Anda di halaman 1dari 41

PENUNTUN

PRAKTIKUM KIMIA
ANALITIK III
(INSTRUMENTRASI )

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015

ATURAN UMUM LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA FST-UNJA
Selama mengikuti Praktikum Kimia AnalitikIII, peserta diwajibkan untuk :
1. Mempersiapkan diri, dengan :
a. Menggunakan jas lab dan sepatu tertutup selama praktikum
b. Menyiapkan jurnal/catatan praktikum dan laporan
c. Memahami Material Safety Data Sheet (MSDS) dari bahan-bahan kimia yang akan
digunakan pada percobaan sebelum memulai praktikum
d. Membawa kain lap, tissue gulung, sikat tabung, sabun cuci air dan korek api.
2. Bertanggung jawab terhadap peralatan yang digunakan:
a. Menggunakan instrumen dengan baik dan benar
b. Meminjam peralatan gelas yang selanjutnya disimpan di lemari praktikum
c. Mengecek ulang peralatan tambahan dan mengembalikan alat-alat yang dipinjam harian
setelah selesai melakukan praktikum. Apabila tidak mengembalikan alat pada saat itu,
maka alat tersebut dianggap hilang/pecah dan dimasukkan ke dalam daftar alat yang
harus diganti di akhir semester.
d. Mengganti peralatan yang hilang/pecah di akhir semester dengan menyertakan bon
pembelian.
3. Menjaga kebersihan ruang kerja dan lingkungan Laboratorium
a. Menjaga kebersihan alat dan meja kerja
b. Tidak membuang padatan ke dalam washbak
c. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, terutama tissue yang digunakan
selama praktikum
d. Membuang limbah logam berat dan limbah pelarut organik pada tempat yang sudah
disediakan
e. Mematikan keran air dan api/gas setelah selesai digunakan
f. Menanyakan hal-hal mengenai keselamatan dan keamanan kerja di lab kepada ASISTEN,
PETUGAS LAB, atau PEMIMPIN PRAKTIKUM jika ada keraguan.

ATURAN KHUSUS PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK III


Selama mengikuti praktikum kimia analitikIII, peserta diwajibkan untuk :
1. Datang tepat waktu
a. Setiap keterlambatan berakibat pengurangan nilai praktikum hingga tidak boleh
mengikuti praktikum
b. Tanpa jas lab dan jurnal yang telah ditulis, praktikan tidak dapat mengikuti
percobaan saat itu
c. Pengecualian dimungkinkan dengan izin pemimpin praktikum.
2. Mengerjakan seluruh modul percobaan dengan tertib
a. Jika percobaan memerlukan tahapan dan waktu yang panjang, masing-masing asisten
akan membagi praktikan ke dalam sub-sub kelompok
b. Masing-masing praktikan mencatat seluruh hasil percobaan di jurnalnya
c. Setiap praktikan wajib membuat laporan yang berisi pendahuluan, hasil dan
pembahasan dan dikumpulkan ke asisten pada hari yang sama
d. Penggunaan komputer/notebook hanya pada saat analisis hasil percobaan
3. Hak-hak praktikan
a. Setiap praktikan berhak mengerjakan setiap modul percobaan, tetapi jika peralatan
dan zat-zat kimia terbatas, modul percobaan dilaksanakan oleh beberapa orang
praktikan secara bersama-sama
b. Masing-masing praktikan berhak mendapatkan penjelasan mengenai percobaan yang
sedang dikerjakan dari asisten atau pemimpin praktikum
c. Hasil tes awal setiap percobaan akan dikembalikan ke praktikan setelah dikoreksi.

PERCOBAAN 1
PENENTUAN KROM MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

1.1.

PENDAHULUAN
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara

melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang
disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Alat ini
memiliki prinsip kerja hasil penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer
adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu.
Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai seperti prisma yang dapat menyeleksi
panjang gelombang dari sinar putih. Pada fotometer terdapat filter dari berbagai warna yang
memiliki spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single beam dan
spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer ini hanya pada
pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai
yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan singlebeam, pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan
dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama . Alat spektrofotometer ada
bermacam-macam: ada spektrofotometer yang hanya dapat digunakan untuk daerah tampak saja
(spectronik 20), ada yang dapat digunakan untuk sinar ultra lembayung (dengan menggantikan
sumber sinarnya) dan ada juga spektrofotometer untuk sinar infra merah.

Gambar 1.1 Alat Spektrofotometer

Sistem optik dari alat ini dapat dikembangkan sebagai berikut: sumber cahaya berupa
lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang
gelombang, hanya sinar yang monokromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati
larutan dideteksi oleh foto detektor.
Komponen spektrofotometer yang penting antara lain:
Suatu sumber cahaya yaitu lampu wolfram yang berkesinambungan yang meliputi daerah 380
750 nm (daerah sinar tampak). Suatu monokromator, yakni suatu komponen untuk menyeleksi
pita sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Suatu
wadah sampel atau cuvet dari gelas/kaca. Suatu detektor, yang berupa transduser yang mengubah
energi cahaya menjadi suatu energi listrik (detektor fotolistrik, tabung foton). Suatu pengganda
(amplifier) dan rangkaian yang berkaitan dalam membuat isyarat listrik itu dapat terbaca. Suatu
sistem baca (skala absorbansi atau % T dengan jarum penunjuk) yang menyatakan besarnya
isyarat listrik.
Dalam percobaan secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak dapat terlepas dari
faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang akan ditentukan dari suatu perhitungan
analitik tersebut adalah ukuran ideal. Nilai tersebut hanya dapat diperoleh jika semua penyebab
kesalahan pengukuran dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab
kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain adalah faktor bahan kimia,
peralatan, analis, kondisi pengukuran, dan lain-lain. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah dengan proses kalibrasi.Kurva
kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan panjang gelombang..Akan tetapi, pengukuran
kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi yang dihasilkan dari metode iodimetri dan
panjang gelombang maksimumnya, sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang linier. Tujuan
kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran.
Cara pembuatan kurva kalibrasi:
- sejumlah larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya diukur pada panjang gelombang
maksimum menggunakan spektrofotometer.
- absorbansi yang terukur dari masing-masing konsentrasi, di plotkan ke dalam suatu kurva.

- dari kurva akan diperoleh persamaan regresi linier dalam bentuk y = ax + b, dimana:
a = slope
b = intercept
x = konsentrasi dari suatu larutan
y = nilai absorbansi dari suatu larutan
Selanjutnya penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan mensubstitusikan nilai absorbansi
sampel yang diperoleh ke dalam persamaan regresi linier.
1.2 ALAT DAN BAHAN
- Kalium Kromat (K2CrO4)
- Aquades
- Labu Volumetrik 100 mL
- Spetrofotometer (Milton Roy Company)beserta kuvet
1.3 PROSEDUR KERJA
1.3.1. Cara mengoperasikan spektrofotometer
1. Hubungkan alat dengan arus listrik AC 220V.
2. Nyalakan alat spektrofotometer dengan tombol saklar atau pengatur 0 %T. Nyala
merah dari lampu indikator menandakan adanya arus yang mengalir. Biarkan lebih
kurang 15 menit.
3. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara memutar pengatur
panjang gelombang.
4. Atur meter ke pembacaan 0 %T dengan memutar tombol zero control knob.
5. Masukkan larutan blanko (biasanya aquades) ke tempat sampel kuvet.
6. Atur meter ke pembacaan 100 % T dengan memutar tombolwavelength control
knob.
7. Ganti blanko dengan larutan berwarna yang lain dan baca absorbansiatau
transmitansi yang ditunjukan oleh jarum pada pembacaan A/T.

8. Kalau sudah selesai, matikan alat.


Catatan: sebelum melakukan percobaan diharuskan melihat video tutorial
pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=LL36zKV12zs
1.3.2. Penentuan kadar krom di dalam sampel
1. Buat sederetan larutan standar krom menggunakan labu volumetrik 100 mL dengan
konsentrasi di antara 0 sampai 20 ppm dengan mengencerkan larutan standar induk
(stock solution) yang telah dibuat sebelumnya.
2. Tentukan panjang gelombang serapan maksimum dengan jalan membuat spektrum
absorpsi antara 400-600 nm. Sebaiknya gunakan larutan standar dengan konsentrasi
yang ditengah di antara sederetan larutan standar yang dibuat.
(catatan: naikkan panjang gelombang mula-mula dengan 10 nm tiap kali, tetapi
sekitar panjang gelombang maksimum, naikkan tiap kali dengan 5 nm)
3.Buatlah kurva kalibrasi menggunakan larutan-larutan standar di atas pada panjang
gelombang yang telah ditentukan.
4. Ukurlah %T larutan sampel krom untuk mengetahui absorbansinya.
5. Buatlah spektrum absorpsi krom pada kertas grafik.
6. Tentukan kandungan krom dalam sampel menggunakan kurva kalibrasi di atas.
Catatan: sebelum melakukan percobaan diharuskan melihat video tutorial
pada link berikut
https://www.youtube.com/watch?v=W9uzIfkJxh4
Pertanyaan
1. Jelaskan apa tujuan dari penentuan panjang gelombang maksimum pada percobaan!
2. Bagaimana menganalisa suatu senyawa atau larutan yang tidak berwarna menggunakan
spektrofotometer?

PERCOBAAN 2
PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM AIR DAN AIR LIMBAH
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER VIS
2.1 PENDAHULUAN
Air merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Air memiliki
berbagai macam fungsi bagi makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme tubuh. Semua
makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting
untuk makhluk hidup sekaligus bagian penting dalam proses metabolisme. Tubuh manusia terdiri
dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan baik,
tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari untuk menghindari
dehidrasi; jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa
faktor lainnya.Air merupakan komponen yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup dimuka
bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Namun demikian, air dapat menjadi
malapetaka bilamana tidak tersedia alam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi.
Dalam air sumur, terdapat beberapa kandungan bahan kimia. Kandungan ini memiliki efek
positif dan negatif bagi tubuh. Kondisi lingkungan atau daerah sumber air masing-masing
mempengaruhi karakteristik air sumur tersebut sehingga bahan kimia yang terkandung pun
beragam jumlahnya.dalam percobaan ini akan diuji kandungan fosfat yang terkandung di dalam
sampel air dan air limbah menggunakan instrumen spektrofotometer UV.
Spektroskopi

UV-Vis

adalah

teknik

analisis

spektroskopi

yang

menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak


dengan

menggunakan

instrumen

spektrofotometer.

Prinsip

dari

spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet


dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari
tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling tinggi
(excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh
suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron ikatan, akibatnya
panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang
ada didalam molekul.

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan


pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna
pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.Spektrofotometeradalah
alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi
panjang gelombang. Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari bagian-bagian penting
yaitu: sumber cahaya, monokromator, tempat sampel, detektor dan amplifier.

Gambar 2.1. Spektrofotometer UV/Vis (Hitachi U-2900)

Mekanisme kerja alat spektrofotometer UV-Vis adalah sinar dari sumber


sinar dilewatkan melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkan agar
sampai ke prisma untuk didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang
gelombang tertentu. Selanjutnya sinar dilewatkan ke monokromator untuk
menyeleksi panjang gelombang yang diinginkan. Sinar monokromatis
melewati sampel dan akan ada sinar yang diserap dan diteruskan. Sinar
yang diteruskan akan dideteksi oleh detektor. Radiasi yang diterima oleh
detektor diubah menjadi sinar listrik yang kemudian terbaca dalam bentuk
transmitansi.

Gambar 2.2. Skema Kerja Spektrofotometer UV-Vis

Berdasarkan berkas sinar diatas, maka spektrofotometer dapat dibedakan menjadi 2,


yaitu:
1). Spektrofotometer single beam
Single beam instrumen dapat digunakan untuk kuantitatif dengan megukur absorbansi pada
panjang gelomang tunggal. Panjang gelombang paling rendah adalah 190-210 nm dan paling
tinggi adalah 800-1000 nm.
2). Spektrofotometer double beam
Spektrofotometer double beam dapat mengukur dua larutan yaitu larutan sampel dan larutan
pembanding. Pada spektrofotometer nilai blanko dapat langsung diukur dengan larutan yang
diujikan dalam satu kali.
Dalam percobaan secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak dapat terlepas dari
faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang akan ditentukan dari suatu perhitungan
analitik tersebut adalah ukuran ideal. Nilai tersebut hanya dapat diperoleh jika semua penyebab
kesalahan pengukuran dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab
kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain adalah faktor bahan kimia,
peralatan, analis, kondisi pengukuran, dan lain-lain. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah dengan proses kalibrasi.Kurva
kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan panjang gelombang..Akan tetapi, pengukuran
kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi yang dihasilkan dari metode iodimetri dan
panjang gelombang maksimumnya, sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang linier. Tujuan
kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran.
Cara pembuatan kurva kalibrasi:
- sejumlah larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya diukur pada panjang gelombang
maksimum menggunakan spektrofotometer.
- absorbansi yang terukur dari masing-masing konsentrasi, di plotkan ke dalam suatu kurva.

- dari kurva akan diperoleh persamaan regresi linier dalam bentuk y = ax + b, dimana:

a = slope
b = intercept
x = konsentrasi dari suatu larutan
y = nilai absorbansi dari suatu larutan
Selanjutnya penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan mensubstitusikan nilai absorbansi
sampel yang diperoleh ke dalam persamaan regresi linier.
2.2 ALAT DAN BAHAN
2.2.1 Alat
- Spektrofotometer UV/Vis (Hitachi U-2900)
- Labu takar 100 mL
6 buah
- Gelas kimia 100 mL
8 buah
- Labu takar 250 L
2 buah
- Labu Erlenmeyer 250 mL
2 buah
-Botol semprot
1 buah
- Spatula
1 buah
-Corong pendek
1 buah
- Gelas ukur 10 mL
1 buah
-Pipet Volume1 mL
1 buah
- Pipet Volume10 mL
2 buah
- Kertas saring membran 0,45 m
2 lembar
- Pipet tetes
3 buah
- Bulb pipet
1 buah
(PERHATIAN : Alat-alat gelas dicuci dengan HCL 1:1 dan dibilas dengan air bebas
fosfat)
2.2.2 Bahan
- Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat
- Kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4)

50 mL
0,5 g

- Ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2O)

5g

- Asam askorbat (C6H8O6)

2g

- Hidrazin sulfat (H6N2O4S)

10 mL

- Larutan HNO3 pekat


- Indikator Fenolftalein (PP)
- Akuades
- Larutan sampel (air dan air limbah)
2.3 PROSEDUR KERJA

@ 250 mL

2.3.1 Pengawetan dan penyimpanan sampel air sungai


1. Wadah sampel berupa botol kaca dicuci menggunakan larutan HNO3 pekat sebanyak 3
kali pembilasan.
2. Sampel air yang diambil, disaring terlebih dahulu menggunakan kertas saring.
3. Sampel air yang telah diambil segera didinginkan pada suhu 4oC dan akan bertahan
selama 48 jam.
2.3.2 Pembuatan larutan H2SO4 5 N
1. Dipipet sebanyak 35 mL H2SO4 pekat ke dalam beaker glass yang telah berisi 100 mL
akuades.
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL, ditambahkan dengan akuades hingga tanda
batas dan dikocok hingga homogen.
2.3.3 Pembuatan larutan ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2O)
1. Ditimbang sebanyak 4 g padatan ammonium molibdat
2. Dilarutkan dengan 50 mL akuades dalam beaker glass
3. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas
dan dikocok hingga homogen.
2.3.4 Pembuatan larutan asam askorbat (C6H8O6)
1. Ditimbang sebanyak 1,76 g padatan asam askorbat (C6H8O6)
2. Dilarutkan dengan 50 mL akuades dalam beaker glass
3. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas
dan dikocok hingga homogen.

2.3.5 Pembuatan larutan campuran


1. Dipipet sebanyak 50 mL larutan H2SO4 5 N ke dalam beaker glass 100 mL.

2. Ditambahkan 15 mL larutan ammonium molibdat.


3. Ditambahkan 30 mL larutan asam askorbat.
4. Diaduk sampai homogen.
2.3.6 Pembuatan Larutan Standar Fosfat 500 ppm
1. Ditimbang padatan kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4) sebanyak 0,2195 g.
2. Dilarutkan dengan 50 mL akuades dalam beaker glass
3. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas
dan dikocok hingga homogen.
2.3.7. Pembuatan Larutan baku fosfat 100 ppm
1. Dipipet sebanyak 20 mL larutan standar fosfat 500 ppm, dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL.
2. Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
2.3.8 Pembuatan Larutan baku fosfat 1 ppm; 3 ppm; 5 ppm; 7 ppm; 14 ppm; 0,0 ppm
1. Dipipet sebanyak 1 mL; 3 mL; 5 mL; 7 mL; dan 14 mL, larutan baku fosfat 100 ppm,
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
2.3.9 Pembuatan Pereaksi Campuran
1. Dicampurkan 50 ml H2SO4 5 N, 5 ml hidrazina sulfat, 20 ml amonium molibdat dan 10
ml asam askorbat dalam erlenmeyer 100 ml.
2. Diaduk hingga homogen
2.3.10Penentuan panjang gelombang maksimum
1. Larutan standar dimasukkan ke dalam kuvet
2. Kuvet dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer
3. Diukur pada panjang gelombang minimal yaitu 750 nm.
4. Diatur absorbansinya hingga angka 0
5. Diulangi pengukuran dengan panjang gelombang dari 750-880 nm dengan kisaran 10

nm.
6. Dicatat dan ditentukan panjang gelombang maksimum.
2.3.11Pembuatan kurva kalibrasi
1. Dipipet sebanyak 50 mL masing-masing larutan baku fosfat 0,0 ppm (akuades); 1 ppm;
3 ppm; 5 ppm; 7 ppm; dan 14 ppm ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein, jika terbentuk warna merah muda
ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5 N sampai warna hilang.
3. Ditambahkan 8 mL pereaksi campuran dan diaduk hingga homogen.
4. Dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum.
5. Dibuat kurva kalibrasi dan ditentukan persamaan regresi linier.
2.3.11 Pembuatan larutan blanko
1.Dipipet sebanyak 50 mL akuades dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein, jika terbentuk warna merah muda
ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5 N sampai warna hilang.
3. Ditambahkan 8 mL pereaksi campuran dan diaduk hingga homogen.
2.3.12 Penentuan kadar fosfat dalam sampel air limbah
1. Dipipet sebanyak 50 mL sampel air dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein, jika terbentuk warna merah muda
ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5 N sampai warna hilang.
3. Ditambahkan 8 mL pereaksi campuran dan diaduk hingga homogen.
4. Dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum.
Perhitungan
Kadar PO4(mg/L) =

serapan contoh
serapanba ku

x kadar baku

Catatan: sebelum melakukan percobaan diharuskan melihat video tutorial


pada

link

berikut

https://www.youtube.com/watch?v=0n-

dbLzj_HM

Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan antara spektroskopi UV dan Visible!
2. Jelaskan mengapa pada percobaan dilakukan pengukuran pada
panjang gelombang 430 nm!
3. Jelaskan fungsi dari masing-masing komponen alat spektrofotometer
UV-Vis!

PERCOBAAN 3
ANALISIS GUGUS FUNGSI PARACETAMOL DENGAN
SPEKTROFOTOMETER IR
3.1 PENDAHULUAN
Spektroskopi inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang banyak
dipakai untuk mengidentifikasi senyawa, baik alami maupun buatan. Suatu
kendala yang menyulitkan dalam mengidentifikasi senyawa dengan
inframerah adalah tidak adanya aturan yang baku untuk melakukan
interpretasi spektrum. Karena kompleksnya interaksi dalam vibrasi molekul
dalam suatu senyawa dan efek-efek eksternal yang sulit dikontrol
seringkali prediksi teoretik tidak lagi sesuai. Pengetahuan dalam hal ini
sebagian

besar

diperoleh

secara

empiris

dan

pengalaman.Pada

spektrofotometer IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih
kepada analisa kualitatif. Umumnya spektrofotometer IR digunakan untuk mengidentifikasi
gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang
gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.

Gambar 3.1. Spektrofotometer IR


Spektrum penyerapan Inframerah suatu zat merupakan sifat fisika yang khas dan dapat
digunakan sebagai pengenal. Daerah inframerah dalam spektrum radiasi elektromagnetik
meliputi panjang gelombang antara 0,78 m, sesuai dengan 4000 cm -1 sampai 667 cm-1. Dari
pembagian daerah spektrum elektromagnetik, daerah panjang gelombang yang digunakan
pada alat spektrofotometer infra merah adalah pada daerah infra merah pertengahan, yaitu
pada panjang gelombang 2,5 50 m atau pada bilangan gelombang 4.000 200 cm -1. Satuan
yang sering digunakan dalam spektrofotometri infra merah adalah Bilangan Gelombang atau
disebut juga sebagai Kaiser.

Dalam spektrofotometri infra merah panjang gelombang dan bilangan gelombang adalah
nilai yang digunakan untuk menunjukkan posisi dalam spektrum serapan. Panjang gelombang
biasanya diukur dalam mikron atau mikro meter (m ). Sedangkan bilangan gelombang
adalah frekwensi dibagi dengan kecepatan cahaya, yaitu kebalikan dari panjang gelombang
dalam satuan cm-1.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur absorbsi radiasi infra merah padaberbagai
gelombang disebut spektrometer infra merah, dengan skema seperti gambarberikut ini:

Gambar 3.2 Skema kerja spektrofotometer IR


Pada gambar diatas terlihat sumber sinar memancarkan sinar infra merah pada lebihdari
satu panjang gelombang. Sinar sumber ini di pecah oleh system cermin menjadi duaberkas
sinar, yaitu berkas rujukan (reference) dan berkas cuplikan (sampel). Setelahmasing-masing
cuplikan melewati sel rujukan (pelarut murni, jika pelarut itu digunakandalam cuplikan tidak
mengandung pelarut) dan sel cuplikan, kedua berkas inidigabungkan kembali dalam
pemenggal (chopper, suatu cermin) menjadi satu berkasyang berasal dari kedua berkas itu,
yang berselang-seling.Berkas berselang-seling itu difraksi oleh suatu kisi, sehingga berkas itu
terpecahmenurut panjang gelombangnya. Detektor mengukur beda intensitas antara
keduamacam berkas itu pada tiap-tiap panjang gelombag dan meneruskan informasi
inikerekorder (perekam), akhirnya menghasilkan spektrum infra merah.

Atom-atom di dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi (bergetar). Energi
dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah infra merah. Vibrasi molekul
dapat dideteksi dan diukur pada spektrum infra merah. Bila radiasi infra merah dilewatkan
melalui suatu cuplikan, maka molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorbsi) energi dan
terjadilah transisi diantara tingkat vibrasi dasar (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi
(excited state). Pengabsorbsian energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh
spektrometer infra merah, yang memplot jumlah radiasi infra merah yang diteruskan melalui
cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang gelombang) radiasi. Plot itu disebut spektrum
infra merah yang akan memberikan informasi penting tentang gugus fungsional suatu
molekul.
Tabel 3.1 Serapan khas beberapa gugus fungsi

Menganalisis suatu spektra yang tak diketahui, perhatian harus dipusatkan pada ada
atau tidaknya beberapa gugus fungsional utama seperti C=0, 0-H, N-NH, C-O, C=C, C-C, CN, dan NO2. Janganlah membuat analisis yang detail terhadap pita serapan CH dekat 3000 cm 1

, karena hampir semua senyawa mempunyai pita serapan pada daerah tersebut.

3.2 ALAT DAN BAHAN


3.2.1 Alat
-

Spektrofotometer FTIR Spectrum One(Perkin Elmer)

Lumpang agate dan alu

Sel NaCl atau KBr, Sealed Cell 0,05 mm

Handy Press

3.2.2 Bahan :
- Serbuk KBr kering
- Film polistirena
- Paracetamol
- Aseton
3.3 PROSEDUR KERJA
3.3.1 Kalibrasi Spektrofotometer Infra Merah
1. Nyalakan spektrofotometri infra merah. Tunggu sampai display memperlihatkan
4000 cm-1
2. Pasang pena pada alat IR
3.Pilih chart expension , tekan 1
4. Pilih chart paper dengan memilih chart, tekan parameter adjust untuk
mengatur kertas dan panjang gelombang
5. Tekan tombol gain check, bila tombol ini ditekan dengan baik, maka pena akan
bergerak sebanyak 10%T
6. Atur scan untuk mulai merekam. Alat akan merekam spektrum secara otomatis,
gunakan polystyrene untuk kalibrasi alat IR.
7. Periksa ketelitian IR dengan membandingkan spectrum yang di dapat dengan table
yang tersedia.
Catatan: sebelum melakukan percobaan diharuskan melihat video tutorial
pada

link

v=FdNkoj_QyeQ

berikuthttps://www.youtube.com/watch?

3.3.2 Preparasi Sampel dengan Teknik Cakram KBr


1. Gerus dan campur 0,5 1.0 mg parasetamol dengan 100 200 mg serbuk KBr
kering dengan lumping agate atau vibrating ball mill hingga benar-benar
homogen
2. Masukkan campuran tersebut ke dalam pencetak khusus menggunakan spatula
mikro.
3. Hubungkan pencetak dengan handy press.
4. Lepaskan tongkang handy press lalu keluarkan cakram KBr.
5. Masukkan cakram ke dalam KBr disc holder kemudian rekam spectrum dari
parasetamol pada range frekuensi 4000 500 cm-1.
Catatan: sebelum melakukan percobaan diharuskan melihat video tutorial
pada link berikut
https://www.youtube.com/watch?v=g_pCDAi5kGI
3.3.3 Identifikasi Gugus Fungsi
1. Dari spektrum IR yang dihasilkan, tentukan gugus fungsi yang terdapat pada
senyawa parasetamol dengan melihat pola serapan yang dihasilkan dan
membandingkan harga frekuensi yang diperoleh dengan data yang ada di table.
2. Interpretasikan data tersebut secara hati-hati dan terintegrasi hingga area sidik jari.
(Jika perlu, pilih menu data interpretation yang ada di dalam software untuk
memudahkan interpretasi data).
Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi dari masing-masing komponen alat spektrofotometer IR!
2. Jelaskan pentingnya kalibrasi alat spektrofotometer sebelum penggunaannya!
3. Sebutkan dan jelaskan beberapa teknik preparasi sampel untuk analisis menggunakan alat
spektrofotometer IR!

PERCOBAAN 4
PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DALAM SAMPEL
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
4.1 PENDAHULUAN
Kromatografi merupakan metode pemisahan komponen-komponen campuran yang
didasarkan atas distribusi differensial komponen sampel diantara 2 fasa, yaitu fasa gerak dan fasa
diam.Kromatografi merupakan metode pemisahan komponen-komponen campuran yang
didasarkan atas distribusi differensial komponen sampel diantara 2 fasa, yaitu fasa gerak dan fasa
diam. HPLC (kromatografi cair kinerja tinggi) merupakan salah satu teknik kromatografi yang
didasarkan pada perbedaan distibusi molekul-molekul komponen di antara dua fasa (fasa gerak
dan fasa diam) yang berbeda kepolarannya. Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi
cair-cair yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan, pengidentifikasian, maupun
analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran luas puncak analit dalam kromatogram
yang dibandingkan dengan luas area standar. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka
perbandingan dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
HPLC merupakan teknik pemisahan yang secara luas digunakan dalam
pemisahan dan pemurnian sampel di berbagai bidang seperti farmasi,
lingkungan, industri makanan dan minuman, industri polimer, dan berbagai
bahan baku. Secara umum HPLC digunakan dalam kondisi-kondisi berikut :
a. Pemisahan berbagai senyawa organik maupun anorganik.
b. Analisis ketidakmurnian.
c. Analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap.
d. Penelitian molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion.
e. Isolasi dan pemurnian senyawa
f. Pemisahan senyawa-senyawa dengan struktur kimia yang mirip dan
dalam jumlah kecil.

Instrumen pada HPLC terdiri dari wadah fasa gerak, fasa gerak, pompa,
tempat injeksi, kolom, fasa diam, detektor, dan perangkat pendukung
lainnya.
1. Wadah Fasa Gerak
Wadah fasa gerak dalam HPLC harus terbuat dari bahan yang bersih
dan inert. Wadah pelarut kosong atau labu laboratorium dapat digunakan
sebagai wadah fasa gerak. Wadah inert biasanya menampung fasa gerak
antara 1-2 liter pelarut. Sebelum digunakan, wadah fasa gerak harus
dibebasgaskan karena adanya gas akan menimbulkan gelembung gas
pada pompa dan detektor yang akan mengacaukan hasil analisis.
2. Fasa Gerak
Fasa gerak dalam HPLC harus berupa pelarut, buffer, ataupun reagen
dengan tingkat kemurnian yang tinggi, yaitu suatu cairan yang berderajat
HPLC. Adanya pengotor dalam fasa gerak akan menyebabkan gangguan
pada sistem kromatografi. Partikel-partikel kecil yang terdapat dalam fasa
gerak yang kurang murni dapat mengakibatkan kekosongan kolom HPLC.
Fasa gerak atau dikenal juga denga istilah eluen umumnya merupakan
campuran pelarut yang berperan dalam daya elusi dan resolusi analisis.
Daya elusi dan resolusi HPLC ditentukan oleh polaritas keseluruhan
pelarut, polaritas fasa diam, dan sifat-sifat komponen dalam sampel.
Secara umum ada dua tipe fasa gerak, yaitu :
a. Fasa gerak (eluen isokratik), yaitu eluen dengan komposisi pelarut yang
tidak berubah selama percobaan kromatografi.
b. Fasa gerak (eluen gradien), yaitu fasa gerak dengan komposisi pelarut
yang berubah selama percobaan kromatografi.
3. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang
mempunyai syarat seperti syarat wadah pelarut yaitu pompa harus inert
terhadap fasa gerak. Bahan yang dipakai untuk pompa adalah gelas, baja

tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya
mampu memberikan tekanan sampai 5000Psi. Dan mampu mengalirkan
fasa gerak dengan kecepatan alir 3ml/menit. Untuk keperluan preparatif,
pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fasa gerak dengan
kecepatan alir 20mL/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem
penghantar fasa gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fasa
gerak berlangsung secara tepat, reproduksibel, konstan, dan bebas dari
gangguan.
4. Tempat Injeksi
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung kedalam
fasa gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup yang dilengkapi
dengan keluk sampel internal dan eksternal.
5. Kolom
Kolom merupakan bagian HPLC yang merupakan tempat fasa diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan sampel. Ada dua jenis kolom pada
HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Dalam prakteknya,
kolom mikrobar tidak setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat
untuk analisis rutin.
6. Fasa Diam
Sebagian besar fasa diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi
secara kimiawi. Silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stirena
dan divinil benzena. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena
adanya residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi
dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini
bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus fungsional
lain.

7. Detektor
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :
a. Detektor universal, yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak
bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif. Contohnya detektor indeks
biasdan detektor spektrometri massa.
b. Detektor yang spesifik, yang hanya akan mendeteksi sampel secara
spesifik dan selektif. Seperti detektor UV-VIS, detektor flouresensi, dan
detektor elektrokimia.

Gambar 4.1. Alat HPLC Perkin Elmer

Pada percobaan kali ini, yang akan dilakukan adalah penentuan kadar parasetamol dalam
sampel dengan metode HPLC. Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus
kromofor yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik senyawa ini
memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan
fasa gerak polar seperti air atau metanol.
4.2 ALAT DAN BAHAN
4.2.1 Alat
Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC Perkin Elmer)

1 set

Lumpang dan alu

1 buah

Spatula

1 set

Labu takar 25 mL dan 10 mL

7 buah

Neraca analitik

1 set

Corong pendek

1 buah

Pipet tetes

5 buah

Gelas kimia 5 mL

1 buah

Gelas ukur 10 mL

1 buah

Ultrasonic Vibrator

1 set

4.2.2 Bahan
-Standar parasetamol

7 mg

-Metanol

500 mL

-Sampel obat (Paramex)

6butir

-Akuades

secukupnya

-Membran PTFE (politetrafluoroetilen)

1 set

-Selulosa nitrat

1 set

-Kertas saring

secukupnya

4.3 PROSEDUR KERJA


4.3.1 Pembuatan pelarut dan fasa gerak
1. Saring metanol menggunakan membran PTFE
2. Saring air dengan selulosa nitrat.
3. Campur masing-masing dengan perbandingan metanol: air (80:20) dengan volume
total sebanyak 500 mL.
4.3.2 Pembuatan larutan induk parasetamol
1. Timbang parasetamol sebanyak 6,25 mg dengan neraca analitik dalam botol timbang.
2. Larutkan Parasetamol tersebut dengan sedikit pelarut.
3. Pindahkan ke dalam labu ukur 25 mL.
4. Homogenkan dan tambahkan pelarut sampai tanda batas.
4.3.3 Pembuatan larutan standar parasetamol
1. Pipet larutan induk parasetamol masing-masing sebanyak 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL
dan 5 mL
2. Masukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
3. Tambahkan pelarut masing-masing sebanyak 5 mL dan homogenkan.
4. Lalu tambah lagi pelarut sampai tanda batas.

5. Saring dengan membran PTFE dan simpan dalam botol vial lalu lakukan degassing.
4.3.4 Pembuatan larutan sampel parasetamol
1. Timbang sampel obat sebanyak 6 tablet, timbang berat masing-masing dan hitung
berat rata-ratanya.
2. Gerus tablet obat tersebut dalam mortar hingga halus
3. Timbang serbuknya sebanyak 27 mg dengan neraca analitik dalam botol timbang
4. Larutkan dengan sedikit pelarut dan pindahkan ke dalam labu ukur 25 mL
5. Homogenkan sampel dalam ultrasonic vibrator. Setelah itu tambahkan pelarut
hingga tanda batas.
6. Saring larutan sampel tersebut dan tampung dalam labu erlenmeyer.
7. Pipet sebanyak 1 mL dan encerkan dengan pelarut dalam labu ukur 10 mL sampai
tanda batas.
8. Saring kembali larutan sampel menggunakan membran PTFE.
9. Lakukan degassing pada filtratnya selama 5 menit. Sampel siap untuk diinjeksikan.
4.3.5 Prosedur HPLC
1. Kondisikan alat dan eluen yang akan digunakan sehingga stabil sekitar 30 menit.
2. Injeksikan kelima standar parasetamol, diikuti dengan injeksi sampel sebanyak 2 kali
pengulangan.
3. Hitung rata-rata area sampel dan kadar parasetamol dalam sampel.Tentukan dengan
metode kurva kalibrasi.
Catatan: sebelum melakukan percobaan diharuskan melihat video tutorial
pada link berikut
https://www.youtube.com/watch?v=Y7-CuEGfnyI
https://www.youtube.com/watch?v=kz_egMtdnL4
Pertanyaan
1. Jelaskan skema kerja pada alat HPLC!
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan analisis menggunakan alat HPLC!
3. Berikan contoh fasa diam dan fasa gerak yang dapat digunakan pada alat HPLC!

