I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama
: An. Syakira
Umur
: 4 bulan
Berat Badan
: 5,7 kg
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen
Alamat
Masuk RS
No. RM
: 549387
Ibu
Nama
: Sularmo
Astuti
Usia
: 36 tahun
34 tahun
Agama
: Kristen
Kristen
Pendidikan
: SD
D3
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung (anak ke-3 dari 3 bersaudara)
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 5 April 2014
A. KELUHAN UTAMA
Sesak napas sejak satu jam SMRS
B. KELUHAN TAMBAHAN
Pasien mengalami batuk berdahak, pilek, dan demam sejak 2 hari yang lalu.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sesak napas sejak
satu jam SMRS. Selain itu, pasien juga mengalami batuk berdahak dan demam sejak
1
2 hari yang lalu. Ibu pasien juga menambahkan bahwa pasien mengalami pilek. Mual
dan muntah disangkal oleh ibu pasien. Nafsu minum susu pasien menurun sejak
mengalami sakit tersebut. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
dikatakan normal. Riwayat alergi dan asma disangkal. Riwayat kejang (-) dan riwayat
OAT (-).
Tiga minggu SMRS pasien mengalami keluhan yang sama namun tidak
seberat saat ini. Pasien dibawa berobat ke rumah sakit A. Pasien menjalani rawat jalan
dan melakukan foto Rontgen thoraks. Keluhan pasien hilang setelah minum obat.
Hasil rontgen thoraks menunjukkan gambaran pneumonia, yaitu terdapat infiltrat pada
perihiler dan perikardial kanan-kiri.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Alergi
Difteri
Penyakit Jantung -
Diare
Penyakit Ginjal
Cacingan -
Umur
(Sindroma
Nefrotik)
Demam
Kejang
Penyakit Darah
Kecelakaan
Radang Paru
3 bulan
Otitis
Morbili
Tuberkulosis
Parotitis
Varicella
Bronchitis
berdarah
Demam
Typhoid
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Rutin kontrol
Rumah sakit
Dokter
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi
SC
Kurang bulan (36 minggu)
o Berat lahir
: 2200 gr
o Panjang
: 41 cm
o Lingkar kepala
:-
o Langsung menangis : Ya
o Nilai APGAR
:-
o Kelainan bawaan : Kesan: Riwayat kehamilan baik, namun riwayat persalinan kurang baik
G. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
o Pertumbuhan gigi I : belum (Normal 5-9 bulan)
o Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
o Psikomotor
Tengkurap
: belum
Duduk
: belum
Berdiri
: belum
Berjalan
: belum
Bicara
: belum
H. RIWAYAT MAKANAN
0-1 bulan : ASI
>1 bulan-saat ini : susu formula
I. RIWAYAT IMUNISASI DASAR
Imunisasi dilakukan di Puskesmas
Jenis
Imunisasi
II
III
IV
Hepatitis B
Polio
BCG
DPT
Hib
Kesan : Imunisasi lengkap.
III. PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
: 140x/menit
Respirasi
: 52x/menit
Suhu
: 38,40C
B. Pemeriksaan Fisik
Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/Telinga: Normotia, deformitas -/-, sekret -/-
Hidung
hidung (+)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tenang
Leher
: KGB leher tidak membesar, kel.tiroid tidak membesar
Thoraks
:
Paru
: Simetris, statis dan dinamis, pernafasan cepat dan dangkal,
retraksi dinding dada bagian bawah (+), suara napas bronkial +/
Jantung
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
+, ronkhi +/+, wheezing -/: BJ I-II normal reguler, murmur (-), gallop (-)
: Supel, Timpani, BU (+) Normal
: Tidak ada kelainan
: Akral hangat, Edema (-) di keempat ekstremitas
: 10.6 g/dl
Hematokrit
: 32%
Leukosit
: 8770/uL
Trombosit
: 403000/uL
: 7.3
pCO2
: 34 mmHg
pO2
: 135 mmHg
Hct
: 28%
HCO3-
: 17.5 mmol/L
: 19 mmol/L
BE ecf
: -8,6
BE (B)
: -7.80 mmol/L
Saturasi O2
: 99%
V. RESUME
Pasien seorang anak perempuan usia 4 bulan, berat badan 5,7 kg, datang
dengan keluhan sesak napas sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Selain itu,
pasien juga mengalami batuk berdahak dan demam sejak 2 hari yang lalu. Ibu pasien
juga menambahkan bahwa pasien mengalami pilek. Mual dan muntah disangkal oleh
ibu pasien. Nafsu minum susu pasien menurun sejak mengalami sakit tersebut. Buang
air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dikatakan normal. Riwayat kejang (-) dan
riwayat OAT(-). Tiga minggu SMRS pasien mengalami keluhan yang sama. Pasien
dibawa berobat ke rumah sakit A. Pasien menjalani rawat jalan dan melakukan foto
Rontgen thoraks. Keluhan pasien hilang setelah minum obat dan hasil rontgen thoraks
menunjukkan gambaran pneumonia.
