Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UUniversitas Islam Bandung, 2015

RANGKUMAN
IMPLIKASI ILMU JARH DAN TADIL DALAM MENENTUKAN DERAJAT HADITS
Oleh
Nama : Muhamad Anugrah
NIM : 20010015002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015
.............................................................................................................................
.................................................................................................................................................
IMPLIKASI ILMU JARH DAN TADIL DALAM MENENTUKAN DERAJAT HADITS

1. Pengertian Hadits
1.1. Pengertian Hadits Dan Sunah Secara Lughawi

Kata hadits senada dengan kata tahdits, yang berarti ikhbar atau memberi tahu,
mencakup segala pekerjaan, ucapan dan pengakuan nabi
nabi.

Hadits berarti baru, lawan qadim (lama) yang merujuk al


al-Quran.
Quran. Jamak dari hadits yang
berarti baru adalah h
hidats, hudatsan atau huduts.

Ikhbar bersifat lebih umum mencakup perbuatan, ucapan, pengakuan nabi, sahabat,
tabiin dan lainnya.

Sunah berarti jalan yang baik atau juga yang tidak baik, sunah berarti jalan yang
ditempuh oleh Rasulullah yang berhubungan den
dengan nilai-nilai
nilai keagamaan. Sunah secara
khusus berbentuk perilaku Rasulullah.

Kata yang semakna dengan hadits adalah, sunah, khabar, dan atsar.

1.2. Pengertian Hadits Dan Sunah Menurut Istilah

Menurut ahli ushul sunah artinya setiap yang datang dari Nabi yang bukan
b
al-Quran,
baik berupa ucapan, perbuatan ataupun ketetapannnya dari setiap apa-apa
apa
yang
dinyatakan sebagai hukum syara.

Menurut pandangan fukaha sunah artinya sunah ialah segala sesuatu yang dilakukan
oleh Nabi yang tidak termasuk fardhu atau wajib.

Menurut
nurut pandangan ahli hadits sunah artinya setiap yang disandarkan kepada rasul,
baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat fisik, ataupun sirahnya, baik yang
datangnya sebelum beliau diangkat menjadi rasul, ataupun setelah diangkatnya
menjadi rasul.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Sunah terdiri atas qauliyah (ucapan), filiyah (perbuatan), taqririyah (ketetapan),


hammiyah (cita-cita) dan tarkiyah (yang ditinggalkan)

2. Derajat Hadits
2.1. Hadits Ditinjau Dari Kuantitas Rawi

Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang tidak
terbatas jumlahnya, mulai dari awal sanad sampai akhir sanad. Terbagi menjadi tiga,
yaitu mutawatir lafdzi (lafalnya sama), mutawatir manawi (makna yang identik) dan
mutawatir amali (secara mamul diamalkan oleh mayoritas umat islam, ex. Waktu
shalat)

Hadits ahad adalah yang tidak mencapai mutawatir, terbagi menjadi tiga yaitu hadits
masyur (bersanad dua atau lebih tapi belum mutawatir), hadits aziz (bersanad dua)
dan gharib (bersanad satu). Masyur ada dua, yaitu mutlak (masyur di berbagai
kalangan) dan muqayyad (masyur di kalangan tertentu).

2.2. Hadits Ditinjau Dari Kualitas Rawi

Hadits shahih adalah hadits yang bersambung sanad, dinukil oleh orang yang Dhabi,
adil, tidak ada syadz dan ilat.

Hadits hasan adalah hadits yang hafalan rawinya tidak sempurna. Terbagi dua yaitu
hasan li dzatihi (ada rawi tidak Dhabit) dan hasan la li ghairihi (ada rawi yang tidak jelas
identitasnya)

Hadits dhaif adalah hadits yang tidak mempunyai persyaratan untuk shahih dan hasan,
secara sanad maupun matan. Terbagi dua yaitu dhaif lidzatihi (gugurnya rawi);
thanum fi al-rawi (rawi tercela) dan dhaif la li dzatihi (matan bertentangan dengan alQuran)

Hadits dhaif li dzatihi terbagi menjadi lima, yaitu :


o

Hadits muallaq, yaitu hadits yang rawinya gugur pada permulaan sanad, seorang
atau beberapa orang.

Hadits mursal, yaitu hadits yang dimarfu-kan oleh tabiin besar atau tabiin kecil.

Hadits mudhal, yaitu hadits yang gugur rawinya secara berurutan.

Hadits munqathi, yaitu hadits yang rawinya gugur dengan tidak beriringan, baik
dua orang atau lebih.

Hadits mundallas, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang memalsukan
riwayat dengan cara menutup-nutupi kecacatan gurunya atau rawi yang
sebelumnya yang tidak baik.

Hadits thanum fi al-rawi terbagi dua belas, yaitu :

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
o

Hadits maudhu, yaitu hadits palsu.

Hadits matruk, yaitu hadits dhaif karena rawinya tertuduh dusta.

Hadits mungkar, yaitu hadits dhaif karena rawinya banyak kekeliruan, lengah
dalam hafalan dan melakukan kecurangan dalam perbuatan dan perkataan.

Hadits mudraj, yaitu hadits dhaif karena adanya penambahan pada susunan
sanad atau matan sehingga susunannya berubah.

Hadits maqlub, yaitu hadits dhaif karena adanya pemutarbalikan sanad atau
matan.

Hadits mudhtharib, yaitu hadits dhaif karena hadits tersebut bertentangan satu
sama lain, dalam maknanya.

Hadits Musharraf, yaitu hadits dhaif karena perubahan titik dan baris (tanda
baca)

Hadits mushahhaf, yaitu hadits dhaif karena perubahan huruf pada nama rawi,
tapi rupa tulisannya tetap.

Hadits mubham, mastur dan majhul, yaitu hadits dhaif karena rawi tidak
menyebutkan nama orang yang meriwayatkan hadits kepadanya.

Hadits syadzdz, yaitu hadits dhaif karena diriwayatkan oleh orang yanghaditsnya
bisa diterima tapi menyalahi orang yang lebih tsiqat daripadanya.

Hadits mukhtalith, yaitu hadits yang kelemahannya disebabkan karena


ketuaannya atau karena kitabnya terbakar, hilang atau terjadi musibah padanya
sehingga timbul ikhtilath pada hadits yang diriwayatkannya.

Hadits al-mubtadi, yaitu hadits dhaif yang diriwayatkan oleh orang bidah yang
dengan bidahnya itu membawa kepada kefasikan dan kekufuran.

Hadits dhaif la li dzatihi adalah hadits yang secara sanad amat sahih, tetapi matannya
dinilai bertentangan dengan al-Quran. Menurut sebagian ulama hadits tersebut
bertentangan dengan al-Quran, akal sehat, ilmu pengetahuan, kenyataan sejarah,
astronomi, ilmu kedokteran, antropologi, sosiologi, biologi dan lainnya.

3. Usaha Muhaditsin Dalam Mengkodifikasikan Hadits

Penyusunan hadits terbagi menjadi tiga, yaitu :


o

Al-Musnad, yaitu penyusunan hadits berdasarkan sahabat yang pertama


menerimanya. Contohnya adalah Musa Ibn Abdillah al-Abasi, Musa Ibn
Mursahad, Asad Ibnu Musa, Al-Darimi, dsb.

Al-Mushannaf, yaitu penyusunan hadits berdasarkan bab-bab tertentu, ex. Bab


fiqh, dsb.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
o

Al-Shahihah dan al-sunan, yaitu penyusunan hadits berdasarkan bab fiqh, tetapi
hanya memuat hadits-hadits shahih. Contohnya adalah shahih al-Bukhari, Shahih
Muslim, Shahih Ibn Huzamah, Sunan Abu Dawud, dsb.

Cara ahli hadits dalam usaha hadits sebagai berikut, yaitu :


o

Adanya pengkodifikasian hadits

Adanya kitab-kitab yang khusus menghimpun riwayat-riwayat palsu dan para


pelakunya.

Ilmu mushthalahul hadits

Ilmu jarh wa al-Tadil

Adanya himpunan hadits masyhur dari yang tersebar luas.

Adanya ilmu ulumul hadits, yaitu yang menghimpun berbagai macam cabang ilmu
yang berhubungan dengan hadits. Ex. Lemah kuat sanad, sanad-sanad hadits,
riwayat-riwayat mauquf, dsb.