PERCOBAAN 5
METODE UJI ASAM LEMAK (LAURAT) DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS
(GC)

5.1 PENDAHULUAN
Asam lemak bebas berasal dari proses hidrolisa minyak ataupun dari kesalahan proses
pengolahan. Kadar asam lemak yang tinggi berarti kualitas minyak tersebut semakin rendah.
Penentuan kadar asam lemak bebas dalam minyak ini bertujuan untuk menentukan kualitas
minyak. Penentuan kadar asam lemak bebas ini berdassarkan pada jenis asam lemak apa yang
paling dominan dalam sampel minyak atau lemak yang digunakan. Penentuan asam lemak dapat
dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan
asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam
suatu bahan atau sample.Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam
lemak bebas dalam sample semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam
sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang
baik. Pada percobaan ini, kandungan asam lemak pada minyak akan ditentukan dengan metode
kromatografi gas.
Kromatografi gas (KG) merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan d a n d e t e k s i
s e n y a w a - s e n ya w a y a n g m u d a h m e n g u a p d a l a m s u a t u c a m p u r a n . Kromatografi
gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an,
dan saat ini merupakan alat utama yang digunakan olehlaboratorium untuk melakukan analisis.
Perkembangan teknologi yang signifikandalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah
menghasilkan batas deteksiyang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih
akurat

melalui

teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.Kromatografi

gas

merupakan teknik analisis yang telah digun akan dalam bidang-bidang: industri,
lingkungan, farmasi, minyak, kimia, klinik, forensik, makanan dan lain lain. Kegunaan umum
kromatografi gas adalah untuk melalkukan pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis
senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif senyawa dalam suatu campuran.

Gambar 5.1. Alat Kromatografi Gas ( GC perkin Elmer, Autosistem XL)


Dasar

pemisahan

secara

kromatografi

gas

ialah

penyebaran

c u p l i k a n diantara dua fase. Salah satu fasa ialah fasa diam, fase diam yang
permukaannya luas, danfase yang lain ialah gas yang mengelusi fase diam. Kromatografi gas
adalahsuatucara untuk memisahkan senyawa atsiri dengan meneruskan arus gas
melalui fasa diam. Bila fase diam berupa zat padat kita menyebut cara itu sebagai
kromatografi gas padat.

Ini

didasarkan

pada

sifat

penjerapan

kemasan

k o l o m untuk memisahkan cuplikan, terutama cuplikan gas. Kemasan kolom yang lazim dipakai
ialah silika gel. Bila fasa diam berupa zat cair, zat cair tadi disebut kromatografi gas cair. Fasa
cair disaputkan berupa lapisan tipis pada zat padat yang lembam dan pemisahan didasarkan pada
partisi cuplikan yang masuk dan keluar dari lapisan zat cair ini. Banyaknya macam fase cair yang
dapat digunakan sampai suhu 400C mengakibatkan kromatografi gas cair merupakan
bentuk kromatografi gas yang paling serbaguna dan selektif. Kromatografi gas cair
digunakan untuk menganalisis gas, zat cair, dan zat padat (McNair & Bonelli, 1988).

Gambar 5.2.KomponenAlat Kromatografi Gas


5.1.1 Komponen Kromatografi Gas

a . Gas Pembawa
Tangki gas bertekanan tinggi berlaku sebagai sumber gas pembawa.
Padakromatografi gas suhu tetap kolom tidak berubah selama analisis. Suatu
pengatur tekanan digunakan untuk menjamin tekanan yang seragam pada pemasok
kolom, sehingga diperoleh laju aliran gas yang tetap. Pada sembarang suhu tertentu,
lajualiran yang tetap akan mengelusi komponen campuran pada waktu yang
khas( w a k t u t a m b a t ) . K a r e n a l a j u a l i r a n t e t a p , k o m p o n e n m e m p u n y a i
v o l u m e g a s pembawa yang khas (volume tambat). Gas yang biasa dipakai adalah gas
hidrogen, helium dan nitrogen.
b.Ruang suntik sampel
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara
cepat dan efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang
kecil atau tabungl o g a m
karet

pada

satu

yang

ujung

dilengkapi

dengan

septum

u n t u k mengakomodasi injeksi dengan

semprit (syringe).
c. Kolom
Kolom

merupakan

tempat

terjadinya

proses

p e m i s a h a n k a r e n a d i dalamnya terdapat fase diam. Ada dua jenis kolom


pada kromatografi gas yaitu kolom kemas dan kolom kapiler. Pipa kolom dapat dibuat
dari tembaga, baja nirkarat, aluminium, dan kacayang berbentuk lurus, lengkung,
atau melingkar. Tembaga kurang cocok karena d a p a t

menye rap

atau

b e r e a k s i d e n g a n k o m p o n e n c u p l i k a n t e r t e n t u ( a m i n a , asetilena, terpena, dan


steroid) (McNair & Bonelli, 1988). Panjang kolom yangdikemas cukup beragam,
dapat beberapa cm sampai 15 meter. Panjang kolom analitik biasanya 1-3 meter.
Kolom yang lebih panjang menghasilkan jumlah platteori dan daya pisah yang lebih
besar. Kecepatan gas pembawa berubah selama bergerak melalui kolom, jadi hanya
bagian kolom yang pendek saja bekerja padalaju aliran yang optimal.
d. Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempatkeluar


fase

gerak

(gas

pembawa)

yang

membawa

komponen

hasil

pemisahan.D e t e k t o r p a d a k r o m a t o g r a f i a d a l a h s u a t u s e n s o r e l e k t r o n i k
y a n g b e r f u n g s i mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di
dalamnya menjadisinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat
berguna untuk analisisk u a l i t a t i f m a u p u n k u a n t i t a t i f t e r h a d a p k o m p o n e n komponen ya ng terp isahd i a n t a r a f a s e d i a m d a n f a s e g e r a k .
5.2 ALAT DAN BAHAN
5.2.1 Alat
- Kromatografi gas (GCperkin Elmer, Autosistem XL)
( suhu injector lebih tinggi 20-50 0C dibanding suhu kolom, Kolom Rtx-5, micro syringe
dengan volume maksimal 10 L dengan skala terkecil 0,1 L)
- Labu reaksi 50 mL
- Labu reaksi 125 mL
- Set alat refluks
- Pipet tetes
- Neraca analitik
- Gelas Kimia 100 mL
- Tabung reaksi
5.2.2 Bahan
- Sampel Minyak
- BF3-Metanol
- NaOH Metanolik 0,5 M (2g NaOH dalam 100 mL metanol dengan kadar air 0,5 %)
- Larutan NaCl jenuh
- Heptana
- Na2SO4
- Metil Merah 0,1 % dalam 60% alkohol
- Gas Nitrogen
- Gas pembawa He

- Gas lain ( H2, >99,9% bebas runutan organik dan udara atau O2 bebas runutan organik)
- Senyawa standar metil ester (metil laurat)
- Metil stearat
- Metil laurat
5.3 PROSEDUR KERJA
5.3.1 PenyiapanSampel Uji
- Timbang kira-kira 350 mg sampel minyak.
- Masukkan ke labu reaksi 50 mL.
- Tambahkan 6 mL larutan NAOH metanolik 0,5 M.
- Tambahkan batu didih.
- Pasang pendingin, refluks sampai gelembung minyak hilang (sekitar 5-10 menit).
- Tambahkan 7 mL pereaksi BF3dengan pipet melalui pendingin, lanjutkan refluks
selama 2 menit.
Apabila digunakan jumlah sampel berbeda, penggunaan labu dan penambahan
pereaksi adalah sebagai berikut:
Jumlah Sampel

