Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan
jaringan ikat sekitarnya. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas
termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis. 1,3
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. 2,3
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri
mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut
rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh
didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini
akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim,
keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus
haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal
dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi
seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah

perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila
tumor sudah sangat besar. 4
B. TUJUAN
Tujuan

dari

penyusunan

laporan

ini

adalah

untuk

mengetahui

penatalaksanaanmioma uteri dengan pendekatan kedokteran keluarga.


C. MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media
pembelajaran bagi dokter muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran
keluarga secara langsung kepada pasien dengan mioma uteri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
MIOMA UTERI
Definisi
`Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang
ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9-12 cm,
dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil.1,5,6
Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan
nullipara. 2,3

Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma
uteri, yaitu : 3
1.

Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2.

Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

3.

Faktor ras dan genetic


Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada

4.

wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.


Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian

menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu


t(12;14)(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam
waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma.
Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal
dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk,
telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih
banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena
tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause
sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia
dini.3
Klasifikasi mioma uteri
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.3
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :
Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat
menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan
menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular
dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri
submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang
lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan
cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan
disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi
rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum
atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil
alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,
sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila
masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan
uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak

karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor
tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus
berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor
berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas
tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah
dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi
menjadi lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik
tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,
meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,
kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot
polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada
mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal,
infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri

Gejala klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada


pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :6
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah :
-

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai

adeno karsinoma endometrium.


Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

4) Infertilitas dan abortus


Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.
Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan
pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan
bebas,
tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan
pasien.
b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Diagnosis banding

Ca Endometrium

Ca Serviks

Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. 3
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
tindakan

terpilih.

Histerektomi

dapat

dilaksanakan

perabdominan

atau

pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya

10

dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.


Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus.6

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri.5


1.11. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : 6

Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.

Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan
satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan

11

bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi


yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu
kehamilan.

Degenerasi membatu (calcereus degeneration)


Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen.

Degenerasi merah (carneus degeneration)


Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis :
diperkirakan

karena

suatu

nekrosis

subakut

sebagai

gangguan

vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging


mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda
disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : 6


1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai).

12

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
HISTEREKTOMI
Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti
kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi
histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan.7,8,9Histerektomi obstetrik adalah pengangkatan
rahim atas indikasi obstetrik. 10
Indikasi dan kontraindikasi
1.

Indikasi
a.
Ruptur uteri
b.
Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada,
misalnya pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia

c.
d.

e.
f.

g.

2.

atau

hipofibrinogenemia

pada

solusio

plasenta dan lainnya.


3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4) Arteri uterina terputus.
5) Plasenta inkreta dan perkreta.
6) Hematoma yang luas pada rahim.
Infeksi intrapartal berat.
Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus
dengan isinya diangkat sekaligus.
Uterus miomatosus yang besar.
Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan
darah.
Kanker leher rahim. 10

Kontraindikasi

13

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Atelektasis
Luka infeksi
Infeksi saluran kencing
Tromoflebitis
Embolisme paru-paru.
Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial

g.

pada adneksa
Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan
abses pada cul-de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan
perlekatan.

Jenis Histerekomi
1.

Histerektomi parsial (subtotal)


Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim
(serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena
kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear

2.

(pemeriksaan leher rahim) secara rutin. 7,8,9


Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhan.7,8,9
Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut diangkatnya
serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma dan prekanker. Akan
tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada histerektomi supraservikal
karena insiden komplikasinya yang lebih besar. 11
Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan
ovarium pada satu atau keduanya. Pada penyakit, kemungkinan
dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral harus didiskusikan
dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak ada pilihan lain,
kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah sering terjadi
mikrometastase. 11
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh
bagian rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu,
terkadang histerektomi total juga disertai dengan pengangkatan
beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan. Misalnya, jika
organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka

14

tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua
ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang
disebut

histerektomi

bilateral

salpingo-oophorektomi

adalah

pengangkatan rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung


telur. Pada tindakan histerektomi ini, terkadang juga dilakukan tindakan
pengangkatan bagian atas vagina dan beberapa simpul (nodus) dari
saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut sebagai histerektomi
radikal (radical hysterectomy). 12
Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya
tindakan histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti
pendarahan hebat yang disebabkan oleh adanya miom atau persalinan,
kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan kanker saluran
telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan reproduksi
yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti miom atau
endometriosis

dapat

menyebabkan

dokter

mengambil

pilihan

dilakukannya histerektomi. 12

3.

Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral


Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii,
dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan

4.

penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda. 7,8,9


Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar
limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa
penderita. 7,8,9

Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal,


vaginal dan laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi
yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan berbagai
pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap merupakan pilihan jika
uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal

15

awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan
pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah
dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada
bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998). 7,8,9

Patofisiologi

16

Teknik Operasi Histerektomi


Pilihan teknik pembedahan tergantung pada indikasi pengangkatan uterus,
ukuran uterus, lebarnya vagina, dan juga kondisi pendukung lainnya. Lesi
prekanker dari serviks, uterus, dan kanker ovarium biasanya dilakukan
histerektomi abdominal, sedangkan pada leimioma uteri, dilakukan
histerektomi abdominal jika ukuran tumor tidak memungkinkan diangkat
melalui histerektomi vaginal. 11
1.

Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik
irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini
adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa
uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk
melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada
mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus.

17

Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih


berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta
menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.
2.

Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan
tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan
pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina.
Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan
tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada
jaringan parut yang tampak.

3.

Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu
laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical
hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya
saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di
perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk
membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan
irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui
irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotongpotong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang
laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri,
pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan
menggunakan anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang
diperlukan bervariasi tergantung beratnya penyakit, berkisar antara 40
menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium awal, tindakan
histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi.
Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. Apabila
dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan

18

menggunakan alat khusus yang disebut morcellator sehingga dapat


dikeluarkan melalui llubang 10 mm.Apabila dilakukan histerektomi
total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina, kemudian
vagina dijahit kembali. Operasi dilakukan umumnya menggunkan
empat lubang kecil berukuran 5 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut
bagian bawah.
Efek Samping dan Komplikasi
1.

Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang
wanita dapat memasuki masa menopause yang disebabkan oleh suatu
operasi, walaupun ovariumnya masih tersisa utuh. Sejak suplai darah ke
ovarium berkurang setelah operasi, efek samping yang lain dari
histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium,
termasuk produksi progesterone.
Efek samping Histerektomi yang terlihat :
a. Perdarahan intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali
kurang dalam memperkirakan darah yang hilang (underestimate).
Hal tesebut dapat terjadi, misalnya, karena pembuluh darah
mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi dan ikatannya
b.

lepas
Kerusakan pada kandung kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi
untuk memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak

c.

dilakukan pada bidang avaskular yang tepat.


Kerusakan ureter
Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter sering
kali berada dalam resiko kerusakan. Kerusakan biasanya dapat
dihindari dengan menentukan letak ureter berjalan dan menjauhi

d.

tempat tersebut.
Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas,
menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi

19

yang serius ini dapat diketahui dari terciumnya bau feses atau
melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi.
Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau
e.

kolostomi
Penyempitan vagina yang luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan.
Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak
daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral
dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi vagina.

2.

Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya
terjadi dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini
diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe
pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu
sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10
hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan
b.

bisa interna dan eksterna.


Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli
paru-paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi
dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan heparin
subkutan profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan

c.

sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.


Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen,

d.

antitoksinnya didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.


Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau
menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang
paling berbahaya dari histerektomi radikal adalah fistula atau
striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena

20

ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum


parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang
retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu
meminimalkan infeksi. 7,8,9

BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A.
1.

IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


Identitas Pasien
Nama
: Ny. Siti khodijah
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 47 tahun
Status Pernikahan: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: tamat SD
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga

21

2.

