Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.
Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga
yang dapat dilakukan diantaranya sepak bola, lari pagi, bersepeda, dan lain-lain.
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, kata olahraga merupakan kata kerja yang
diartikan gerak badan agar sehat. Maka olahraga merupakan salah satu aktivitas yang
penting untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan bugar.
Di Indonesia, Taekwondo sudah tidak asing lagi, terbukti sekarang hampir di
setiap provinsi, bahkan di kota-kota di seluruh Indonesia terdapat tempat latihan
Taekwondo, termasuk Salatiga. Di Salatiga, Taekwondo termasuk jenis beladiri yang
banyak diminati, kurang lebih 200 orang yang terdaftar di dalam keanggotaan
Taekwondo Salatiga. Dalam Taekwondo, ada tingkatan-tingkatan mengenai jenjang
sabuk yang dipegang para taekwondo-in. Mulai dari yang terkecil sampai yang
tertinggi. Taekwondo-in dikatakan senior apabila berada dijejang sabuk merah. Ada
cara bagi Taekwondo-in untuk mencapai tingkatan lebih tinggi mengenai tingkat
sabuk yang dipegang yaitu dengan cara mengikuti ujian kenaikan tingkat. Ujian
kenaikan tingkat ini diadakan setiap tiga bulan sekali dan ujian ini diperuntukan
kepada taekwondo-in yang belum mendapat gelar senior (sabuk merah). Saat

melakukan observasi, dalam mengikuti ujian kenaikan tingkat para peserta


didapatkan mengalami kecemasan yang berupa ke kamar mandi berulang kali, keluar
keringat dingin, gugup, dan yang fatal yaitu salah atau lupa melakukan rangkaian
gerakan yang diujikan.
Kecemasan ini akan menyertai di setiap kehidupan manusia terutama bila
dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Sebenarnya
kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua orang,
hanya tarafnya saja yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan perasaan campuran
berisikan ketakutan dan berisi keprihatinan mengenai masa-masa yang akan datang
tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Menurut Gonzales, Tayler, dan Anton
(dalam Frietman 1997) kecemasan didefinisikan menjadi dua definisi utama, yaitu
kekhawatiran dan emosionalitas. Dimensi emosi merujuk pada reaksi fisiologis dan
sistem saraf otonomik yang timbul akibat situasi dan objek tertentu, juga perasaan
yang tidak menyenangkan atau reaksi emosi terhadap hal buruk yang tidak
menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang dirasakan yang mungkin
terjadi terhadap sesuatu yang akan terjadi, seperti ketegangan bertambah, jantung
berdebar keras, tubuh berkeringat, dan badan gemetar saat mengerjakan sesuatu.
(Ghufron 2010).
Dari pernyataan di atas, kecemasan dapat diartikan sebagai suatu reaksi emosi
seseorang. Kecemasan dapat didefinisikan sebagai proses emosi yang bercampur
ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan. Kecemasan
merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran

atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh
seseorang.
Berkaitan dengan kondisi fisik orang cemas, Tallis (dalam Richard 2010)
menerangkan bahwa secara umum respon kecemasan dapat dilihat melalui respon
psikologis maupun respon fisiologis. Respon psikologis kecemasan dapat ditunjukkan
melalui rasa tegang, gelisah, mudah tersinggung, merasa tidak nyaman, sedangkan
respon fisiologis antara lain ditandai dengan keringat dingin, tekanan darah
meningkat, jantung berdebar-debar. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian dari
Sulistiyana, Dwi (2010) mengenai Efektifitas Teknik Relaksasi fisik (Otot) untuk
Menurunkan Kecemasan Siswa dalam Menghadapi UAS di SMAN 3 Malang, yang di
dalamnya menjelaskan gejala-gejala fisiologis yang dialami siswa karena menghadapi
UAS diantaranya jantung berdebar-debar. Masalah kecemasan yang dialami atlet ini,
hampir dialami oleh sebagian besar atlet dalam setiap cabang olahraga.
Ghazalba, Fahrur Azhar (2009) tentang Pengaruh Pelatihan Relaksasi
Terhadap Kecemasan Pada Atlet Karate menunjukan bahwa pelatihan relaksasi
berpengaruh secara signifikan pada kecemasan atlet karate yang ditunjukkan dengan
hasil U-test diperoleh nilai U sebelum pelatihan (pre-test) sebesar 135,500 dengan
p>0,05, sedangkan nilai U setelah pelatihan (post-test) sebesar 59,500 dengan p<0,05
Persiapan fisik, teknik, dan mental sangat berpengaruh dalam ujian kenaikan
tingkat yang akan diikuti. Persiapan yang matang akan membawa seorang
taekwondo-in dapat lulus ke tingkat berikutnya. Akan tetapi kondisi kesiapan fisik,

