PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan
gangguan kehamilan dan janin, inilah bunyi peringatan pemerintah terhadap
bahaya rokok yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2003
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.1 Peringatan pemerintah inilah yang juga
dihimbau tercantum dalam setiap kemasan dan iklan produk rokok di tanah air.
Namun, peringatan tersebut belum diuji keefektifannya, karena merokok menjadi
perilaku yang dari tahun ke tahun semakin diminati.2
Jumlah perokok yang ada di dunia terus meningkat secara kumulatif dan
produksi rokok semakin bertambah pesat.2,3 Menurut data World Health
Organization (WHO), jumlah perokok di seluruh dunia diperkirakan mencapai 6
milyar.3 Jumlah tersebut telah mengakibatkan angka mortalitas akibat rokok sebesar
6 juta orang per tahunnya, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 8 juta
orang per tahunnya di tahun 2030.4 Jumlah perokok di Indonesia juga semakin
meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan 1 dari 3 orang dewasa adalah perokok.5
Menurut data WHO tahun 2008, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
perokok ke-3 terbanyak di dunia.3
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, rokok bukan hanya digemari kaum
pria saja, tetapi juga kaum wanita.6,7 Dahulu, wanita yang merokok mendapat stigma
dari masyarakat. Namun, sekarang stigma tersebut mulai bergeser. Menurut Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010, dari seluruh perokok, perokok
pria sebesar 67,7% dan perokok wanita sisanya, yaitu 32,9%.6 Dapat dikatakan, 3
dari 10 perokok berasal dari kaum wanita. Meskipun jumlahnya tidak sebesar jumlah
perokok pria, namun jumlah tersebut telah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
secara signifikan. 7,8
Dampak dari merokok pada kesehatan wanita tentunya berbeda dengan
9
pria. Sebagian wanita akan mengalami proses kehamilan dalam hidupnya. Pada saat
itulah, rokok menjadi agen yang berbahaya bila dikonsumsi. Penelitian penelitian
yang sudah dilakukan membuktikan ada hubungan antara konsumsi rokok pada
masa kehamilan dengan kondisi bayi pada saat lahir.10-12
Salah satu masalah yang ditimbulkan rokok
pengaruhnya terhadap berat badan bayi pada saat lahir. Diperkirakan berat bayi yang
1
lahir dari ibu perokok rata rata 200 gram lebih ringan daripada bayi ibu yang
bukan perokok.13 Angka kejadian bayi dengan berat lahir rendah di Indonesia juga
bervariasi tergantung provinsi, angka tersebut berkisar antara 5,2% hingga 27,3%.14
Hingga saat ini belum ada data yang dapat menyebutkan angka kejadian BBLR
akibat ibu merokok di Indonesia, namun beberapa penelitian yang telah berlangsung
di Indonesia cukup membuat faktor merokok menjadi faktor yang patut
diperhitungkan dalam peningkatan risiko BBLR.15,16
Bayi dengan berat lahir rendah menjadi salah satu faktor yang cukup
berpengaruh dalam kematian bayi.17 Sementara itu, angka kematian bayi menjadi
indikator kesejahteraan sebuah negara yang juga terkandung dalam Millenium
Development Goals.18 Angka kematian bayi di Indonesia adalah 35 per 1000
kelahiran hidup. Meskipun angka ini telah mengalami penurunan sejak 2008 dari 39
per 100.000 kelahiran hidup, namun angka ini masih tergolong tinggi.18
1.2
Rumusan masalah
1. Adakah hubungan antara merokok selama kehamilan dengan kejadian berat
bayi lahir rendah ?
2. Bagaimanakah mekanisme bayi berat lahir rendah akibat merokok selama
kehamilan ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh merokok pada masa kehamilan dengan
kejadian BBLR.
1.3.2
Tujuan khusus
1.
2.
1.4
Manfaat
1.4.1
1.4.2
Bagi masyarakat
Sebagai tambahan literatur untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan yang sekiranya dapat memengaruhi pola pikir dalam
menghadapi rokok sebagai ancaman global di dunia kesehatan yang ternyata
juga berpengaruh pada risiko kejadian bayi berat lahir rendah.
1.4.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rokok
2.1.1 Definisi
Pengertian rokok dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No.19 tahun
2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan adalah hasil olahan
tembakau terbungkus atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.1
Rokok (tobacco) adalah daun-daun kering yang diolah dari genus
Nicotiana, daun-daun kering ini mengandung berbagai alkaloid dengan yang
utama adalah nikotin, memiliki sifat sedatif narkotik sekaligus emetik dan
diuretik, serta merupakan depresan jantung dan anti-spasmodik.19
2.1.3 Perokok
2.1.3.1 Definisi
Perokok adalah orang yang merokok. Merokok adalah
kegiatan menghisap rokok.21
2.1.3.2 Tipe Perokok
Perokok dibagi menjadi dua tipe yaitu perokok aktif dan
perokok pasif.20,22 Perokok aktif yaitu orang yang merokok atas
keinginannya sendiri, sedangkan perokok pasif adalah orang yang
terkena dampak orang lain di sekitarnya yang merupakan perokok
aktif, dampak tersebut berasal dari paparan terhadap asap rokok. 20
Adapun tipe perokok aktif, yaitu 23 :
1. perokok ringan, merokok 1-10 batang per hari.
2. perokok sedang, merokok 11-20 batang per hari.
3. perokok berat, merokok lebih dari 24 batang per hari.
4
2.1.4
Kandungan rokok
Menurut data yang disebutkan WHO tahun 2006 terdapat lebih dari
4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok,
termasuk di antaranya adalah nikotin, tar, karbon monoksida yang
merupakan racun utama pada rokok dan berbagai jenis zat kimia lainnya.
2,23,24
Beberapa zat kimia yang terkandung dalam rokok dan asap rokok
adalah :
1. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak
memiliki bau yang
sempurna dari unsur zat arang atau karbon ketika merokok. Gas
CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 6%,
gas ini dapat dihirup oleh siapa saja, baik oleh orang yang
merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau
orang yang berada dalam satu ruangan. 25
2. Nikotin
Nikotin adalah alkaloid cair yang sangat beracun, tidak
berwarna, dan mudah larut. Zat ini diperoleh dari tembakau atau
diproduksi secara sintetis. Nikotin yang terkandung di dalam
asap rokok antara 0.5 - 3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di
dalam cairan darah atau plasma berkisar antara 40 50 ng/ml.
Pada paru, nikotin dapat menghambat aktifitas silia. Seperti
halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik
efek
adiktif
dan
psikoaktif.
Perokok
akan
merasakan
tekanan
darah.
Jantung
tidak
diberikan
timbulnya
hipertensi.
Efek
lain
merangsang
3. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua
atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat
lengket dan menempel pada paru-paru. Definisi tar sesuai kamus
Dorland adalah cairan kental, hitam, atau coklat gelap, yang
diperoleh dengan memanggang kayu berbagai spesies pinus,
atau sebagai produk samping pada distalasi destruktif batu bara
bituminosa. Kadar tar pada rokok berkisar 0,5 35 mg per
batang. Di Indonesia sendiri kadar tar pada berbagai jenis rokok
kretek sebesar 28,1 - 52,3 mg tar per batangnya. Tar merupakan
suatu zat yang bersifat toksik dan karsinogenik, sehingga dapat
memicu terjadinya kanker baik pada jalan nafas dan paru-paru.
Tar juga mengandung benzopyrene, yang menyebabkan noda di
gigi, kuku dan paru-paru.
Hal ini
dapat
menyebabkan
4. Akrolein
Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna
seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar
alkohol. Artinya, akrolein ini adalah alkohol yang cairannya
telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan. 25
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang
terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini berbau tajam dan
sangat merangsang indra penciuman. Begitu kerasnya racun
yang ada pada amoniak sehingga jika masuk sedikit pun ke
dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan
atau koma. 25
6. Asam format
Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna
yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh pada kulit.
Cairan ini sangat tajam dan bau yang menusuk. 25
6
7. Formaldehid
Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan
bau yang tajam. Gas ini umumnya digunakan sebagai pengawet
dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap berbagai
organisme. 25
8. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari
distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta
diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan
karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas
enzim. 25
9. Asetol
Asetol adalah hasil pemanasan aldehid, yaitu sejenis zat
yang tidak berwarna yang bebas bergerak serta mudah menguap
dengan alkohol. 25
10. Piridin
Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau
tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai
pelarut dan pembunuh hama.25
12. Metanol
Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah
menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap
metanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.25
2.2
Dampak Rokok
2.2.1
2.
3.
2.2.2
Dampak psikologis
Nikotin memiliki sifat adiktif dan psikoaktif. Mekanisme adiksi
yang terjadi dapat merusak Brain Reward System pada otak. Hal ini berawal
ketika nikotin masuk melalui konsumsi tembakau dan akan dengan cepat
diserap melalui mukosa rongga mulut ke pembuluh darah untuk diteruskan
di otak. Setelah sampai di otak, nikotin akan ditangkap oleh nicotinic
acetylcholine receptors cholinesterase (narch) di Ventral Tegmented Area
(VTA) dan akan merangsang pelepasan dopamin yang akan menimbulkan
sensasi menyenangkan, rasa lebih nyaman, dan sebagainya. Hal ini akan
berlangsung terus menerus dan mengalami kenaikan dosis akan nikotin
sehingga menjadi sebuah kondisi ketergantungan zat.13,22
2.2.3
Dampak lingkungan
Kegiatan merokok selalu menimbulkan dampak bagi lingkungan.
Hal ini dikarenakan asapnya yang mencemari lingkungan. Di Indonesia,
semakin sulit untuk menciptakan lingkungan yang bebas asap rokok,
sehingga ditetapkanlah peraturan pemerintah tentang kawasan bebas rokok.1
2.3
darah yang tinggi, akan terjadi hipoksia pada janin yang dapat menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan janin. 20,25
Selain itu, akibat berkurangnya kadar O2 yang diangkut Hb dalam darah,
tubuh melakukan kompensasi melalui vasokonstriksi. Bila kondisi ini berlangsung
terus menerus, maka pembuluh darah dapat mengalami proses aterosklerosis. Selain
akibat kompensasi tubuh terhadap kadar CO yang tinggi, aterosklerosis juga semakin
mudah dialami perokok akibat nikotin. Nikotin bekerja dengan merangsang
katekolamin pada medula adrenal yang akan dilepaskan dalam darah dan membuat
jantung berdetak lebih cepat. Selain itu, nikotin telah terbukti bersifat toksik
terhadap endotel pembuluh darah, sehingga semakin meningkatkan risiko
aterosklerosis.24.25
Selain gas CO dan nikotin, tar juga memiliki pengaruh. Tar diperkirakan
dapat menyebabkan berkurangnya asam folat sebesar 20%. Asam folat sendiri ialah
zat yang sangat baik dalam pembentukan jaringan. Dalam masa kehamilan asam
folat berpengaruh akan pertumbuhan bayi dalam kandungan.24.25
Pada intinya, merokok mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kandungan dalam rokok dapat menyebabkan
kelainan kongenital, penurunan berat badan janin, bahkan prematuritas.10,11,24,25
2.4
Berat (kg)
2500 gram
1500 gram
1000 gram
10
pertumbuhan
intrauterin
dengan
terlebih
dahulu
2.4.2
gangguan
pula
untuk
mendapatkan
17,30,31
nutrisi.
BAB III
METODOLOGI PENELITAN
Karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka. Penulis melakukan pencarian
data berupa jurnal - jurnal dari berbagai sumber. Sumber yang digunakan adalah
perpustakaan FK-UAJ dan melalui media internet. Jurnal-jurnal yang terkait diambil dari
pusat jurnal ilmiah seperti EBSCO, Springer Link, British Medical Journal, dan lain-lain.
Data mengenai epidemiologi diambil dari situs resmi WHO, Kementerian Kesehatan
(KEMENKES), Departemen Kesehatan (DEPKES) , Badan Pusat Statistik (BPS), dan lainlain
Data yang telah terkumpul kemudian diseleksi sehingga hanya mengambil artikel
atau jurnal yang sesuai dengan judul. Tidak semua jurnal dengan variabel yang sama dengan
judul dapat ditelaah, oleh sebab itu penulis menetapkan kriteria untuk pemilihan. Jurnaljurnal yang telah terpilih, yang tentunya membahas hal-hal yang berhubungan dengan
Pengaruh Rokok pada Kehamilan terhadap Peningkatan Risiko Bayi Berat Lahir Rendah
telah ditelaah dan ditarik kesimpulan dari keseluruhan jurnal.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam membahas tema karya tulis ini adalah:
1. Mencari data tentang rokok, kandungan rokok, pengaruh rokok pada kehamilan
serta bayi berat lahir rendah melalui buku teks dan internet.
2. Mencari jurnal yang berhubungan dengan judul karya tulis ini dan melakukan
telaah. Kriteria jurnal yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah dan bukan hanya di
Indonesia. Memakai penelitian minimal masing - masing satu dari satu
benua.
b. lebih diutamakan penelitian yang memakai jumlah sampel besar (di atas 100
orang).
c. publikasi artikel penelitian berlangsung kurang lebih 10 tahun terakhir.
( selama 2004 2014 ).
d. memakai metode penelitian semua jenis, baik penelitian deskriptif maupun
analitik, studi pustaka berupa review ataupun meta analisis.
12
13
Manjilala
35
16
Chiolero,A.;Bovet, P.;Paccaud, F
34
J.C. P; Hindmarsh, P. C.
33
15
Prospektif
2011
2011
Potong Lintang
Kohort
2005
2008
Kohort
Kohort
2007
Kasus Kontrol
2002
Meta Analisis
1
32
Tahun
Metodologi
Penulis
No
14
Sulawesi Selatan
muda
risiko BBLR
Kesimpulan
Judul
11
10
40
39
M.
38
S.
37
36
Eksperimental
Kohort
Kohort
Retrospektif
Kohort
Eksperimental
2012
2014
2013
2011
2011
15
Exposure.
Active and Passive Maternal Smoking
BAB IV
PEMBAHASAN
Rokok dikenal mengandung lebih dari 4000 macam zat yang dapat merusak tubuh.2
Kandungan dalam asap rokok juga memiliki pengaruh dalam masa kehamilan.19 Melalui
berbagai penelitian terbukti bahwa paparan asap rokok pada masa kehamilan memiliki
pengaruh terhadap risiko kejadian bayi berat lahir rendah. Tentunya kejadian bayi dengan
berat lahir rendah tidak hanya disebabkan oleh paparan asap rokok, ada berbagai faktor yang
juga memengaruhi.11,14,18,22
Vischerr dkk membuat sebuah penelitian pada Washington, D.C. Metropolitan Area
Drug Study (DC*MADS) dengan menggunakan 766 wanita menjadi sampelnya. Penelitian
ini memakai desain penelitian analitik. Fokus dari penelitian ini menguji hipotesisnya yang
menyatakan merokok pada kehamilan merupakan faktor mayor yang berpengaruh dalam
berat lahir bayi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rokok merupakan zat yang
berpengaruh terhadap berat lahir bayi jika dikonsumsi pada masa kehamilan. Bila
dibandingkan dengan ibu non-perokok, ibu yang merokok pada kehamilan, rata-rata
mengurangi 130 gram dari berat lahir bayinya, sedangkan pada ibu pengguna heroin
mengurangi 450 gram dari berat lahir bayinya. Dari hasil penelitian ini, memang didapatkan
pengaruh heroin yang lebih besar, tetapi rokok tetap menjadi faktor mayor karena jumlah
penggunanya yang 22 kali lipat lebih banyak daripada pengguna heroin dalam studi ini.32
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003 namun penulis tetap memasukkannya dalam
pembahasan, walaupum tidak termasuk kriteria inklusi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian
ini serupa dengan penelitian penelitian berikutnya yang dilakukan Chiolero dan Kayemba
Kays yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Kayemba-Kays dkk melakukan sebuah studi kohort yang menganalisa kadar leptin
pada plasenta bayi baru lahir, serta melakukan pengukuran antopometri pada bayi untuk
mengetahui pengaruh rokok pada kehamilan. Penelitian ini menggunakan sampel 1250 bayi
yang lahir dari 5 kelompok ibu. Kelompok sampel yang dipakai adalah (1) ibu yang tidak
pernah merokok, (2) ibu yang pernah merokok namun berhenti saat kehamilan, (3) ibu yang
merokok <10 batang rokok per hari, (4) ibu yang merokok 10-20 batang rokok per hari, (5)
ibu yang merokok >20 batang rokok per hari. Hasilnya kelompok ibu (2),(3),(4), dan (5)
rata-rata bayinya lebih ringan 190 gram dibanding kelompok ibu yang tidak pernah merokok.
Selain itu, kadar serum leptin pada plasenta kelompok ibu (1) lebih tinggi dibanding
kelompok (2), (3) ,(4) yang notabene pernah ataupun sedang merokok.33 Seperti yang telah
kita ketahui, leptin merupakan zat yang dapat mempengaruhi massa lemak dalam tubuh.
16
Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan paparan rokok mengurangi kadar leptin dalam
plasenta yang menyebabkan massa lemak dalam tubuh bayi berkurang 20
Sebuah studi yang dilakukan Chiolero dkk. mengamati kelahiran di sebuah Rumah
Sakit di Swiss dalam setahun, dari 6284 kelahiran, 303 bayi lahir dengan berat lahir rendah,
731 bayi lahir kecil untuk masa kehamilan. Penelitian ini menganalisa ibu dengan membagi
kelompok ibu menjadi 5 kelompok, seperti studi yang dilakukan Kayemba Kays. Pada ibu
dengan konsumsi rokok >20 batang rokok per hari kejadian bayi lahir rendah sebesar 20,3%.
Hal ini memberikan kesimpulan semakin tinggi konsumsi rokok pada ibu hamil, semakin
tinggi pula risiko kejadian bayi berat lahir rendah.34
Penelitian
observasional
yang
dilakukan
Irnawati
di
kota
Banda
Aceh
mengungkapkan bahwa ada pengaruh asap rokok terhadap berat bayi lahir yang rendah pada
ibu hamil yang hanya seorang perokok pasif. Dengan memakai desain studi kasus kontrol,
penelitian ini memakai kelompok subyek ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah, dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal sebagai
kelompok kontrolnya. Masing masing kelompok menggunakan sampel sebesar 105. Hasil
dari penelitian ini menggambarkan ibu hamil yang terpapar asap rokok 1 10 batang per hari
berisiko 2,4 kali lebih besar melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Sedangkan, ibu
hamil yang terpapar asap rokok lebih dari 11 batang per hari berisiko 3,1 kali lebih besar
daripada ibu hamil yang tidak terpapar. 15
Penelitan di Sulawesi Selatan semakin mendukung teori pengaruh buruk rokok
terhadap berat lahir bayi. Dengan desain studi potong lintang, Sirajuddin dkk melibatkan
155.282 bayi yang lahir pada tahun 2007. Hasil dari penelitian ini menyatakan angka berat
bayi lahir rendah yang diakibatkan paparan asap rokok pada ibu hamil sebesar 5,6%.
Menurut hasil penelitian ini, jumlah rokok yang signifikan meningkatkan risiko berat bayi
lahir rendah adalah > 30 batang per hari. 34
Sirajuddin dkk di Sulawesi Selatan, juga melakukan analisis terhadap ibu hamil yang
merokok pada dua kelompok usia kehamilan serta membandingkan hasilnya. Data kuesioner
didapat dari hasil wawancara, lalu diolah dengan menggunakan analisis linear regresi.