3.

3.

Identitas Kepala Keluarga


Nama
: Tn. Ngafiun.
Jenis Kelamin
: Laki laki
Umur
: 52 tahun
Status Pernikahan: Menikah
Alamat
:Dusun Gusaran Rt/Rw 002/001 Kelurahan Secang
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: tamat SLTA
Pekerjaan
: Pedagang
Identitas Anak Pasien
1. Nama
: Muhammad Arifin
Jenis Kelamin
: Laki laki
Umur
: 27 tahun
Status Pernikahan: Menikah
Alamat
:Dusun Gusaran Rt/Rw 002/001 Secang
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SMa
Pekerjaan
: Buruh Pabrik
2. Nama
: Muhammad Satrio
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 tahun
Status Pernikahan: Belum Menikah
Alamat
:Dusun Gusaran Rt/Rw 002/001 Secang
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai Mini Market
PROFIL KELUARGA

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung

No

Nama

Kedudukan

JK

dalam Keluarga
1

Ngafiun

KK

Umur

Pendi-

(th)

dikan

52

Tamat

Pekerjaan

Ket.

Pedagang

Sehat

SLTA
2

Siti Khodijah

Istri KK

47

Tamat

Ibu

Rumah Sakit

SD

Tangga

22

Muhammad

Anak I

27

SMA

Buruh Pabrik

Arifin
Muhammad

Anak II

23

SMA

Pegawai mini Sehat

Satrio

market

Gambar 1. Pohon Keluarga

Keterangan:
Perempuan
Laki-laki

4.

Pasien
Meninggal

RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH


DILAKUKAN

23

Sehat

a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada 1 Oktober 2015 di poli
KIA Puskesmas Secang I. Anamnesa dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada
tanggal 8 Oktober 2015.
Keluhan Utama : Perut agak membesar sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Secang I pada tanggal 1 Oktober 2015
dengan keluhan perut membesar sejak 3 bulan. Perut dirasakan penuh dan berat
pada bagian bawah. Selain itu, pasien juga mengeluh adanya gangguan haid
berupa haid sedikit-sedikit selama 14 hari belum berhenti. Darah haid berwarna
merah kecoklatan. Nyeri saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak ada. Pasien
mengeluh badan sering merasa lemas. Ganguan BAK dan BAB disangkal.
Riwayat Menstruasi :
Pasien mengaku pertama kali haid usia 15 tahun dengan siklus haid teratur
28 hari dan lama haid kurang lebih 7 hari. Pasien mengganti pembalut 2-3 kali
sehari.
Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah satu kali pada saat berusia 20 tahun dengan suami berusia
25 tahun.
Riwayat Obstetri
Pasien mempunyai 2 orang anak. Anak pertama lahir pada tahun 1988
dengan berat 3100 gram, jenis kelamin laki-laki, lahir dengan bantuan dokter.
Anak kedua lahir pada tahun 1992 dengan berat lahir 2800 gram. jenis kelamin
laki-laki , lahir dengan bantuan bidan.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien sudah tidak menggunakan KB sejak melahirkan anak terakhir.
Sebelumnya pasien menggunakan KB Suntik 1 bulan sekali selama 4 tahun sejak
tahun 1988-1992.
Riwayat Gynekologi

24

Pasien menyangkal pernah menderita kelainan ginekologi seperti kista,


mioma, abortus sebelumnya.
Riwayat operasi: Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita
Riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi, asma, alergi, dan penyakit
jantung sebelumnya disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga dengan keluhan yang sama. Ayah pasien
menderita tekanan darah tinggi. Penyakit sistemik lain seperti kencing manis dan
asma dalam keluarga disangkal.

b. Pemeriksaan Fisik
A.

B.

Tanda Vital
Keadaan umum

: Tampak Sakit Ringan

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 100/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Suhu

: 36,5C

Pernapasan

: 20x/menit

Status Generalis
Kepala

: Normochepalic
: Conjungtiva Anemis (+/+) Sklera Ikterik (-/-)
: Simetris
: Oral Hygiene baik, T1-T1
: Dalam batas normal
:

Mata
Wajah
Mulut
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi

: hiperpigmentasi areola mammae (-/-), ASI (-/-)


Simetris

:
Perkusi
Auskultasi

: Sonor (+/+)
: Vesikuler (+/+) wheezing (-/-) ronki (-/-)

25

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: Iktus Kordis tidak terlihat


: thrill -/: batas jantung normal
: Reguler S1-S2, gallop murmur :
: tampak benjolan pada kuadran suprapubik
: pembesaran organ -/-nyeri tekan (+) suprapubik,

terabamassa abnormal (+) sebesar kepala bayi (4 jari diatas


umbilikus)
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: suara bising usus +/+
Ekstremitas
: odem -/- akral dingin -/c. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
d. Diagnosis
P2A0 observasi Mioma uteri susp Anemia
e. Rencana Penatalaksanaan
a. Non-medikamentosa
i. Menyarankan untuk pemeriksaan laboratorium darah
rutin dan pemeriksan USG
ii. Rujuk RS dan dilakukan operasi bila ada indikasi
iii. Edukasi mengenai mioma uteri, faktor resiko,

b.

komplikasi yang dapat terjadi.


iv. Istirahat yang cukup dan pola makan yang sehat.
Medikamentosa
i. Asam Mefenamat 3x500mg (bila nyeri)
ii. Tablet Fe 1 x 1

f. Pemeriksaan Fisik Keluarga Pasien


Ngafiun
Kesadaran
: Compos Mentis
TD
: 130/80
HR
: 84x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,60C
Mata
: conjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Pulmo
: suara nafas vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Cor
: bunyi jantung I, II reguer murmur (-) gallop (-)
Abdomen
: bising usus (+) Nyeri tekanepigastrium (-)
Ekstremitas
: akral dingin (-) oedem ekstremitas (-)
Muhammad Arifin

26

HR
: 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu
: 36,70C
Mata
: conjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Pulmo
: suara nafas vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Cor
: bunyi jantung I, II reguer murmur (-) gallop (-)
Abdomen
: bising usus (+) Nyeri tekanepigastrium (-)
Ekstremitas
: akral dingin (-) oedem ekstremitas (-)
Muhammad Satrio
HR
: 94x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu
: 36,50C
Mata
: conjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Pulmo
: suara nafas vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Cor
: bunyi jantung I, II reguer murmur (-) gallop (-)
Abdomen
: bising usus (+) Nyeri tekanepigastrium (-)
Ekstremitas
: akral dingin (-) oedem ekstremitas (-)
g. Hasil Penatalaksanaan Medis
Pada saat kunjungan rumah pada tanggal 8 Oktober 2015 pasien masih
mengeluhkan perutnya yang membesar dan perdarahan masih dirasakan.
a. Faktor pendukung:
Pasien tidak melakukan kegiatan rumah tangga sampai maaslah

kesehatan yang dialami saat ini sembuh


Pasien rutin meminum obat yang diberikan Rumah Sakit
Pasien mulai mengurangi penggunaan MSG dan makanan

berpengawet.
b. Faktor penghambat:
Pasien sering menunda-nunda periksa ke dokter saat memiliki
keluhan kesehatan sehingga masalah yang dialaminya tidak cepat
c.

terselesaikan
Indikator keberhasilan
Keluhan perut membesar dan gangguan haid pada pasien berkurang.
Keadaan umum baik,tidak tampak pucat.

D.

PERMASALAHAN PADA PASIEN

Tabel 3. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No. Resiko & masalah kesehatan


1.
Mioma uteri

Rencana pembinaan
-Rujuk ke Rumah Sakit

Sasaran
Pasien dan

27

-Operasi (bila terdapat indikasi , keluarga


didahui

dengan

informed

consent)
-Rutin meminum obat
-Edukasi
2.

