Anda di halaman 1dari 73

M.

Harun Iskandar
Bagian Penyakit Dalam Sub Divisi Pulmonologi FK
Unhas

Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan


dokter
Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai
penyakit ini ketika
membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik
ini, dan tahu
bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan
overview level.
Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga
penyakitnya, Dokter segera merujuk.
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis
yang relevan
dan mampu menindaklanjuti sesuda

Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik
berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang
diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang
relevan (bukan kasus gawat darurat).

3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan


pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat
memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu
secara mandiri hingga tuntas.

STANDAR KOMPETENSI : 3B

Definisi : Suatu kondisi di mana paru tidak

mengembang akibat obstruksi jalan nafas


atau kompressi terhadap kantung alveoli
Tipe :
1.Absorbsi
2.Kompressi
3.Defisensi surfactant

ETIOLOGI
Retensi sputum
Benda asing
Kompressi tumor
Fibrosis
dll

BRONKOSKOPI

CORPUS ALIENUMV

FOTO TORAKS

ATELEKTASIS PARU
KANAN

Chest X-Ray
3.

Atelectasis. Left upper lobe collapse showing opacity contiguous to the aortic
knob, a smaller left hemithorax, and a mediastinal shift.

Chest X-Ray
4.

Right upper lobe collapse and consolidation

CT-scan
1

Right upper lobe collapse.

Batuk
Nyeri dada
Sesak napas
Saturasi oksigen rendah
Efusi Pleura (transudate type)
Sianosis
Takikardia

diagnosis
Gejala klinis
Foto thoraks : PA dan Lateral
CT Scan
Bronchoscopy

TERAPI
Terapi Penyakit Dasar
Bronkoskopi
Fisioterapi Dada (Batuk dan Nafas

Dalam)
CPAP
Ventilator
Pemasangan Stent

Chest Physiotherapy
- In the case of lobar
atelectasis, chest
physiotherapy help reexpand
lung collapse
- Percussion around the lobe

atelectasis 100/min for four


minutes.

- Then the patient is asked to

take a deep breath and while


exhaling vibration.

- Series of percussion and

auscultation vibration lobe


atelectasis in voting breath
back in about 10 minutes

Bronchodilator
Nebulized bronchodilators (salbutamol and
formoterol) can help liquefy mucus.

Deep-breathing Exercise
Patients who do
deep-breathing
exercises after CABG
surgery showed the
smaller incidence of
atelectasis

rhDNase
Atelectasis is often caused

by blockage of mucus in the


airway.

In patients with cystic

fibrosis, bronchiectasis, and


bronchiolitis, mucus
containing extracellular DNA
from leukocytes and
epithelial cells degenerate.
DNA increases the viscosity
of mucus

Recombinant human DNase

(rhDNase) proved to be
effective to open the airway
in cystic fibrosis.

Fiberoptic bronchoscopy
When nebulized not

work within 24 hours


or atelectasis occurs
repeatedly, consider
fiberoptic
bronchoscopy.
The mean success rate

of this therapy reached


70-85% in ICU patients
who have atelectasis

PEEP
In the passive atelectasis and adhesiv,

positive end-expiratory pressure (PEEP) may


be useful for treatment.
Positive pressure and a greater tidal volume

often help reexpand segment collapsed lung

Surfactant
Exogenous surfactant increases bacterial

clearance from the lungs


This effect helps the reduction of the degree

of atelectasis and prevent the formation of


new atelectasis
Pulmonary surfactant, which is found in the

alveolar cavity, can be given through the


lavage procedure, using bronchoscopy

Kinetic Therapy

M. Harun Iskandar
Bagian Penyakit Dalam Sub Divisi Pulmonologi FK
Unhas

STANDAR KOMPETENSI : 3A
Definisi: Terjadi pelebaran abnormal dan

menetap dari bronkus akibat kerusakan


komponen elastik dan muskulernya.

Batuk-batuk produktif berupa nanah/darah,

berjumlah banyak terutama jam 2 sampai 3


dinihari dan disebut Maulvolle
Expectoration.

Klasifikasi
Bronkiektasis
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi
bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bronkiektasis silindris
2. Bronkiektasis fusiform
3. Bronkiektasis kistik atau sakular.

Etiologi Bronkiektasis
1. Infeksi
2. Kelainan heriditer atau kelainan
kongenital
3. Faktor mekanis yang mempermudah
timbulnya
infeksi
4. Sering penderita mempunyai riwayat
pneumoni
berulang

Etiology

Chest 1995;108;955-961
Am J Respir Crit Care Med 2000 Oct;162(4 Pt 1):1277-84.

PATOMEKANISME

Tanda dan Gejala


1.Batuk

yang menahun dengan sputum yang


banyak terutama pada pagi hari, setelah
tiduran dan berbaring.
2.Batuk dengan sputum menyertai batuk
pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada
gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3.Batuk yang terus menerus dg sputum yg
banyak kurang lebih 200 300 cc, disertai
demam, tidak ada nafsu makan, penurunan
berat badan, anemia, nyeri pleura & lemah
badan kadang-kadang sesak nafas &
sianosis, sputum sering mengandung
bercak darah & batuk darah.
4.Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 %
kasus.

Gejala dan Tanda

Chest 1995;108;955-961

DIAGNOSIS
Gejala klinis
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi

lebih kasar dan batas-batas corakan menjadi


kabur, mengelompok,kadang-kadang ada
gambaran sarang tawon(honey comb
apperance) serta gambaran kistik dan batasbatas permukaan udara cairan.
Sputum Gram Dan Kultur
HRCT (high Resolution CT)

CXR of Bronchiectasis

Hansell DM - Radiol Clin North Am - 01-JAN-1998; 36(1): 107-28

CXR of Bronchiectasis

Hansell DM - Radiol Clin North Am - 01-JAN-1998; 36(1): 107-28

HRCT
Sensitivitiy ~97%
Findings
Airway dilation
Lack of tapering of bronchi
Bronchial wall thickening
Mucopurulent plugs or debris
Cyst
Pneumonia, LAP, emphysema

Distributions
Upper lobe
Central distribution

HRCT

Radiol Clin N Am 43(2005) 513-542

Management
Kontrol Infeksi
bronchial hygiene
Operasi pada pasien tertentu (batuk darah

berulang masif, unilateral)

Kontrol Infeksi
Bronkiektasis Eksaserbasi Akut
Volume Dahak bertambah, kental
Sesak nafas
Febris
CXR rarely show new infiltrates
H. influenzae and P. aeruginosa
Antibiotik : contohnya ciprofloxacin 7-10 hari

Bronchial Hygiene
Minum cukup
Nebulization
Nacl
Acetylcyteine

Physiotherapy
Perkusi dada
Prone position

Bronkodilator? Steroid? NSAID?

OPERASI
Kelainan Unilateral
Hemoptysis
A. Bronchial a. embolization

Transplantasi Paru

M. Harun Iskandar
Bagian Penyakit Dalam Sub Divisi Pulmonologi FK
Unhas

Abses Paru
Adalah infeksi destruktif berupa

nekrotik pada jaringan paru yang


terlokalisir sehingga membentuk
kavitas yang berisi nanah dalam
parenkim paru pada satu lobus
atau lebih

Kebanyakan abses paru muncul

sebagai komplikasi dari


pneumonia aspirasi akibat bakteri
anaerob di mulut
Penderita abses paru biasanya
memiliki masalah periodontal
(jaringan di sekitar gigi).
Sejumlah bakteri yang berasal
dari celah gusi sampai ke saluran
pernafasan bawah dan
menimbulkan infeksi.

Pada 89% kasus,

penyebabnya adalah bakteri


anaerob al
Peptostreptococcus,
Bacteroides, Fusobacterium
dan Microaerophilic
streptococcus.

Organisme lainnya adalah:

- Staphylococcus aureus
- Streptococcus pyogenes
- Streptococcus pneumoniae
- Klebsiella pneumoniae
- Haemophilus influenzae
- spesies Actinomyces dan
Nocardia
- Basil gram negatif.

Penyebab non-bakteri , diantaranya:

- Parasit (Paragonimus, Entamoeba)


- Jamur (Aspergillus, Cryptococcus,
Histoplasma,Blastomyces,Coccidioide
s
- Mycobacteria.

GEJALA
Gejala awalnya menyerupai
pneumonia:
- kelelahan
- hilang nafsu makan
- berat badan menurun
- berkeringat
- demam
- batuk berdahak.

DIAGNOSIS
CXR or CT scan parenchymal infiltrate with

cavity.
CT scan direkomendasikan pada keadaan :
Gambaran equivocal p[ada foto toraks,
Penyebab yang belum jelas, dan
Kasus yang tidak berespon thdp antibiotik.

Bakteriologi sputum: tidak bermanfaat pada


kasus anaerob kecuali .
S. aureus perlu diperiksakan (Gram stain)
dan tumbuh mudah pada kasus CAP.

Leukocytosis dan anemia umumnya pada

abses kronik; leukopenia terutama pada


MRSA.
Differential diagnosis : TB, MAC, empyema,
malignancy, cyst, fungi, nocardia.
Bronchoscopy,; rutin pada pasien abses paru,
terutama pada kasus yang gejala klinik yang
atipikal atau kasus yang tidak berespon
pengobatan.

Abses Paru

ABSES PARU

Penanganan
Tatalaksana Medis
Manajemen didasarkan pada
data mikrobiologi dan
pengetahuan terhadap kondisi
atau penyakit yang mendasari.

Antibiotik
Obat standard kuman untuk
anaerob: clindamycin (600 mg IV
tiap 8 jam, dilanjutkan 4 x 150300 mg PO).

Pada kasus abses paru akibat

aspirasi , digunakan antibiotik


yang dapat membunuh kuman
S.aureus , Enterobacter dan
Pseudomonas species. Dalam hal
ini dapat digunakan ampicillin plus
sulbactam , yang juga setara
dengan Moxifloxacin

Durasi terapi
Lama terapi umumnya penggunaan
antibiotik selama 4-6 minggu.
Direkomendasikan agar terapi
antibiotik dilanjutkan sampai foto
toraks memberi gambaran perbaikan
abses ataupun lesi kecil yang lebih
stabil.

Perbaikan klinis: perbaikan demam

dalam 3-4 hari pemberian antibiotik.


Pada pasien yang berespon buruk
terhadap antibiotik, perlu dipikirkan
adanya obstruksi bronkus oleh benda
asing atau neoplasma atau infeksi
oleh bakteri resisten, mikobakteria
Respon
atau jamur. terapi

Kavitas besar (diameter > 6 cm) umumnya

membutuhkan terapi jangka panjang.


Empiema dengan air-fluid level perlu
dibedakan dengan abses.
Seringkali terdapat penyebab kavitas non
bakterial seperti infark paru, neoplasma
dengan kavitas, serta vaskulitis. Infeksi
pada daerah sekuestrasi, kista atau bulla
mungkin sebagai penyebab respon yang
lambat terhadap suatu antibiotik.

Terapi bedah
Indikasi terapi bedah: gagal
respon terhadap terapi antibiotik,
kecurigaan neoplasma, atau
malformasi paru kongenital.
Tindakan bedah antara lain:
lobektomi atau pneumonektomi.

SOAL UKDI
Anak laki2, 18 tahun dengan keluhan batuk

darah 3 hari yang lalu. 1 bulan yang lalu


keluhan batuk disertai penurunan nafsu
makan. 1 tahun yang lalu pasien telah
menjalani OAT selama 6 bulan lengkap, namun
belum dinyatakan sembuh. Saat ini
pemeriksaan tanda vital dbn. Sputum BTA +/
+/-. Tindakan selanjutnya adalah..
a. Seumur hidup
b. Menunggu sensitifitas M.TB..
c. OAT kategori 1
d. OAT kategori 2
e. OAT kategori 3

Seorang anak berusia 11 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan

sesak napas sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai batuk dan pilek
serta napas bunyi ngik-ngik yang dirasakan lebih berat saat malam
hari. Pasien sudah lama didiagnosis dengan asma dan sejak satu
minggu terakhir gejala tersebut dirasakan setiap malam. Pasien
masih dapat menjawab pertanyaan dalam bentuk kalimat namun
terputus-putus. Sebelum serangan saat ini, pasien mengalami
serangan terakhir 2 bulan yang lalu. Saat di rumah pasien sudah
diberikan terapi 2-agonis sebanyak 2 kali namun tidak ada
perbaikan. Pemeriksaan fisis didapatkan TD: 120/90, FN: 120, FP:
32, suhu: afebris.
Berdasarkan hal tersebut, maka diagnosis serangan akut yang
dialami pasien adalah?
a. Status asmatikus
b. Asma persisten ringan
c. Asma persisten berat
d. Asma episodik ringan
e. Asma episodik jarang

Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan batuk


yang tidak kunjung sembuh sejak 3 minggu yang lalu. Batuk
berdahak kuning, disertai demam yang tidak terlalu tinggi, dan
berat badan pasien menurun 5 kg sejak 8 bulan yang lalu. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan TD: 120/90, FN: 110, FP: 22x/menit.
Pada pemeriksaan fisis paru didapatkan bunyi napas pokok
vesikuler, terdapat ronki basah pada kedua lapang paru, namun
tidak ada mengi. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan dahak
dan didapatkan BTA sputum (+,+,-). Namun, diketahui ternyata
kadar gula darah sewaktu pasien adalah 300 mg/dL.
Berdasarkan hal tersebut, maka rejimen obat yang tepat diberikan
pada pasien adalah?
a. OAT kategori 1
b. OAT kategori 2
c. OAT kategori 3
d. Streptomisin
e. Kanamisin

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan batuk

lama sejak 2 bulan yang lalu. Batuk berdahak namun sulit


dikeluarkan, dan berat badan pasien turun. Pada pemeriksaan
didapatkan TD: 110/80, FN: 100, FP: 24, suhu afebris. Pada
pemeriksaan fisis paru didapatkan bunyi napas pokok vesikuler,
dan terdapat ronki basah halus nyaring pada kedua lapang paru,
namun tidak ada mengi. Pasien pernah sakit serupa 1 tahun
yang lalu, mendapat pengobatan OAT selama 6 bulan, namun
tidak pernah dinyatakan sembuh oleh dokter. Pemeriksaan BTA
sputum saat ini (+,+,-).
Berdasarkan hal tersebut maka rejimen pengobatan yang tepat
diberikan pada pasien ini adalah?
a. OAT kategori 1
b. OAT kategori 2
c. OAT kategori 3
d. Streptomisin
e. Kanamisin

Pasien TB sedang mengkonsumsi OAT,

sekarang mengeluh kaki nya terasa kebas,


obat apa yg menyebabkan ini
A. Isoniazid
B. Pirazinamid
C. Etambutol
D. Streptomicin

Anda mungkin juga menyukai