Anda di halaman 1dari 16

Pendahuluan

Sistem pencernaan merupakan salah satu komponen vital dalam


menunjang kehidupan sebab sistem pencernaan terdiri dari semua organ
yang berfungsi untuk mengunyah, menelan, mencerna, dan mengabsorpsi
makanan serta mengeliminasi makanan yang tidak dapat dicerna dan tidak
dicerna tubuh (Watson, 2002). Sistem pencernaan unggas terdiri dari beak
(paruh), esophagus, crop (tembolok), proventriculucus, pars muscularis atau
gizzard, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), usus besar, dan kloaka.
Sekilas tampak bahwa alat pencernaannya mempunyai lambung jamak,
namun dilihat dari fungsinya ternyata beberapa lambung tersebut hanya
merupakan alat penyimpanan. Oleh karena itu berdasarkan alat pencernaan,
sering

dikatakan

bahwa

unggas

adalah

hewan

pseudopolygastric.

(Soeharsono, 2010).
Alat pencernaan ayam turut menentukan efisiensi makanan yang
dimakan oleh ayam, terutama terkait kesehatan ayam, keperluan tubuh dan
pertumbuhannya. Sebagai contoh, apabila pada salah satu alat pencernaan
terdapat parasite atau protozoa, makanan yang dimakan menjadi tidak dapat
terserap oleh tubuh secara sempurna. Begitu pula kebalikannya, alat
pencernaan akan bekerja dengan baik bila tubuh ayam dalam kondisi sehat
(Rasyaf, 2008).
Ayam merupakan hewan tingkat tinggi yang berkembang seksual atau
dengan melakukan perkawinan. Secara alamiah ayam dibagi menjadi dua
berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu ayam jantan dan ayam betina. Alat
reproduksi ayam jantan terdiri dari alat reproduksi primer dan alat reproduksi
sekunder. Alat reproduksi primer merupakan alat reproduksi utama karena
tanpa adanya alat ini dengan cara apapun ayam tidak akan mungkin
menghasilkan keturunan. Alat tersebut dinamakan testis sedangkan alat
reproduksi sekunder terdiri dari epididimis, vas deferens, dan penis. Alat

reproduksi primer pada betina adalah ovarium, dan sekunder adalah oviduct,
uterus, vagina dan kloaka (Sutiyono, 2001).
Praktikum Ilmu Ternak Unggas bertujuan untuk mengetahui efek
perbedaan panjang dan berat organ pencernaan dan reproduksi terhadap
performa. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan panjang dan berat terhadap fungsi organ
pencernaan ayam.

Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau scapel,
kaca, plastic ukuran 1x1 m, pita ukur, timbangan elektrik, dan gunting bedah.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ayam layer
betina dan ayam jantan yang disembelih tapi masih utuh.

Metode
Ayam betina dan ayam jantan yang telah dipotong dibedah, kemudian
dikeluarkan

seluruh

organ

pencernaan

dan

reproduksinya.

Organ

pencernaan dan reproduksi diletakkan diatas alas kaca yang telah dilapisi
plastic ukuran 1x1 m. Panjang perbagian diukur. Dicatat berat masing-masing
organ. Dijelaskan kembali penjelasan yang telah disampaikan oleh asisten.

Pembahasan
Sistem Digesti
Sistem pencernaan unggas terdiri dari beak (paruh), esophagus, crop
(tembolok), proventriculucus, pars muscularis atau gizzard, usus halus
(duodenum, jejenum, ileum), usus besar, dan kloaka. Sekilas tampak bahwa
alat pencernaannya mempunyai lambung jamak, namun dilihat dari fungsinya
ternyata beberapa lambung tersebut hanya merupakan alat penyimpanan.
Oleh karena itu berdasarkan alat pencernaan, sering dikatakan bahwa
unggas adalah hewan pseudopolygastric. (Soeharsono, 2010).
1. Oesophagus
2. Crop
3. Proventriculus
4. Gizzard
5. Duodenum
6. Jejunum
7. Ileum
8. Sekum
9. Usus besar
10. Kloaka

1
0
9
8
7
6
5
4

2
3
1

Gambar 1. Sistem digesti ayam

Berdasarkan praktiduk yang telah dilaksanakan, didapatkan data yang


disajikan pada tabel 1:
Tabel 1. Data pengukuran panjang dan berat organ pencernaan
Parameter

