Anda di halaman 1dari 15

I.

Analisis Masalah
1. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik?

a. Pitting Edema

PITTING EDEMA
1. Inspeksi daerah edema ( simetris, apakah ada tanda tanda peradangan.
2. Lakukan palpasi pitting dengan cara menekan dengan menggunakan ibu jari dan
amati waktu kembalinya.
Penilaian

Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik


Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
Derajat IV : kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7 detik

b. Ascites
Teknik pemeriksaan asites:
1. Shifting dullness > Pada penderita yang terlentang, dicari batas timpani pekak
(permukaan cairan) di bagian lateral abdomen.Bila posisi penderita dimiringkan, maka
batas timpani pekak menjadi bergeser.

(Dari Mark H. Swartz. 1995, hal 252).


2. Undulasi:
Dua telapak tangan ditaruh di kiri dan kanan dinding abdomen.Telapak tangan penderita
atau pemeriksa kedua, pada sisi ulnar ditekan ke dinding abdomen.Ujung-ujung jari
memberikan tekanan pada satu sisi, maka telapak tangan yang lain merasakan adanya
gelombang.

3. Fluid Wave
Pemeriksaan asites bisa dilakukan dengan cara menekan secara dalam ke arah garis
tengah dinding abdomen (untuk mencegah vibrasi sepanjang dinding abdomen), letakkan
telapak tangan yang satu berlawanan dengan telapak tangan yang lain untuk
mendengarkan adanya cairan asites.
4. Pudle Sign
Pasien pada posisi bertumpu pada lutut dan siku tangan, yang mana akan menyebabkan
cairan asites berkumpul di bagian bawah abdomen. Lakukan perkusi dari bagian samping
perut (lank) ke garis tengah. Pada area asites suara perkusi akan lebih mengeras.

2. Apa makna klinis dari paru dan jantung dalam batas normal

Batas paru dan jantung dalam batas normal menandakan bahwa belum terjadi manifestasi
pada paru seperti efusi pleura dan pada jantung seperti infark miokard. Hal ini juga dapat
menghilangkan diagnosis banding terhadap adanya chronic heart failure.
3. Apa jenis pemeriksaan dan tujuan urinalisis?
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan pemeriksaan rutin
pada sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin menangkup evluasi hal-hal berikut:
a. Observasi warna dan kejernihan urin.
b. Pengkajian bau urin
c. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin.
d. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin (masingmasing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging) untuk
mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria), Kristal (kristaluria),
pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).

a. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan
kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna
sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat
berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi
atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan
juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada
pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus
dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat.
Kelainan

pada

warna,

kejernihan,

dan

kekeruhan

dapat

mengindikasikan

kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati,


kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah
warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam
urin (proteinuria).
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak),
senna.

Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk


infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab
nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab
nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh
obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat,
indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara,
kompleks besi, fenol.
4. Apa saja tatalaksana dan pencegahan yang dapat diberikan?

A. Medikamentosa
Pengobatan dengan prednisone diberikan dengan dosis awal 60 mg/m2 LPB/hari atau 2
mg/kgbb/hari (maksimal 80 mg/ hari) dalam dosis terbagi 3 , untuk menginduksi remisi.
Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan ideal (berat badan terhadap tinggi
badan). Prednison dosis penuh (full dose) inisial diberikan selama 4 minggu. Bila terjadi
remisi dalam 4 minggu pertama, dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan dosis 40 mg/m2
LPB (2/3 dosis awal) atau 1,5 mg/kgbb/hari, secara alternating (selang sehari), 1 x sehari
setelah makan pagi. Pada sindrom nefrotik resisten steroid atau toksik steroid, diberikan obat
imunosupresan lain seperti siklofosfamid per oral dengan dosis 2-3 mg/kgbb/hari dalam
dosis tunggal di bawah pengawasan dokter nefrologi anak. Dosis dihitung berdasarkan berat
badan tanpa edema (perentil ke-50 berat badan menurut tinggi badan).

Sumber: Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak Edisi kedua

Sumber: Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak Edisi kedua
Tatalaksana sidrom nefrotik pada kasus relaps.

B. Suportif
Bila ada edema anasarka diperlukan tirah baring. Selain pemberian kortikosteroid atau
imunosupesan, diperlukan pengobatan suportif lainnya, seperti pemberian diet protein

normal (1,5-2 g/kgbb/hari), diet rendah garam (1-2 g/hari) dan diuretik. Diuretik furosemid
1-2

mg/kgbb/hari,

bila

perlu

dikombinasikan

dengan

spironolakton

(antagonis

aldosteron,diuretik hemat kalium) 2-3 mg/kgbb/hari bila ada edema anasarka atau ada edema
yang mengganggu aktivitas. Jika ada hipertensi dapat diberikan obat antihipertensi.
Pemeberian albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4 jam untuk menarik cairan
dari jaringan interstitial dan diakhiri dengan pemberian furosemid intravena 1-2 mg/kgbb
dilakukan atas indikasi seperti edema refrakter, syok,atau kadar albumin 1 gram/dL. Terapi
psikologis terhadap pasien dan orangtua diperlukan karena penyakit ini dapat berulan dan
merupakan penyakit kronik:
Dosis pemberian albumin:
Kadar albumin serum 1-2 g/dL: diberikan 0,5 g/kgBB/hari; kadar albumin < 1 g/dL
diberikan 1g/kgabb/hr

II. Learning Issue

1. Anatomi dan Fisiologi sistem urinarius


A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARIUS
Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius. Fungsi utama ginjal
adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh,
mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam darah dan mengatur tekanan darah. Urin
yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melelui ureter ke dalam
kandung kemih tempat urin tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi,
kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lawat uretra.
1.