Anemia

tentang

penyakit

mioma uteri
Konsumsi makanan tinggi zat Pasien dan
besi

keluarga

Kurangi aktifitas fisik yang


terlalu berat
Rutin minum obat

E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa pasien
memiliki riwayat gangguan haid sejak 3 bulan terakhir dan menyebabkan
badan terasa lemas seperti tidak bertenaga.
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami dan anak nomer II. Anak pertama bekerja
sebagai karyawan pabrik. Anak kedua bekerja sebagai pegawai mini
market. Hubungan komunikasi antara keluarga cukup baik. Keputusan
dalam keluarga diambil bersama.
c. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh kepala keluarga
digabung dengan penghasilan anak ke II. Kepala keluarga bekerja sebagai
pedagang dengan pendapatan perbulan kira-kira kurang dari Rp 750.000,
Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti makan,

28

listrik serta belanja harian.Penghasilan anak kedua sebagai pegawai mini


market Rp 450.000,- perbulan. Penggunaan dana cukup efisien untuk
memenuhi kebutuhan harian.
d. Fungsi Pendidikan
Pasien bersekolahhanya sampai tamat SD. Pasien dan suami memiliki citacita untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi.
Namun, karena masalah biaya mereka hanya bisa menyekolahkan kedua
anaknya sampai tamat SMA.
e. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama
secara rutin. Penerapan nilai agama dalam keluarga baik.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di dusun Gusaran. Pasien dan keluarga dapat
diterima dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan
tetangga baik. Kondisi pasien saat ini cukup baik.
F.

POLA KONSUMSI PASIEN


Frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di
rumah. Jenis makanan dalam keluarga cukup bervariasi. Variasi makanan
sebagai berikut: nasi, tahu, tempe, sayur (kacang panjang dan bayam),
kadang-kadang diselingi telur, ayam goreng, air minum (air putih dan teh).
Pasien tidak minum susu. Namun, sering mengkonsumsi penyedap rasa dan
MSG serta Indomie. Pasien jarang mengkonsumsi daging sapi atau kambing.
Air minum berasal dari air sumur yang dimasak sendiri.

G.

IDENTIFIKASI

FAKTORFAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

KESEHATAN
a. Faktor Perilaku
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.Saat ada anggota keluarga yang
sakit, biasanya pasien berobat ke Puskesmas Secang I. Pendanaan
kesehatan didapatkan dari asuransi kesehatan Jamkesmas. Pasien rajin
mengikuti aktifitas sosial berupa pengajian. Pasien jarang berolah raga.

29

b. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dalam rumah yang bersih dan terlihat terawat. Dapur
mempunyai saluran pembuangan asap. Sumber air dari sumur pompa
listrik dan dimasak sebelum dikonsumsi. Saluran pembuangan air limbah
ke tanah yang terletak di belakang rumah, kebiasaan buang air besar di
jamban keluarga, tidak ada pembuangan sampah, sehingga hanya dbuang
di kebun belakang rumah dan dibakar 3 hari sekali.
c. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Puskesmas Secang I yang berjarak kira-kira 2 km. Pasien tidak
memiliki kesulitan untuk berobat ke puskesmas. Jika pasien tidak sempat
datang berobat ke puskesmas, maka pasien akan berobat ke praktek
bidan swasta atau dokter swasta.
d. Faktor Keturunan
Tidak terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
H.

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


a. Gambaran Lingkungan Rumah
b. Rumah pasien terletak di Dusun Gusaran, Desa Secang, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 10x6 m2, bentuk
bangunan 1 lantai. Rumah tersebut ditempati oleh 3 orang. Secara
umum gambaran rumah terdiri dari 3 kamar tidur. 1 dapur terletak
bersebelahan dengan kamar tidur anak ke 2 pasien. Rumah mempunyai
langit-langit, dinding dari tembok diplester halus, lantai terdiri dari
semen. Penerangan di dalam rumah cukup terang. Ventilasi dan jendela
yang cukup memadai, yaitu dengan luas > 10 % dan sering dibuka.
Sehingga rumah menjadi terang dan tidak terasa lembab. Cahaya
matahari dapat masuk kedalam rumah. Tata letak barang di rumah rapi.
Sumber air bersih dari PAM untuk minum maupun cuci dan masak. Air
minum dimasak sendiri. Rumahnya sudah memiliki jamban sendiri.
Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang asap dapur. Pembuangan

