Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI

MIKROTEKNIK
METODE SQUASH

Disusun Oleh :
Dian Fajarwati S

(K4313027)

Kelas A
Kelompok 3

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI MIKROTEK

A JUDUL
Metode Squash
B TUJUAN

Membuat preparat pembelahan mitosis sel-sel akar bawang merah dengan metode squash
C ALAT & BAHAN
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
Botol Flakon
2 buah
Ujung akar bawang
5 buah
merah (pengambilan
jam 08.00- 14.00 wib)
Silet (berkarat)
1 buah
Aceto orcein
Secukupnya
Gelas bekker
4 buah
Kristal violet dyes
Secukupnya
Kaca arloji
1 buah
Fiksatif :
Refrigator
1 buah
Larutan farmer
Bunsen + kaki tiga +
1 buah
(Asam Asetat)
kasa
Secukupnya
Gliserin jelly
Termometer
1 buah
Aquades
Objeck glass
4 buah
HCl 1N
Cover glass
4 buah
Penghapus karet
1 buah
Pipet tetes
4 buah
Kapas
Secukupnya
Nampan
1 buah
Cutter
1 buah
Kaca
1 buah
D PRINSIP KERJA
Dalam praktikum metode squash langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan umbi bawang
merah. Memilih umbi bawang merah yang masih segar dengan ukuran yang cukup besar. Kemudian
membersihkan umbi bawang merah yang akan ditanam, memotong sisa akar kering pada bagian cakram.
Selanjutnya, menanam umbi bawang merah dalam nampan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan air
dan mendiamkannya tumbuh selama 1 minggu hingga muncul akar baru carannya dengan mengatur posisi pada
bagian cakram menyentuh kapas yang telah dibasahi air dengan jarak tertentu. Selanjutnya memberisihkan akar
umbi bawang merah dan memilih akar yang keluar dari umbi bawang merah dengan ketentuan akar yang dipilih
adalah akar yang paling pendek atau adaerah 1 cm dari ujung akar yang lainnya dengan tujuan supaya lebih
mudah dalam pengamatan karena akar yang paling pendek diasumsikan merupakan zona meristematis.
Kemudian memotong ujung akar umbi bawang merah menggunakan cutter. Selanjutnya hasil potongan dicuci
menggunakan air bersih pada kaca arloji dan memasukannya ke dalam botol flakon yang telah diisi dengan
dengan asam asetat 45% dengan volume setengah dari total volume botol flakon, asam asetat 45% berperan
dalam proses fiksasi sel-sel akar umbi akar bawang merah selama 2 x 24 jam memasukan botol flakon dalam
refrigator dalam suhu dingin 4 C. Setelah itu, kemudian mencuci akar yang telah difiksasi dengan aquades
sebanyak 2-3 kali pencucian supaya zat pemfiksasi yaitu asam asetat tidak tertinggal di dalam sel-sel akar dan
mengganggu proses pembuatan preparat berikutnya carannya dengan mengambil larutan asam asetat 45% dalam
botol flakon sampai habis menggunakan pipet, kemudian melakukan pencucian dengan air sebanyak 3 kali
selama 1-3 menit, kemudian membuang airnya sampai habis. Selanjutnya melakukan proses hidrolisa pada akar
bawang dengan menggunakan HCl 1 N untuk menghentikan proses reaksi kimia di dalam sel yang terjadi secara
cepat selama 5 menit carannya dengan memasukan larutan HCl 1 % ke dalam botol flakon sampai akar bawang
merah terendam seluruhnya. Kemudian memanaskan air dalam gelas beker sampai 60C dan meletakan botol
flakon yang berisi larutan HCl 1N dan akar bawang merah selama 5 menit. Kemudian mengambil larutan HCl
1N sampai habis dengan menggunakan pipet.setelah itu mencuci dengan air sebanyak 2-3 kali. Lalu, membuang
airnya sampai habis dengan menggunakan pipet, sehingga yang tertinggal hanya potongan akar bawang merah.
Tahap berikutnya adalah pemberian warna/ Colouring untuh memudahkan pengamatan terhadap proses

pembelahan mitosis akar bawang merah, carannya dengan membagi akar bawang merah yang telah di hidrolisa
ke dalam dua flakon, flakon satu ditambahkan aceto orcein, dan flakon dua diberi warna Kristal violet.
Pewarnaan preparat dilakukan selama 3 menit. Tahap terakhir yairu squashing, carannya denga menutup object
glass dengan cover glass dan tekan perlahan dengan karet penghapus penekanan dimaksudkan suapaya isi di
dalam sel dapat diamati dan terlihat secara jelas.

PRINSIP KERJA

Memotong
akar 1 cm dari
ujung akar

Fiksasi :
larutan Carnoy
2x24 jam, 4oC

Washing :
aquades 3x

Hidrolisa : HCL
1N

Memanaskan
flakon 60oC, 5
menit

Washing :
aquades 3x

Staining :
kristal violet /
aceto orcein ,
3 menit

Washing :
aquades 3x

Meletakkan
ujung akar
pada objek
glass

Menetesi
dengan
gliserin

Menutup
dengan deg
glass

Squashing

Menutup tepi
deg glass
dengan kutex

Labeling

E DATA PENGAMATAN
Aceto orcein Cacah Akar Bawang
Merah 20 X

Kristal Violet Cacah Akar Bawang


Merah 20 X

Aceto orcein Pencet Akar Bawang


Merah 40 X

Kristal Violet Pencet Akar


Bawang Merah 40 X

F PEMBAHASAN
Preparat Cacah Dan Pencet Akar Bawang Merah dengan Pewarnaan Kristal Violet

Gambar Praktikum Akar Bawang


Merah 20 X dengan pewarnaan
Kistal Violet Cacah

Gambar Referensi Akar Bawang


Merah dengan pewarnaan
Kistal Violet

(Oktaviana, 2014)

