PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan
jaringan ikat sekitarnya. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas
termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis. 1,3
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. 2,3
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri
mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut
rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh
didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini
akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim,
keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus
haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal
dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi
seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah
perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila
tumor sudah sangat besar. 4
B. TUJUAN
Tujuan
dari
penyusunan
laporan
ini
adalah
untuk
mengetahui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MIOMA UTERI
Definisi
`Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang
ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9-12 cm,
dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil.1,5,6
Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan
nullipara. 2,3
Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma
uteri, yaitu : 3
1.
Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2.
Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3.
4.
Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :
Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat
menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan
menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular
dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri
submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang
lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan
cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan
disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi
rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum
atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil
alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,
sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila
masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan
uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor
tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus
berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor
berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas
tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah
dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi
menjadi lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik
tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,
meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,
kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot
polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada
mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal,
infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.
Gejala klinis
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Diagnosis banding
Ca Endometrium
Ca Serviks
Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. 3
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
tindakan
terpilih.
Histerektomi
dapat
dilaksanakan
perabdominan
atau
pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
10
Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan
satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
11
karena
suatu
nekrosis
subakut
sebagai
gangguan
Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
12
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
HISTEREKTOMI
Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti
kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi
histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan.7,8,9Histerektomi obstetrik adalah pengangkatan
rahim atas indikasi obstetrik. 10
Indikasi dan kontraindikasi
1.
Indikasi
a.
Ruptur uteri
b.
Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada,
misalnya pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia
c.
d.
e.
f.
g.
2.
atau
hipofibrinogenemia
pada
solusio
Kontraindikasi
13
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Atelektasis
Luka infeksi
Infeksi saluran kencing
Tromoflebitis
Embolisme paru-paru.
Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial
g.
pada adneksa
Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan
abses pada cul-de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan
perlekatan.
Jenis Histerekomi
1.
2.
14
tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua
ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang
disebut
histerektomi
bilateral
salpingo-oophorektomi
adalah
dapat
menyebabkan
dokter
mengambil
pilihan
dilakukannya histerektomi. 12
3.
4.
15
awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan
pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah
dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada
bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998). 7,8,9
Patofisiologi
16
Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik
irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini
adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa
uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk
melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada
mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus.
17
Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan
tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan
pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina.
Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan
tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada
jaringan parut yang tampak.
3.
Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu
laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical
hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya
saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di
perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk
membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan
irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui
irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotongpotong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang
laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri,
pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan
menggunakan anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang
diperlukan bervariasi tergantung beratnya penyakit, berkisar antara 40
menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium awal, tindakan
histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi.
Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. Apabila
dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan
18
Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang
wanita dapat memasuki masa menopause yang disebabkan oleh suatu
operasi, walaupun ovariumnya masih tersisa utuh. Sejak suplai darah ke
ovarium berkurang setelah operasi, efek samping yang lain dari
histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium,
termasuk produksi progesterone.
Efek samping Histerektomi yang terlihat :
a. Perdarahan intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali
kurang dalam memperkirakan darah yang hilang (underestimate).
Hal tesebut dapat terjadi, misalnya, karena pembuluh darah
mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi dan ikatannya
b.
lepas
Kerusakan pada kandung kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi
untuk memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak
c.
d.
tempat tersebut.
Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas,
menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi
19
yang serius ini dapat diketahui dari terciumnya bau feses atau
melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi.
Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau
e.
kolostomi
Penyempitan vagina yang luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan.
Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak
daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral
dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi vagina.
2.
Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya
terjadi dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini
diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe
pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu
sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10
hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan
b.
c.
d.
20
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
A.
1.
21
2.
3.
3.
No
Nama
Kedudukan
JK
dalam Keluarga
1
Ngafiun
KK
Umur
Pendi-
(th)
dikan
52
Tamat
Pekerjaan
Ket.
Pedagang
Sehat
SLTA
2
Siti Khodijah
Istri KK
47
Tamat
Ibu
Rumah Sakit
SD
Tangga
22
Muhammad
Anak I
27
SMA
Buruh Pabrik
Arifin
Muhammad
Anak II
23
SMA
Satrio
market
Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
4.
Pasien
Meninggal
23
Sehat
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada 1 Oktober 2015 di poli
KIA Puskesmas Secang I. Anamnesa dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada
tanggal 8 Oktober 2015.
Keluhan Utama : Perut agak membesar sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Secang I pada tanggal 1 Oktober 2015
dengan keluhan perut membesar sejak 3 bulan. Perut dirasakan penuh dan berat
pada bagian bawah. Selain itu, pasien juga mengeluh adanya gangguan haid
berupa haid sedikit-sedikit selama 14 hari belum berhenti. Darah haid berwarna
merah kecoklatan. Nyeri saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak ada. Pasien
mengeluh badan sering merasa lemas. Ganguan BAK dan BAB disangkal.
