Anda di halaman 1dari 19

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

KHULAFAUR RASYIDI
(Masa Kejayaan Islam Setelah Wafatnya abi Muhammad Saw)
Muhamad Anugrah1
I.

PE DAHULUA
A.

Latar Belakang Masalah

Khulafaur rasyidin adalah para khalifah yang dipercaya sebagai pemimpin terbaik
setelah masa nabi muhammmad saw, pada masa inilah agama islam ditegakan dengan sebaikbaiknya sesuai dengan al-quran dan as-sunah. Walaupun seperti itu, para khalifah tetaplah
seorang manusia biasa yang tidak bisa menandingi kepemimpinan rasul, maka terjadilah
berbagai masalah pada masa ini yang menderu umat islam, berupa tantangan dari dalam dan
dari luar umat islam itu sendiri.
Pada masa ini terjadi berbagai peristiwa yang senantiasa memecah belah kesatuan umat
islam, dengan berbagai polemik yang masih menjadi perdebatan pada masa sekarang.
Semisal munculnya sunni dan syiah atas dasar perbedaan keyakinan akan khalifah yang
terjadi setelah masa nabi muhammad saw, munculnya khawarij, murjiah dsb. Di lain pihak
semangat dakwahpun sedang kuat-kuatnya, masa inilah masa dasar penyebaran islam ke
seluruh dunia, terutama pada masa umar bin khattab dimana islam mampu menghancurkan
kekuatan terbesar saat itu, yaitu kerajaan persia dan merebut sebagai besar kekuatan romawi.
B.

Rumusan Permasalahan

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq dan peristiwa yang terjadi
pada masanya ?

Bagaimana kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab dan peristiwa yang terjadi
pada masanya ?

Bagaimana kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan dan peristiwa yang terjadi
pada masanya ?

Bagaimana kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan peristiwa yang terjadi
pada masanya ?

 


 
       
 
  ! "#$ 




Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

C.

Tujuan Pembahasan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Aash-Shidiq dan peristiwa yang terjadi pada
masanya.

II.

Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab dan peristiwa yang terjadi pada masanya.

Kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan dan peristiwa yang terjadi pada masanya.

Kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan peristiwa yang terjadi pada masanya.
KHULAFAUR RASYIDI
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah

empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam
sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat2. Empat orang yang
dimaksud adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin
Abi Thalib.
Setelah kematian Nabi Muhammad saw ada beberapa hal yang terjadi di kalangan umat
islam saat itu, terjadi keresahan yang sangat besar untuk menentukan siapakah tokoh
pengganti yang paling cakap dan tepat untuk menggantikan Nabi Muhammad saw. Umat
islam saat itu secara umum terdiri dari dua golongan, yaitu kaum muhajirin yang berasal dari
Mekkah dan kaum Anshor yang berasal dari Madinah, ditambah setiap golongan memiliki
rasa kesukuan yang sangat kuat dan terdiri dari kabilah-kabilah yang saling bersaing.
Dalam pemahaman Syiah, mereka berpendapat bahwa Rasul setelah kepulangan dari
haji wada singgah disebuah sungai yang bernama Ghadir Khum. Di tempat ini Nabi secara
lisan telah bersabda bahwa Ali yang merupakan menantunya adalah khalifah setelah
kematiannnya, peristiwa ini terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah 10 H/15 Maret 632 M. Ada
beberapa hal yang kurang difahami oleh para ahli sejarah mengenai kebenaran peristiwa ini,
dikarenakan Ali bin Abi thalib termasuk salah satu sahabat yang ikut membaiat Abu Bakar
Ash-Shidiq, kalaulah Ali yang memang ditunjuk oleh Rasulullah seharusnya Ali menolak
pembaiatan tersebut.
Ketika Nabi wafat, Mughirah Ibnu Syaibah memberitahukan hal tersebut kepada Umar
bin Khattab. Tetapi Umar tetap pada pemikirannya bahwa Nabi tidak meninggal sampai
datanglah Abu Bakar yang menenangkannya. Mengenai kemarahan Umar ini para ahli silang
pendapat, yaitu
 
%  




Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

Umar Bin Khattab marah karena kecintaannya yang terlalu besar kepada nabi saw

Terjadi pertentangan diantara kaum muhajirin dan anshar mengenai kepemimpinan


setelah nabi saw. Dan umar melihat bahwa abu bakar yang paling pantas untuk
menjadi khalifah, karena beliaulah yang diminta nabi saw menggantikannya menjadi
imam masjid.
A.

Abu Bakar Ash-Shidiq


1.

Perang Riddah (perang melawan kemurtadan)

Setelah kematian nabi Muhammad, banyak suku yang sebelumnya telah memeluk
Islam di daerah nejed dan hijaz menolak kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shidiq, meraka
merasa bahwa keislaman mereka terikat kepada Nabi Muhammad dan setelah kematian Nabi
maka mereka tidak memiliki lagi ikatan dengan pemerintahan Abu Bakar. Secara umum
mereka terbagi menjadi dua, yaitu :

Orang yang menolak islam secara tegas dan kembali menyembah berhala

Orang yang masih menyatakan islam, tetapi menolak sebagian ajarannya, terutama
yang berkaitan dengan zakat
Abu Bakar dengan tegas memerangi kabilah-kabilah tersebut, yang paling terkenal

diantara mereka adalah Musailamah Al-Kadzdzab yang menyatakan dirinya sendiri sebagai
Nabi pengganti setelah kematian Rasulullah saw dari kabilah Yamamah. Musailamah
berdusta dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad sebelum kematiannnya telah
mengangkat dirinya sebagai nabi, maka disusunlah kebohongan-kebohongan tersebut dengan
cara membuat ayat-ayat palsu. Abu Bakar Ash-Shidiq kemudian menugaskan panglima
Khalid Bin Walid untuk menumpas pemberontakan tersebut, pada peperangan Yamamah ini
Musailamah berhasil di bunuh oleh Wahsyi yaitu mantan budak dari Hindun, anak dari Abu
Jahal. Tetapi yang paling menyakitkan dari peperangan ini adalah banyakanya umat islam
yang menjadi korban.
Setelah peperangan riddah maka Abu Bakar memiliki kesempatan untuk memulai
ekspedisi ke utara, dengan pertimbangan bahwa banyaknya suku-suku di utara yang membela
dua kekuatan besar dunia saat itu, yaitu Romawi dan Persia. Secara politik hal ini sangat
berbahaya bagi umat islam yang masih kecil dan berkembang.
2.

