Anda di halaman 1dari 4

Para psikolog Gestal, antara lain Koffka dan Kohler percaya bahwa sejumlah

kecenderungan pengorganisasian yang ada sejak awal atau dibawa sejak lahir akan
mempengaruhi cara melihat sesuatu. Sementara banyak psikolog kontemporer merasa bahwa
kecenderungan-kecenderungan

tersebut

adalah

hasil

dari

pengalaman

danpembelajaran,bahkansemua sepakat bahwa kecenderungan-kecenderungan tersebut kuat dan


sangat universal.
Menurut Tanudjaja (2005) kecenderungan pengorganisasian universal ada pada prinsipprinsip Gestalt tentang pengelompokan (Gestalt priciples of grouping)yang berpijak pada
kecenderungan manusia untuk mengorganisasi stimuli yang terpisah menjadi pengelompokan
yang berdasar pada proximity (kedekatan), similarity (kemiripan), closure (ketertutupan),
continuity (kesinambungan), dan symmetry (simetris).
Menurut Taudjaja (2005) teori ini, jika stimulus mengandung dua atau lebih daerah yang
berbeda, biasanya akan dilihat sebagiannya sebagai gambar atau sosok dan sisanya sebagai latar
belakang. Daerah yang terlihat pada gambarberisi obyek yang menjadi pusat perhatian, mereka
tampak lebih padat dibandingkan latar belakang dan terlihat di depan latar. Inilah bentuk
organisasi perseptual yang paling dasar. Proses persepsi tersebut yang akan berusaha
membedakan objek dari latar. Dalam keadaan yang sebanding, objek dan latar dapat
dipertukarkan sehingga menghasilkan hubungan ambiguitas atau mendua.
Menurut Kholivia (2008) Teori ini dikembangkan antara lain oleh yaitu Kurt Koffka, Wolfgang
Kohler dan Wertheimer. Pengamatan adalah pintu pengembangan kognitif. Beberapa hukum
gestalt

dalam

pengamatan

adalah

1. Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah
yang

bermakna

atau

penuh

arti

(pragnanz)

2. Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt
(keseluruhan)
3. Hukum kecenderungan mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk
gestalt.
4. Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk
gestalt.
5. Hukum kontinuitas yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung
membentuk gestalt.
Menurut Kholivia (2008) belajar pada hakikatnya adalah melakukan perubahan struktur kognitif.
Selain pengamatan, kaum gestalt menekankan bahwa belajar pemahaman merupakan bentuk
utama
a)
b)

aliran

ini.

Kondisi

Kemampuan
Pengalaman

pemahaman

tergantung

dasar
masa

lampau

pada

seseorang
yang

relevan

c)

Pengaturan

d)

Pemahaman

situasi

didahului

oleh

yang

periode

dihadapi

mencari

atau

coba-coba

e) Adanya pemahaman dalam diri individu menyebabkan pemecahan masalah dapat diulang
dengan

mudah.

f) Adanya pemahaman dalam diri individu dapat dipakai menghadapi situasi lain atau transfer
dalam

belajar.

Menurut Budiyanto (2009) Psikologi Gestalt( Kohler, Kurt, Koffka, Kurt Lewin)
a) Psikologi Gestalt menekankan keseluruhan dan keterpaduan, belajar harus dimulai dari
keseluruhan,

baru

kemudian

kepada

bagian-bagian.

b) Dalam penga,atan itu terdapat satu hukum pragnans dan empat hukum tambahan yang tunduk
pada

hukum

pokok.

c) Hukum ini menyebutkan bahwa segala kejadian berarah ke keadaan pragnans, yaitu suatu
keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik, yang mencakup sifat-sifat keteraturan,
kesederhanaan, kestabilan, dsb.
Empat

hukum

i.

hukum

ii.

Hukum

iii.

keterdelatan,

tambahan
menyebutkan

tersebut

bahwa

yang

ketertutupan,

menyebutkan

bahwa

kesamaan,

menyebutkan

bahwa

Hukum

adalah:

terdekat

merupakan

Gestalt

tertutup

merupakan

Gestalt

sama

merupakan

Gestalt

yang
yang

iv. Hukum kontinuitas menyebutkan bahwa yang kontinu merupakan Gestalt


Menurut Budiyanto (2009) Teori Gestalt berpendapat bahwa dalam proses belajar yang
terpenting

bukanlah

ulangan,

akan

tetapi

pengertian

(insight)

Menurut Azhie (2008) Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu
akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu
obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang.
Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar
dan

figure.

2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang)
dalam

bidang

pengamatan

akan

dipandang

sebagai

satu

bentuk

tertentu.

3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang
sebagai

suatu

obyek

yang

saling

memiliki.

4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam
arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk

yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik
berdasarkan

susunan

simetris

dan

keteraturan;

dan

6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek
atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat

empat

asumsi

yang

mendasari

pandangan

Gestalt,

yaitu:

1. Perilaku Molar hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku Molecular.


Perilaku Molecular adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar,
sedangkan perilaku Molar adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari,
berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku Molar. Perilaku
Molar

lebih

mempunyai

makna

dibanding

dengan

perilaku

Molecular.

2. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis
dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada,
sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang
nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal
kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan
geografis).
3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa,
akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan
kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari
prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang
dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses
yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi

teori

Gestalt

dalam

proses

pembelajaran

antara

lain

1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku.
Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan

mengenal

keterkaitan

unsur-unsur

dalam

suatu

obyek

atau

peristiwa.

2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait


akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan
suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan
pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis

dengan

proses

kehidupannya.

3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan
hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan
yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan
yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas

pengajaran

dan

membantu

peserta

didik

dalam

memahami

tujuannya.

4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan

dengan

situasi

dan

kondisi

lingkungan

kehidupan

peserta

didik.

5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip
pokok dari materi yang diajarkannya.

Anda mungkin juga menyukai