Gambar Praktikum Akar Bawang


Merah 40 X dengan pewarnaan
Kistal Violet Pencet

Gambar Referensi Akar Bawang


Merah dengan pewarnaan
Kistal Violet

www.biologi-community.blogspot.com

Keterangan:
1. Inti sel
2. Sitoplasma
3. Dinding sel
4. Kerusakan preparat
(noda hitam)

Keterangan:
1) Tahap metaphase
2) Tahap awal anaphase
3) Tahap awal telophase
4) Dua sel anakan identik

Preparat Cacah Dan Pencet Akar Bawang Merah dengan Pewarnaan Aceto orcein
Gambar Praktikum Akar Bawang
Gambar Referensi Akar Bawang
Merah 20 X dengan pewarnaan
Merah dengan pewarnaan
Aceto orcein Cacah (Praktikan)
Aceto orcein (Browsing)

(Rudyatmi, Ely, 2014)

Keterangan :
1. Nukleus
2. Sitoplasma
3. Dinding sel
Gambar Praktikum Akar Bawang
Merah 40 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Praktikan)

Keterangan :
1. Sitoplasma
2. Inti sel(kromosom)
3. Dinding sel
4. Sel interfase
Gambar Praktikum Akar Bawang
Merah 20 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Asisten)

Keterangan :
1. Telofase
2. Inti sel
3. Dinding sel

Keterangan :
1. Sitoplasma
2. Nukleus
3. Dinding sel

Gambar Praktikum Akar Bawang


Merah 100 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Asisten)

Gambar Praktikum Akar Bawang


Merah 40 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Asisten)

Keterangan:
Keterangan:
1 Anafase
1) Metaphase
2 Inti sel
2) Tahap awal telophase
3 Tahap akhir anaphase
3) Anaphase
4 Dinding sel
4) Inti sel
5 Sitoplasma
5) Sitoplasma
6 Dinding sel
Metode Squash : metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau
suatu organisme secara keseluruhan sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis. Preparat pejetan atau yang disebut
dengan squash preparation merupakan preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek
atau kaca preparat dengan menggunakan ibu jari/ alat bantu lain (karet penghapus). Preparat pejetan biasanya
digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar alium cepa (Puspita, Dewi S, 2015).
Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatis secara
berturut turut. Peristiwa ini terjadi bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel dan
memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme. (Campbell, Reece, dan
Mitchell, 2002).
Pada percobaan kali ini digunakan metode squash atau preparat pejetan yang terdiri atas beberapa tahapan
penting dalam pembuatan preparat ujung akar Allium cepa dengan metode squash ini, yaitu penumbuhan akar Allium
cepa, fiksasi akar Allium cepa, pencucian, hidolisa, pewarnaan, dan squashing. Berikut merupakan pembahasan dari
masing-masing tahapan:
1. Pertumbuhan akar Allium cepa
Dalam tahapan pertumbuhan akar bawang merah diperlukan nampan sebagai tempat penanaman, kapas yang
dibasahi air sebagai media tumbuh, pisau yang digunakan untuk menghilangkan sisa akar kering pada bagian
cakram supaya akar baru dapat muncul dengan mudah. Langkah pertama yaitu dengan cara memilih bawang
merah yang akan digunakan dalam pengamatan, yaitu bawang merah yang dalam keadaan dormansi sehingga
secara fisiologis akar bawang merah tersebut telah siap untuk mulai bertunas apabila ditumbuhkan pada
media tertentu. Penanaman dilakukan di dalam laboratorium selama 1 minggu. Pemilihan media tumbuh
berupa kapas yang telah dibasahi dengan air memiliki beberapa pertimbangan tertentu berdasarkan
keuntungan akhir yang akan didapatkan. Praktikan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan air
sebagai media tumbuh karena akar yang dihasilkan akan tumbuh dengan baik pada medium kapas dengan
pertimbangan kondisi keselamatan hasil penanaman pada laboratorium. Penanaman menggunakan kapas
yang telah dibasahi dengan air lebih aman ketika diterapkan di dalam laboratorium. Jika, di dalam
laboratorium terdapat tikus atau hewan lainnya, akan sangat riskan ketika kita menggunakan metode lainnya
seperti menumbuhkan bawang merah pada media air karena hasil akhirnya bisa saja terbalik karena
tersenggol oleh tikus. Walaupun bentuk akar yang dihasilkan tidak terlalu panjang, justru dengan akar yang
tidak terlalu panjang akan lebih memudahkan pada saat melakukan pemotongan ujung akar bawang merah.
Karena dalam pemotongan ujung akar bawang merah akan dipilih akar terpendek dengan asumsi bahwa akar
terpendek memiliki zona meristematis yang lebih jelas disebabkan karena akar yang pendek pada daerah
ujungnya sedangkan akar yang panjang, akan memudahkan dalam pemotongan dan pengamatan karena
biasanya sel-selnya berjajar dengan rapid akan memudahkan praktikan dalam mengamati sel-sel yang sedang
mengalami proses mitosis (Rudyatmi, 2014).
2. Fiksasi akar Bawang Merah
Langkah pertama untuk fiksasai adalah memilih akar yang terpendek kemudian memomotong ujung
akar, jika akar yang dipotong terlalu panjang maka diukur terlebih dahulu dengan penggaris sepanjang kurang
lebih 1 cm. ujung akar yang dipilih harus tepat karena daerah tersebut merupakan daerah atau zona
meristematis dalam pembelahan sel yang akan memudahkan dalam pengamatan pembelahan mitosis.
Kemudian dimasukkan ke dalam botol flakon yang bersi fiksatif Asam asetat 45 % dengan komposisi asam
asetat glasial (AAG) 55 ml dan aquades 45 ml. Penggunaan asam asetat glasial dan juga aquades merupakan