GINJAL
Adalah organ berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm,
tebal 2,5 cm. Setiap ginjal memiliki berat antara 125 175 gram pada laki laki dan 115
155 gram pada perempuan. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, posisi
ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena diatas ginjal kanan terdapat hati. Setiap
ginjal diselubungi oleh 3 lapisan jaringan ikat yaitu :
a. Facial renal adalah pembungkus terluar yang mempertahankan posisi organ
b. Lemak perineal adlah jaringan adipose yang terbungkus facial ginjal. Jaringan ini
membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya
c. Kapsul fibrosa adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus ginjal
dan dapat dengan mudah dilepas.
Struktur nefron. Satu ginjal mengandung 1 4 juta nefron yang merupakan unit
pembentuk urin. Nefron adalah unit structural dan fungsional dari ginjal, setiap nefron
memiliki satu komponen vaskuler ( kapiler ) dan satu komponen turbular.

a. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel berdinding


ganda disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsul bowman bersama-sama
membentuk sebuah korpuskel ginjal.
b. Tubulus kontortus proksimal panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku.
Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel
kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area
permukaan lumen.
c. Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa
henle yang masuk kedalam medulla membentuk lengkungan jepit yang tajam
dan membalik keatas membentuk tungkai asenden ansa henle.
d. Tubulus kontortus distal juga sangat berlku, panjannya sekitar 5mm dan
membentuk segmen terakhir nefron.
e. Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul
berdesenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah
tubulus kontortus distal. Tubuluh pengumpul duktuk pengumpu besar yang
lurus. Duktus penumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan
urine kedalam kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine dikeluarkan dialirkan ke
ureter yang mengarah ke kandung kemih.

Suplai Darah
1. Arteri ranalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masingmasing
ginjal dan masuk ke hilus malalui cabang arterior dan posterior.
2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri arteri interlobaris
yang mengalir diantara piramida piramida ginjal.
3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan korteks dan
medulla.
4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arteari arkuata di sudut kanan dan
melewati korteks.
5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Suatu arteriol aferen membentuk
sekitar 50 kapilar yang membentuk glomerulus.

Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal terdiri dari :


1.Pengeluaran zat sisa organik.
Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin
dan hormon.
2. Pengaturan Keseimbangan Asam - Basa Tubuh.
Ginjal mengendalikan ekskresi ion hydrogen ( H +), bikarbonat ( HCO3- ), dan
ammonium ( NH4- ) serta memproduksi urin asam atau basa, bergantung pada
kebutuhan tubuh
Asam ( H+ ) disekresikan oleh sel sel tubulus ginjal ke dalam filtrate, dan disini
dilakukan pendaparan terutama oleh ion ion fosfat serta ammonia ( ketika didapar
dengan asam, ammonia akan berubah menjadi ammonium ). Fosfat terdapat dalam
filtrate glomerulus dan ammonia dihasilkan oleh sel sel tubulus ginjal serta
dikresikan ke dalam cairan tubuler. Melalui proses pendaparan, ginjal dapat
mengekskresikan sejumlah besar asam dalam bentuk yang terikat tanpa menurunkan
lebih lanjut nilai pH urin.
3. Pengaturan Konsentrasi ion ion penting
Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, sulfat dan fosfat. Ekskresi ion
ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain, seperti saluran
gastrointestinal atau kulit.
4. Pengaturan Produksi Sel Darah Merah
Ginjal melepas eritropoitin, yang mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum
tulang.
5. Pengaturan Tekanan Darah
Suatu hormone yang dinamakan rennin disekresikan oleh sel sel vtjukstaglomerular
ketika tekanan darah menurun. Suatu enzim akan mengubah rennin menjadi
angiotensin I yang akan diubah menjadi angiotensin II, yaitu senyawa vasokonstriktor
paling kuat. Vasokonstriksi menyebabkan peningkatan tekanan darah. Aldosteron
disekresikan oleh korteks adrenal sebagai reaksi terhadap stimulasi oleh kelenjar
hipofisis dan pelepasan ACTH sebagai reaksi terhadap perfusi yangjelek atau
peningkatan osmolalitas serum. Akibatnya adalah peningkatan tekanan darah.