Riwayat Menstruasi :
Pasien mengaku pertama kali haid usia 15 tahun dengan siklus haid teratur
28 hari dan lama haid kurang lebih 7 hari. Pasien mengganti pembalut 2-3 kali
sehari.
Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah satu kali pada saat berusia 20 tahun dengan suami berusia
25 tahun.
Riwayat Obstetri
Pasien mempunyai 2 orang anak. Anak pertama lahir pada tahun 1988
dengan berat 3100 gram, jenis kelamin laki-laki, lahir dengan bantuan dokter.
Anak kedua lahir pada tahun 1992 dengan berat lahir 2800 gram. jenis kelamin
laki-laki , lahir dengan bantuan bidan.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien sudah tidak menggunakan KB sejak melahirkan anak terakhir.
Sebelumnya pasien menggunakan KB Suntik 1 bulan sekali selama 4 tahun sejak
tahun 1988-1992.
Riwayat Gynekologi
24
b. Pemeriksaan Fisik
A.
B.
Tanda Vital
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,5C
Pernapasan
: 20x/menit
Status Generalis
Kepala
: Normochepalic
: Conjungtiva Anemis (+/+) Sklera Ikterik (-/-)
: Simetris
: Oral Hygiene baik, T1-T1
: Dalam batas normal
:
Mata
Wajah
Mulut
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
:
Perkusi
Auskultasi
: Sonor (+/+)
: Vesikuler (+/+) wheezing (-/-) ronki (-/-)
25
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
b.
26
HR
: 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu
: 36,70C
Mata
: conjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Pulmo
: suara nafas vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Cor
: bunyi jantung I, II reguer murmur (-) gallop (-)
Abdomen
: bising usus (+) Nyeri tekanepigastrium (-)
Ekstremitas
: akral dingin (-) oedem ekstremitas (-)
Muhammad Satrio
HR
: 94x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu
: 36,50C
Mata
: conjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Pulmo
: suara nafas vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Cor
: bunyi jantung I, II reguer murmur (-) gallop (-)
Abdomen
: bising usus (+) Nyeri tekanepigastrium (-)
Ekstremitas
: akral dingin (-) oedem ekstremitas (-)
g. Hasil Penatalaksanaan Medis
Pada saat kunjungan rumah pada tanggal 8 Oktober 2015 pasien masih
mengeluhkan perutnya yang membesar dan perdarahan masih dirasakan.
a. Faktor pendukung:
Pasien tidak melakukan kegiatan rumah tangga sampai maaslah
berpengawet.
b. Faktor penghambat:
Pasien sering menunda-nunda periksa ke dokter saat memiliki
keluhan kesehatan sehingga masalah yang dialaminya tidak cepat
c.
terselesaikan
Indikator keberhasilan
Keluhan perut membesar dan gangguan haid pada pasien berkurang.
Keadaan umum baik,tidak tampak pucat.
D.
Rencana pembinaan
-Rujuk ke Rumah Sakit
Sasaran
Pasien dan
27
dengan
informed
consent)
-Rutin meminum obat
-Edukasi
2.
Anemia
tentang
penyakit
mioma uteri
Konsumsi makanan tinggi zat Pasien dan
besi
keluarga
28
G.
IDENTIFIKASI
FAKTORFAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KESEHATAN
a. Faktor Perilaku
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.Saat ada anggota keluarga yang
sakit, biasanya pasien berobat ke Puskesmas Secang I. Pendanaan
kesehatan didapatkan dari asuransi kesehatan Jamkesmas. Pasien rajin
mengikuti aktifitas sosial berupa pengajian. Pasien jarang berolah raga.
29
b. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dalam rumah yang bersih dan terlihat terawat. Dapur
mempunyai saluran pembuangan asap. Sumber air dari sumur pompa
listrik dan dimasak sebelum dikonsumsi. Saluran pembuangan air limbah
ke tanah yang terletak di belakang rumah, kebiasaan buang air besar di
jamban keluarga, tidak ada pembuangan sampah, sehingga hanya dbuang
di kebun belakang rumah dan dibakar 3 hari sekali.
c. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Puskesmas Secang I yang berjarak kira-kira 2 km. Pasien tidak
memiliki kesulitan untuk berobat ke puskesmas. Jika pasien tidak sempat
datang berobat ke puskesmas, maka pasien akan berobat ke praktek
bidan swasta atau dokter swasta.
d. Faktor Keturunan
Tidak terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
H.
30
air limbah ke got dan saluran limbah mengalir lancar. Terdapat tempat
pembuangan sampah. Jalan di depan rumah lebarnya 4 meter terbuat d
ari aspal. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah baik
dan masyarakat.
Saat ini pasien belum bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.
e. Faktor Perilaku
Setiap ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa berobat ke
Puskesmas Secang I menggunakan asuransi kesehatan Jamkesmas.
31
Pasien rutin melakukan kegiatan fisik sebagai ibu rumah tangga. Pasien
rutin meminum obat sesuai anjuran dokter.
DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal : alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran, dan persepsi
pasien
Perut semakin membesar, gangguan haid, dan lemas
2. Aspek Klinis : masalah medis, diagnosis kerja berdasarkan gejala dan
tanda
Mioma uteri, Anemia
3. Aspek Risiko Internal : seperti pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian,
usia, gender
Pasien telah berusia 47 tahun dan memiliki 2 orang anak sehigga
Indomie.
4. Aspek Risiko Eksternal dan Psikososial : berasal dari lingkungan
(keluarga, tempat kerja, tetangga, budaya)
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik.
5. Derajat Fungsional : kualitas hidup pasien. Penilaian dengan skor 1 5,
berdasarkan disabilitas dari pasien.
Derajat 2 (mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di
dalam dan luar rumah)
PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. PROMOTIF
a. Edukasi kepada pasien untuk patuh dan teratu rminum obat.
b. Edukasi pada pasien untuk kontrol ke dokter apabila perdarahan
tidak kunjung berhenti.
c. Istirahat cukup.
d. Konsumsi makanan bergizi untuk membantu mencukupi kebutuhan
gizi sehari hari.
2. PREVENTIF
a. Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung MSG
b. Hindari stress baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.
c. Melakukan aktivitas dan istirahat yang cukup.
d. Hindari melakukan aktivitas berat seperti mengangkat beban berat.
3. KURATIF
a. Analgetik : Asam Mefenamat 3x500mg
32
Genetik
Lingkungan
Status
kesehatan
Yankes
Pasien
menunda-
nunda berobat ke
dokter
Perilaku
Pasien sering
mengkonsums
i
penyedap,MS
G dan Indomie
keluhan
sejak
pertama
kali di rasakan (3
bulan)
K.
Keluarga
Hasil Kegiatan
yang
terlibat
33
Oktober
2015
8
Melakukan
anamnesis
pemeriksaan fisik
Oktober
Memberikan
penjelasan
2015
pasien
mengenai
penyakit
Pasien dan
nya.
Pasien dan suami pasien
dapat
memahami
sehat.
informasi
komplikasi
dapat
timbul
diharapkan
yang
yang
akibat Suami
pasien dan
dapat
terjadi,
komplikasi tersebut.
komplikasi
keluarga
dapat
Pasien dan
keluarga
mengenai
histerektomi.
L.
mengenai
diagnosis
keluarga
Mendapatkan
34
3. Faktor penyulit :
- Kegiatan rumah tangga yang terlalu banyak
4. Indikator keberhasilan : Pasien dapat memperbaiki pola hidup sehat
(waktu istirahat menjadi cukup dan dapat berolahraga), dan dapat
mengatur waktu bekerja.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien penyakit mioma uteri dengan pendekatan
kedokteran keluarga adalah dengan terapi non-medikamentosa berupa merujuk
pasien untuk dilakukan operasi, pada pasien dilakukan histerektomi. Selain itu
diperlukan edukasi baik mengenai penyakit tersebut maupun pola hidup sehat.
35
Terapi medikamentosa pada kasus ini hanya bersifat simtomatis atau mengobati
gejala.
Pembinaan yang diberikan terhadap pasien dan keluarga meliputi
melakukan pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah
dan lingkungan sekitar, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai penyakit mioma uteri dan operasi histerektomi serta komplikasi
yang dapat timbul setelah operasi dilakukan. Pembinaan juga meliputi penyakit
penyakit yang dapat terjadi berhubungan dengan usia, pekerjaan, dan pola hidup
pasien dan keluarga.
B. SARAN
Untuk mencegah timbulnya komplikasi yang dapat ditimbulkan maka
pasien disarankan untuk melakukan kontrol rutin ke rumah sakit dan apabila
memungkinkan untuk dilakukan tindakan operatif . Pasien diharapkan dapat
mengatur waktu kegiatan harian guna menjaga kesehatan dan memiliki waktu
lebih untuk bersama anak dan suaminya.
36
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutoto, MS Joedosepoetro, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, dalam:
Ilmu Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketiga, Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999.
2. Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam : Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Ujung Pandang,
Bagian/SMF OBstetri dan Ginekologi FK Unhas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, 1999.
3. Chelmow MD, David, Gynecologic Myomectomy, available from
www.emedicine.com. Accessed on February 2012.
4. Anonymous, Leiomyoma of the Uteri, available from www.health.am.
Accessed on February 2012.
5. Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al, Fibroids in Obstetrics and
Gynaecology, London, Mosby, 2004.
6. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell
Publishing, 2005.
7. Hart MD FRCS FRCOG, David McKay, Fibroids in Gynaecology
Illustrated, London, Churchill Livingstone, 2000.
8. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology,
Boston, Elsevier Saunders, 2003.
9. Suwiyoga K, 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi
dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah,
Denpasar. 201-206
10. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku
Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo,
Jakarta.338-345.
11. Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung :
Elstar
38