langkah fiksatif untuk bisa menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,
mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis seperti kondisi sebenarnya, mengeraskan materimateri yang lembek sehingga akan terjadi koagulasi protoplasma maupun elemen-elemen di dalam
protoplasma, jaringan dapat diwarnai sehingga bagian-bagian dari jaringan mudah dikenali. Dengan demikian
proses mitosis yang mungkin terjadi pada waktu pemotongan dapat terperangkap/ terhenti dalam keadaan
terfiksatif sehingga nanti pada saat pengamatan preparat squash di bawah mikroskop akan menunjukkan
aktivitas sel-sel meristem ujung akar. Rendaman ujung akar Allium cepa dengan larutan fikastif ini kemudian
ditempatkan dalam freezer dengan suhu 4oC selama 2 x 24 jam. Penempatan rendaman ujung akar ke dalam
refrigerator bertujuan untuk memantapkan proses fiksasi, karena dengan perbandingan 55 : 45 masingmasing untuk asam asetat glasial dan aquades belum begitu kuat untuk memfiksasi jaringan yang ada,
sehingga dengan menggunakan bantuan temperatur ruang yang rendah, yakni 4oC maka dapat ikut menekan
aktivitas seluler yang ada karena suhu yang relatif rendah biasanya mampu menggiring tumbuhan untuk
melakukan aktivitas dormansi, dengan kata lain proses metabolisme lambat laun akan terhenti (Rudyatmi,
2014).
3. Maserasi/ Hidrolisa
Setelah melakukan perendaman ujung akar Allium cepa dengan larutan fiksatif dikeluarkan dari dalam
freezer, langkah selanjutnya adalah pencucian ujung akar terfiksatif dengan menggunakan air sebanyak 3
kali. Hal ini selain bertujuan untuk membersihkan larutan fiksatif yang ada (karena dikhawatirkan kandungan
larutan fiksatif yang terlampau banyak dapat mengganggu proses pewarnaan dengan Crystal violet dan Aceto
orcein) yang akan berdampak pada ketidakjelasan pengamatan yang dilakukan oleh praktikan dan juga
memberikan perlakuan khusus pada ujung akar tersebut setelah disimpan pada suhu rendah, agar nantinya
pada waktu pemanasan tidak terjadi shock-temperature yang terlampau hebat yang dimungkinkan bisa
menghancurkan akar secara fisik (Rudyatmi, 2014).
Setelah pencucian selesai, tahap berikutnya yitu maserasi/ hidrolisa. Dalam proses maserasi ini ujung
akar Allium cepa rendam dalam HCl 1 N hingga potongan ujung akar bawang merah yang ada terendam
sepenuhnya dalam HCl 1 N. Hidrolisa adalah suatu treatment untuk mempercepat proses reaksi kimia sel,
memisahkan sel yang satu dengan sel yang lain dengan cara melarutkan pektin, selulosa, dan kandungan sel
lain yang menyebabkan sel tersebut kuat (Jai, 2011). Sehingga pada akhirnya dengan adanya proses
hidrolisa, jaringan akan menjadi lunak dan diharapkan akan menjadi selapis saja, karena akan mempermudah
proses pengamatan tahapan pembelahan mitosis yang berhasil terfiksasi. HCl adalah asam kuat untuk untuk
hidrolisa preparat. Untuk mempercepat terjadinya proses hidrolisa dengan bantuan larutan HCl 1 N maka
setelah proses ini dilanjutkan dengan proses pemanasan potongan ujung akar pada penangas air, pada suhu
50-60oC selama kurun waktu 5 menit (Rudyatmi, 2014). Suhu harus konstan jangan sampai melebihi 600C
karena jaringan yang sudah setengah lunak dengan keberadaan HCl akan mudah hancur pada suhu di atas
60oC. Pemanasan dilakukan untuk membantu mempercepat proses reaksi pelunakan menggunakan HCl 1 N.
Hal demikian dikarenakan adanya peningkatan suhu akan berbanding lurus dengan peningkatan kecepatan
reaksi.
Setelah proses pemanasan di dalam penangas air selesai, potongan ujung akar bawang merah dicuci
sebanyak 3 kali untuk menghilangkan sisa-sisa HCl yang ada, karena diketahui bahwa konsentrasi akan
struktur serta fungsionalitas dari Crystal violet dan Aceto orcein mudah terganggu dengan adanya zat-zat
asam kuat lemah atau pun kuat, sehingga semua sisa HCl dan zat-zat lain harus benar-benar dibuang.
4. Colouring / pewarnaan
Proses selanjutnya setelah pencucian selesai adalah pewarnaan dengan menggunakan Crystal violet
dan aceto orcein. Dalam proses pewarnaan ini, kumpulan potongan ujung akar ditempatkan 2 flakon. Hal ini
untuk melakukan langkah efisiensi penggunaan pewarna, karena Crystal violet dan aceto orcein
adalah senyawa pewarna untuk kromosom yang bukan merupakan barang ekonomis sehingga