Ekspedisi ke utara

Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar
memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid.

&


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga
meraih sukses.
Perang melawan gerakan murtad telah usai. Gerakan murtad juga telah habis. Jazirah
Arab telah bersih dari noda dan hanya berisi agama lurus. Abu Bakar mulai mempersiapkan
sejumlah penaklukan, dimulai dari Irak. Ia menyiapkan dua pasukan.
Pasukan pertama di bawah pimpinan Khalid ibn al-Walid. Saat itu, mereka tengah
berada di Yamamah. Melalui sepucuk surat, Abu Bakar memerintahkan mereka untuk
memerangi Irak dari arah selatan, dimulai dari daerah Ubullah.
Pasukan kedua di bawah pimpinan Iyadh ibn Ghunum. Saat itu mereka berada di desa
Nibaj, pertengahan jalan antara Makkah dan Bashrah. Abu Bakar memerintahkan Iyadh
untuk menyerbu Irak dari arah timur laut, dari Mushayyakh. Bergeraklah hingga tiba di
Mushayyakh dan mulailah menyerang dari sana. Lalu, masuklah ke Irak hingga bertemu
pasukan Khalid. Izinkan setiap pasukanmu yang berniat pulang. Jangan memaksa orang yang
tidak ingin berperang, kata Abu Bakar dalam surat kepada Iyadh.
Melalui surat Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid dan Iyadh ibn Ghunum
untuk bergerak bersama ke Hirah. Siapa pun di antara keduanya yang tiba lebih dahulu di
Hirah maka ia menjadi pemimpin bagi yang lain. Jika kalian sudah bertemu di Hirah,
melucuti senjata-senjata Persia, dan membuat kaum muslim aman dari serangan, maka salah
satu dari kalian berdua menjadi pemimpin bagi lainnya dan bagi umat Islam di Hirah,
sedangkan yang lain terus berjuang menumpas musuh Allah dan musuh kalian (penduduk
Persia) di kampung-kampung dan kota-kota penting mereka, tulis Abu Bakar.
Abu Bakar memerintahkan Khalid dan Iyadh agar bersikap lembut terhadap penduduk
taklukan dan mengajak mereka kepada Islam. Jika menolak Islam maka mereka harus
membayar jizyah, dan jika menolak maka mereka diperangi. Abu Bakar juga berpesan
kepada keduanya untuk tidak meminta bantuan kepada orang murtad.
Abu Bakar memerintahkan Mutsanna ibn Haritsahn agar menggabungkan diri ke
pasukan Khalid ibn al-Walid. Melalui sepucuk surat Abu Bakar menulis, Aku mengutus
Khalid ibn al-Walid menuju Irak untuk menemuimu.Sambutlah ia dengan semua pasukan,
lalu bantulah dirinya. Jangan membangkang perintahnya atau berdebat dengannya. Ia
termasuk orang yang digambarkan Allah dalam ayat, Muhammad adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (Al-Fath [48]:
29). Selama dirinya masih berdiri bersamamu, ia menjadi pemimpinmu. Tapi, bila dirinya
pergi meninggalkanmu, engkau tahu apa yang harus engkau lakukan.

'


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

Pengiriman pasukan Khalid ibn al-Walid ke Irak terjadi pada Rajab 11 H. Ada pula
yang mengatakan pada Muharram 12 H. Khalid membawa 18 ribu pasukan dan melakukan
sebelas kali peperangan. Dia berhasil memenangi semuanya.
3.

Dimulainya Misi Penaklukan Syam

Pada Rajab pada tahun yang sama Abu Bakar mengirim empat batalyon berbeda untuk
misi penaklukan Syam, daerah jajahan Byzantium.

Pasukan Yazid ibn Abi Sufyan menuju Damaskus.

Pasukan Syurahbil ibn Hasanah menuju Urdun.

Pasukan Abu Ubaydah al-Jarrah menuju Humush.

Pasukan Amr ibn al-Ash menuju Palestina.


Tapi, keempat batalyon ini menemui banyak kesulitan kala menghadapi pasukan

Byzantium. Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid menarik diri dari Irak dan
bergerak menuju Syam. Demi Allah, dengan Khalid, akan aku buat pasukan Byzantium
melupakan bisikan-bisikan setan, kata Abu Bakar. Ini terjadi pada Safar, 13 H.
Amr ibn al-Ash bertugas sebagai amil (pengumpul) zakat kaum Qudhaah. Suatu hari,
Abu Bakar mengiriminya surat dan memintanya pergi berperang untuk membebaskan negeri
Syam: Aku ingin menarikmu dari tugas yang pernah diberikan Rasulullah kepadamu. Aku
ingin menugaskanmu untuk urusan lain. Aku yakin bahwa Abu Abdilah menginginkan
sesuatu yang lebih baik bagi kehidupanmu di dunia dan kehidupanmu di akhirat, kecuali bila
yang diinginkannya bukan seperti yang engkau inginkan. Amribn al-Ash membalas surat
Abu Bakar, Aku salah satu dari sekian anak panah Islam. Setelah Allah, engkaulah yang
berhak melepaskan atau mengumpulkannya. Lihatlah, mana di antara anak-anak panah itu
yang paling keras, paling kuat dan paling baik, lalu lepaskanlah aku dengannya.
Demikianlah. Hari-hari Abu Bakar terus-menerus dipergunakan untuk menolong
agama. Seandainya Allah tidak menjadikan Abu Bakar pemimpin umat, mereka pasti akan
binasa.
4.

Mengumpulkan al-Quran

Peperangan riddah dalam upaya meredam pemberontakan pada masa Abu Bakar telah
membuat para penghafal al-Quran saat itu banyak yang tewas, sebagai mana diketahui bahwa
masyarakat arab adalah masyarakat yang lebih menghargai hafalan dibandingkan tulisan. Hal
ini membuat Umar Bin Khattab risau takut apabila al-Quran hilang sebagiannya. Maka
Umar-pun meminta Abu Bakar untuk mengumpulkannya, awalnya Abu Bakar menolak

#


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

karena nabi sendiri tidak secara tegas meminta sahabat untuk mengumpulkannya, tetapi
karena dorongan yang kuat dari Umar maka abu bakar-pun menyetujui hal tersebut.
Pengumpulan al-Quran dipimpin oleh Zaid Bin Tsabit, tim Zaid mengumpulkan alQuran yang berserakan dalam berbagai bentuk media tulis, seperti dari batu, kayu, kulit
hewan dan sebagainya kemudian media tersebut di sandingkan dengan hafalannnya dan
hafalan sahabat yang lain kemudian di tuliskan pada kulit hewan. Hasil dari pengumpulan
tersebut kemudian di serahkan ke pada Abu-Bakar.
Pada tahun 634 M, Abu Bakar Ash-Shidiq meninggal dunia, pemerintahan diserahkan
oleh Abu Bakar kepada Umar sebelum beliau meninggal dengan pertimbangan agar tidak
terjadi perselisihan diantara umat islam sepeninggal beliau. Al-Quran hasil pengumpulan
kemudian di serahkan kepada Umar Bin Khattab selanjutnya dipegang oleh Hafsah Binti
Umar, yang juga salah seorang istri nabi.
B.

Umar Bin Khattab


1.

Perang Qadissiyah

Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan
Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai
Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal,
Rustam Farrukhzad.3
Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan pasukan muslim dalam jumlah besar ke Iraq (pada
saat itu masih bagian dari Persia) di bawah pimpinan sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash.
Mendengar pergerakan pasukan Islam ini , Kaisar Persia yang terakhir dan masih muda,
Yazdgird III (632 M. - 651 M.) memerintahkan kepada panglima perangnya Rustam Farrokhzad
untuk menghadangnya. Akhirnya kedua pasukan ini bertemu di sebelah barat sungai Eufrat di desa
yang bernama Al-Qadisiyyah (barat daya Hillah dan Kufah).
Pasukan muslim mengirim delegasi ke kamp pasukan Persia dengan mengajak mereka
memeluk Islam atau tetap dalam keyakinan mereka tetapi dengan membayar pajak atau jizyah.
Setelah tidak dicapai kesepakatan di atas, pecahlah pertempuran. Sa'ad sendiri tidak bisa memimpin
langsung pasukannya dikarenakan sakit bisul yang parah. Tetapi dia tetap memonitor jalannya
pertempuran bersama deputinya Khalid bin Urtufah.
Hari pertama pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak Persia dan hampir saja
pasukan muslim akan menemui kekalahan dengan tidak imbangnya jumlah pasukannya dengan
pasukan Persia yang lebih besar. Pasukan Persia menggunakan gajah untuk memporak-porandakan
barisan muslim dan ini sempat membuat kacau kavaleri muslim dan kebingungan di antara mereka
 
&

%  

(


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015


bagaimana cara untuk mengalahkan gajah-gajah tersebut. Keadaan seperti ini berlangsung sampai
dengan berakhirnya hari kedua pertempuran.
Memasuki hari ketiga, datanglah bala bantuan muslim dari Syria (setelah memenangkan
pertempuran Yarmuk). Mereka menggunakan taktik yang cerdik untuk menakut-nakuti gajah Persia
yaitu dengan memberi kostum pada kuda-kuda perang. Taktik ini menuai sukses sehingga gajah-gajah
Persia ketakutan, akhirnya mereka bisa membunuh pemimpin pasukan gajah ini dan sisanya
melarikan diri kebelakang menabrak dan membunuh pasukan mereka sendiri. Pasukan muslim terus
menyerang sampai dengan malam hari.
Pada saat fajar hari keempat, datanglah pertolongan Allah SWT. dengan terjadinya badai pasir
yang mengarah dan menerpa pasukan Persia sehingga dengan cepat membuat lemah barisan mereka.
Kesempatan emas ini dengan segera dimanfaatkan pihak muslim, menggempur bagian tengah barisan
Persia dengan menghujamkan ratusan anak panah. Setelah jebolnya barisan tengah pasukan Persia,
panglima perang mereka Rustam terlihat melarikan diri dengan menceburkan diri dan berenang
menyeberangi sungai, tetapi hal ini diketahui oleh pasukan muslim yang dengan segera menawan dan
memenggal kepalanya.
Pasukan muslim yang berhasil memenggal kepalanya adalah Hilal bin Ullafah. Setelah itu dia
berteriak kepada pasukan Persia dengan mengangkat kepala Rustam : "Demi penjaga Ka'bah! Aku
Hilal bin Ullafah telah membunuh Rustam!". Melihat kepala panglima perangnya ditangan pasukan
muslim, pasukan Persia menjadi hancur semangatnya dan kalang kabut melarikan diri dari
pertempuran. Sebagian besar pasukan Persia ini berhasil dibunuh dan hanya sebagian kecil saja yang
mau memeluk agama Islam. Dari Pertempuran ini, pasukan muslim memperoleh ghanimah atau
rampasan perang yang sangat banyak, termasuk perhiasan kekaisaran persia.
Setelah pertempuran ini, pasukan muslim terus mendesak masuk dengan cepat sampai dengan
ibukota Persia, Ctesiphon atau Mada'in. setelah itu mereka melanjutkan ke arah timur dan
mematahkan dua kali serangan balasan dari pasukan Persia yang pada akhirnya berhasil
menghancurkan kekaisaran Persia dan menjadikannya daerah muslim sampai dengan saat ini.4

2.

Perang Yarmuk

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan.5
Pertempuran Yarmuk adalah perang antara Muslim Arab dan Kekaisaran Romawi
Timur pada tahun 636. Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai
salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang
 
'



%**%   **


% +,--
%  

)


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina,
Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen. Pertempuran ini
merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling gemilang, dan memperkuat
reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan kavaleri paling brilian di zaman
Pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khalifah
Rasyidin kedua.
Pertempuran ini terjadi empat tahun setelah Nabi Muhammad meninggal pada 632. Dia
dilanjutkan oleh khalifah pertama, Abu Bakar, yang mencoba membawa seluruh bangsa yang
bertutur bahasa Arab di bawah kendali Kaum Muslimin. Pada 633 pasukan Muslim
menyerang Suriah, dan setelah berbagai penghadangan dan pertempuran kecil berhasil
merebut Damaskus pada 635. Kaisar Romawi Timur Heraclius mengatur sebuah pasukan
sekitar 40.000 orang setelah mengetahui lepasnya Damaskus dan Emesa. Pergerakan pasukan
Romawi Timur yang besar ini, menyebabkan Kaum Muslimin di bawah Khalid ibn Walid
meninggalkan kota-kota, dan mundur ke selatan menuju Sungai Yarmuk, sebuah
penyumbang Sungai Yordan.
Sebagian pasukan Romawi Timur di bawah Theodore Sacellarius dikalahkan di luar
Emesa. Muslim di bawah Khalid ibn Walid bertemu komandan Romawi Timur lainnya,
Banes di lembah Sungai Yarmuk pada akhir Juli. Banes hanya memiliki infantri untuk
melawan kavaleri ringan Arab, karena Theodor telah mengambil kebanyakan kavaleri
bersamanya. Setelah sebulan pertempuran kecil-kecilan, tanpa aksi yang menentukan, kedua
pasukan akhirnya berkonfrontasi pada 20 Agustus.
Menurut sumber Muslim, datanglah pertolongan Allah SWT. kepada tentara Islam
dengan berhembusnya angin selatan yang kuat meniup awan debu ke wajah prajurit Romawi
Timur, kejadian ini sama persis seperti yang terjadi pada pasukan persia dalam pertempuran
Qadisiyyah. Prajurit menjadi lesu di bawah panas matahari Agustus. Meskipun begitu Khalid
terdorong mundur, namun meskipun jumlah pasukannya hanya setengah prajurit Romawi
Timur, mereka lebih bersatu dari pada pasukan multinasional Tentara Kekaisaran yang terdiri
dari orang Armenia, Slavia, Ghassanid dan juga pasukan Romawi Timur biasa.
Menurut beberapa sumber, Kaum Muslimin berhasil memengaruhi unsur-unsur di
pasukan Romawi Timur untuk beralih sisi, tugas ini dipermudah oleh kenyataan bahwa
Kristen Arab, Ghassanid, belum dibayar selama beberap bulan dan yang Kristen
Monofisitnya ditekan oleh Ortodoks Romawi Timur. Sekitar 12.000 Arab Ghassanid
membelot. Kemajuan pasukan Kristen di sisi kanan, menuju kamp berisi wanita Arab dan
keluarganya, akhirnya diusir dengan bantuan dari beberapa wanita Arab. Dan memperbaharui
"


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

serangan-balik. Prajurit Banes berhasil dipukul mundur hingga ke sebuah jurang terjal.
Sebagai hasilnya, seluruh Suriah terbuka bagi Kaum Muslimin. Damaskus direbut kembali
oleh Kaum Muslimin dalam waktu sebulan, dan Yerusalem jatuh tidak lama kemudian.
Ketika bencana ini terdengar Heraclius di Antioch, dinyatakan dia mengucapkan
selamat tinggal kepada Suriah, berkata, "Selamat tinggal Suriah, provinsiku yang indah. Kau
adalah seorang musuh sekarang"; dan meninggalkan Antiokia ke Konstantinopel. Heraclius
mulai memusatkan pasukannya untuk mempertahankan Mesir.6
3.

Pembentukan Tahun Hijriah

Pada tahun 682 Masehi, 'Umar bin Al Khattab yang saat itu menjadi khalifah melihat sebuah
masalah. Negeri islam yang semakin besar wilayah kekuasaannya menimbulkan berbagai persoalan
administrasi. Surat menyurat antar gubernur atau penguasa daerah dengan pusat ternyata belum rapi
karena tidak adanya acuan penanggalan. Masing-masing daerah menandai urusan muamalah mereka
dengan sistem kalender lokal yang seringkali berbeda antara satu tempat dengan lainnya. Maka,
Khalifah 'Umar memanggil para sahabat dan dewan penasehat untuk menentukan satu sistem
penanggalan yang akan diberlakukan secara menyeluruh di semua wilayah kekuasaan islam.
Sistem penanggalan yang dipakai sudah memiliki tuntunan jelas di dalam Al Qur'an, yaitu
sistem kalender bulan (qomariyah). Nama-nama bulan yang dipakai adalah nama-nama bulan yang
memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa kenabian. Namun ketetapan Allah menghapus
adanya praktek interkalasi (Nasi'). Praktek Nasi' memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan
ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3
tahun agar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atau matahari. Karena
itu pula, arti nama-nama bulan di dalam kalender qomariyah tersebut beberapa di antaranya
menunjukkan kondisi musim. Misalnya, Rabi'ul Awwal artinya musim semi yang pertama. Ramadhan
artinya musim panas.
Praktek Nasi' ini juga dilakukan atau disalahgunakan oleh kaum Quraisy agar memperoleh
keuntungan dengan datangnya jamaah haji pada musim yang sama di tiap tahun di mana mereka bisa
mengambil keuntungan perniagaan yang lebih besar. Praktek ini juga berdampak pada ketidakjelasan
masa bulan-bulan Haram. Pada tahun ke-10 setelah hijrah, Allah menurunkan ayat yang melarang
praktek Nasi' ini:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah
di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram..." [At Taubah (9): 38]
"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan
orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun
dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan
 
(



%**%   **


% +/ 

.


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015


yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah... " [At
Taubah (9): 39]7

4.

Pembunuhan Umar Bin Khattab

Sejarah mencatat bahwa Umar ditusuk sebanyak 6 kali (ada yang mengatakan 12 kali)
oleh Abu Luluah. Riwayat mengenai hal ini dicatat oleh Masudi, bahwa seorang tukang cat,
pandai besi, dan tukang kayu, Abu Luluah pernah mendatangi Umar dan mengeluhkan
mengapa pajak yang dibebankan kepadanya sangat besar. Ketika Umar mengetahui
pekerjaannya maka Umar mengatakan bahwa jumlah pajak itu tidaklah banyak untuk ukuran
pekerjaannya. Bahkan, Umar memintanya untuk membangun sebuah tempat penggilingan.
Abu Luluah yang kesal menjawab dengan sinis bahwa ia akan membangun sebuah tempat
penggilingan yang sangat hebat sehingga akan menjadi pembicaraan orang banyak. Faktanya,
tiga hari kemudian, Abu Luluah mendatangi Umar saat Subuh di sebuah masjid dan
menghadiahi Umar dengan tusukan-tusukan yang merenggut nyawanya. Namun, uniknya,
setelah melakukan penusukan, Abu Luluah pun menikam dirinya dengan sebilah pedang.
Sang pembunuh, Abu Luluah, telah dianggap sebagai sebuah fakta sejarah yang
diriwayatkan dalam kisah-kisah pemerintahan khalifah. Namun yang masih menyisakan
pertanyaan adalah benarkah hanya alasan kekecewaan mengenai masalah pajak yang
menyebabkan Abu Luluah tega menghabisi Umar dan dirinya sendiri? Beberapa pendapat
berkembang berdasarkan motif-motif yang dapat ditangkap dalam kisah-kisah yang
menceritakan mengenai masa pemerintahan Umar.
Kab Ahbar, seorang Yahudi, Orang ini adalah seorang yang datang menemui Umar,
tepat setelah pertengkaran antara Umar dengan Abu Luluah (yang juga seorang Yahudi).
Setelah Abu mengancam Umar, datanglah Kab menemui khalifah dan berkata, Buatlah
wasiatmu! Engkau akan meninggal tiga hari dari sekarang. Ramalan ini dikaitkan dengan
visi yang dilihat oleh Kab dalam Taurat yang menggambarkan kematian Umar (meskipun
pada kitab Taurat sendiri tidak ditemukan kalimat yang menjelaskannya). Dan tepat tiga hari
setelah ramalan itu, Abu Luluah menikam Umar hingga tewas. Kisah ini seolah-olah
memberikan kesan bahwa ramalan Kab si Yahudi, benar adanya. Namun, para peneliti Sunni
moderat menganggap kisah ini telah dipalsukan dengan tujuan untuk mengesankan bahwa
ramalan orang-orang Yahudi adalah benar pemenuhannya. Mereka meyakini bahwa
sebenarnya Kab adalah konspirator yang memanfaatkan (rekayasa?) kemarahan Abu
Luluah (atau juga kemarahan dan kekecewaan atas pajak) dengan tujuan membunuh Umar.
 
)



%**0112*  0*  




!


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

C.

Utsman Bin Affan


1.

Perluasan Mesjid Al-Haram dan abawi

Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan Masjid al-Haram Mekkah
dan Masjid Nabawi Madinah karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun
Islam kelima (haji).8
2.

Membentuk Polisi dan Kehakiman

Ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk
mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun
pertanian, menaklukan beberapa daerah kecil yang berada disekitar perbatasan seperti Syiria,
Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut
yang kuat.9
3.

Membentuk Mushaf al-Quran

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Syihab bahwa Anas ibn Malik bercerita
kepadanya: Hudzayfah datang menemui Utsman. Sebelumnya, ia bergabung bersama
penduduk Syam dan Irak dalam misi penaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ia cemas saat
melihat perbedaan bacaan di antara mereka. Amirul Mukminin, perhatikanlah umat ini
sebelum mereka berbeda-beda membaca Al-Quran sebagaimana kaum Yahudi dan Kristen
yang membaca kitab mereka secara berbeda-beda. Utsman mengirim surat kepada Hafshah,
Kirimlah kepada kami lembaran-lembaran Al-Quran. Kami akan menyalinnya dalam bentuk
mushaf. Kami akan kembalikan lagi setelah selesai. Hafshah pun mengirimkannya. Utsman
memerintahkan Zayd ibn Tsabit, Abdullah ibn Zubayr, Said ibn Ash, dan Abdurrahman ibn
Hisyam agar menyalin lembaran-lembaran ini ke dalam mushaf.
Utsman berpesan kepada ketiga orang Quraisy dari mereka, Jika kalian bertiga dan
Zayd ibn Tsabit berbeda pendapat tentang bacaan ayat Al-Quran, tulislah dengan
lisan (bahasa) Quraisy karena dengan lisan itulah Al-Quran turun. Mereka segera
melakukannya. Setelah penyalinan selesai, Utsman mengembalikan mushaf asli ke
Hafshah, lalu menyebarkan mushaf-mushaf baru ke seantero negeri. Ia juga
memerintahkan agar semua bentuk lembaran atau mushaf yang lain dihapus atau
dibakar. Dari riwayat ini bisa disimpulkan bahwa penghimpunan Al-Quran
dilatarbelakangi sejumlah faktor.
Pertama, luasnya daerah-daerah taklukan dan banyaknya kaum non-Arab memeluk
Islam. Sebelumnya, Umar pernah melarang sejumlah sahabat terkemuka untuk pergi
 
"

%  
%  




Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

keluar dari Makkah dan Madinah. Hal inisedikit banyakmenimbulkan


perbedaan bacaan Al-Quran di kalangan masyarakat. Kedua, Utsman ingin
menyeragamkan penulisan Al-Quran dengan salah satu dari tujuh huruf (dialek)
yang ada. Diputuskanlah penulisan Al-Quran dengan dialek Quraisy. Bacaan AlQuran dengan dialek-dialek lain masih diperkenankan sampai penulisan orang-orang
sudah terbiasa dengan dialek Quraisy.
Keempat panitia penulisan Al-Quran pernah berbeda pendapat tentang penulisan
kata tabut dalam ayat, Dan nabi mereka berkata pada mereka, Sesungguhnya
tanda kerajaannya ialah datangnya tabut kepadamu, yang di dalamnya terdapat
kemenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga
Harun, yang dibawa oleh malaikat. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda
kebesaran Allah bagimu, jika kamu orang beriman (Al-Baqarah [2]: 248). Zayd
menulisnya tabuh, sementara tiga sisanya menulis tabut. Mereka lalu mengadukan
persoalan ini ke hadapan Utsman, dan Utsman berkata, Tulislah tabut karena AlQuran diturunkan dengan dialek Quraisy. Tidak bisa dimungkiri, ini merupakan
pencapaian terbesar Khalifah Utsman dan disetujui semua sahabat yang masih ada.
Ali berkata, Wahai sekalian umat Islam, bertakwalah kepada Allah dan jauhilah
sikap memusuhi Utsman. Buanglah perkataan kalian bahwa ia membakar mushaf.
Sungguh, demi Allah, ia tidak membakarnya kecuali atas persetujuan sahabat
Muhammad!10
4.

Pembunuhan Utsman Bin Affan

Dari berbagai nama yang muncul di permukaan sebagai calon pengganti Umar bin
Khattab, terdapat dua nama yang paling menonjol, yaitu Imam Ali dari bani Hasyim (suku
asal Rasulullah saw) dan Utsman dari bani Umayyah. Dukungan yang besar dari orang-orang
Quraisy, latar belakangnya sebagai sahabat terdekat Rasulullah saw, ditambah perilakunya
yang mulia, mampu menjadikan Utsman sebagai calon pengganti Umar pada kemudian hari.
Utsman bin Affan, khalifah Islam ketiga, dibunuh saat senja pada Jumat, 18
Dzulhijjah, tahun 35 H setelah selama 40 hari istananya dikepung oleh sahabat-sahabat lain
yang dikepung oleh sahabat-sahabat lain yang berseberangan dengan kebijakan-kebijakan
Utsman yang dipandang kontroversial. Kebijakan-kebijakan itu antara lain:

Utsman memerintahkan penyeragaman mushaf (susunan dan tata bahasa) Al-Quran.


Sebab, pada masa itu masing-masing suku diketahui melakukan penyusunannya

 
!



%** 3
  &1 %
* !#*!&*
 020
01022


 


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

sendiri-sendiri sehingga ditakutkan terjadi perbedaan penafsiran. Ketersinggungan


para pemuka suku adalah karena Utsman kemudian mengumpulkan dan membakar
mushaf-mushaf yang berbeda. Terlebih, Utsman diketahui tidak melakukan konsultasi
terlebih dahulu dengan para pemuka suku yang dianggap ahli mengenai hal ini.
Padahal, yang dilakukan Utsman untuk mencegah perpecahan di antara umat Islam
akibat adanya perbedaan dalam menafsirkan kitab suci warisan Rasulullah saw.

Utsman dituduh telah melakukan praktik nepotisme dengan menempatkan beberapa


kerabatnya dari bani Umayyah untuk menduduki jabatan-jabatan penting di
pemerintahan Islam.
5.

Perdebatan Mengenai Pencetus Pembunuhan Utsman

Sulit untuk menentukan siapakah yang berada di balik pembunuhan Utsman. Bisa jadi,
ini spontanitas orang-orang yang kecewa. Namun, banyak juga yang percaya bahwa
pengepungan yang berakhir kepada pembunuhan itu telah digerakkan oleh seseorang atau
satu kelompok. Kaum Sunni percaya bahwa kaum Syiah telah menyiarkan kabar yang
menuduhkan dalang pembunuhan kepada para sahabat Rasulullah saw.
Dari berbagai literatur sejarah kekhalifahan (kepemimpinan), beberapa nama dikaitkaitkan sebagai orang-orang yang tidak menyukai kepemimpinan Utsman. Bagi beberapa
pihak, ketidaksukaan tersebut dijadikan dasar tuduhan yang menjadi alibi pembunuhan
Utsman. Tetapi, apakah karena itu mereka layak dicap sebagai inisiator pembunuhan
Utsman? Entahlah. Sebab, hal ini terus-menerus menjadi perdebatan panjang. Utamanya
antara kalangan Sunni dan Syiah. Setidaknya, disebutkan ada delapan puluh nama sahabat
yang dipandang sebagai oposisi Utsman. Namun demikian, terdapat pertimbangan bahwa
semua nama itu tidak yakin pada pembunuhan Utsman dan tidak pula mereka percaya bahwa
perbuatan itu dianjurkan. Berikut ini, dua di antara delapan puluh nama tersebut:

Thalhah bin Abdillah. Dipandang sebagai musuh utama Utsman dan seorang sahabat
yang paling kasar dalam memperlakukan Utsman. Dalam sebuah riwayat, Marwan bin
Hakam yang selalu mendampingi Thalhah dalam Perang Jamal, membunuh Thalhah
dengan anak panah untuk membalaskan dendam Utsman. Thalhah juga diriwayatkan
sebagai penjaga rumah yang menghalangi pengiriman makanan dan minuman bagi
Utsman yang dikepung selama 40 hari. Dalam riwayat tersebut, Utsman mengeluhkan
bahwa Thalhah telah membunuhnya dengan rasa haus. Padahal, Utsman merasa akan
lebih terhormat apabila pedanglah yang membunuhnya.

&


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

Imam Ali. Ia merupakan keturunan bani Hasyim (suku Rasulullah saw) yang juga
lawan politik Utsman. Ketidaksukaan Imam Ali pada kepemimpinan Utsman bermula
ketika Utsman membebaskan Ubaidillah bin Umar karenaa telah membunuh
Hurmuzan, istri dan putri Abu Luluah. Imam Ali bahkan berkata kepada Utsman,
Kau akan dicabik-cabik pada haru akhir karena Hurmuzan. Imam Ali pun pernah
menegur keras Utsman yang dianggap membiarkan para pejabatnya melakukan
praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) di pemerintahan. Tidakkah kau ingin
menghentikan apa yang tengah dilakukan bani Umayyah kepada harga diri dan
kekayaan umat Islam? Aku bersumpah, jika salah satu pejabatmu menindas penduduk
hingga tenggelamnya matahari, kau akan turut juga menanggung dosanya! Namun
demikian, Imam Ali dalam banyak riwayat menolak bahwa ia menganjurkan
pembunuhan kepada Utsman, Jika aku tahu bahwa Bani Umayyah percaya pada
sesuatu melalui sumpah, aku akan bersumpah kepada Hajar Aswad dan kedudukan
Ibrahim, bahwa aku tidak membunuh Utsman. Dalam riwayat lain ia mengatakan,
Aku

tidak

membunuh

Utsman,

tidak

pula

aku

memerintahkan

untuk

membunuhnya.11
D.

Ali Bin Abi Thalib

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah 'Utsman bin Affan mengakibatkan


kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan
Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain
selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin
Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa dia, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at
mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah
sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.12
1.

Perang jamal

Setelah kematian Utsman, orang-orang yang sebelumnya memberontak kini menuntut


khalifah baru, Ali, untuk mengusut dan menghukum pembunuh Utsman. Tuntutan ini
seketika menjadi perbincangan hangat di kalangan penduduk Madinah. Mereka ingin kasus
tersebut diselesaikan secepat-cepatnya. Bahkan, Thalhah ibn Ubaydillah dan Zubayr ibn
Awwam ikut menyuarakan tuntutan penduduk Madinah agar hukuman hadd segera
dijatuhkan kepada kelompok pembunuh Utsman. Perlu diingat bahwa aksi keduanya ini
murni didorong perasaan jujur dan tulus, bukan konspirasi atau persekongkolan. Keduanya
 



42 4 !'


          5
 67- 
%  

'


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

didukung ratusan penduduk Makkah dan Madinah, termasuk Aisyah. Mereka semua
bergerak menuju Bashrah untuk mempersiapkan diri membalas dendam kematian Utsman.
Gubernur Bashrah, Utsman ibn Hunayf, mencoba menghalangi niat mereka. Namun,
Ibnu Hunayf justru dikepung dan akhirnya dipenjara. Kini, kota Bashrah berada di bawah
kekuasaan Thalhah, Zubayr, dan Aisyah. Khalifah Ali dan pasukannya bergerak ke Bashrah
untuk berdamai. Berita perdamaian dan kesepahaman pun merebak. Ali mengingatkan
Zubayr tentang sabda Nabi, ... Engkau akan memeranginya dalam keadaan menzaliminya
.... Zubayr lalu ebrkata, Seandainya aku ingat, tentu aku takkan keluar memerangimu.
Zubayr pun memisahkan diri dan hendak pergi, tetapi terbunuh di tangan seseorang. Orangorang yang terlibat langsung pembunuhan Utsman mengetahui adanya benih-benih
perdamaian tersebut. Mereka menyusup ke barisan dua pasukan, pasukan Thalhah dan
pasukan Ali. Mereka memprovokasi orang-orang agar berperang sebelum kata damai
tercapai.
Pada Jumadi Ula 36 H, kedua pasukan termakan provokasi orang-orang yang terlibat
dalam pembunuhan Utsman. Perang berkobar hebat. Di hadapan unta pembawa tandu
Aisyah, sebanyak 70 orang terbunuh. Ali berpikir cepat. Ia memerintahkan unta Aisyah
dirobohkan. Unta roboh, tapi Aisyah selamat. Ali menyuruh beberapa orang pasukannya
mengantar Aisyah ke Madinah. 10 orang pasukan Bashrah mati terbunuh, sementara
pasukan Ali sebanyak 5.000 orang. Fitnah berangsur-angsur mereda. Daerah-daerah mulai
tunduk di bawah kepemimpinan Amirul Mukminin Ali. Kini, satu-satunya masalah yang
belum terselesaikan hanyalah negeri Syam dan menyempalnya Muawiyah ibn Abi Sufyan.
Muawiyah menolak membaiat Ali sampai Ali berhasil menuntaskan kasus pembunuhan
Utsman dan meng-qisas semua orang yang terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut.
2.

Perang siffin

Pada Muharram 37 H, Ali ingin mencopot Muawiyah dari jabatannya sebagai


Gubernur Syam. Namun, Muawiyah menolak kebijakan Ali. Ali bergerak bersama sejumlah
pasukan menuju Syam, begitu juga Muawiyah yang tidak mau mengalah. Di barisan pasukan
Muawiyah ini para penyulut fitah yang terlibat langsung dalam pembunuhan Utsman
menyusup. Ali mengutus beberapa orang menemui Muawiyah untuk menjelaskan pendapat
dan sikapnya. Tetapi, upaya Ali ini gagal. Perang pun tak terelakkan di sahara Shiffin.
Ammar ibn Yasir mati terbunuh di tangan pasukan Muawiyah, dan nabi pernah bersabda
pada Ammar, Engkau akan dibunuh sekelompok pemberontak (baghiyah). Muawiyah
hampir kalah. Amr ibn al-Ash, yang tergabung dalam pasukan Muawiyah, menawarkan
tahkim. Pasukan Muawiyah mengangkat mushaf Al-Quran dan menuntut tahkim. Ali
#


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

sebenarnya sudah merasa bahwa itu hanya siasat. Tapi, mayoritas sahabat dari pasukan Ali
mendesak Ali agar menerima tahkim. Ali pun terpaksa menerima.
Ada banyak riwayat seputar tahkim dan hasilnya. Di antaranya, menyebutkan bahwa
Amr ibn al-Ash menipu Abu Musa al-Asyarimustahil Amr melakukan itudalam
proses tahkim. Amr membuat Abu Musa mau mengumumkan terlebih dahulu penurunan Ali
dari jabatan khalifah. Setelah tiba gilirannya, Amr mengumumkan bahwa ia mendukung
Abu Musa atas pencopotan Ali, kemudian menetapkan Muawiyah sebagai khalifah baru.
Riwayat ini tak lebih dari sekadar dusta. Sanad-sanadnya lemah dan tak bisa
dipertanggungjawabkan. Begitu pula riwayat-riwayat lain yang senada. Di samping itu,
semua sejarawan, baik klasik maupun modern, menegaskan bahwa Muawiyah melawan Ali
bukan karena jabatan khalifah atau karena ingin merebutnya, melainkan kerena ingin
menuntut dijatuhkannya kisas bagi para pembunuh Utsman. Muawiyah menganggap dirinya
berada di pihak yang benar karena ia wali dan penuntut darah Utsman. Di sinilah letak
kekeliruan Muawiyah Sebab, Ali sama sekali tidak bermaksud mengulur-ulur waktu dalam
mengusut dan menjatuhkan kisas kepada para pembunuh Utsman. Ada masalah lain yang
jauh lebih besar dan mesti segera dituntaskan: kaum pemberontak yang masih menguasai
kota Madinah. Atas dasar itulah Ali berkata pada Thalhah dan Zubayr, Bagaimana mungkin
aku bisa menindak orang-orang yang menguasai kita, sementara kita tidak kuasa atas
mereka? Ali berkata, Masalah ini (pemberontakan) sudah masuk perkara jahiliah. Jadi,
tenanglah kalian hingga semua orang tenang, hati berada pada tempatnya, dan hak-hak
tertunaikan.
Setelah Perang Shiffin, pertikaian sedikit mereda. Lembar perundingan (tahkim) ditulis
dan disaksikan perwakilan kedua belah pihak. Pasukan Syam menerima dengan antusias,
sedangkan pasukan Irak ada yang menerima, menolak keras, dan tidak suka. Dua hari setelah
proses tahkim, Ali diizinkan ke Kufah. Ali dan pasukannya bergerak ke Kufah, sementara
Muawiyah danpasukannya bergerak menuju Irak. Kedua pemimpin bertemu di Dawmah alJandal, tetapi keduanya tidak menemukan kata sepakat tentang suatu hal. Akhirnya, keduanya
kembali berbeda pendapat.
3.

