien gagal
2.4
dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti-tuberkulosis lini-2, misalnya
golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon. Pengobatan untuk
pasien ini setidaknya menggunakan empat obat yang masih efektif dan pengobatan harus
diberikan paling sedikit 18 bulan. Menurut WHO, pengobatan TB-MDR diberikan selama 1824 bulan setelah sputum konversi.9,12
Dibandingkan dengan OAT lini-1, OAT lini-2 ini jumlahnya terbatas, efektivitasnya
belum jelas, dan tidak tersedia secara gratis untuk pasien TB-MDR. Sampai saat ini, belum
ada data atau penelitian yang memberikan bukti tentang keberhasilan pengobatan TB-MDR
dengan OAT lini-2. Lebih jauh lagi, rejimen obat, dosis, dan lama pengobatan OAT lini-2
untuk TB-MDR yang tidak sesuai dapat mengakibatkan TB-XDR (extensively drug-resistant
TB). TB-XDR ini ditandai dengan resistensi bakteri terhadap isoniazid dan rifampicin,
ditambah dengan resistensi satu obat apapun dari golongan fluoroquinolone, dan salah satu
dari OAT jenis injeksi (amikasin, kanamisin, atau capreomisin).9,12
2.5 PMO
Salah satu usaha untuk menjamin pasien tetap semangat menelan obat sampai sembuh
adalah menyiapkan seseorang untuk mendampingi pasien TB, disebut PMO (Pengawas
Menelan Obat). 3
Penanggulangan Tuberkulosis (TB) Paru di Indonesia menggunakan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) yang direkomendasikan WHO sejak tahun 1995.3
Penemuan penderita TB Paru dalam strategi DOTS dilakukan secara pasif (passive case
finding). Penjaringan tersangka TB Paru dilaksanakan hanya pada penderita yang berkunjung
ke unit pelayanan kesehatan terutama Puskesmas sehingga penderita yang tidak datang masih
menjadi sumber penularan yang potensial. 3 Strategi passive case finding kurang maksimal
untuk diterapkan terutama dalam percepatan penanganan penyakit TB yang telah menjadi
bahaya global. 1,3,5,13
Program pemberantasan TB Paru menjadi sangat penting untuk dilakukan karena
sejak tahun 1999 kasus TB Paru di Indonesia cenderung meningkat sehingga pelaksanaan
DOTS secara passive case finding perlu ditinjau ulang. Penemuan penderita TB Paru secara
aktif di masyarakat sangat penting untuk mencegah penularan lebih lanjut tetapi kendala di
lapangan adalah jumlah tenaga kesehatan yang ada sangat terbatas. Metode active case
finding yang dilakukan oleh kader masyarakat untuk meningkatkan angka cakupan
23
(coverage) penemuan, pemeriksaan dan pengobatan TB Paru sejauh ini masih belum
diterapkan. 1,3,5,10,13
Menurut Setyanto dkk (2008) salah satu komponen DOTS adalah pengobatan
panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung, yaitu adanya seseorang yang
bertanggung jawab mengawasi pasien menelan obat yang sering disebut dengan PMO. Setiap
pasien baru yang ditemukan harus selalu didampingi oleh seorang PMO. 3,5
2.5.1 Siapa yang Menjadi PMO?
PMO sebaiknya sudah ditetapkan sebelum pengobatan TB dimulai. Bila pasien
mampu datang berobat teratur maka paramedic atau petugas sosial dapat berfungsi sebagai
PMO, namun bila sulit datang berobat rutin maka PMO sebaiknya seseorang yang tinggal
serumah atau dekat rumah pasien. Beberapa pilihan yang dapat menjadi PMO adalah : 1,3,5
Petugas kesehatan
sakit. 1,3,5
2.5.2 Syarat PMO1,3,5
Diutamakan petugas kesehatan, pilihan lain adalah kader kesehatan, kader dasawisma,
kader PPTI , kader PKK atau anggota keluarga yang disegani pasien
2.5.3 Tugas PMO1,3,5
Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat agar menelan obat
secara teratur sampai selesai pengobatan
Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah
ditentukan
Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur sampai selesai
24
Mengenali efek samping ringan obat dan menasehati pasien agar tetap mau menelan
obat
berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan
dilandaskan kepada paradigma sehat. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk
mencapai visi pembangunan kesehatan selama 5 tahun (2010-2015) yaitu Masyarakat Sehat
Mandiri dan Berkeadilan. Untuk mencapai visi tersebut ditempuh melalui 4 misi, salah satu
diantaranya yaitu Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. Dimana sasaran strategis dalam
pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014, dibuat sebanyak 8 strategis. Sasaran strategis
yang kelima adalah Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat
rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.3,4,5
Program ini telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (dahulu : Departemen
Kesehatan) sejak tahun 1996. Evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan
melihat indikator PHBS di tatanan rumah tangga. Namun demikian, karena tatanan rumah
tangga saling berkait dengan tatanan-tatanan lain, maka pembinaan PHBS dilaksanakan tidak
hanya di tatanan rumah tangga, melainkan juga di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat
kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan. Walaupun program pembinaan
PHBS ini sudah berjalan sekitar 15 tahun, tetapi keberhasilannya masih jauh dari harapan.
26