Tekanan darah menurun

Ginjal

renin ( disekresikan oleh sel sel jukstaglomerular)

Hati

Angiotensin I

Kelenjar hipofisis

Angiotensin II (vasokonstriktor kuat)

ACTH

Aldosteron (dilepas oleh kelenjar adrenal)

Kelenjar adrenal

Retensi air dan natrium

Meningkatka
n
tekanan
darah

Volume cairan ekstrasel meningkat

6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
Ginjal melalui eksresi glikosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas
konsentrasi nutrient dalam darah.
7. Pengeluaran zat beracun.
Ginjal mengeluarakan polutan, zat tambahan makanan, obat obatan, atau zat kimia
asing lain dari tubuh.
2.

URETER
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang
merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara 2530 cm dan
berdiameter 4-6 mm.
Saluran ini menyempit di 3 tempat :
a. Di titik asal ureter pada pelvis ginjal
b. Di titik saat melewati pinggiran pelvis
c. Di titik pertemuannya dengan kandung kemih

Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan : lapisan terluar adalah lapisan fibrosa,
ditengah adalah muskularis longtudinal ke arah dalam dan otot polos sirkular ke arah
dalam dan otot polos sirkular ke arah luar dan lapisan terdalam adalah epitelium mukosa
yang mensekresi selaput mukus pelindung.
3.

KANDUNG KEMIH ( VESIKA URINARIA )


Adalah organ muscular berongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin, pada
laki laki, kandung kemih terletak tepat di belakang simfisis pubis dan di depan rectum.
Pada perempuan, organ ini terletak agak di bawah uterus di depan vagina. Ukurannya
sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis saat kosong, organ berbentuk seperti buah pir
dan dapat mencapai umbilicus dalam rongga abdominopelvis jika penuh berisi urin.
Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan lipatan peritoneum dan
kondensasi fasia.
a. Dinding kandung kemih terdiri dari 4 lapisan :
1) Serosa, adalah lapisan terluar, lapisan perpanjangan lapisan peritoneal rongga
abdomenopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.
2) Otot destrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas berkas otot
polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk memastikan bahwa
selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke segala arah
3) Sub

mukosa

adalah

lapisan

yang

terletak

dibawah

mukosa

dan

menghubungkannya dengan muskularis.


4) Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan

epitel yang

tersusun dari epithelium transisional.


b. Trigonum, adalah area halus, triangular, dan relative tidak dapat berkembang yang
terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih.

4.

URETRA
Mengalirkan urin dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh. Uretra laki laki
panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostate dan penis.
a.

Uretra prostatic dikelilingi oleh kelenjar prostat. Uretra ini menerima dua
duktus ejaculator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan
duktus kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus
dari kelenjar prostat.

b.

Uretra membranosa adalah bagian terpendek. Bagian ini berdinding tipis


dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.

c.

Uretra karvenous merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima


duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksternal pada
ujung penis.

Uretra pada perempuan, berukuran pendek ( 3,75 cm ). Saluran ini membuka keluar
tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang terletak dalam vestibulum antara klitoris
dan mulut vagina. Panjangnya uretra laki laki cenderung menghambat invasi bakteri ke
kandung kemih (sistitis) yang lebih sering terjadi pada perempuan.

Proses Pembentukan Urin


Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowmen berfungsi sebagai/ untuk
menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan
kembali dari zat zat yamg sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke
piala ginjal terus berlanjut ke ureter.
Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri
dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Tahap tahap pembentukan urin :
a.

Penyaringan ( Filtrasi )
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik
dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam
vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan
komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari
jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut
sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus
dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara
glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang
mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus
proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler,
membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang
perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate (Guyton.1996).
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute
menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan
oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatan untuk proses filtrasi.

Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang
medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi ( filtration barrier ) bersifat
selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam
darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton.1996).
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul
2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga
mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu
beban listirk (electric charged ) dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation
( positive ) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut
dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam
lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di
glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan
darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton.1996).

b.

Penyerapan ( Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered
solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tidak sama.
Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi
ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring
di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal
tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi
pergerakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur
paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh sel dari cairn tubulus
melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah
dari sel, melewati basolateral membrane plasma (Sherwood, 2001).
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler bergerak dari
cairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang
mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari
difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi
optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan
mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi
K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel
polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi
spesifik transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini

berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport )


atau berlawanan pimpinan ( countertransport ) (Sherwood, 2001).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini ( secondary
active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion.
Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat
substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi
terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi
gradient Na (Sherwood, 2001)

c.

Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )


Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih
berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan
garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar
dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali (Sherwood.2001).
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme
yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer dapat
mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara.
Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa
osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal
(Sherwood.2001).

d.

Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5%
garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat
makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.
Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat
(Cuningham, 2002).

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan
yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak
berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun
sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai
pelarut (Sherwood.2001).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun
bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika
untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang
kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil
perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong
empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna
pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen
(sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia,
karena daya larutnya di dalam air rendah (Sherwood.2001).

Anda mungkin juga menyukai