penggunaannya harus efisien. Proses pewarnaan ini memakan waktu 3 menit agar seluruh jaringan
terwarnai dengan sempurna. Proses selanjutnya ketika pewarnaan ini selesai adalah pencucian potongan
ujung akar. Prosedur pencucian pada tahap ini sama dengan prosedur pencucian pada langkah sebelumnya,
yakni dicuci sebanyak 3 kali dan tetap di dalam botol flakon dengan menggunakan pipet tetes.
5. Squashing
Tahap berikutnya adalah pembuatan preparat ujung akar Allium cepa yang merupakan daerah
pembelahan mitosis. Dengan menggunakan kuas yang telah dibasahi terlebih dahulu, sebuah potongan ujung
akar dipindahkan ke atas gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup yang ditempatkan di atas obyek
(potongan ujung akar). Penggunaan kuas dimaksudkan untuk lebih memudahkan dalam proses pemindahan
potongan ujung akar dan meminimalkan hilangnya potongan ujung akar yang terlalu kecil, megurangi resiko
kerusakan organ akar yang telah dipotong. Kemudian secara hati-hati dengan menggunakan ujung karet
penghapus untuk menekan potongan ujung akar tersebut sehingga pada nantinya akan meratakan sel-sel
meristem ujung akar tersebut hingga terpisah satu dengan yang lainnya sehingga akan mempermudah proses
pengamatan. Menetesi kaca benda dengan gliserin kemudian menutupnya dengan deg glass. Tujuan
pemberian gliserin adalah sebagai media perekat dalam pembuatan preparat squash supaya lebih mudah
teramati. Setelah melalui beberapa tahapan metode squash tersebut, maka preparat sudah siap untuk diamati
di bawah mikroskop. Preparat yang sudah selesai dibuat ini secepatnya harus diamati, karena sel ataupun
jaringan yang sudah mengalami berbagai perlakuan seperti yang telah dilakukan tersebut, akan cepat sekali
mengalami kerusakan, sehingga harus segera diamati adakah proses mitosis pada preparat ujung akar
tersebut. Pengamatan yang dilakukan adalah melihat tahapan-tahapan yang terjadi selama pembelahan
mitosis di bawah mikroskop dan selanjutnya melakukan dokumentasi dengan pemotretan setelah diperoleh
tahapan pembelahan mitosis pada preparat akar bawang merah.
Mitosis merupakan proses pembelahan aseksual sel, pembelahan ini dilakukan dengan satu sel
menghasilkan dua sel anakan yang dihasilkan dari pembagian nukleus sel yang melakukan mitosis (Kimball,
1998). Organisme multiseluler terbentuk dari fertilisasi telur yakni gamet betina dibuahi oleh gamet jantan
akan menghasilkan zygot diploid (2n) (Setjo, Susetyoadi, 2004). Interval waktu fase mitosis (Fase M) yang
terjadi pada sel terjadi kurang lebih selama 1 jam. Tahap mitosis ini merupakan tahap di mana terjadi
pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada mitosis, sel membelah dirinya
membentuk dua sel anak yang terpisah. Mitosis atau pembelahan inti merupakan stadium akhir dari siklus sel
dan merupakan stadium yang paling pendek, yaitu kurang lebih 10% dari keseluruhan waktu yang
dibutuhkan untuk satu kali siklus (Mulyani, Sri, 2010)
Sebelum Pembelahan mitosis, DNA sel akan terduplikasi sehingga masing-masing sel anakan
mengandung informasi gen yang sama dengan sel induk. Mekanisme mitosis dapat dilihat dari beberapa
tahapan pembelahan informasi gen yang diturunkan berupa kromosom yang akan bertransfomasi menjadi
nukleus dari masing-masing sel anakan.
Menurut Suryo (1996), proses pembelahan mitosis dibagi menjadi 5 fase. Pada setiap fasenya
menunjukkan pertumbuhan morfologi kromosom dan pergerakkan kromosom.
Berikut adalah 5 fase dari pembelahan mitosis:
1. Interphase
Sel siap untuk membelah tetapi belum memperlihatkan kegiatan membelah. Nukleus terlihat keruh
kemudian lambat laun nampak benang-benang kromatin yang halus.
2. Prophase
Pada tahap ini, benang-benang kromatin di dalam nukleus makin pendek dan menebal. Kemudian
terbentuklah kromosom yang akan membelah memanjang. Sel anakan kromosom dinamakan kromatid.
Dinding inti mulai menghilang dan sentriol mulai membelah. Pada proses awal, kromosom mulai
tampak lebih pendek serta menebal.
3. Metaphase

Metaphase merupakan tahap yang singkat dalam mitosis. Kromosom bergerak ke bidang ekuator
benang spindel (bidang pembelahan). Kromosom terikat pada benang spindel melalui sentromer.
Kromosom terletak di bidang ekuator agar pembagian jumlah informasi DNA yang akan diberikan
kepada sel anakan yang baru benar-benar rata dan sama jumlahnya.
4. Anaphase
Sentromer membelah dan benang spindel memendek. Kedua buah kromatid memisahkan diri
kemudian bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan. Tiap kromatid hasil pembelahan itu memilki
sifat dan keturunan yang sama. Mulai saat ini kromatid-kromatid ini berlaku sebagai kromosom
baru. Tahap anaphase menghasilkan salinan kromosom berpasangan.
5. Telophase
Tahap terakhir dari mitosis. Pada fase ini tiap kutub sel telah terbentuk stel kromosom yang identik.
Serabut gelendong inti lenyap dan dinding inti sel mulai terbentuk lagi. Plasma sel terbagi menjadi dua
bagian (sitokinesis). Pada sel hewan sitokinesis ditandai dengan melengkungnya sel ke dalam, sedang
pada sel tumbuhan karena selnya berdinding, maka sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding
sel di tengah-tengah sel.
Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari
suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik.
Mitosis biasanya diikuti dengan pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis yang mana sel akan terpisah
menjadi dua. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan praktikum preparat segar mitosis (Crowder, L. V,
2006). Mitosis merupakan pembelahan sel yang umumnya terjadi pada sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang
sedang tumbuh, dan dan sel-sel ini umumnya terdapat pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan (Welsh, 1991).
Penggunaan akar pada praktikum kali ini karena akar merupakan salah satu organ vegetatif, yang sel-sel
penyusunnya berupa sel-sel somatik, dan khusus pada ujung akar bersifat meristematik. Hal inilah yang
melatarbelakangi digunakannya akar dalam praktikum mitosis ini. Selanjutnya alasan pemotongan akar bawang
merah yang dilakukan pada pukul 08.00 pagi adalah karena mitosis pada akar bawang merah terjadi pada jam-jam
tersebut. Proses mitosis pada tanaman umumnya terjadi selama antara 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan
bagian dari suatau proses yang berputar dan terus-menerus (siklus) dan pada akar bawang merah (Allium cepa).
Pembelahan mitosis terjadi pada pagi hari. Akar bawang merah digunakan untuk mempelajari mitosis dengan alasan
karena akar bawang memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak, sehingga lebih
memungkinkan untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik akan lebih mudah didapatkan (Puspita, 2015).
Akar bawang merah yang mana selnya memilki kromosom 2n=16.
Berdasarkan hasil pengamatan, preparat dengan pewarnaan Aceto orcein dan kristal violet memperlihatkan
bagian-bagian sel yang sama, hanya saja preparat yang diwarnai dengan menggunakan aceto orcein menunjukan
hasil yang lebih bagus dari segi kejelassan, warna dan kekontrasan kenampakan preparat. Pewarnaan dengan aceto
orcein lebih jelas daripada menggunakan Kristal violet.
Pengamatan preparat squash dengan pewarnaan kristal violet menggunakan perbesaran 20X dan 40X
memberikan hasil warna ungu dengan bagian yang teramati tidak begitu jelas. Preparat Kristal violet hanya
memperlihatkan bagian-bagian seperti inti sel, sitoplasma dan dinding sel. Preparat yang teramati menunjukan
kerusakan pada sel-selnya karena terdapat bagian yang berwarna lebih hitam daripada bagian lain. Kristal violet
merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna suatu target. Kristal violet bersifat basa sehingga
mampu berikatan dengan bagian dari sel yang bersifat asam, dengan begitu bagian dari sel yang transparan akan
terlihat berwarna ungu. Kristal violet atau gentian violet juga dikenal sebagai metil 10B, violet atau hexamethyl
pararosaniline chloride adalah triarylmethane pewarna. Pewarna ini juga digunakan sebagai histologis noda dan di
metode Gram klasifikasi bakteri. Krystal violet memiliki efek antibakteri, antijamur, dan obat cacing properti dan
sebelumnya penting sebagai topikal antiseptik (Welsh, J.R, 1991). Preparat yang diamati tidak menunjukan