30

air limbah ke got dan saluran limbah mengalir lancar. Terdapat tempat
pembuangan sampah. Jalan di depan rumah lebarnya 4 meter terbuat d
ari aspal. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah baik

Gambar 2. Denah Rumah Pasien


I.

DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Biologis
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga terjalin baik.
Waktu bersama antara pasien dan suami sangat singkat.
c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan diperoleh dari suami dan anak. Kesan sosial
ekonomi cukup. Pengaturan dana terbilang cukup efektif dan efisien.
d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya

Termasuk keluarga yang taat beragama.


Tidak terdapat keterbatasan hubungan beragama antara pasien

dan masyarakat.
Saat ini pasien belum bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.

e. Faktor Perilaku
Setiap ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa berobat ke
Puskesmas Secang I menggunakan asuransi kesehatan Jamkesmas.

31

Pasien rutin melakukan kegiatan fisik sebagai ibu rumah tangga. Pasien
rutin meminum obat sesuai anjuran dokter.
DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal : alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran, dan persepsi
pasien
Perut semakin membesar, gangguan haid, dan lemas
2. Aspek Klinis : masalah medis, diagnosis kerja berdasarkan gejala dan
tanda
Mioma uteri, Anemia
3. Aspek Risiko Internal : seperti pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian,
usia, gender
Pasien telah berusia 47 tahun dan memiliki 2 orang anak sehigga

apabila dilakukan operasi histerektomi tidak membuatnya sedih.


Pasien gemar rmengonsumsi penyedap rasa dan MSG serta

Indomie.
4. Aspek Risiko Eksternal dan Psikososial : berasal dari lingkungan
(keluarga, tempat kerja, tetangga, budaya)
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik.
5. Derajat Fungsional : kualitas hidup pasien. Penilaian dengan skor 1 5,
berdasarkan disabilitas dari pasien.
Derajat 2 (mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di
dalam dan luar rumah)
PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. PROMOTIF
a. Edukasi kepada pasien untuk patuh dan teratu rminum obat.
b. Edukasi pada pasien untuk kontrol ke dokter apabila perdarahan
tidak kunjung berhenti.
c. Istirahat cukup.
d. Konsumsi makanan bergizi untuk membantu mencukupi kebutuhan
gizi sehari hari.
2. PREVENTIF
a. Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung MSG
b. Hindari stress baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.
c. Melakukan aktivitas dan istirahat yang cukup.
d. Hindari melakukan aktivitas berat seperti mengangkat beban berat.
3. KURATIF
a. Analgetik : Asam Mefenamat 3x500mg

32

b. Preparat besi : Tablet Fe 2 x 1


4. REHABILITATIF
a. Tidak terdapat keterbatasan fungsional pada pasien sehingga tidak
dilakukan tindakan rehabilitasi pada pasien.
J.

DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA


Ayah pasien
menderita
tekanan darah
tinggi.

Genetik

Lingkungan

Status
kesehatan

Yankes

Pasien

menunda-

nunda berobat ke
dokter
Perilaku
Pasien sering
mengkonsums
i
penyedap,MS
G dan Indomie

keluhan

sejak
pertama

kali di rasakan (3
bulan)

Gambar 3. Diagram Realita

K.

PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Tabel 4. Pembinaan dan Hasil Kegiatan


Tanggal

Kegiatan yang dilakukan

Keluarga

Hasil Kegiatan

yang
terlibat

33

Oktober

2015
8

Melakukan

anamnesis

dan Pasien dan


keluarga

pemeriksaan fisik
Oktober

Memberikan

penjelasan

kepada pasien dan keluarga

2015

pasien

mengenai

penyakit

Pasien dan

penyakit dan faktor resiko

nya.
Pasien dan suami pasien
dapat

memahami

penjelasan yang diberikan


dan

pola makan & pola hidup

merubah pola hidup yang

yang tidak sehat

sehat.