teknik maupun mental para peserta seringkali tidak sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan wawancara dan observasi oleh penulis, para taekwondo-in yang merasa
cemas yang berlebihan dan menimbulkan gejala fisiologis diantaranya ketegangan
otot, kegelisahan, gemetar, detak nadi menjadi cepat dan susah tidur, hal ini sering
terjadi ketika para peserta akan menghadapi ujian kenaikan tingkat.
Masalah kecemasan ini bukan tidak mungkin untuk diatasi, sebenarnya
banyak cara yang bisa dilakukan. Setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk
mengatasi kecemasan tersebut. Misalnya dengan mendengarkan musik, membaca,
relaksasi, bertamasya atau berbincang-bincang dengan teman. Latihan relaksasi yang
disajikan sebagai Active Coping Skill secara signifikan menunjukkan pengurangan
kekecewaaan yang lebih besar dari pada subyek yang hanya diberi latihan relaksasi
yang disajikan sebagai prosedur otomatis untuk mengurangai kecemasan. (Trien
dalam Abimanyu 1996).
Dari semua keterangan di atas dapat diasumsikan bahwa biasanya
permasalahan yang timbul pada taekwondo-in, salah satunya adalah adanya
kecemasan yang disebabkan oleh perasaan yang tidak menentu dan adanya ketakutan
ketika taekwondo-in saat menghadapi ujian kenaikan tingkat mengalami kegagalan
dan tidak lulus ketingkat selanjutnya dan merasa malu dengan teman-temannya,
sehingga bisa mengganggu konsentrasi yang berdampak pada prestasi yang tidak
optimal. Adanya permasalahan kecemasan pada Taekwondo-in Salatiga, maka perlu
kiranya diadakan pelatihan yang dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan diri
taekwondo-in. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

kecemasan demi mencapai prestasi taekwondo-in yang optimal adalah relaksasi.


Dalam latihan ini dilakukan dengan cara melatih peserta untuk lebih dapat menguasai
emosinya sendiri, serta mencapai sebuah ketenangan diri. Selain itu pelatihan ini juga
bisa membuat Taekwondo-in belajar untuk menenangkan diri, menyatukan perasaan
dengan pikiran serta organ tubuh. Taekwondo-in yang mengikuti latihan ini
diharapkan akan memiliki ketenangan diri dan tidak terganggu rasa cemas sehingga
bisa mencapai kelulusan dengan nilai optimal.

1.2. Rumusan Masalah


Apakah relaksasi dalam pendekatan behavior efektif mengurangi kecemasan
pada Taekwondo-in Salatiga sebelum menghadapi ujian kenaikan tingkat?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui efektivitas relaksasi dalam pendekatan
behavior untuk mengurangi kecemasan pada Taekwondo-in Salatiga sebelum
menghadapi ujian kenaikan tingkat.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi di
bidang bimbingan dan konseling khususnya yang berkaitan dengan latihan relaksasi

dan penurunan kecemasan. Apabila penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan
maka penelitian ini akan mendukung penelitian dari Ghazalba (2009).
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi pelatih, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan infomasi yang
berkaitan dengan pengaruh latihan relaksasi terhadap kecemasan pada
Taekwondo-in sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan
pelatihan-pelatihan untuk mengurangi kecemasan dalam rangka meningkatkan
kelulusan dalam ujian kenaikan tingkat.
2. Bagi Taekwondo-in, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana
cara mengurangi kecemasan sebelum menghadapi ujian kenaikan tingkat.

1.5 Sistematika Penelitian


Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teoritis berisi tentang Kecemasan, Pendekatan Behavioral,
Latihan relaksasi.
Bab III Metodologi Penelitian berisi tentang jenis penelitian, variabel
penelitian, subjek penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang gambaran subjek


penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis data, uji hipotesis dan pembahasan. Bab
V Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai