Anda di halaman 1dari 5

RABU, 2008 JANUARI 23

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN


PENDAHULUAN
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering
tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah
anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga
dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.
Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan terdiri dari :
Manajemen Krisis
Yaitu asuhan keperawatan saat terjadi kekerasan
Manajemen Perilaku Kekerasan (MPK)
Yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan
pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga.
PENGERTIAN
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan
yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995).
Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan
marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaftif.
Rentang respons marah
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.
Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.
Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.
Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.
FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor pridisposisi,artinya

mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh
individu :
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiayaatau saksi penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial
yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima (permisive).
4. Bioneurolgis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya
diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang
provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
TANDA DAN GEJALA
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit adalah perilaku
kekerasan di rumah.
Dapat dilakukan pengkajian dengan cara :
- Observasi:
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi, berdebat.
Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak
senang
- Wawancara
Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.
MASALAH KEPERAWATAN

1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
POHON MASALAH
Resiko mencederai
orang lain/lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan harga diri :
Harga diri rendah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien tidak mencederai orang lain
Tujuan Khusus :
I. Manajemen perilaku kekerasan
Klien dapat :
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5. Mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan
6. Mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
7. Mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
8. Menggunakan obat yang benar
II. Pada saat perilaku kekerasan
9. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1.1. Bina hubungan saling percaya


1.1.1. Salam therapeutik dam empati
1.1.2. Perkenalan
1.1.3. Jelaskan tujuan interaksi
1.1.4. Ciptakan lingkungan yang tenang
1.1.5. Buat kontrak yang jelas
1.2. Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab (orang lain, situasi, diri sendiri) perasaan
jengkel/kesal
2.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal : tanda-tanda,
agresif, kekerasan.
2.2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
2.3. Simpulkan bersama klien tanda- tanda jengkel/kesal yang dialami klien
3.1. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
3.2. Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan (yang
tidak membahayakan)
3.3. Bicarakan dengan klien : Apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai ?
4.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang digunakan klien
4.2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien
4.3. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin cara yang baru yang sehat ?
5.1. Tanyakan pada klien Apakah ia mengetahui cara lain yang sehat ?
5.2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
5.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat
5.3.1. secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, atau memukul bantal/kasur, atau olah
raga, atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
5.3.2. secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal/jengkel : saya kesal anda berkata seperti
itu : saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya
5.3.3. Secara sosial : latihan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat : latihan asertif, latihan
manajemen perilaku kesehatan (MPK)
5.3.4. Secara spritual : sembahayang, berdoa atau ibadah lain : meminta pada tuhan untuk
6.1. Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara asertif/sehat

6.2. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar


6.3. Jelaskan pada klien tentang cara ungkapan marah yang sehat
6.4. Lakukan latihan asertif secara individual dengan cara bermain peran
6.5. Motivasi klien untuk terapkan cara marah yang asertif pada situasi nyata
6.6. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok : latihan asertif
6.7. Beri umpan balik positif setiap klien mencoba melakukan marah yang sehat
7.1. Diskusikan bersama keluarga tentang tanda-tanda marah, penyebab klien marah, cara
menghadapi klien yang sedang marah
7.2. Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
8.1. Menjelaskan macam, dosis dan frekuensi/jam makan obat
8.2. Dorong klien mengidentifikasi manfaat makan obat
8.3. Observasi efek samping obat
8.4. Diskusikan dengan dokter, efek dan efek samping yang ada

Anda mungkin juga menyukai