Mengaanjurkan agar minum


dianjurkan dokter
Memberikan

informasi

komplikasi

dapat

timbul

diharapkan

Diharapkan pasien dapat

Pasien dan suami pasien


memahami

yang

yang

akibat Suami
pasien dan

dapat

terjadi,

komplikasi tersebut.

KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA


1. Tingkat pemahaman: Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan,
dapat diterima dengan baik.
2. Faktor pendukung :
Pasien dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan
yang diberikan tentang mioma uteri dan histerektomi
-

komplikasi

sehingga dapat mencegah

keluarga

dapat

minum obat secara teratur

Pasien dan
keluarga

mengenai

histerektomi.

L.

mengenai

dialami pasien terkait dengan

obat secara teratur sesuai yang

Pasien dan keluarga dapat


memahami

mioma uteri , faktor resiko

diagnosis

pasien dan keluarga

keluarga

nya dan histerektomi


Memberikan edukasi tentang Pasien dan
penyakit
yang
mungkin keluarga

Mendapatkan

Sikap keluarga yang kooperatif dan keinginan untuk hidup sehat.

34

3. Faktor penyulit :
- Kegiatan rumah tangga yang terlalu banyak
4. Indikator keberhasilan : Pasien dapat memperbaiki pola hidup sehat
(waktu istirahat menjadi cukup dan dapat berolahraga), dan dapat
mengatur waktu bekerja.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien penyakit mioma uteri dengan pendekatan
kedokteran keluarga adalah dengan terapi non-medikamentosa berupa merujuk
pasien untuk dilakukan operasi, pada pasien dilakukan histerektomi. Selain itu
diperlukan edukasi baik mengenai penyakit tersebut maupun pola hidup sehat.

35

Terapi medikamentosa pada kasus ini hanya bersifat simtomatis atau mengobati
gejala.
Pembinaan yang diberikan terhadap pasien dan keluarga meliputi
melakukan pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah
dan lingkungan sekitar, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai penyakit mioma uteri dan operasi histerektomi serta komplikasi
yang dapat timbul setelah operasi dilakukan. Pembinaan juga meliputi penyakit
penyakit yang dapat terjadi berhubungan dengan usia, pekerjaan, dan pola hidup
pasien dan keluarga.
B. SARAN
Untuk mencegah timbulnya komplikasi yang dapat ditimbulkan maka
pasien disarankan untuk melakukan kontrol rutin ke rumah sakit dan apabila
memungkinkan untuk dilakukan tindakan operatif . Pasien diharapkan dapat
mengatur waktu kegiatan harian guna menjaga kesehatan dan memiliki waktu
lebih untuk bersama anak dan suaminya.

36

37

DAFTAR PUSTAKA
1. Sutoto, MS Joedosepoetro, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, dalam:
Ilmu Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketiga, Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999.
2. Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam : Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Ujung Pandang,
Bagian/SMF OBstetri dan Ginekologi FK Unhas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, 1999.
3. Chelmow MD, David, Gynecologic Myomectomy, available from
www.emedicine.com. Accessed on February 2012.
4. Anonymous, Leiomyoma of the Uteri, available from www.health.am.
Accessed on February 2012.
5. Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al, Fibroids in Obstetrics and
Gynaecology, London, Mosby, 2004.
6. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell
Publishing, 2005.
7. Hart MD FRCS FRCOG, David McKay, Fibroids in Gynaecology
Illustrated, London, Churchill Livingstone, 2000.
8. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology,
Boston, Elsevier Saunders, 2003.
9. Suwiyoga K, 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi
dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah,
Denpasar. 201-206
10. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku
Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo,
Jakarta.338-345.
11. Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung :
Elstar

38

Anda mungkin juga menyukai