Ukuran Labu

Larutan NaOH

Pereaksi BF3

(mg)

(mL)

metanolik 0,5 M

(mL)

(mL)
100-250
50
4
5
250-500
50
6
7
500-750
100
8
9
750-1000
100
10
12
- Tambahkan 2-5 mL haptana melalui pendingin dan refluks selama 1 menit.
- Lepaskan pemanas dan pendingin, lalu tambahkan 15 mL larutan NaCl jenuhdan
aduk selama 15 detik.
- Tambahkan larutan NaCl lagi sampai lapisan heptana berada di leher labu.
- Ambil sekitar 1 mL lapisan heptana, masukkkan tabung reaksi.
- Tambahkan Na2SO4 untuk menghilangkan air, lalu saring.
- Analisis larutan dengan GC dan apabila diperlukan larutan bias diencerkan menjadi
konsentrasi 5-10% dengan heptana.
5.3.2 Spesifikasi kinerja kolom
- Tentukan kinerja pemisahan kolom dengan menggunakan metil stearat dan metil
palmitat dengan perbandingan sama.

- Optimasi suhu kolom, aliran gas dan ukuran sampel sehingga didapatkan waktu
retensi metil stearat 15 menit.
- Tentukan nilai N dan Rs dengan rumus:
N = 16

( wt )

Keterangan:
N = jumlah plat teori
w = lebar puncak metal stearat
t = waktu retensi metal stearat
R= 2

1
( wt 2t
1+w 2 )

Keterangan:
R = resolusi
w1+w2 = lebar puncak metil stearat ditambah lebar puncak metil palmitat
t1-t2 = waktu retensi metil stearat dikurangi waktu retensi metil palmitat
5.3.3 Identifikasi asam lemak (laurat) menggunakan GC
- Injeksikan masing-masing 0,1-2 L larutan sampel metil ester 5-10% dalam heptana
dan 0,1 L larutan metil laurat standard (konsentrasi 10% dalam heptana) pada kondisi
kromatografi berikut:
1. Injektor : Suhu injector 290 0C
2. Kolom : suhu oven kolom 180 0C selama 2 menit, lalu kenaikan 10 0C/menit sampai
270 0C, biarkan selama 4 menit (total waktu 15 menit)
3. Detektor FID : Suhu detector 290 0C
4. Kecepatan alir gas pembawa (He) : 2,43 mL/menit
Laju alir udara : 190 mL/menit
Laju alir gas H2: 80 mL/menit
-

Cetak kromatogram, bandingkan waktu retensi metil laurat standar dan waktu retensi
puncak-puncak kromatogram sampel.
( Puncak pada kromatogram sampel yang mempunyai waktu retensi sama dengan
waktu retensi metil laurat standar merupakan puncak metil laurat)

5.3.4 Perhitungan
- untuk sampel minyak nabati dengan asam lemak sebagian besar merupakan asam
lemak dengan C 12, maka % massa metil laurat setara dengan % relatif data
integrasi yang merupakan luas area puncak metil laurat/ total luas area puncak
kromatogram.
Pertanyaan
1. Jelaskan sifat fisik dan kimia dari asam laurat!
2. Sebutkan jenis-jenis fasa gerak dan fasa diam yang biasa digunakan pada GC!
3. Sebutkan dan jelaskan metode penentuan konsentrasi sampel menggunakan
instrument GC!

PERCOBAAN 6
X-RAY DIFRACTION (XRD)

6.1 PENDAHULUAN
Difraksi sinar X (X-ray Difractometer), atau yang sering dikenal dengan XRD, adalah
merupakan instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi material kristalit maupun nonkristalit, sebagai contoh identifikasi struktur kristalit (kualitatif) dan fasa (kuantitatif) dalam
suatu bahan dengan memanfaatkan radiasi gelombang elektromagnetik sinar X. Dengan kata
lain, teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara
menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel.

Gambar 6.1 Alat XRD


Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar untuk
menghasilkan elektron-elektron, kemudian elektron-elektron tersebut dipercepat terhadap suatu
target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak target dengan elektron. Ketika elektronelektron mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron-elektron dalam target,
karakteristik spektrum sinar-X dihasilkan. Spektrum ini terdiri atas beberapa komponenkomponen, yang paling umum adalah K dan K. Ka berisi, pada sebagian, dari K1 dan K2.
K1 mempunyai panjang gelombang sedikit lebih pendek dan dua kali lebih intensitas dari K2.
Panjang gelombang yang spesifik merupakan karakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr).
Disaring, oleh kertas perak atau kristal monochrometers, yang akan menghasilkan sinar-X
monokromatik yang diperlukan untuk difraksi.

Dalam XRD, terdapat beberapa komponen, antara lain :


1. Slit dan film
2. Monokromator
3. Tabung X-ray
4. Detektor ; dll

Gambar 6.2. Beberapa Komponen XRD

Dengan persamaan Bragg, kita dapat memperoleh nilai jarak antara dua bidang kisi (d) :
n . = 2.d.sin
n = 1, 2, .....
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel kristal, maka
bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang gelombang sama dengan
jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor
kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang
terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang
muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam
sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian
dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material. Standar ini
disebut JCPDS.
Intensitas sinar-X yang didifraksikan secara terus-menerus direkam sebagai contoh dan detektor
berputar melalui sudut mereka masing-masing. Sebuah puncak dalam intensitas terjadi ketika

mineral berisi kisi-kisi dengan d-spacings sesuai dengan difraksi sinar-X pada nilai Meski
masing-masing puncak terdiri dari dua pemantulan yang terpisah (K1 dan K2), pada nilai-nilai
kecil dari 2 lokasi-lokasi puncak tumpang-tindih dengan K 2 muncul sebagai suatu gundukan
pada sisi K1. Pemisahan lebih besar terjadi pada nilai-nilai yang lebih tinggi .
Berikut ini merupakan contoh gambaran struktur komplek dan struktur kristal fosil kayu
yang dianalisis dengan menggunakan XRD:
Counts
10000

fosil_3c

5000

0
10

20

30

40

50

60

Position [2Theta] (Copper (Cu))

Gambar 6.3 Difraktogram dari sampel fosil kayu Araucarioxylon


Dari hasil defraktogram diatas dapat diamati bahwa puncak yang muncul berupa puncak tajam
yang menunjukkan fasa kristal dari sampel. Sumbu x menunjukkan sudut 2 dari sampel yang
terkena sinar X, sumbu y menyatakan intensitas sinar-X yang mengenai sampel pada bidang
tertentu.
6.2. ALAT DAN BAHAN
- Instrumen XRD

1 set

- Sampel Uji
6.3 PROSEDUR PERCOBAAN
6.3.1. Penyiapan Sampel
- Ambil sepersepuluh berat sample (murni lebih baik)
- Gerus sample dalam bentuk bubuk. Ukuran kurang dari ~10 m
- Letakkan dalam sample holder