Ayam Praktikum
Panjang
Berat
(cm)
(gram)
14
3
6
14
4
9
6
24

Ayam Literatur
Panjang
Berat
(cm)
(gram)
20-25
5- 7,5
7-10
8-12
6
7,5-10
5-7,5
25-30

Oesophagus
Crop
Proventriculus
Gizzard
Usus halus:
a. Duodenum
25
7
24
10,72-15,2
b. Jejunum
59
10
58-74
26,4-31,2
c. Ileum
54
7
45-70
15
Coecum
16
5
20
6-8
Usus besar
10
3
7-10
4-6
Kloaka
2
12
1,3-3
6-8
Organ tambahan:
a. Hati
12
33
42,72
b. Pankreas
9
4
2-4
c. Limfa
2
2
0,99-2
(Sumber: Suprijatna et al, 2005., Yaman, 2010., Djunaidi et al, 2009.,
Hamsah, 2013., Zuprizal dan Kamal, 2005., Crompton, 1999., Fadillah et al,
2010., Ismail et al. (2013)
Data hasil praktikum pada tabel setelah dibandingkan dengan literatur
terdapat banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan antara data hasil
praktikum dengan literatur dapat terjadi karena berbagai faktor. Organ
pencernaan ayam yang abnormal akan mempengaruhi performa produksi
ayam tersebut.
Oesophagus pada ayam praktikum memiliki panjang 14 cm dan berat
3 gram. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa kisaran normal panjang
oesophagus adalah 20 hingga 25 cm dan beratnya antara 5 hingga 7,5 gram.
Terdapat perbedaan antara data hasil praktikum dengan data literatur, yaitu
panjang dan berat oesophagus ayam praktikum berada di bawah normal..
Hal ini menurut Fadillah (2007) dapat disebabkan oleh perbedaan jenis,
5

umur, bangsa, pemberian pakan dan juga faktor kesehatan. Has et al, (2014)
menyatakan bahwa perbedaan ukuran oesophagus tidak terlalu berpengaruh
terhadap pencernaan serat kasar pada pakan. Oesophagus hanya
merupakan saluran lewatnya pakan ke organ pencernaan berikutnya.
Crop pada ayam praktikum memiliki panjang 6 cm dan berat 14 cm.
Data panjang dan berat ayam praktikum tidah sesuai dengan pendapat
Suprijatna et al. (2005) yang menyatakn bahwa kisaran normal panjang crop
adalah 7 sampai 10 cm dan beratnya 8 sampai 12 gram. Perbedaan data ini
menurut Fadhillah (2007) disebabkan karena perbedaan umur, jenis pakan
dan bangsa yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi panjang dan
berat crop. Has et al, (2014) menyatakan bahwa perbedaan ukuran crop tidak
terlalu berpengaruh terhadap pencernaan serat kasar pada pakan, tetapi
berpengaruh pada tingkat kekenyangan ayam.
Proventriculus pada ayam praktikum memiliki panjang 4 cm dan berat
9 gram. Yaman (2010) menyatakan bahwa proventriculus normal memiliki
panjang 6 cm dan berat 7,5 sampai 10 gram. Faktor yang mempengaruhi
bobot proventriculus menurut Usman (2010) adalah umur, bangsa dan
genetic ternak. Has et al, (2014) menyatakan bahwa perbedaan ukuran
proventriculus tidak terlalu berpengaruh terhadap pencernaan serat kasar
pada pakan.
Gizzard pada ayam praktikum memiliki panjang 6 cm dan berat 24 cm.
Yaman (2010) berpendapat bahwa gizzard memiliki panjang 5 sampai 7,5 cm
dan berat 25 sampai 30 gram. Panjang gizzard ayam praktikum dapat
dikatakan normal, sedangkan beratnya dibawah normal. Perbedaan tersebut
menurut Usman (2010) dikarenakan kurangnya serat dalam pakan. Sinurat
et al, (2003) menyatakan bahwa ukuran gizzard akan mempengaruhi aktivitas
gizzard dalam melakukan pencernaan secara mekanis.
Usus halus terdiri dari 3 bagian, yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Ayam praktikum memiliki duodenum sepanjang 25 cm dan seberat 7 gram,
6

