Anda di halaman 1dari 4

1.

Perhitungan pada poros penggerak


Data yang diketahui adalah :
Daya (P)

: 0,1 kW

Putaran (n)

: 300 rpm

Maka untuk meneruskan daya dan putaran ini, terlebih dahulu dihitung daya
perencanaannya (Pd).
P d = fc . P
dimana :
Pd = daya perencanaan

(kW)

fc = faktor koreksi
P = daya masukan (kW)
Tabel xx. Jenis-jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Daya yang akan Ditransmisikan
Daya Yang Akan Ditransmisikan

fc

Daya rata-rata

1,2 2,0

Daya maximum

0,8 1,2

Daya Normal

1,0 1,5

(Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin )

Untuk perancangan poros ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana dengan
faktor koreksi sebesar fc = 1,2 Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya yang
direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan direncanakan
semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu besar.
Pd

= 1,2 x 0,1 kW
= 0,12 kW
= 120 W

2. Pemilihan Bahan Poros Penggerak


Pemilihan suatu bahan yang akan digunakan dapat ditentukan dengan menghitung
momen puntir (momen torsi rencana) yang dialami poros.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari :

Mp

Pd 60 Pd

2 n

Mp

30 Pd
n

dimana:

Mp
= momen puntir (N.m)
Pd = daya rencana (W)
n

= putaran (rpm).

Untuk daya perencana, Pd = 120 W dan putaran, n = 300 rpm maka momen puntirnya
adalah :
Mp

30 Pd
n

30 120
300

Mp
3,822 Nm
(pemilihan material poros diasumsikan carbon steel AISI 1045)
Lambang

S55C-D

Perlakuan

Diameter

Kekuatan Tarik

Panas

(mm)

(N/mm2)

Dilunakkan 20

atau 72 93

kurang

67 83

Kekerasan
HRC (HRB)

HB

14 31

10 26

188 260

19 34

16 30

213 285

21 80
Tidak

20

atau 80 101

Dilunakkan kurang

75 91

21- 80

Dalam pemilihan bahan perlu diketahui tegangan izinnya, yang dapat dihitung dengan rumus:

a
dimana :

b
Sf1 S f2

a = tegangan geser izin (N/mm2)


b = kekuatan tarik bahan (N/mm2)
Sf1 = faktor keamanan yang tergantung pada jenis bahan, dimana untuk bahan S-C
besarnya : 6,0.

Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, dimana harganya
berkisar antara 1,3 3,0.
Untuk Sf2 diambil sebesar 1.4 maka tegangan geser izin bahan S55C-D (AISI 1045), maka
tegangan geser izin adalah:

75
8,929 N / mm 2
6 x 1,4

3. Perencanaan diameter poros dan bantalan poros


Perencanaan untuk diameter poros dapat diperoleh dari rumus:

dp =
dimana :

5,1

. K t . Cb . M p

1/ 3

dp = diameter poros (mm)


a =

tegangan geser izin (N/mm2)

Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar 1,5 3,0n


Cb =

faktor koreksi untuk terjadinya kemungkinan terjadinya beban lentur,


dalam perencanaan ini diambil 1,2-2,2 karena diperkirakan tidak akan
terjadi beban lentur

Mp = momen puntir yang ditransmisikan (Nm).


Dalam hal ini faktor koreksi tumbukan pada range 1,5 3,0 diambil K t = 1,5. Dan
dalam mekanisme ini beban lentur yang terjadi kemungkinan adalah kecil karena poros
adalah relatif pendek, sehingga faktor koreksi untuk beban lentur Cb = 1,3 , dan momen

Mp
puntir yang terjadi

3,822 Nm, maka diameter poros dapat ditentukan sebagai berikut :

dp =

5,1

8,929 x1.5 x1,3 x 3,822 x 1000

1/ 3

= 18,7 mm 19 mm
Maka diameter poros yang menjadi standar untuk pemilihan bantalan poros adalah 19 mm.

Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi akibat tegangan puntir yang dialami
poros. Jika tegangan geser lebih besar dari tegangan geser izin dari bahan tersebut, maka
perancangan akan dikatakan gagal.
Besar tegangan geser yang timbul pada poros adalah :

16.Mp
.d 3

= tegangan geser akibat momen puntir (N/mm2)

dimana : g

Mp = momen puntir yang ditransmisikan (Nm)


dp = diameter poros (mm)

Mp
Untuk momen puntir,

3,822 Nm, dan diameter poros, dp= 19 mm, maka

perhitungan tegangan gesernya adalah sebagai berikut:

16 3,822 x1000
19 3

= 2,389 N/mm2

Menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas, terlihat bahwa tegangan geser yang

a 11,786 N / mm 2
terjadi adalah lebih kecil daripada tegangan geser yang diizinkan g < a (

).

Pada proses pembuatan poros, didapatkan bearing dengan diameter dalam (di) = 20 mm, karena itu
dibutuhkan perhitungan tegangan geser rotor pada diameter sesuai bearing tersebut, perhitungannya
adalah :

16 3,822 x1000
20 3

= 2,434 N/mm2

Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa bantalan poros dengan diameter dalam 20 mm
aman untuk digunakan pada rotor yang dirancang untuk memindahkan daya dan putaran yang telah
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai