A. BATANG TARIK
Batang tarik adalah suatu bagian dari konstruksi yang mengalami gaya tarik aksial.
Walaupun kelas kuat kayu dan bentuk dari batang tarik memerlukan perhatian, tetapi yang
paling utama adalah faktor luas batang tersebut, apakah sudah mencukupi untuk memikul
gaya yang bekerja padanya atau belum ?
Pada prinsipnya perhitungan kekuatan dari suatu batang tarik adalah berdasarkan rumus
berikut :
P
Fef
Keterangan :
= Gaya axial-tarik
Fef
Persoalan yang harus diperhatikan adalah bagaimana menentukan luas penampang effektif
pada sambungan-sambungan. Pengaruh sambungan terhadap luas penampang suatu
batang tarik diantaranya berupa pengaruh lubang alat penyambung bout, paku atau pasak.
Apabila pada suatu potongan terdapat lubang-lubang, maka luas penampang efektif adalah
sama dengan luas penampang seluruhnya (dalam keadaan utuh) dikurangi dengan luas
lubang-lubang yang terdapat pada potongan tersebut
Fef Fbr n F
Ket :
Fef = Luas penampang effektif (luas netto)
Fbr = Luas penampang seluruhnya (luas brutto)
n
Catatan :
Fn = luas netto luas brutto dikurangi perlemahan
Fef = luas effektif luas netto yang dihitung dengan memperhatikan pengaruh
penempatan alat penyambung
Perlemahan (F) akibat alat penyambung adalah sebagai berikut : (dapat ditaksir sebesar
angka-angka dibawah)
a. Paku = 10% -15%
b. Bout = 20% -25%
c.
Pasak = 30%
tr //
P
tr //
Fef
Gb. 2.1
Penampang Tarik
I
Gb. 2.2
Penampang Netto
B. BATANG TEKAN
1. Karakteristik Batang Tekan
Batang tekan adalah suatu bagian dari konstruksi yang mengalami gaya tekan. Suatu batang
yang menerima gaya tekan, sebelum hancur ia terlebih dahulu akan menekuk.
Patah
P < PcR
P = PcR
P > PcR
(a)
(b)
(c)
Gb. 2.3 a
Karakteristik Batang Tekan
Kesetimbangan
Kesetimbangan
Kesetimbangan
Stabil
Netral
Labil
(Stable
Equilibrium)
(a)
(Netral
Gb. Equilibrium)
2.3 b
(Unstable Equilibrium)
Karakteristik
Batang Tekan
(b)
(c)
Penjelasan gambar :
a.
Batang yang langsing, yakni mempunyai perbandingan l dan b cukup besar, dibebani
beban P lebih kecil dari pada Pcr.
Keterangan : l = panjang batang
b = lebar balok
P = gaya tekan
Pcr = Critical Buckling Load (gaya kritis)
Karakteristik batang pada keadaan ini adalah :
b.
(1)
(2)
(3)
Batang dibebani gaya tekan P sama dengan gaya Pcr, maka karakteristik batang adalah
sebagai berikut :
c.
(1).
(2).
(3).
Apabila gaya P dihilangkan, batang tetap pada keadaan yang baru ( = tetap)
(4).
Gaya kritis Pcr = Ptekuk = Pmax P. yang dapat didukung oleh batang
Batang dibebani gaya tekan P yang lebih besar dari gaya Pcr, maka karakteristik batang
adalah :
(1).
(2).
(3).
Pada saat gaya P bekerja dengan berat yang konstan, maka batang akan menekuk
terus menerus, sampai akhirnya menjadi patah
x
P
y
P
l
x
EIY
P
Gb. 2.4
Gaya Kritis
Mx = -EI.y
M = 0 P.y = -EI y
EI.y + P.y = 0 ..(1)
Ambil K2 =
P
y + K2 y = 0 (2)
EI
y= e
mx
n.
l
di mana : n = 1, 2, 3 .
k2 =
P
EI
n 2 . 2
P
maka :
2
EI
l
P=
n 2 . 2 .EI
l2
2 .EI
l2
EULER
cr
=
cr
Jika
Pcr
F
2 .EI
l2F
2 .E
2
2 .i 2 .( F ).E
l2F
kritis ( tegangan kritis) yang terjadi masih lebih kecil daripada proporsionallimit, maka
Proporsional-limit atau batas perbandingan seharga antara tegangan dan regangan, untuk
kayu adalah sebesar 75% daripada tegangan-patah.