Jejunum sepanjang 59 cm dan seberat 10 gram, dan ileum sepanjang 16 cm


dan seberat 3 gram. Djunaidi et al. (2009) menyatakan bahwa berat
duodenum berkisar antara 10,72 hingga 15,2 gram dan berat jejenum ayam
berkisar antara 26,4 gram hingga 31,2 gram. Hamsah (2013) menyatakan
bahwa panjang duodenum adalah 24 cm dan jejunum ayam berkisar antara
58 sampai 74 cm dan berat 2,9 sampai 3,8 gram tiap 10 cm dari panjang
jejunum. Zuprizal dan Kamal (2005) berpendapat bahwa berat ileum pada
unggas terutama ayam adalah 15 gram. Crompton (1999) menyatakan
bahwa jejenum memiliki panjang 50 sampai 80 cm dan panjang ileum sekitar
45 sampai 70 cm. Panjang jejunum dan ileum dapat dikatakan normal,
sedangkan panjang duodenum, berat duodenum, berat jejunum dan berat
ileum masuk dalam kategori tidak normal. Perbedaan tersebut disebabkan
karena adanya perbedaan bangsa dan pakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fadillah et al., (2007) bahwa ukuran usus halus pada ayam
ditentukan oleh aktivitas, banyaknya pakan yang dikonsumsi, bangsa,
perbedaan umur ayam, dan ukuran tubuh. Sinurat et al, (2003) menyatakan
bahwa ukuran usus halus akan mempengaruhi banyaknya villi, sehingga
akan mempengaruhi tingkat penyerapan gizi pakan yang direfleksikan
dengan perbaikan konversi pakan.
Coecum pada ayam praktikum memiliki panjang 16 cm dan berat 5
gram. Data hasil pengukuran pada tabel tidak sesuai dengan pendapat
Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa panjang coecum sekitar 20
cm dengan berat normal antara 6 sampai 8 gram. Panjang dan berat coecum
ayam praktikum bearada dibawah kisaran normal. Hal ini menurut Usman
(2010) disebabkan karena adanya perbedaan ukuran tubuh, umur, dan
kemampuan sekum dalam mencerna serat kasar. Has et al, (2014)
menyatakan bahwa ukuran sekum berpengaruh terhadap pencernaan secara
mikrobiologis. Semakin besar sekum, kapasitas pencernaan serat kasar
menjadi lebih besar.
7

Usus besar pada ayam praktikum memiliki panjang 10 cm dan berat 3


gram. Fadillah et al., (2010) menyatakan bahwa Panjang usus besar pada
ayam kisaran normalnya adalah 10 cm, dan Suprijatna et al., (2005)
berpendapat bahwa berat usus besar adalah 4 sampai 6 gram. Panjang usus
besar sesuai denganh literatur sehingga dapat dikatakan normal, sedangkan
beratnya tidak bisa dikatakan normal karena berada di bawah kisaran berat
normal. Perbedaan ukuran usus besar menurut Fadillah et al., (2007)
disebabkan oleh bangsa, pakan, dan kondisi lingkungan.
Kloaka pada ayam praktikum memiliki panjang 2 cm dan berat 12
gram. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa kloaka mempunyai panjang
normal antara 1,3 cm sampai 3 cm dan berat normal antara 6 sampai 8 gram.
Panjang kloaka ayam praktikum dapat dikatakan normal karena sesuai
dengan literatur, sedangkan beratnya berada diatas kisaran normal. Hal ini
disebabkan karena saat dilakukan penimbangan, masih terdapat sisa
ekskreta dan sisa lemak yang menempel pada kloaka sehingga kloaka
menjadi lebih berat saat ditimbang. Perbedaan juga dapat terjadi karena
perbedaan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadillah et al., (2007)
yang menyatakan bahwa perbedaan dapat disebabkan oleh bangsa, pakan,
dan kondisi lingkungan.
Organ tambahan pada system pencernaan ayam terdiri dari hati,
pancreas dan limfa. Ayam yang digunakan pada praktikum memiliki hati
sepanjang 12 cm dan seberat 33 gram, pancreas sepanjang 9 cm dan
seberat 4 gram, dan limfa sepanjang 2 cm dan seberat 2 gram. Ismail et al.
(2013) menyatakan bahwa

hati memiliki berat 3% dari bobot badan dan

merupakan organ pencernaan tambahan terbesar dalam tubuh. Suprijatna et


al. (2005) berpendapat bahwa bobot pankreas berkisar antara 2 sampai 4,5
gram. Fadillah et al. (2007) menyatakan bahwa berat limfa ayam adalah
sekitar 0,07% sampai dengan 0,13% dari berat badan total. Berat hati normal
berdasarkan literatur seharusnya adalah 42,72 gram, dan limfa seberat 0,998