Hasilnya, pada kehamilan kurang dari 37 minggu, ditemukan risiko 1,1 kali lebih tinggi
untuk mengalami kejadian BBLR pada ibu perokok dibanding ibu non perokok. Pada
kehamilan kurang dari 33 minggu resiko ini meningkat 1,5 kali lebih tinggi pada ibu perokok
untuk mengalami kejadian BBLR.
meningkatkan risiko BBLR. Bila melihat hasil penelitian ini, pengaruh rokok semakin
signifikan pada usia kehamilan yang lebih muda, hal ini dapat merujuk pada mekanisme
pengaruh rokok dalam masa kehamilan35
17
18
bukan perokok sebesar 169,6 gram. Hasil ini didapat dengan mengambil nila rata-rata
perbedaaan berat lahir bayi dari ibu perokok dengan berat lahir bayi ibu non-perokok.39
National Taiwan University melakukan sebuah studi kohort dengan menganalisa
21.248 kelahiran di Taiwan selama bulan Juni 2005 hingga Juli 2006. Pengambilan data
dilakukan dengan cara wawancara pada ibu 6 bulan setelah melahirkan. Setelah
mendapatkan data, ibu yang merokok selama kehamilan diklasifikasikan menjadi empat
kelompok berdasarkan awitan merokoknya. Empat kelompok tersebut adalah (1) ibu yang
merokok sejak sebelum hamil, (2) ibu yang merokok sejak trimester pertama, (3) ibu yang
merokok sejak trimester kedua, (4) ibu yang merokok sejak trimester akhir. Dengan
menganalisa masing-masing kelompok, hasil yang didapat menunjukkan perilaku merokok
pada masa kehamilan terbukti menurunkan berat lahir, juga meningkatkan risiko small for
gestational age (SGA), dan risiko kelahiran prematur. Hasil tersebut didapatkan terutama
pada ibu yang merokok > 20 batang rokok / hari.40 Penelitian ini mendukung penelitian
Chiolero dkk yang juga menyebutkan jumlah konsumsi rokok/hari yang signifikan
mengakibatkan penurunan berat lahir bayi. 34
Baileys dkk membuat sebuah penelitian eksperimental pada 265 ibu hamil.
Penelitian dilakukan pada sebuah pusat prenatal care di Northeast Tennessee. Ibu hamil
yang diperiksa diwawancara mendalam, juga melewati pemeriksaan biokimia untuk
memastikan data hasil wawancara. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar
CO udara ekspirasi, pemeriksaan zat yang terkandung dalam darah, dan pemeriksaan urin.
Setelah melewati serangkaian pemeriksaan tersebut, pada akhirnya sampel yang diambil
adalah ibu yang melahirkan bayi dengan pemeriksaan mekonium analisis pada feses pertama
setelah lahir. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu (1) ibu yang tidak merokok dan tidak
menggunakan narkoba, (2) ibu yang merokok dan tidak menggunakan narkoba, (3) ibu yang
merokok dan menggunakan narkoba, serta (4) ibu yang tidak merokok tetapi menggunakan
narkoba.
Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang merokok selama masa kehamilan
memiliki bayi dengan berat lahir 163 gram lebih rendah dibanding dengan bayi dari ibu yang
tidak merokok. Dalam penelitian ini ditemukan juga pengaruh rokok dua kali lebih besar
menurunkan berat lahir bayi dibanding substansi lain seperti marijuana. Penurunan berat
lahir bayi pada ibu yang merokok dalam masa kehamilan meningkatkan risiko angka
kejadian berat lahir bayi rendah. 40
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil telaah berbagai jurnal, rokok terbukti memiliki pengaruh pada
masa kehamilan terhadap risiko penurunan berat lahir bayi. Mekanisme yang terjadi
juga berbagai macam, dari hasil studi pustaka ini, penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal.
Konsumsi rokok masa kehamilan memiliki pengaruh terhadap berat lahir
bayi. Pengaruh yang ditimbulkan yaitu
5.2
Saran
Pengaruh rokok dalam masa kehamilan sudah terbukti ada, berbagai jurnal
selama sepuluh tahun terakhir telah memberikan informasi akan detail pengaruhnya,
akan tetapi mekanisme yang terjadi di dalamnya perlu lebih banyak diteliti. Dari
studi pustaka ini, penulis berharap ada penelitian penelitian lebih lanjut yang
meneliti khususnya efek zat lainnya selain karbon monoksida dan nikotin terhadap
kehamilan. Selain itu, efek rokok terhadap metabolisme leptin juga perlu dilakukan
telaah lebih lanjut.
20