4. Thabaqat Al-Ruwat

Thabaqat al-Ruwat artinya ahli hadits dan atau al-mukharrijun dalam menerima hadits
dan mencatatnya tidak langsung dari Rasulullah saw, tetapi mereka melalui rawi-rawi
hadits yang terdiri atas beberapa thabaqat atau generasi pada masa-masa tertentu.

Pembagian thabaqat (generasi) secara ringkas, yaitu :


o

Sahabat besar

Tabiit tabiin kecil

Sahabat kecil

Generasi atba-atba tabiin

Tabiin besar

Tabiin kecil

Tabiit tabiin besar

besar
o

Generasi atba-atba tabiin


kecil

5. Martabat Kitab-Kitab Hadits


5.1. Shahih Al-Bukhari, disusun oleh Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail al-Bukhari (194 256
H). Beliau hafal sampai 100.000 hadits namun yang dicatat hanya sekitar 9092 hadits.
Dengan dibuang hadits yang diulang kitab ini menghimpun 2067 hadits saja. Alasan ulama
meninggikan kitab hadits Bukhari karena persyaratan yang dilakukan oleh al-Bukhari lebih
cermat dan teliti. Kitab syarh dari shahih al-Bukhari antara lain Al-Qamus Sunan (Al-Khatibi),
Al-Kawakib al-Durar (Yusuf Al-Kirmani), Irsyad al-Sari (Al-Qasthalani)
5.2. Shahih Muslim, disusun oleh Imam Abul Husein Muslim Bin Hajjaj Al-Qusairi Al-Naisaburi
(204 260 H). Beliau hafal sebanyak 300.000 hadits dan mengambil 3030 hadits tanpa
diulang-ulang. Shahih al-Bukhari dan al-Muslim , dalam pandangan ulama dianggap kitab
yang paling shahih sesudah al-Quran.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
5.3. Sunan Abu Dawud, disusun oleh Abu Dawud Al-Sijistani (202 275 H). Abu Dawud
menghafal sebanyak 500.000 Hadits, tetapi hanya memilih 4800 hadits dalam karyanya, jika
dihitung dengan hadits yang disebut beberapa kali (tikrar) dalam kitab sunan ini terdapat
5274 hadits. Menurut Abu Dawud, dalam kitabnya terdapat hadits shahih, yang serupa
shahih (hasan) dan ada pula yang lebih rendah darinya.
5.4. Sunan At-Turmudzi, disusun oleh Muhammad Bin Isa Bin Surah Al-Turmudzi (209 279 H).
Menurut para ahli, dalam kitab ini bukan hanya sekedar hadits shahih, namun juga ada
hadits yang dinilai hasan dan dhaif disebabkan malul dan munkar, al-Turmudzi sendiri
adakalanya menerangkan kelemahan hadits yang diriwayatkannya.
5.5. Sunan Al-Nasai, disusun oleh Abu Abdurrahman Ahmad Bin Syuaib Bin Ali Al-Nasai (2015
303 H). Beliau awalnya menyusun kitabnya yang dinamakan al-Sunan al-Kubra, kemudian
beliau meringkasnya dan mengambil yang sekiranya dinilai shahih yang kemudian
dinamakan al-Sunan al-Sughra (Sunan Al-Nasai). Kitab ini memuat 5761 hadits, yang
menurut para peneliti sedikit sekali hadits dhaif dan rijal yang tercela. Syarah kitab ini
antara lain karangan Imam Al-Suyuthi yaitu Syarh Al-Sanadi Ala Sunan Al-Nasai.
5.6. Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Muhammad Bin Yazin Al-Qazwaini (Ibnu Majah, 209 279
H). Sunan ini menghimpun 4341 hadits yang diantaranya 302 hadits terdapat dalam kitab
Sunan Al-Nasai. Adapun sebanyak 1339 hadits menjadi tambahan atas hadits yang
tercantum dalam al-kutubul al-Khamsah sebelumnya. Dari keseluruhan hadits itu, dinilai
ulama ada yang shahih, hasan dan dhaif.

Referensi
Abdurrahman, M, Metode Kritik Hadits, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2013)

Anda mungkin juga menyukai