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: sekret -/-
Paru
: pernafasan cepat dan dangkal, retraksi dinding dada (+), suara napas
bronkial +/+, ronkhi +/+, wheezing -/Pada lab darah didapatkan hasil :
Hemoglobin
: 10.6 g/dl
Hematokrit
: 32%
pO2
: 135 mmHg
Hct
: 28%
HCO3-
: 17.5 mmol/L
BE ecf
: -8,6
Saturasi O2
: 99%
O2 2 L/menit
Suction
Bangsal Mawar
-
O2 nasal kanul
Cefotaxim 2x250mg
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
5 April 2014
Batuk berdahak (+) Pilek (+) Sesak napas (+) Muntah (+)
07.00 WIB
ekstremitas
A
P
6 April 2014
Lab :
Hb : 10,6 g/dL
Ht : 32 %
Leukosit : 8770 uL
Trombosit : 403000 uL
Pneumonia
- IVFD KA-EN 1B 10 tpm micro
-
O2 nasal kanul
Cefotaxim 2x250mg
Mucopect 2x 0,5ml
Kalmethason 3x1amp
Sanmol 3x60 mg
- URM : diatermi
Batuk (+) Pilek (+) Sesak Napas (+), Muntah (-), nafsu
07.00 WIB
ekstremitas
Pneumonia
- Suction
-
O2 nasal kanul
7 April 2014
Cefotaxim 2x250mg
Mucopect 2x0,5 ml
Kalmethason 3x1amp
Sanmol 3x60 mg
- URM : diatermi
Batuk (+) pilek (+) sudah berkurang, sesak napas (+)
Muntah (-), nafsu minum susu baik, BAB dan BAK normal
KU : Baik
07.00 WIB
8 April 2014
07.00 WIB
ekstremitas
Pneumonia
- Suction
-
O2 nasal kanul
Sefotaxim 2x250mg
- URM : diatermi
Batuk (+) sudah berkurang, pilek (+) sudah berkurang,
sesak napas (+) Muntah (-), nafsu minum susu baik, BAB
ekstremitas
Pneumonia
- Suction
-
O2 nasal kanul
Cefotaxim 2x250mg
Mucopect 2x0,5 ml
URM : diatermi
ANALISA KASUS
Diagnosis pneumonia pada anak dapat ditegakkan berdasarkan pedoman diagnosis
sederhana yang telah dikembangkan WHO. Pedoman diagnosis tersebut menjelaskan
kriteria diagnosis dan klasifikasi penyakit.
A. Kriteria diagnosis berdasarkan gejala klinis yang dapat langsung dideteksi,
meliputi :
-
Napas cepat
10
Sesak napas (dinilai dengan melihat adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam ketika menarik napas/ retraksi epigastrium)
Tanda bahaya
Pada anak usia 2 bulan 5 tahun: tidak dapat minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, dan gizi buruk.
B. Klasifikasi penyakit.
Bayi dan anak berusia 2 bulan-5 tahun
Pneumonia berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut:
o Kepala terangguk-angguk
o Pernapasan cuping hidung
o Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
o Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :
o Napas cepat
o Suara merintih (grunting)
o Pada auskultasi terdengar: Crackles (ronki), suara pernapasan
menurun, suara pernapasan bronkial
harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
Bila tidak ada sesak napas
Batuk atau kesulitan bernapas
Ada napas cepat dengan laju napas:
>50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun
>40 x/menit untuk anak >1-5 tahun
tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
Bukan Pneumonia
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
11
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan
simptomatik seperti penurun panas
Berdasarkan
pedoman
diagnosis
WHO
untuk
mendiagnosis
dan
mengklasifikasikan pneumonia pada anak, maka kasus ini termasuk dalam Pneumonia
berat yang memerlukan rawat inap karena pada anamnesa dan pemeriksaan fisik
ditemukan adanya :
Batuk
pernapasan.
Karena
otot-otot
pernapasan
menjadi
kurang
efektif
Infus untuk rehidrasi dan perbaikan elektrolit. Infus yang diberikan pada kasus ini
adalah KA-EN 1B 16tpm sebagai infus awal di Instalasi Gawat Darurat
dilanjutkan dengan KA-EN 1B 10tpm micro di bangsal.
Penatalaksanaan khususnya yang dilakukan yaitu :
Mucopect dengan dosis 2x0,5 ml sebagai terapi sekretolitik yang bertujuan untuk
mendorong pembersihan lendir yang abnormal dan memudahkan batuk produktif
sehingga memungkinkan pasien untuk bernapas bebas dan lebih nyaman.
13
memperlihatkan
efek
bronkodilatasi
sehingga
meningkatkan
mekanisme
14
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA PADA ANAK
A. DEFINISI
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi
yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011).
Pada pneumonia
adalah penyebab dari pneumonia (virus atau bakteri). Pneumonia seringkali dipercaya
diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri.
Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bakterial dengan pneumonia
viral. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan
perbedaan nyata. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumonia
bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan
perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis (Said, 2013).
B. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hinga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima
kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap
tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut
survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian
balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011).
C. FAKTOR RISIKO
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut, yaitu:
1. Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
15
Faktor Infeksi
a.
b.
Pada bayi :
1)
Virus:
Virus
parainfluensa,
virus
influenza,
Adenovirus,
RSV,
Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3)
Pada anak-anak :
1) Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
2) Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
3) Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
Bronkopneumonia hidrokarbon :
16
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b.
Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
2.
4.
5.
F. PATOGENESIS
Pada dasarnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim
paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan
anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan
awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme
pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai
leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang
diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi
saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan
respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului
dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat
paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemia akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi
cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan
stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance
paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi
18
positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae
supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan
adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head
bobbing, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala
disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres
pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat
dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya
pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior
dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga
menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama
inspirasi.
2. Pada palpasi
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
3. Pada perkusi
4. Pada auskultasi
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang
dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah
(tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah
(tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles
individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya). Crackles
dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan
napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya
proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
sampai sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
21
23
I. DIAGNOSIS
Diagnosis etiologik berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau serologis
merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, menentukan penyebab pneumonia
tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang memadai. Oleh
karena itu, pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan gambaran klinis
yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran radiologis.
Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu
gejala respiratori sebagai berikut takipnea, batuk, napas cuping hidung, retraksi, ronki,
dan suara napas melemah (Said, 2013).
Akibat tingginya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia pada balita, maka
dalam upaya penanggulangan, WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan
tatalaksana yang sederhana. Pedoman ini terutama ditujukan untuk pelayanan
kesehatan primer, dan sebagai pendidikan kesehatan untuk masyarakat di negara
berkembang. Tujuannya ialah :
1.
Napas cepat
Sesak napas (dinilai dengan melihat adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam ketika menarik napas/ retraksi epigastrium)
Tanda bahaya
Pada anak usia 2 bulan 5 tahun: tidak dapat minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, dan gizi buruk.
2.
Pneumonia berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut:
o Kepala terangguk-angguk
o Pernapasan cuping hidung
o Tarikan dinding dada nagian bawah ke dalam
24
Pneumonia
Bila tidak ada sesak napas
Batuk atau kesulitan bernapas
Ada napas cepat dengan laju napas:
>50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun
>40 x/menit untuk anak >1-5 tahun
tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
Bukan Pneumonia
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan
simptomatik seperti penurun panas
Pneumonia
Bila ada napas cepat (>60x/menit) atau sesak napas
Harus di rawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
tidak ada napas cepat atau sesak napas
tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatik
3.
J. TATALAKSANA
25
Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit: sampai sesak nafas hilang atau PaO 2
pada analisis gas darah 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2.
Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik
awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pneumonia ringan: amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah
dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1.
Kuman yang dicurigai atas dasar data klinis, etiologis dan epidemiologis
2.
3.
2.
27
K. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema toraks, perikarditis,
purulent, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
Empiema toraks merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia
bakteri.
28
L. PROGNOSIS
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zatzat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif
pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri
sendiri.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/. Diakses
pada tanggal 8 April 2014
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S., et al. 2011. The Management of CommunityAcquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious
Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak, ed. 15, vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Said M. 2013. Pneumonia. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI
World Health Organization. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.
Jakarta: WHO Indonesia
30