kromosom di dalam tahap-tahap mitosis secara jelas. Dalam pembuatan preparat dengan metode squash dengan
pewarnaan Kristal violet, kami menggunakan dua metode yaitu metode pencet yang lazim digunakan dan metode
cacah menggunaakan permukaan silet yang berkarat. Penggunaan permukaan silet yang berkarat bertujuan untuk
memaksimalkan penyerapan warna ke dalam kromosom dengan tujuan meningkatkan reaksi oksidasi pewarna
dengan kromosom sehingga preparat dengan pewarnaan kristal violet menggunakan metode cacah menunjukan hasil
pengamatan yang lebih jelas daripada Kristal violet dengan metode pencet. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan,
preparat yang dibuat dengan metode cacah lebih menunjukan garis-garis dinding sel yang telah pecah sehingga
terlihat sitoplasma dengan banyak inti selnya. Sementara preparat yang dibuat dengan metode pencet dengan
perbesaran 40X menunjukan dinding selnya masih relatif utuh sehingga nukelus bahkan kromosomnya kurang dapat
teramati secara jelas.

Gambar Praktikum Akar Bawang Merah 20


X dengan pewarnaan Kistal Violet Cacah

Gambar Praktikum Akar Bawang Merah


40 X dengan pewarnaan Kistal Violet
Pencet

Keterangan :
1. Inti sel
2. Sitoplasma
3. Dinding sel
4. Kerusakan preparat (noda hitam)
Noda-noda hitam yang terlihat pada saat pengamatan merupakan suatu pertanda bahwa preparat yang kami
buat mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan karena jarak antara waktu pembuatan dengan waktu pengamatan
yang terlalu lama, sehingga preparat yang seharusnya segera diamati, kemudian tertunda waktu pengamatannya
karena kondisi tidak memungkinkan sehingga terjadilah reaksi pada preparat yang tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Menurut teori Kimball (1989), preparat yang sudah selesai dibuat ini secepatnya harus diamati, karena
sel ataupun jaringan yang sudah mengalami berbagai perlakuan seperti yang telah dilakukan tersebut, akan cepat
sekali mengalami kerusakan, sehingga harus segera diamati adakah proses mitosis pada preparat ujung akar tersebut.
Jika dibandingkan dengan preparat hasil referensi, hasil pengamatan tidak menunjukan gambar yang jelas
untuk setiap tahap pembelahan mitosis. Referensi yang diperoleh menunjukan adanya tahapan mitosis yang jelas
mulai dari tahap meafase, tahap awal anaphase, dan tahap awal telofase hingga ditemukan adanya dua sel anakan
yang identik. Sementara praktikan dalam kegiatan praktikum tidak dapat menemukan adanya tahap-tahap dalam
pembelajan mitosis pada sel akar bawang merah. Hal ini disebabkan karena kurang trampilnya praktikan dalam
membuat preparat dengan metode squash.
Keterangan:
1) Tahap metaphase
2) Tahap awal anaphase
3) Tahap awal telophase
4) Dua sel anakan identik

Sumber :www.biologi-community.blogspot.com

Pengamatan preparat squash dengan pewarnaan aceto orcein menggunakan perbesaran 20X dan 40X
menunjukan hasil yang lebih jelas ketika dibandingkan dengan pewarnaan Kristal violet. Aceto orsein memberikan
warna cenderung kemerah-merahan pada sel. Proses pewarnaan akar bawang merah diberi pewarna aceto orcein
bertujuan untuk mewarnai kromosom agar nampak jelas ketika dilakukan pengamatan terhadap fase-fase mitosisnya.
Beberapa jenis tanaman menghasilkan pewarnaan yang lebih bagus dengan menggunakan aceto orcein bila
dibandingkan dengan pewarna Kristal violet. Pewarna tersebut sangat baik digunakan pada tanaman dengan jumlah
kromosom yang sedikit. Menurut teori Puspita (2015), akar bawang merah digunakan untuk mempelajari mitosis
dengan alasan karena akar bawang memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak,
sehingga lebih memungkinkan untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik akan lebih mudah didapatkan.
Akar bawang merah yang mana selnya memilki kromosom 2n=16. Kromosom akan terwarnai dengan jelas dan
sitoplasma nampak jelas. Proses pewarnaan berlangsung sekitar 5 menit dan setelah itu dilakukan proses pejetan dan
cacahan untuk proses pengamatan sel-sel akar bawang merah. Hasil pejetan yang kelompok kami peroleh dalam
pengamatan sel akar bawang merah, kami menemukan 1 tahap pembelahan mitosis yaitu tahap telofase dimana
ditunjukan dengan terbentuknya dia sel anakan yang identik dalam suatu sitoplasma yang sedang mengalami
sitokinesis hal ini dapat diamati pada preparat dengan metode pencet pada perbesaran 40X. Hal ini menunjukan
bahwa pewarna aceto orcein memiliki kemampuan dalam mewarnai sel lebih baik daripada aceto orcein. Dalam
pembuatan preparat dengan metode squash, kami menggunakan dua metode yaitu metode pencet yang lazim
digunakan dan metode cacah menggunaakan permukaan silet yang berkarat. Penggunaan permukaan silet yang
berkarat bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan warna ke dalam kromosom dengan tujuan meningkatkan
reaksi oksidasi pewarna dengan kromosom sehingga preparat dengan pewarnaan aceto orcein menggunakan metode
cacah menunjukan hasil pengamatan yang lebih jelas daripada aceto orcerin dengan metode pencet. Hal ini terlihat
dari hasil pengamatan, preparat yang dibuat dengan metode pencet lebih menunjukan tahapan pembelahan mitosis
yaitu dnegan ditemukannya tahapan telofase pada saat pembelajan sitoplasma dan telah terbentuknya dua anak inti.
Sementara preparat yang dibuat dengan metode cacah dengan perbesaran 20X menunjukan nukelus dan sitoplasma
tanpa ditemukannya tahapan pembelahan sel.
Metode pencet dan metode cacah yang digunakan dalam preparat untuk pewarnaan acetoorcein memberikan
hasil yang berbeda dengan pewarnaan menggunakan Kristal violet. Hal ini karena metode cacah dan pencet untuk
setiap sampel dilakukan oleh orang yang berbeda sehingga teknik yang digunakan untuk mencacah dan mmencetpun
menghasilkan hasil pengamatan yang berbeda.
Perbandingan antara hasil pengamatan yang diperoleh asisten dengan yang diperoleh kelompok 6 (praktikan)
menunjukan bahwa praktikan kurang terampil dalam membuat preparat dengan metode squash. Preparat hasil
pengamatan asisten menunjukan lebih banyak tahap pembelahan mitosis yaitu ditemukan tahap metaphase, tahap
awal telophase, dan tahap anaphase.
Gambar Praktikum Akar Bawang
Merah 20 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Cacah (Praktikan)

Gambar Referensi Akar Bawang Merah


dengan pewarnaan
Aceto orcein (Browsing)

(Rudyatmi, Ely, 2014)

Keterangan :
1 Nukleus
2 Sitoplasma
3 Dinding sel

Keterangan :
1. Sitoplasma
2. Inti sel(kromosom)

Gambar Praktikum Akar Bawang


Merah 40 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Praktikan)

Keterangan :
1. Telofase
2. Inti sel
3. Dinding sel
Gambar Praktikum Akar Bawang
Merah 100 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Asisten)

Keterangan:
1) Anafase
2) Inti sel
3) Tahap akhir anaphase
4) Dinding sel
5) Sitoplasma
6) Dinding sel

3. Dinding sel
4. Sel interfase
Gambar Praktikum Akar Bawang Merah
20 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Asisten)

Keterangan :
1. Sitoplasma
2. Nukleus
3. Dinding sel
Gambar Praktikum Akar Bawang Merah
40 X dengan pewarnaan
Aceto orcein Pencet (Asisten)

Keterangan:
1) Metaphase
2) Tahap awal telophase
3) Anaphase
4) Inti sel
5) Sitoplasma

Kegagalan atau ketidaksesuaian praktikan dalam praktikum dengan metode squash menggunakan pewarnaan
Kristal violet dikarenakan oleh beberapa hal:
1) Kesalahan dalam memilih bawang. Bawang merah yang dipilih seharusnya bawang dengan ukuran yang
cukup besar dan cukup segar. Tetapi praktikan kurang memperhatikan hal tersebut.
2) Metode yang digunakan untuk menumbuhkan akar bawang merah yaitu dengan mengguankan nampan dan
kapas yang telah dibasahi air mungkin kurang sesuai karena akar yang muncul tidak maksimal.
3) Kesalahan dalam memotong dan menentukan ujung akar dengan zona meristematis. Seharusnya pemotongan
ujung akar bawang merah diukur pada daerah 1 cm dari ujung akar dengan asumsi bahwa ujung akar dengan
jarak 1 cm dari ujung akar merupakan zona meristematis yang akan memudahkan dalam pemotongan dan
pengamatan karena biasanya sel-selnya berjajar dengan rapid akan memudahkan praktikan dalam mengamati
sel-sel yang sedang mengalami proses mitosis (Rudyatmi, 2014).
4) Kurang bersihnya pencucian ujung akar terfiksatif dengan menggunakan air. Pencucian dilakukan sebanyak 3
kali pada saat praktikum. Pencucian bertujuan untuk membersihkan larutan fiksatif yang ada (karena
dikhawatirkan kandungan larutan fiksatif yang terlampau banyak dapat mengganggu proses pewarnaan
dengan kristal violet dan aceto orcein) yang akan berdampak pada ketidakjelasan pengamatan yang dilakukan

oleh praktikan dan juga memberikan perlakuan khusus pada ujung akar tersebut setelah disimpan pada suhu
rendah, agar nantinya pada waktu pemanasan tidak terjadi shock-temperature yang terlampau hebat yang
dimungkinkan bisa menghancurkan akar secara fisik (Rudyatmi, 2014).
5) Kesalahan saat fiksasi. Dalam hal waktu yang berkaitan dengan lamanya fiksasi yang justru malah membuat
sel akar bawang merah menjadi rusak, atau kemungkinan karena kurang lamanya proses fiksasi maka
penyerapan zat warna dan kealahan teknis berupa ketidakstabilan suhu di dalam kulkas yang membuat proses
fiksasi menjadi tidak stabil sehingga proses metabolisme yang seharusnya terhenti pada suhu yang rendah
ketika kulkas mati makan naik kembali aktivitas metabolismenya.
6) Kesalahan saat proses hidrolisa. Hidrolisa adalah suatu treatment untuk mempercepat proses reaksi kimia sel,
memisahkan sel yang satu dengan sel yang lain dengan cara melarutkan pektin, selulosa, dan kandungan sel
lain yang menyebabkan sel tersebut kuat (Jai, 2011). Sehingga pada akhirnya dengan adanya proses
hidrolisa, jaringan akan menjadi lunak dan diharapkan akan menjadi selapis saja, karena akan mempermudah
proses pengamatan tahapan pembelahan mitosis yang berhasil terfiksasi. HCl adalah asam kuat untuk untuk
hidrolisa preparat. Untuk mempercepat terjadinya proses hidrolisa dengan bantuan larutan HCl 1 N maka
setelah proses ini dilanjutkan dengan proses pemanasan potongan ujung akar pada penangas air, pada suhu
50-60oC selama kurun waktu 5 menit (Rudyatmi, 2014). Suhu harus konstan jangan sampai melebihi 600C
karena jaringan yang sudah setengah lunak dengan keberadaan HCl akan mudah hancur pada suhu di atas
60oC. Kesalahan praktikan dalam pemanasan menggunakan pengangas yaitu suhu yang seharusnya stabil
pada 50-60oC tetapi praktikan tidak dapat mengkondisikan suhunya supaya tetap stabil. Pemanasan dilakukan
untuk membantu mempercepat proses reaksi pelunakan menggunakan HCl 1 N. Hal demikian dikarenakan
adanya peningkatan suhu akan berbanding lurus dengan peningkatan kecepatan reaksi. Setelah proses
pemanasan di dalam penangas air selesai, potongan ujung akar bawang merah dicuci sebanyak 3 kali untuk
menghilangkan sisa-sisa HCl yang ada, karena diketahui bahwa konsentrasi akan struktur serta fungsionalitas
dari Crystal violet dan Aceto orcein mudah terganggu dengan adanya zat-zat asam kuat lemah atau pun kuat,
sehingga semua sisa HCl dan zat-zat lain harus benar-benar dibuang.
7) Kesalahan saat proses colouring terkait dengan lamanya waktu perendaman pada zat warna dan kesalahan
dalam meneteskan pewarna dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga pewarna cenderung menggumpal dan
menutup karena terlalu tebalnya pewarna yang terbentuk.
8) Kesalahan dalam proses squashing. Squashing menggunakan dua metode yaitu pemencetan atau
pencahcahan. Pemencetan menggunakan karet penghapus harus dilakukan dengan perlahan. Kesalahan
praktikan terletak pada cara pemencetan yang seharusnya dilakukan dengan perlahan-lahan tetapi praktikan
memencet berulang kali dan tidak dengan hati-hati. Sedangkan metode pencacahan dengan menggunakan
silet yang berkarat dengan tujuan supaya warna yang terserap lebih maksimal ke dalam kromosom dengan
tujuan meningkatkan reaksi oksidasi pewarna dengan dengan kromosom.
9) Kesalahan dalam menggunakan gliserin. Gliserin yang digunakan sebaiknya dalam taraf yang tepat, karena
jika terlalu berlebihan dalam menggunakan gliserin akan membuat preparat menjadi sulit teramati.
10) Kesalahan dalam pengamatan. Praktikan kurang ahli dalam menggunaan mikroskop sehingga gambar yang
dihasilkan tidak fokus dan kurang tepat.
G KESIMPULAN
Metode Squash : metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan
atau suatu organisme secara keseluruhan sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis.
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan preparat yang dibuat dengan cara
memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca preparat dengan menggunakan ibu jari/ alat bantu lain
(karet penghapus).
Preparat pejetan yang digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar alium cepa.
Pembelahan mitosis terjadi pada pagi hari. Akar bawang merah digunakan untuk mempelajari mitosis
dengan alasan karena akar bawang memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosomnya tidak terlalu
banyak, sehingga lebih memungkinkan untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik akan lebih
mudah didapatkan (Puspita, 2015). Akar bawang merah yang mana selnya memilki kromosom 2n=16.

Tahapan pembuatan preparat dengan metode squash :


a Penanaman bawang merah pada media perkecambahan
b Persiapan fiksasi
Menggunakan asam asetat 45%, fiksasi tujuan untuk menghentikan proses metabolisme secara cepat,
mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis seperti
kondisi sebenarnya, mengeraskan materi- materi yang lembek sehingga akan terjadi koagulasi
protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma, jaringan dapat diwarnai sehingga bagianbagian dari jaringan mudah dikenali.
c Hidrolisa
Hidrolisa adalah suatu treatment untuk mempercepat proses reaksi kimia sel, memisahkan sel yang
satu dengan sel yang lain dengan cara melarutkan pektin, selulosa, dan kandungan sel lain yang
menyebabkan sel tersebut kuat (Jai, 2011). Sehingga pada akhirnya dengan adanya proses
hidrolisa, jaringan akan menjadi lunak dan diharapkan akan menjadi selapis saja, karena akan
mempermudah proses pengamatan tahapan pembelahan mitosis yang berhasil terfiksasi. HCl adalah
asam kuat untuk untuk hidrolisa preparat. Untuk mempercepat terjadinya proses hidrolisa dengan
bantuan larutan HCl 1 N maka setelah proses ini dilanjutkan dengan proses pemanasan potongan
ujung akar pada penangas air, pada suhu 50-60oC selama kurun waktu 5 menit.
d Colouring
Proses pewarnaan ini memakan waktu 3 menit agar seluruh jaringan terwarnai dengan sempurna.
Pewarnaan menggunakan aceto orcein dan Kristal violet.
e Squashing
Dengan metode pencet dan metode cacah. Gliserin fungsinya sebagai perekat untuk merekatkan
sampel dengan kaca benda dan deg glass.
Tahap pembelahan mitosis meliputi : profase, metaphase, anaphase dan telofase.
Berdasarkan hasil pengamatan, preparat dengan pewarnaan Aceto orcein dan kristal violet memperlihatkan
bagian-bagian sel yang sama, hanya saja preparat yang diwarnai dengan menggunakan aceto orcein
menunjukan hasil yang lebih bagus dari segi kejelassan, warna dan kekontrasan kenampakan preparat.
Pewarnaan dengan aceto orcein lebih jelas daripada menggunakan Kristal violet.
Table perbandingan antara preparat dengan pewarnaan krital violet dengan Aceto orcein.
Kristal Violet

eparat yang dibuat dengan metode cacah lebih


enunjukan garis-garis dinding sel yang telah pecah
hingga terlihat sitoplasma dengan banyak inti
lnya. Sementara preparat yang dibuat dengan
etode pencet dengan perbesaran 40X menunjukan
nding selnya masih relatif utuh sehingga nukelus
hkan kromosomnya kurang dapat teramati secara
as