Untuk baja Proporsional-limit : 50% y (tegangan leleh)
Untuk kayu Proporsional-limit : 75% u (tegangan patah)
3. Panjang Tekuk (lk)
Panjang tekuk (panjang efektif) untuk berbagai keadaan tumpuan adalah sebagai berikut :
Jenis
Sendi-Sendi
Jepit-Jepit
Jepit-Sendi
Bebas-Jepit
l
l
lk
lk
lk
lk
lk
=l
=l
= 0.7 l
=2l
Pcr
2 .EI
2 . EI
2 .EI
2 . EI
1 2 l
l2
Keterangan :
0,7l 2
l = panjang sistim
lk = panjang tekuk
= INFLECTION POINT (Titik dimana Momen = 0)
2l 2
2 .E
2
Keterangan :
<
tegangan tekuk
= tegangan proporsional
= 3,14 .
Apabila sebagai dasar perhitungan dipergunakan data kayu kelaskuat II, maka dengan
:
E // = 100.000 kg/cm2
2 10
2 .E
2
2 .E 10.100000
10000
P
100
100
Pada keadaan = 100, merupakan batas berlakunya rumus EULER
Angka tekuk :
tk //
K
300
300
2
.E 10.(100000)
2
3.2
10 4
tk //
tk // . kritis
3,5
300
85,71kg / cm 2
3,5
tk // 85 kg
cm 2
tk //
Untuk > 100, batang berperilaku elastis, disini berlaku rumus EULER.
Untuk < 100, batang berperilaku tidak elastis, disini berlaku rumus TETMAYER.
4.b TETMAYER
Garis tekuk Tetmayer bersifat linier, menyinggung garis tekuk EULER pada = 100.
Tegangan tekuk =
a. b
d . K
d .
EULER
d . K
2 .E.(2 )
=
a
d .
4
2. 2 .E
2(10).10 5
a
2
10 6
K a b
2 b
Apabila : K = p = 100 kg/cm2
K = -2 + b
Maka : 100 = -2(100) + b
b = 300
Angka tekuk : =
tk // . kritis
300
K
2 300
tk
tk // . kritis
n
tk // .
300
85,71 kg / cm 2
3,5
k (kg/cm2)
300
200
Garis tekuk Euler
B
100
A
100
250
Gb. 2.6
Diagram Garis Tekuk
5. Perhitungan Tekuk dengan Cara Pengelompokkan Panjang Batang .
Angka kelangsingan () :
Keterangan : imin =
lk
imin
I
F
lk = panjang tekuk
b
Gb. 2.7
Penampang Balok
Untuk Batang berpenampang empat persegi panjang : ( b h )
imin
1
12
.h.b 3
b 12 0,289 b
b.h
Hal ini berarti bahwa , imin tergantung dari lebar balok (b). Oleh karena itu angka kelangsingan
dapat ditulis sebagai berikut :
lk
b
0 <
(b)
11 <
(c)
K <
lk
< 11 batang-pendek
b
lk
< K batang menengah
b
lk
< 50 batang panjang (langsing).
b
Dengan demikian, tegangan ijin tiap keadaan panjang batang menjadi berbeda-beda.
lk
< 11 batang pendek :
b
Untuk : 0 <
k tk //
Untuk : 11 <
lk
< K batang menengah :
b
k = 0,671
tk //
lk
k tk // 1 13 b
K
Untuk : K <
lk
< 50 batang panjang :
b
0,3.E
lkb 2
Keterangan :
= tegangan tekuk
tk //
lk
= panjang tekuk
Nmax = [ 1 + 0,3
N min
] Nmax
N max
Nmin = [ 1 + 0,3
N min
] Nmin
N max
Keterangan :
Nmin = gaya terkecil, dalam harga mutlak
Nmax = gaya terbesar, dalam harga mutlak
7. Pembebanan Kombinasi Lentur Dan Gaya Normal
7.a Lentur dan Gaya-Normal Tarik ( lihat TY LIN , hal.62)
Tegangan lentur ditepi-tepi penampang :
lt
N
M
lt
Fn Wn
tr //
N
tr //
Fn
Keterangan :
lt
= tegangan lentur
lt
tr //
= tegangan tarik
tr //
= luas penampang
tk //
W .N
n M
.
tk //
Fbr
n 1 W
tk //
W .N
1 M
. .
tk //
Fbr
2 W
Keterangan :
PEULER
N
tk //
lt
Catatan :
Luas penampang netto sesuai dengan alat penyambung sebagai berikut :
Untuk hubungan dengan bout :
Fn = 0,8 Fbr
Wn = 0,8 Wbr
Untuk hubungan dengan gigi :
Fn = 0,75 Fbr
Wn = 0,75 Wbr
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Suryoatmono, Struktur
Parahyangan, Bandung.
Kayu,
Fakultas
Teknik,
Universitas
Pengantar
perkayuan,
Yayasan
Kanisius,