2 gram. Berat pancreas dan limfa pada ayam praktikum sudah sesuai dengan
literatur, sedangkan berat hati berada di bawah kisaran normal. Yaman
(2010) menyatakan bahwa bobot hati meningkat dipengaruhi oleh jumlah
penyerapan nutrien dan kandungan serat kasar dan menurun juga
dipengaruhi oleh jumlah penyerapan nutrien dan kandungan serat kasar.
Parsons et al., (2006) menyatakan bahwa besarnya partikel pakan akan
sangat berpengaruh pada performa ayam, yaitu pada saat proses absorbsi
nutrien. Besar kecilnya partikel pakan dipengaruhi oleh ukuran organ
pencernaan. Ukuran pancreas, hati, dan limfa berpengaruh pada jumlah
enzim yang diproduksi, yang nantinya enzim tersebut akan memecah
makronutrien menjadi nutrien yang lebih kecil.
Ukuran organ pencernaan ayam mempengaruhi performa ayam,
seperti

kecernaan,

dan

kemampuan

absorbs

nutrient

.Faktor

yang

mempengaruhi ukuran organ pencernaan ayam berbeda-beda setiap


organnya. Faktor umum yang mempengaruhi ukuran organ pencernaan
ayam adalah bangsa, umur, pakan, dan kondisi lingkungan.
Sistem Reproduksi
Reproduksi Betina
Alat reproduksi ayam jantan terdiri dari alat reproduksi primer dan alat
reproduksi sekunder. Alat reproduksi primer merupakan alat reproduksi
utama karena tanpa adanya alat ini dengan cara apapun ayam tidak akan
mungkin menghasilkan keturunan. Alat tersebut dinamakan testis sedangkan
alat reproduksi sekunder terdiri dari epididimis, vas deferens, dan penis. Alat
reproduksi primer pada betina adalah ovarium, dan sekunder adalah oviduct,
uterus, vagina dan kloaka (Sutiyono, 2011).

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

7
6
5

Ovarium
Infundibulum
Magnum
Isthmus
Uterus
Vagina
Kloaka

2
1

Gambar 2. Sistem reproduksi ayam betina


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data yang
disajikan pada tabel 2:
Tabel 2. Data pengukuran panjang dan berat organ reproduksi
Parameter

Ayam Praktikum
Panjang
Berat

Ayam Literatur
Panjang
Berat

(cm)
(gram)
(cm)
(gram)
Ovarium+Ovum
8
42
36-38
Infundibulum
13
1
11
2-3
Magnum
33
30
33
22-27
Isthmus
13
7
10
4-7
Uterus
8
29
10
15-19
Vagina
3
2
6,9
4-7
(Sumber: Rasyaf, 2008., Salang et al. (2015)., Suprijatna dan Dulatip, 2005)

Data hasil praktikum pada tabel menunjukkan banyak perbedaan


dengan literatur. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya berbagai
10

faktor. Ukuran organ reproduksi pada ayam petelur sangat mempengaruhi


performa produksi ayam tersebut.
Ovarium dan ovum pada ayam praktikum memiliki panjang 8 cm dan
berat 42 gram. Berat ovarium menurut Salang et al., (2015) adalah 60 gram
untuk unggas dewasa. Data hasil praktikum berada jauh dibawah kisaran
normal pada literatur. Hal ini mungkin dikarenakan ayam yang digunakan
dalam praktikum merupakan ayam afkir sehingga ovarium ayam tersebut
sudah tidak berkembang sehingga beratnya jauh dibawah kisaran normal.
Purba et al, (2005) menyatakan bahwa saat ovarium dan oviduct ungags
mengalami penyusutan atau pemendekan, maka produksi dan kualitas telur
akan menurun.
Oviduct yang merupakan organ reproduksi sekunder terdiri dari 3
bagian, yaitu infundibulum, magnum dan isthmus. Infundibulum ayam
praktikum memiliki panjang 13 cm dan berat 1 gram, magnum sepanjang 33
cm dan seberat 30 cm, dan isthmus sepanjang 13 cm dan seberat 7 gram.
Rasyaf (2008) menyatakan bahwa ayam normal memiliki infundibulum
dengan panjang 11 cm dan berat 2 sampai 3 cm, magnum sepanjang 33 cm
dan berat 22 sampai 27 gram, dan isthmus sepanjang 10 cm dengan berat 4
sampai 7 gram. Data hasil praktikum yang didapat tidak sesuai dengan
literatur. Suprijatna dan Dulatip (2005) menyatakan bahwa panjang dan berat
oviduct dipengaruhi oleh pemberian kadar protein dalam pakan selama
periode pertumbuhan umur 12-20 minggu. Rahayu et al., (2011) berpendapat
bahwa adanya perbedaan data dapat disebabkan karena adanya perbedaan
umur, faktor genetik, dan produksi telur. Purba et al, (2005) menyatakan
bahwa saat ovarium dan oviduct ungags mengalami penyusutan atau
pemendekan, maka produksi dan kualitas telur akan menurun.
Uterus ayam praktikum memiliki panjang 8 cm dan berat 29 gram.
Rasyaf (2008) menyatakan bahwa uterus ayam normal memiliki panjang 10
cm dengan berat 15 sampai 19 gram. Panjang uterus ayam praktikum berada
11

dibawah kisaran normal, sedangkan beratnya diatas kisaran normal. Rahayu


et al., (2011) menyatakan bahwa perbedaan disebabkan oleh faktor umur,
genetik, dan tingkat produksi telur. Subekti et al, (2008) menyatakan bahwa
ukuran saluran reproduksi, terutama uterus akan mempengaruhi ketebalan
kerabang telur.
Vagina ayam praktimum memiliki panjang 3 sm dan berat 2 cm.
Rasyaf (2008) berpendapat bahwa vagina ayam normal mempunyai panjang
6,9 cm dengan panjang 4 sampai 7 gram. Panjang dan berat vagina ayam
praktikum berada dibawah kisaran normal. Hal ini dapat disebabkan karena
faktor bangsa atau genetic. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu et al.,
(2011) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ukuran vagina
adalah umur, genetik, dan tingkat produksi telur.
Ukuran organ reproduksi ayam mempengaruhi performa, khususnya
pada pembentukan telur. Faktor yang mempengaruhi ukuran organ
reproduksi ayam berbeda-beda tiap organnya. Faktor yang mempengaruhi
organ reproduksi ayam secara umum adalah bangsa, umur, dan genetik
ternak.
Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari testis, vas deferens dan
papillla. Testis merupakan organ tempat terjadinya spermatogenesis atau
pembentukan spermatozoa dan tempat diproduksinya hormone testosterone.
Isnaeni et al. (2010) menyatakan bahwa hormon testosteron berfungsi dalam
proses spermatogenesis, perkembangan alat reproduksi luar dan tandatanda kelamin sekunder. Hormon testosteron disintesis dari kolesterol dalam
sel leydig dan kelenjar adrenal, yang sintesisnya terjadi di dalam sel leydig
maupun di kelenjar adrenal. Vas deferens menurut Hasiholan (2002) adalah
pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari
epididymis ke duktus ejakulatoris dalam uretra prostatik. Papilla merupakan
alat kopulasi pada ayam jantan.
12

Ukuran

organ

reproduksi

mempengaruhi

performa

produksi,

khususnya pada ayam betina. Ukuran ovarium mengindikasikan jumlah folikel


yang bisa dibentuk. Ovarium yang kecil dan tidak berkembang akan
menghasilkan folikel yang sedikit, sehingga produksi telur akan berkurang.
Ukuran saluran reproduksi juga berpengaruh terhadap produksi telur.
Panjang magnum sebagai tempat pembentukan albumin, atau panjang
isthmus sebagai tempat pembentukan kerabang tipis akan mempengaruhi
lama waktu pembentukan telur di dalamnya. Ukuran telur juga akan kecil dan
ringan jika saluran reproduksinya pendek.

Kesimpulan
Ukuran organ pencernaan ayam yang didapat tidak ada yang sesuai
dengan literatur. Ukuran organ pencernaan ayam mempengaruhi performa
13

ayam, seperti kecernaan, dan kemampuan absorbs nutrient .Faktor yang


mempengaruhi ukuran organ pencernaan ayam berbeda-beda setiap
organnya. Faktor umum yang mempengaruhi ukuran organ pencernaan
ayam adalah bangsa, umur, pakan, dan kondisi lingkungan. Ukuran organ
reproduksi yang didapat tidak ada yang sesuai dengan literatur. Ukuran organ
reproduksi ayam mempengaruhi performa, khususnya pada pembentukan
telur. Faktor yang mempengaruhi ukuran organ reproduksi ayam berbedabeda tiap organnya. Faktor yang mempengaruhi organ reproduksi ayam
secara umum adalah bangsa, umur, dan genetik ternak.
Ukuran (panjang dan berat) organ pencernaan dan reproduksi berpengaruh
pada performa produksi ayam. Keabnormalan ukuran organ pencernaan dan
reproduksi dapat mengakibatkan turunnya performa produksi, baik untuk
daging maupun telur. Ukuran organ pencernaan berpengaruh terhadap
kemampuan mencerna dan absorbs nutrien ayam. Ukuran organ reproduksi
berpengaruh pada lamanya waktu pembentukan telur, pemberian nutrisi pada
telur, dan ukuran telur.

Daftar Pustaka
Crompton, D.W. 1999. A study of the growth of the alimentary tract of the
young cockerel. Br. Poultry Science

14

Djunaidi, I.H., Yuwanta, T., Supadmo, dan Nurcahyanto, M. 2009. Performa


dan bobot organ pencernaan ayam broiler yang diberi pakan
limbah udang hasil fermentasi Bacillus sp. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Fadillah, R., Agustin, P., Syamsiful, A., dan Eko, P. 2007. Sukses Beternak
Ayam Broiler. Agro Media Pustaka. Jakarta
Hamsah. 2013. Respon Usus dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras
Pedaging dengan Berat Badan Awal Berbeda yang Dipuasakan
Setelah Menetas. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Hasiholan. 2002. Pengertian Susunan Reproduksi Sapi Potong Jantan.
Lentera Dunia, Lubuk Linggau.
Has, H., A. Napirah dan A. Indi. Efek peningkatan serat kasar penggunaan
daun murbei dalam ransum broiler terhadap persentase bobot
saluran pencernaan. Fakultas Peternakan Universitas Halu
Oleo Kendari. 1(1)
Ismail, E., S. Suhermiyati dan Roesdjianto. 2013. Penambahan tepung kunyit
(Curcuma domestica) dan sambiloto (Andrographis paniculata
nees) dalam pakan terhadap bobot hati, pancreas, dan empedu
broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1 No. 3:750-758
Isnaeni, W., Fitriyah, A., dan Setiati, N. 2010. Studi penggunaan prekursor
hormon steroid dalam pakan terhadap kualitas reproduksi
burung puyuh jantan (Coturnix coturnix japonica). Jurnal
Fakultas Peternakan UNW Mataram dan FMIPA Universitas
Negeri Semarang. Mataram
Parsons, A. S., N. P. Buchanan., K. P. Blemings., M. E. Wilson., J. S. Moritz.
2006. Effect of Corn Particle Size and Pellet Texture on Broiler
Performace in the Growing Phase. Poultry Science Association,
Inc. 26506
Purba, M., P. S. Hardjosworo., L. H. Prasetyo dan D. R. Ekastuti. 2005. Pola
rontok bulu itik betina alabio dan mojosai serta hubungannya
dengan kadar lemak darah (trigliserida), produksi dan kualitas
telur. Balai Penelitian Ternak. Bogor. 1(1)
Rahayu, I., Sudaryani T., Santosa H. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Pengelolaan Produksi Telur: Edisi Kedua- Cetakan ke-6.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sinurat, A. P., T. Purwadaria., M. H. Togatorop dan T. Padaribu. 2003.
Pemanfaatan bioaktif tanaman sebagai feed additive pada

15

ternak unggas: pengaruh pemberian gel lidah buaya atau


ekstraknya dalam ransum terhadap penampilan ayam
pedaging. Balai Penelitian Ternak. 8(3)
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Bandung : Widya Padjadjaran.
Sinurat, A. P., T. Purwadaria., M. H. Togatorop dan T. Padaribu. 2003.
Pemanfaatan bioaktif tanaman sebagai feed additive pada
ternak unggas: pengaruh pemberian gel lidah buaya atau
ekstraknya dalam ransum terhadap penampilan ayam
pedaging. Balai Penelitian Ternak. 8(3)
Sutiyono.

2001. Pengenalan Organ Reproduksi Ayam. Universitas


Diponegoro.
Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar
Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E., Dulatip Natawihardia. 2005. Pertumbuhan Organ Reproduksi
Ayam Ras Petelur Dan Dampaknya Terhadap Performans
Produksi Telur Akibat Pemberian Ransum Dengan Taraf Protein
Berbeda Saat Periode Pertumbuhan. Fakultas Peternakan
UNDIP. Semarang.
Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler (Melalui
Sistem Pencernannya) Yang Diberi Pakan Nabati Dan
Komersial Dengan Penambahan Dysapro. Institute Pertanian
Bogor. Bogor.
Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zuprizal dan M. Kamal. 2005. Nutrisi dan Pakan Unggas. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai