5 Tinjauan Pustaka
5 Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
1. Terumbu Karang
1.1. Biologi Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dari endapan
padat kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit
tambahan dari alga berkapur (calcareous algae) dan organisme lainnya yang
mensekresikan kalsium karbonat (Nybakken 1997). Menurut Odum (1971) terumbu
karang sebagai bagian ekosistem yang dibangun oleh sejumlah biota, baik hewan
maupun tumbuhan secara terus menerus mengikat ion kalsium dan karbonat dari air
laut yang menghasilkan rangka kapur yang selanjutnya membentuk terumbu.
Karang merupakan nama lain dari ordo Scleractinia yang memiliki jaringan
batu kapur yang keras. Karang dapat hidup secara berkoloni maupun soliter. Karang
sebagai individu terdiri dari polip (bagian yang lunak) dan kerangka kapur (bagian
yang keras). Polip karang mulutnya terletak di bagian atas dan juga berfungsi
sebagai anus. Jaringan tubuh karang terdiri dari ektoderm, mesoglea dan endoderm
(Gambar 1) (Veron 1986).
sekresi lendir (mucus) atau aksi rambut getarnya (ciliary) (Goh and Sasekumar
1980) sedangkan Acropora yang dapat berbentuk percabangan (branching), menjari
(digitate), meja (tabular) dan Montipora yang berbentuk daun (foliose) memiliki
toleransi yang rendah terhadap sedimentasi (Riegl, 1999).
1.3. Tipe dan Bentuk Terumbu Karang
Terumbu karang dibangun dengan proses yang sama tetapi secara
geomorfologi dibentuk berdasarkan dimana mereka tumbuh dan sejarah permukaan
laut. Umumnya, kebanyakan terumbu karang telah terbentuk kurang dari 10.000
tahun yang lalu setelah kenaikan permukaan air laut yang disertai dengan pencairan
es yang menyebabkan banjir pada paparan benua. Ketika terumbu karang
terbentuk, mereka mulai membangun bentang terumbu keatas bersamaan dengan
menaiknya permukaan air laut. Geomorfologi dari terumbu disebabkan oleh dua
faktor utama: kenaikan permukaan air laut relatif dan bentuk substrat dasar.
Berdasarkan pertumbuhannya, karang batu (Scleractinian) yang dapat
membentuk terumbu dibagi menjadi Acropora and non-Acropora (English et al.
1997). Perbedaan utama antara Acropora and non-Acropora berdasarkan struktur
rangkanya. Beberapa bentuk pertumbuhan karang non-Acropora:
1. Bentuk bercabang (branching), yang memiliki cabang lebih panjang dari
diameternya. Banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas dari
lereng terumbu, terutama yang terlindungi atau setengah terbuka, memberikan
tempat perlindungan bagi ikan dan invertebrata tertentu.
2. Bentuk padat (massive), yang berbentuk seperti bola dengan ukuran yang
bervariasi, permukaannya halus dan padat. Biasanya ditemukan di sepanjang
tepi terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu yang belum rusak. Terumbu
jenis ini memberikan perlindungan yang sangat baik serta berperan sebagai
daerah mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan hewan-hewan lain.
3. Bentuk kerak (encrusting), yang tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan
permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil. Banyak terdapat
pada lokasi terbuka dan berbatu-batu, terutama mendominasi sepanjang tepi
lereng terumbu. Merupakan tempat berlindung untuk hewan-hewan kecil yang
sebagian tubuhnya tertutup cangkang.
4. Bentuk meja (tabulate), yang menyerupai meja dengan permukaan yang lebar
dan datar. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu
pada sisi membentuk sudut atau datar
5. Bentuk daun (foliaceous), yang tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang
menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan atau
melingkar.
5. Acropora berjari (acropora digitate), memiliki cabang yang rapat yang menyerupai
jari-jari.
memiliki keterkaitan yang erat dengan kondisi fisik terumbu karang tersebut.
Perbedaan pada kondisi tutupan karang akan mempengaruhi densitas ikan karang,
terutama yang memiliki keterkaitan kuat dengan karang hidup (Chabanet et al. 1997;
Suharsono,1995).
Keanekaragaman ikan karang ditandai dengan keanekaragaman jenis. Salah
satu penyebab tingginya keragaman jenis di terumbu adalah akibat bervariasinya
habitat yang ada. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor: sifat substrat yang
kompleks, ketersediaan makanan, kualitas perairan, arus, gelombang, ketersediaan
10
11
diatas terumbu, sepanjang hamparan tubir dan puncak dalam gobah. Meskipun
merupakan perenang aktif, mereka sering diam untuk menangkap zooplankton
dan biasanya berlindung di terumbu pada malam hari.
5. Centriscidae: berenang dalam posisi tegak lurus dengan moncong kebawah;
memakan zooplankton yang kecil.
6. Chaetodontidae: disebut juga ikan butterfly, umumnya memiliki warna yang
cemerlang, memakan tentakel atau polip karang, invertebrate kecil, telur-telur
ikan lainnya, dan alga berfilamen. Beberapa spesies juga pemakan plankton.
7. Ephippidae: bentuk tubuh yang pipih, gepeng, mulutnya kecil, umumnya
omnivora yang memakan alga dan invertebrata kecil.