(Harus diperhatikan agar mendapatkan permukaan yang datar dan mendapatkan


distribusi acak dari orientasi-orientasi kisi ).
Catatan: Panduan penyiapan sampel dapat dilihat pada video tutorial dengan

link

berikut:http://m.youtube.com/watch?v=UPS5OK7lr0U
6.3.2. Pengoperasian Instrumen XRD
- Nyalakan arus listrik dengan menekan tombol ON/ menaikkkan semua NCB yang ada
pada panel listrik dalam lab XRD.
- Nyalakan UVS dengan menaikkan NCB yang ada pada bagian belakang sampai
lampunya benar-benar menyala normal. Tunggu sampai sepuluh menit kemudian atur
voltasenya dengan terus menekan tombol.
- Nyalakan siller yang berada di luar lab, tungu sampai suhu 22 0C. Selanjutnya naikkan
scalar xiller kemudian scalar XRD.
- Nyalakan XRD dengan menekan tombol power.
Catatan :Panduan pengoperasian instrumen dapat dilihat pada tutorial video dengan link berikut
:http://m.youtube.com/watch?v=u80SBINbTzQ

Pertanyaan
1. Sebutkan beberapa kegunaan dari intrumen XRD!
2. Gambarkan dan jelaskan skema kerja dari instrumen XRD!

PERCOBAAN 7
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
7.1 PENDAHULUAN
Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah mikroskop electron yang didesain untuk
mengamati permukaan objek solid secara langsung. SEM memiliki perbesaran10-3.000.000 kali.
SEM mempunyai depth of field yang besar, yang dapat memfokus jumlah sampel yang lebih
banyak pada satu waktu dan menghasilkan bayangan yang baik dari sampel tiga dimensi. SEM
juga menghasilkan bayangan dengan resolusi tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang
dapat diuji dengan perbesaran tinggi. Kombinasinya adalah perbesaran yang lebih tinggi, dark
field, resolusi yang lebih besar, dan komposisi serta informasi kristallografi. Sem terdiri dari
electron optic columb dan electron console. sampel sem ditempatkan pada specimen chamber di
dalam electron optic colomb dengan tingkat kevakuman yang tinggi yaitu sekitar 2 x 10-6 Torr.

Gambar 7.1. Instrumen SEM


Sinar elektron yang dihasilkan dari electron gun akan dialirkan hingga mengenai sampel.
Aliran sinar elektron ini akan melewati optic columb yang berfungsi untuk memfokuskan sinar
elektron hingga mengenai sampel tersebut. Untuk mengetahui morfologi senyawa padatatan dan
komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa dapat digunakan alat scanning electron
microscope (SEM). Elektron berinteraksi dengan atom atom yang membuat sampel
menghasilkan sinyal yang memberikan informasi mengenai permukaan topografi sampel,
komposisi dan sifat sifat lainnya seperti konduktivitas listrik. Tipe sinyal yang dihasilkan oleh
sem dapat meliputi elektron sekunder, sinar-X karakteristik dan cahaya (katoda luminisens).
Sinyal terswebut datang dari hamburan elektron dari permukaan unsur yang berinteraksi dengan
sampel atau didekatkan permukaannya. SEM dapat menghasilkan karakteristik bentuk 3 dimensi
yang berguna untuk memahami struktur permukaan dari suatu sampel.

SEM dapat Mengamati struktur maupun bentuk permukaan yang berskalah lebih halus,
Dilengkapi Dengan EDX (Electron Dispersive X ray Spectroscopy) dan dapat mendeteksi unsur2
dalam material. Juga Permukaan yang diamati harus penghantar elektron. Pada pengambilan data
dengan alat SEM-EDX, sampel bubuk yang telah diletakkan di atas specimenholder dimasukkan
kedalam specimen chamber, kemudian dimasukkan dalam alat SEM-EDX dan alat siap untuk
dioperasikan.
Untuk Persiapan material yang akan dianalisa cukup sederhana. Khususnya untuk bahan
bahan yang bersifat konduktor maka hanya perlu dilekatkan pada sample holder yang terbuat
dari logam. Biasanya pemegang sampel ini dapat dipakai untuk menempatkan 4 sampel berbeda
sekaligus sehingga ketika menganalisa tidak perlu setiap akan ganti sampel membuka-tutup
SEM. Untuk sampel berupa serbuk. Setelah ditempel selotip karbon maka serbuk ditebarkan
pada permukaan selotip dan sisa serbuk yang tidak dapat menempel harus dibersihkan sehingga
tidak menganggu alat vakum dalam SEM ketika analisa. Disamping ini adalah gambar dari
sampel holder yang telah ditempel selotip dan diberi serbuk yang akan dianalisa.
Dalam pengukuran SEMEDX untuk setiap sampel dianalisis dengan menggunakan
analisis area. Sinar elektron yang di hasilkan dari area gun dialirkan hingga mengenai sampel.
Aliran sinar elektron ini selanjutnya di fokuskan menggunakan electron optic columb sebelum
sinar elektron tersebut membentuk atau mengenai sampel. Setelah sinar elektron membentuk
sampel, akan terjadi beberapa interaksi interaksi pada sampel yang disinari. Interaksi-interaksi
yang terjadi tersebut selanjutnya akan dideteksi dan di ubah ke dalam sebuah gambar oleh
analisis SEM dan juga dalam bentuk grafik oleh analisis EDX.
Berikut ini merupakan contoh hasil analisis SEM-EDS dari fosil kayu Araucarioxylon

Gambar 7.2 SEM-EDS sampel fosil kayu Araucarioxylon

7.2 ALAT DAN BAHAN


- Instrumen SEM

1 set

- Plat pemanas

1 set

- Sampel Uji
7.3 PROSEDUR PERCOBAAN
- Tempelkan sampel uji pada specimen holder, lalu keringkan menggunakan plat pemanas
(30 0C).
- Bersihkan dengan Handblower
- Lapisi dengan Gold-Paladium (Ion Sputter JFC-1100)
- Masukkan ke dalam specimen chamber
- Amati dan simpan Image pada layar SEM
Catatan : Panduan pengoperasian SEM dapat dilihat pada video tutorial denganlink berikut:
http://www.phenom-world.com/microscopes/phenom-prox
Pertanyaan
1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari analisis menggunakan instrumen SEM!
2. Gambarkan dan jelaskan proses kerja yang terjadi saat analisis menggunakan instrumen SEM!

Daftar Pustaka
AOAC International. 2002. Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th Edition. Vol
2, Ch 41: 19-20, 24A-26. Maryland. USA.
Day, R.A.&A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif,Edisi Kelima. Erlangga.Jakarta.
JIS.K.0102.55.1. 2002. Testing Methods for Industrial Wastewater.
McNair, H.M. & E.J. Bonelli. 1988. Dasar Kromatografi Gas, diterjemahkan oleh K.
Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung
Skoog, D.A., D.U. West, F.J. Holler & S.R. Crouch. 2004. Fundamentals of Analytical
Chemistry,8th Edition. Belmont: Thomson Learning.
Warren, B.E. 1990.X-Ray Diffraction, 2nd Edition. Dover Publications, Inc. New York.
http://www.panalytical.com/XPert3-Powder.htm
http://www.phenom-world.com/microscopes/phenom-prox

Anda mungkin juga menyukai