Aceto orcein
Metode pencet dan metode cacah yang
digunakan dalam preparat untuk pewarnaan
acetoorcein memberikan hasil yang berbeda
dengan pewarnaan menggunakan Kristal
violet. Hal ini karena metode cacah dan pencet
untuk setiap sampel dilakukan oleh orang yang
berbeda sehingga teknik yang digunakan untuk
mencacah dan mmencetpun menghasilkan
hasil pengamatan yang berbeda.

eparat yang dibuat dengan metode cacah lebih


enunjukan garis-garis dinding sel yang telah pecah
hingga terlihat sitoplasma dengan banyak inti
lnya. Sementara preparat yang dibuat dengan
etode pencet dengan perbesaran 40X menunjukan
nding selnya masih relatif utuh sehingga nukelus
hkan kromosomnya kurang dapat teramati secara
as.

Preparat yang dibuat dengan metode pencet


lebih menunjukan tahapan pembelahan mitosis
yaitu dnegan ditemukannya tahapan telofase
pada saat pembelajan sitoplasma dan telah
terbentuknya dua anak inti. Sementara preparat
yang dibuat dengan metode cacah dengan
perbesaran 20X menunjukan nukelus dan
sitoplasma tanpa ditemukannya tahapan
pembelahan sel.

asil pengamatan tidak menunjukan gambar yang


as untuk setiap tahap pembelahan mitosis. Pada
mbar referensi terdapat tahapan mitosis yang jelas
ulai dari tahap meafase, tahap awal anaphase, dan
hap awal telofase hingga ditemukan adanya dua sel
akan yang identik. Sementara praktikan dalam
giatan praktikum tidak dapat menemukan adanya
hap-ahap dalam pembelajan mitosis pada sel akar
wang merah.

Perbandingan antara hasil pengamatan yang


diperoleh asisten dengan yang diperoleh
kelompok 6 (praktikan) menunjukan bahwa
praktikan kurang terampil dalam membuat
preparat dengan metode squash. Preparat hasil
pengamatan asisten menunjukan lebih banyak
tahap pembelahan mitosis yaitu ditemukan
tahap metaphase, tahap awal telophase, dan
tahap anaphase.

Kesalahan praktikan
1) Kesalahan dalam memilih bawang.
2) Metode yang digunakan untuk menumbuhkan akar bawang merah yaitu dengan mengguankan nampan dan
kapas yang telah dibasahi air mungkin kurang sesuai karena akar yang muncul tidak maksimal.
3) Kesalahan dalam memotong dan menentukan ujung akar dengan zona meristematis.
4) Kurang bersihnya pencucian ujung akar terfiksatif dengan menggunakan air.
5) Kesalahan saat fiksasi. Lama waktu fiksasi yang tidak tepat.
6) Kesalahan saat proses hidrolisa. Kesalahan praktikan dalam pemanasan menggunakan pengangas yaitu suhu
yang seharusnya stabil pada 50-60oC tetapi praktikan tidak dapat mengkondisikan suhunya supaya tetap
stabil.
7) Kesalahan saat proses colouring terkait dengan lamanya waktu perendaman pada zat warna dan kesalahan
dalam meneteskan pewarna dalam jumlah yang terlalu banyak.
8) Kesalahan dalam proses squashing. Kesalahan praktikan terletak pada cara pemencetan yang seharusnya
dilakukan dengan perlahan-lahan tetapi praktikan memencet berulang kali dan tidak dengan hati-hati.
9) Terlalu banyak menggunakan gliserin.
10) Kesalahan dalam pengamatan. Praktikan kurang ahli dalam menggunaan mikroskop sehingga gambar yang
dihasilkan tidak fokus dan kurang tepat.
H DAFTAR PUSTAKA
Campbell,Reece, dan Mitchell. 2002. Biologi Edisi Ke-5 jilid 3. Jakarta: Erlangga
Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Yoyakarta: Gajah Mada University Press
Jai.
2011.
Analisis
Mitosis
Pada
ujung
Akar
Bawang
Bombay

dan

Aglaonema.

http://jai.staff.ipb.ac.id/2011/02/04/analisis-mitosis-pada-ujung-akar-bawang-merah-bawang-bombaydan-aglaonema/. Diakses pada tanggal 4 November 2014


Kimball. 1998. Biologi. Jakarta: Erlangga
Mulyani, Sri. 2010. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius
Puspita, Dewi Sari. 2015. Buku Panduan Praktikum Mikroteknik. Surakarta : UNS Press
Rudyatmi, Ely. 2012. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA

Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press


Welsh, J.R 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga
I

LAMPIRAN
1 lembar dokumentasi
Surakarta, 22 Oktober 2015
Asisten,

Praktikan

Dian Fajarwati S
K4313027

FOTO LAMPIRAN DOKUMENTASI MIKROTEKNIK


METODE SQUASH

DOKUMENTASI DATA PENGAMATAN


Aceto orcein Cacah Akar Bawang
Merah 20 X

Aceto orcein Pencet Akar Bawang


Merah 40 X

Kristal Violet Cacah Akar Bawang


Merah 20 X

Kristal Violet Pencet Akar Bawang


Merah 40 X

Anda mungkin juga menyukai