Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil observasi yang dilakukan terhadap Offering A pada Hari Rabu, 2
September 2015 pada perkuliahan pengambangan bahan ajar menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode presentasi

dan diskusi.

Pengaturan tempat duduk mahasiswa berderet dan mahasiswa tersebar dalam


empat deret. Mahasiswa tidak duduk bersama dengan kelompok meskipun dalam
pembelajaran telah berbasis kelompok. Pada saat presentasi dari suatu kelompok,
terdapat beberapa siswa yang sibuk sendiri dengan laptop. Pengamatan yang
dilakukan

dengan

lebih

seksama

memperlihatkan

bahwa

mahasiswa

mempersiapkan diri untuk presentasi. Terdapat beberapa siswa yang tidak


memperhatikan presentasi dan sibuk dengan gadget yang dimiliki, namun tidak
dapat dilakukan observasi lebih lanjut terhadap aktivitas yang terkait gadget
karena posisi duduk mahasiswa yang berderet dan tidak memungkinkan observer
mengamati dari dekat mahasiswa yang bersangkutan.
Hasil observasi terhadap diskusi yang berlangsung di kelas menunjukkan
bahwa pada satu sesi presentasi dan diskusi terdapat 3 orang yang bertanya setelah
selama beberapa waktu sesi bertanya di mulai. Tampak bahwa siswa di kelas
belum terfokus pada presentasi dan diskusi, hanya beberapa mahasiswa saja yang
memperhatikan dan saat berdiskusi mahasiswa mengalami kesulitan dalam

mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan oleh ketiga mahasiswa yang


telah aktif meliputi pertanyaan yang mengacu pada domain kognitif menjelaskan.
Pengamatan lebih lanjut menunjukkan presentasi dan diskusi yang dilakukan oleh
mahasiswa belum dapat mencapai tujuan yang terdapat dalam RPS. Kelompokkelompok mahasiswa masih belum dapat memahami tema materi pembelajaran
yang harusnya dibawakan, yaitu memetakan materi bahan ajar berdasarkan
Kompetensi Dasar. Presentasi dan diskusi yang berlangsung lebih banyak
mengusung tema bagaimana membelajarkan Kompetensi dasar tertentu dan belum
menitikberatkan pada konten atau isi materi pada suatu Kompetensi Dasar.
Pengaturan tempat duduk berderet memiliki dampak mahasiswa yang
duduk di tengah dan di depan kurang dapat diamati kegiatan apa saja yang
dilakukan saat presentasi dan diskusi. Tampak secara gambaran umum bahwa
terdapat mahasiswa yang sedang menggunakan laptop dan gadget saja saat
pembelajaran. Pengaturan tempat duduk berderet juga membuat mahasiswa
kurang dapat berinteraksi dengan anggota kelompoknya. Menurut Suryana (2006)
pengaturan duduk kelompok dilakukan agar memudahkan komunikasi anggota
kelompok. Pengaturan tempat duduk dalam kerja kelompok perlu diatur dengan
baik sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurhasanah (2010) bahwa jika tidak
dilakukan pengaturan maka dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan
gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
Selain itu pada pembelajaran di kelas terdapat mahasiswa menggunakan
laptop saat teman lain melakukan presentasi. Laptop digunakan untuk membaca
materi yang akan dipresentasikan dan menyusun tayangan presentasi dalam
bentuk power point. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa kurang siap dalam

menghadapi pembelajaran dan mahasiswa belum memiliki perencanaan

dan

strategi yang baik dalam belajar. Dapat dikatakan mahasiswa masih belum
sepenuhnya memberdayakan keterampilan metakognitif yang ada di dalam
dirinya. Seperti yang dikemukakan oleh Livingston (1997) bahwa aktivitas
menyusun rencana untuk menyelesaikan tugas merupakan salah satu bagian dari
metakognitif.
Mahasiswa

yang

tampak

belum

sepenuhnya

berkonsentrasi

saat

pembelajaran dan mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran


yang berdampak pada kemampuan bertanya yang kurang dimiliki mahasiswa.
Pernyataan ini dikuatkan oleh hasil analisis Hermawan, dkk. (Tanpa tahun) yang
menyatakan bahwa faktor yang menjadi penyebab kurangnya partisipasi siswa
untuk membuat pertanyaan dalam pembelajaran, antara lain : 1) siswa benar-benar
tidak paham dengan materi yang diajarkan, 2) Takut jika pertanyaan hanya akan
menjadi bahan tertawaan siswa yang lain, 3) Kurang terlatihnya siswa dalam
bertanya, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah mereka.
Pembelajaran di kelas hendaknya lebih menuntut mahasiswa untuk
memiliki keterampilan metakognitif sehingga lebih siap dalam mengikuti
perkuliahan, mengarahkan mahasiswa untuk aktif di kelas dalam perolehan
informasi, dan memfasilitasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Kegiatan yang
dapat diberikan kepada mahasiswa untuk memiliki keterampilan metakognitif
melalui kegiatan yang melibatkan strategi metakognitif. Menurut du Toit & Kotze
(2009) strategi metakognitif diantaranya adalah menyusun rencana strategi,
memunculkan pertanyaan, menentukan tujuan, mengevaluasi cara berpikir dan
bertindak, mengidentifikasi kesulitan, mengutip, menguraikan, dan merefleksikan

ide pebelajar, mengklarifikasi terminologi, memecahkan masalah, berpikir keras,


pemodelan, dan seterusnya.
Mengarahkan siswa agar aktif di kelas dalam perolehan informasi dapat
difasilitasi dengan meminta mahasiswa untuk mencatat konsep yang diperoleh
saat teman lain melakukan presentasi. Mencatat adalah merekam data informasi
yang sebenarnya dilihat dan dipahami pada saat pelajaran berlangsung (Dewi &
Indrawati, 2014). Mencatat adalah salah satu strategi belajar untuk mengingat apa
yang disampaikan pengajar. Penelitian yang dilakukan Dewi dan Indrawati (2014)
terhadap siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Denpasar menunjukkan bahwa
mencatat dapat membantu memori untuk mengingat materi. Mencatat juga
sebagai self evaluation terhadap pemahaman yang dimiliki siswa terhadap
pelajaran yang disampaikan (Kertiasih dalam Dewi & Indrawati, 2014).
Cara lain untuk mengaktifkan siswa dalam memberoleh informasi adalah
meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga siswa dituntut untu
memiliki kemampuan bertanya yang baik. Kemampuan siswa dalam bertanya
dapat diaktifkan melalui diskusi dan juga melalui kegiatan yang menuntut siswa
untuk bertanya. Salah satu kegiatan yang menuntut mahasiswa untuk bertanya
adalah memberikan suatu ruang khusus dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)
agar mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan yang nantinya dapat ditanyakan
saat diskusi maupun tidak ditanyakan dan hanya dituliskan saja.
Kegiatan yang diberikan dalam proses pembelajaran seperti mencatat dan
memunculkan pertanyaan diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
menyimpan apa yang telah dipelajari dalam memori jangka panjang. Pengaturan
ini berkaitan dengan retensi yang akan dimiliki oleh mahasiswa. Manfaat yang

akan diperoleh adalah ketika adanya pemanggilan kembali (retrieval) mengenai


informasi yang dipelajari tersebut, mahasiswa yang menggunakan teknik mencatat
akan lebih paham dan ingat dengan materi itu (Purwani dalam Dewi dan
Indrawati, 2014).

Mencatat dan menyusun pertanyaan adalah cara untuk

membantu menyimpan informasi dalam memori jangka panjang, Namun yang


lebih penting lagi adalah mahasiswa harus dapat secara sadar memasukkan
informasi, mengasosiasi dan memaknai informasi yang masuk sehingga menjadi
suatu pembelajaran yang bermakna.
Alternatif

pembelajaran

yang

dapat

dilakukan

untuk

mengatasi

permasalahan di kelas serta dapat meningkatkan keterampilan pengaturan diri


yang dalam hal ini tercakup dalam keterampilan metakognitif, retensi, dan
kemampuan bertanya siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran ReadingConcept Map- Numbered Heads Together (Remap-NHT). Pembelajaran RemapNHT merupakan salah satu pembelajaran berbasis Reading-Concept MapCooperative Learning yang dikembangkan oleh Zubaidah (2014). ReadingConcept Map-Cooperative Learning (Remap Coople). Pembelajaran berbasis
remap coople, yaitu sebuah model pembelajaran yang mengharuskan siswa
membaca (proses reading), kemudian siswa diminta membuat peta konsep
(concept mapping), dan pembelajarannya menggunakan model-model cooperative
learning (Zubaidah, 2014). Pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT).
Reading atau membaca termasuk dalam kegiatan yang melibatkan
pemrosesan informasi sehingga dapat mengarahkan mahasiswa untuk memperoleh

informasi. Pembelajaran yang didahului dengan membaca dapat membantu


mahasiswa untuk memperoleh informasi, merencanakan, dan mengatur strategi
belajar. Informasi yang diperoleh dari membaca dapat diorganisasikan dalam
bentuk peta konsep. Peta konsep adalah alat grafis untuk mengorganisasi dan
mewakili hubungan antara konsep-konsep yang ditunjukkan oleh garis yang
menghubungkan dua konsep (Novak dan Canas, 2007). Peta konsep tersusun atas
berbagai komponen, diantaranya hirarki, proposisi, kaitan silang (cross-links), dan
contoh (Zubaidah, 2015). Pengorganisasian informasi dalam peta konsep dapat
digunakan untuk memberdayakan keterampilan metakognitif. Pengorganisasian
informasi berkaitan dengan melakukan penataan pada struktur kognitif diri pada
mahasiswa. Menurut Edmonson & Smith (1996) peta konsep merupakan strategi
metakognitif yang efektif karena dapat digunakan utnuk menghubungkan konsep
dalam struktur yang hirarkis sehingga dapat memfasilitasi pemahaman, klarifikasi
dan perbaikan konsep.
Pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) yang
digunakan dalam proses pembelajaran merupakan pembelajaran yang menuntut
mahasiswa untuk secara aktif bertanggung jawab secara individu untuk
memahami materi pembelajaran dan secara aktif berkomunikasi dengan teman
satu kelompok untuk melakukan diskusi. Langkah pembelajaran NHT menurut
Kagan (2011) adalah 1) Numbered, membagi mahasiswa kelas dalam kelompok
kecil dan memberikan nomor pada tiap siswa dalam kelompok; 2) Think time,
berpikir bagaimana menjawab pertanyaan secara mandiri (pertanyaan diajukan
oleh guru); 3) Write answer, secara mandiri menuliskan jawaban pada kertas atau
buku; 4) Heads together, melakukan diskusi dengan teman satu kelompok terkait

dengan jawaban pertanyaan; 5) Who answer?, menunjuk mahasiswa yang akan


menjawab pertnyaan; 6) Answer question, mahasiswa menjawab pertanyaan yang
telah diajukan oleh guru di awal pembelajaran dengan mekanisme menjawab
diatur oleh guru.
Pembelajaran NHT diterapkan dalam pembelajaran karena memeiliki
beberapa manfaat bagi mahasiswa. Pembelajaran NHT menurut Kagan (2011)
meningkatkan pembelajaran melalui kerja kooperatif, pastisipasi aktif pebelajar,
dan tanggungjawab individu pebelajar. Menurut Munawaroh (2015) pembelajaran
NHT dapat memastikan bahwa semua pebelajar akan terlibat dalam pembelajaran.
Tiap individu dituntut untuk memiliki tanggungjawab dalam mempelajari materi,
memiliki kesempatan pada kelompok pebelajar untuk bertukar ide dan
menentukan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari guru, serta
meningkatkan semangat kooperatif pebelajar.
Penelitian pembelajaran biologi berbasis Remap-NHT telah dilakukan oleh
Dinnuriya terhadap siswa kelas X MIA SMA Kota Malang. Hasil penelitian
menunjukkan

bahwa

pembelajaran

Remap-NHT

mampu

meningkatkan

keterampilan metakognitif siswa dan hasil belajar biologi siswa. Penelitian lain
terkait dengan NHT adalah penelitian yang dilakukan oleh Nafilah dan Azizah
(2015) yang menunjukkan bahwa pembelajaran NHT yang dipadu dengan
penggunaan media LKS pada siswa kelas XI SMA pada pembelajaran kimia
memungkinkan siswa untuk dapat melatih keterampilan metakognitif siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa dan Muchlis (2012) menunjukkan bahwa
pembelajaran NHT dipadu strategi probelem posing dapat mendorong siswa untuk

memiliki kemampuan bertanya yang sangat baik secara kuantitas jumlah


pertanyaan dan kualitas pertanyaan pada siswa kelas XI IPA SMA di Lamongan.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) berbasis
Lesson Study (LS). LS dilakukan untuk membelajarkan mahasiswa peneliti dalam
melakukan penelitian sekaligus sarana mengembangkan keprofesionalan sebagai
calon pendidik. Tahap LS yang terdiri dari Plan, Do, dan See dilaksanakan
terintegrasi dengan tahap perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan pada
PTK. Lebih lanjut, PTK berbasis LS yang dilakukan mampu membantu
meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai subjek penelitian maupun bagi
mahasiswa yang sedang melakukan praktik kerja lapangan.
Permasalahan kelas yang terdapat pada Offering A pada mata kuliah
pengembagan bahan ajar diarasa perlu untuk mendapatkan penanganan. Alternatif
model pembelajaran yang telah dipaparkan diharapkan dapat membantu
menyelesaikan permaslaahan kelas yang ada. Berdasarkan uraian-uraian yang
telah dipaparkan maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas berbasis Lesson
Study dengan judul Penerapan Pembelajaran Reading-Concept Map-Numbered
Heads Together berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Keterampilan
Metakognitif, Keterampilan Bertanya, dan Retensi Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar Universitas Negeri
Malang.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukanya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran Reading-Concept MapNumbered Heads Together berbasis Lesson Study untuk meningkatkan

keterampilan metakognitif mahasiswa program studi pendidikan biologi mata


kuliah pengembangan bahan ajar.
2. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran Reading-Concept MapNumbered Heads Together berbasis Lesson Study untuk meningkatkan
keterampilan bertanya mahasiswa program studi pendidikan biologi mata
kuliah pengembangan bahan ajar.
3. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran Reading-Concept MapNumbered Heads Together berbasis Lesson Study untuk meningkatkan retensi
mahasiswa program studi pendidikan biologi mata kuliah pengembangan
bahan ajar.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukanya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa
Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian diharapkan dapat
membekali mahasiswa untuk mengetahui berbagai strategi belajar, memiliki
keterampilan metakognitif dan kemampuan bertanya. Diharapkan pula bahwa
materi yang diperoleh dari pembelajaran dapat tersimpan dalam memori jangka
panjang mahasiswa.
2. Bagi Peneliti
Peneliti mememiliki pengalaman dalam melakukan penelitian RemapNHT, dapat melakukan pengelolaan kelas serta membekali diri sebagai seorang
pendidik sekaligus peneliti di masa mendatang.

10

3. Bagi Dekan, Ketua Jurusan, dan Rektor


Pembelajaran berbasis Remap-Coople dapat dijadikan alternatif untuk
meningkatkan mutu pembelajaran melalui strategi belajar yang terdapat pada
langkah-langkah pembelajaran.
D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini berupa variabel-variabel dalam
penelitian. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah keterampilan
metakognitif, kemampuan bertanya, dan retensi mahasiswa Offering A angkatan
2013 program studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah meliputi 1) guru model dalam
penelitian ini adalah Zenia Lutfi Kurniawati dan Fatia Rosyida; 2) observer dalam
penelitian ialah Maratus Sholihah dan Lidya Yanuarta; 3) penelitian dilakukan
pada mahasiswa Offering A angkatan 2013 program studi Pendidikan Biologi
Universitas Negeri Malang; dan 4) materi yang dibelajarkan dalam penelitian
disesuaikan dengan RPS, yaitu pemetaan materi berdasarkan KD IPA SMP dan
Biologi SMA, Handout, LKS, media pembelajaran pada siklus I dan materi
petunjuk praktikum, modul sesuai dengan KD dan video sesuai dengan KD pada
siklus II.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran berbasis Remap-NHT berbasis Lesson Study ialah pembelajaran
yang menuntut mahasiswa untuk membaca (reading) di luar jam belajar
mengajar

di

kelas,

menyusun

peta

konsep

(concept

map)

untuk

11

mengorganisasi informasi yang didapatkan dari bacaan, melakukan


pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together (NHT). Kegiatan Lesson Study dilakukan dalam melakukan
perencanaan kegiatan pembelajaran (penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran), observasi saat guru model mengajar dan melakukan refleksi
usai pembelajaran dan hasil refleksi dilakukan sebagai perbaikan terhadap
pembelajaran yang selanjutnya. Pemantauan yang dilakukan terhadap langkah
pembelajaran ialah melalui lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran.
2. Keterampilan metakognitif ialah keterampilan dalam melakukan perencanaan,
pemantauan atau monitoring, dan evaluating. Keterampilan metakognitif
diketahui melalui paparan perencanaan, pemantauan diri dan evaluasi
(refleksi) yang dideskripsikan oleh mahasiswa dalam LKM.
3. Kemampuan bertanya adalah kemampuan untuk memunculkan pertanyaan
yang

terkait

dengan

materi

pembelajaran

yang

sedang

dilakukan.

Pengurukran kemampuan bertanya dilakukan dengan menghitung pertanyaan


yang disampaikan oleh siswa pada setiap pertemuan dan mengidentifikasi
tingkat kognitif pertanyaan.
4. Retensi adalah kemampuan untuk mengingat informasi yang telah diperoleh.
Data retensi siswa diperoleh melalui tes tulis pada tiap dua minggu dan
hasilnya dianalisis menggunakan taksonomi Bloom.

Anda mungkin juga menyukai