8. Gobiidae: umumnya terdapat di perairan dangkal dan disekitar terumbu karang.
Kebanyakan karnivora penggali dasar yang memakan invertebrata dasar yang
kecil, sebagian juga merupakan pemakan plankton. Beberapa spesies memiliki
hubungan simbiosis dengan invertebrata lain (misalnya : udang) and sebagian
dikenal memindahkan ectoparasit dari ikan-ikan lain.
9. Labridae: dikenal dengan wrasses, merupakan ikan ekonomis penting, memiliki
bentuk, ukuran dan warna yang sangat berbeda. Kebanyakan spesies penggali
pasir, karnivora bagi invertebrata dasar; sebagian juga merupakan pemakan
plankton dan beberapa spesies kecil memindahkan ectoparasit dari ikan-ikan
lain yang lebih besar.
10. Mullidae: dikenal dengan goatfish, memiliki sepasang sungut di dagunya, yang
mengandung organ sensor kimia dan digunakan untuk memeriksa keberadaan
invertebrata dasar atau ikan-ikan kecil pada pasir atau lubang di terumbu,
banyak yang memiliki warna yang cemerlang.
11. Nemipteridae: dikenal sebagai threadfin breams atau whiptail breams, ikan
karnivora yang umumnya memakan ikan dasar kecil, sotong-sotongan, udangudangan atau cacing; beberapa spesies adalah pemakan plankton
12. Pomacentridae: dikenal dengan damselfishes, memiliki bermacam warna yang
berbeda secara individu dan lokal bagi spesies yang sama. Beberapa spesies
12
kelompok
ini
ikan-ikan
anemon
(Amphiprioninae)
yang hidup
(butterflyfishes)
(angelfishes).
2.2. Interaksi Antara Ikan dan Terumbu Karang
dan
Pomachantidae
13
Interaksi langsung sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan muda.
Interaksi dalam mencari makan bagi ikan yang mengkonsumsi biota pengisi
habitat dasar, meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup pada
3.
1.
Pemangsaan.
karang adalah : (a) spesies yang memakan polip-polip karang mereka sendiri
seperti ikan buntal (Tetraodontidae), ikan kuli pasir (Monacanthidae), ikan pakol
(Balistidae) dan ikan kepe-kepe (Chaetodontidae), dan (b) sekelompok omnivora
yang memindahkan polip karang untuk mendapatkan alga atau invertebrata yang
2.
dan
Scaridae
yang
mampu
meningkatkan
14
Ikan dapat memiliki peran penting dalam jaring makanan pada ekosistem
terumbu karang, perannya dapat sebagai mangsa atau pemangsa. Kelebihan dari
sisa makanan dan kotoran yang dihasilkan menyediakan makanan dan nutrisi bagi
populasi yang lain.
tumbuhan (herbivora) dan memakan alga yang ada di terumbu. Setelah menggerus
rangka terumbu karang guna mendapatkan alga secara tidak langsung mereka
membentuk pasir karang.
Beberapa spesies dikenal sebagai pembersih dan membentuk stasiun
pembersihan di sepanjang terumbu. Ketika seekor ikan besar datang ke stasiun
pembersihan, ikan pembersih akan memindahkan parasit dari ikan tersebut. Jika
ikan yang sama keduanya bertemu kembali di tempat yang lain, ikan yang lebih
besar akan memakan ikan yang lebih kecil. Tetapi tampaknya ada aturan yang lain
yang digunakan pada stasiun pembersihan.
Dominasi dari satu atau dua komponen mikrohabitat dapat memberikan
pengaruh dominansi dari famili ikan tertentu (misalnya: melimpahnya Sargassum
memiliki proporsi kelimpahan ikan tertinggi dari famili Labridae). Spesies ikan
berinteraksi sangat dekat dengan habitatnya bagi keseluruhan hidupnya dan juga ini
menjadi alasan untuk membuat hipotesa bahwa distribusi dan struktur dari
komunitas ikan karang harus berhubungan dengan variabel keberadaan habitat
(McGehee 1994; Ohman and Rajasuria 1998).
mempengaruhi
struktur
komunitas
ikan
meliputi
keanekaragaman
dasar,
kompleksitas habitat, tutupan karang hidup, tutupan makro alga, kedalaman dan
keberadaannya. Secara topografi, habitat karang kompleks atau berbagai bentuk
pertumbuhan karang atau keanekaragaman bentuk dasar yang tinggi, seharusnya
15
ditemukan berasosiasi dengan karang massif yang secara umum jumlahnya lebih
besar yang akan menerangkan hubungan di antara karang masiif dan dibandingkan
dengan jumlah spesies dari komunitas karang setempat.
Kemampuan untuk bermanuver juga sangat penting bagi ikan-ikan karang
yang hidup di terumbu karang. Beberapa jenis ikan-ikan karang (wrasse, parrot fish,
dan surgeonfishes (Acanthuridae) tidak lagi berenang layaknya ikan-ikan lain yang
berenang dengan berosilasi normal kecuali dalam keadaan darurat dan bukannya
mengepakkan sirip dadanya. Ikan-ikan jenis triggerfishes (Balistidae) yang memiliki
16
sirip punggung dan ventral yang berpasangan serta ada pula yang ikan-ikan yang
memiliki pasangan sirip yang berpola seperti pada ikan kuda laut (seahorses), ikan
pipa (pipefishes) dan ikan terompet (trumpet fishes) (Bone and Moore 2008).