Munculnya Kaum Khawarij

Sebanyak 12 ribu orang pasukan menolak proses tahkim, meskipun pada awalnya
mendesak Ali menerimanya. Bahkan, mereka menganggap Ali kafir. Dalam perjalanan ke
Kufah, mereka tiba di salah satu perkampungan Kufah bernama Harura. Dari sinilah mereka
dikenal dengan kelompok Haruriyyah, yaitu kelompok Khawarij. Ali dan sejumlah tokoh
sahabat mendebat dan mematahkan pendapat mereka. Namun, mereka sangat bersikeras dan
(


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

enggan mengalah. Mereka hanya menerima dan menyetujui pemikiran mereka sendiri.
Mereka menanyakan hukum tahkim pada setiap orang yang ditemui. Mereka akan langsung
membunuh seseorang yang menerima tahkim karena menganggapnya murtad dan kafir. Pada
38 H, mereka diperangi Ali setelah gagal berdialog. Banyak di antara mereka mati terbunuh,
dan sisanya melarikan diri. Setelah kejadian itu, mereka terpecah menjadi dua puluh
kelompok.
Pada 39 H, Ali dan Muawiyah bersepakat menghentikan peperangan. Syaratnya,
Muawiyah menguasai wilayah Syam tanpa campur tangan Amirul Mukminin. Pada 40 H,
tiga orang Khawarij dikirim untuk membunuh Muawiyah, Ali, dan Amr ibn al-Ash.
Ketigganya gagal dibunuh, kecuali Ali. Pada 16 Ramadan 40 H sebelum fajar, dua orang
Khawarij membuntuti Ali yang keluar hendak membangunkan orang-orang untuk shalat.
Mereka membunuhnya di depan pintu masjid. Ali pun berteriak keras, Demi Tuhan Kabah,
aku telah menang!
Orang-orang langsung mengepung dan menangkap kedua orang Khawarij itu. Mereka
bertanya kepada Ali yang tengha mengembuskan napas-napas terakhirnya, Apa yang harus
kami perbuat kepada mereka berdua? Ali menjawab, Jika aku bertahan hidup, aku telah
mempunyai perhitungan sendiri. Namun, jika aku mati, aku serahkan perhitungannya ke
tangan kalian. Jika kalian memutuskan membalas dendam, balaslah satu pukulan dengan satu
pukulan serupa. Tapi, jika kalian memaafkan, itu lebih dekat kepada ketakwaan. Pada
Syawal 40 H, penduduk Madinah membaiat Hasan putra Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah.
Pada 25 Rabiul Awal 41 H, Hasan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah demi
persatuan umat. Tahun ini kemudian dikenal sebagai tahun persatuan (amal-jamaah).
Prediksi Nabi lagi-lagi terbukti. Beliau pernah bersabda mengenai Hasan, Sungguh, anakku
ini adalah sayyid (penghulu). Mudah-mudahan melalui dirinya Allah mendamaikan dua
kelompok besar umat Islam yang berselisih.
Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat tentang bolehnya seorang pemimpin
menunda pelaksanaan kisas bila itu dapat menghindarkan tersebarnya fitnah atau dapat
menjaga keutuhan umat. Begitu pula dalam kasus Thalhah dan Zubayr. Keduanya
melengserkan Ali bukan karena ingin merebut kekuasaan atau karena menentang Ali dalam
hal keyakinan agama. Keduanya berbuat demikian karena berpendapat bahwa mengisas para
pembunuh Utsman adalah perkara paling penting yang tidak boleh ditunda.
Demikianlah sebab terjadinya perang di antara mereka. Menurut sebagian ulama,
perang di Bashrah (antara Ali dan Zubayr-Thalhah) tidaklah direncanakan, tetapi tiba-tiba
saja. Sebab, kedua belah pihak sudah saling sepaham, berdamai, dan berniat berpisah menuju
)


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

tempat masing-masing. Namun, perdamaian ini tidak disukai para pembunuh Utsman dan
orang-orang yang terlibat di dalamnya. Mereka terancam dan khawatir bila kedua belah pihak
memojokkannya. Untuk itu, mereka berkumpul, bermusyawarah, dan bersepakat memecah
belah kedua pihak lagi. Mereka membagi diri menjadi dua kelompok, satu kelompok akan
menyusup ke pasukan Ali dan satunya lagi ke pasukan Thalhah dan Zubayr. Mereka mulai
mengobarkan provokasi. Kelompok yang menyusup ke pasukan Ali tiba-tiba berteriak,
Thalhah dan Zubayr berkhianat! dan yang menyusup ke pasukan satunya juga berteriak,
Ali berkhianat! Kedua pasukan pun cekcok dan akhirnya berperang. Kedua pasukan samasama ingin mempertahankan diri dan melindungi darah masing-masing. Tindakan keduanya
sama-sama benar dan dilandasi ketaatan kepada Allah.. Peperangan terjadi karena alasan di
atas.
4.

Pembunuhan Ali Bin Abi Thalib

Berbagai riwayat mengisahkan bahwa Ali bin Abi Thalib atau yang biasa dipanggil
sebagai Imam Ali mati syahid pada 21 Ramadhan 40 H, setelah ditikam pedang beracun oleh
Abdurrahman bin Muljam. Dalam kisah tersebut diriwayatkan, Ali dibunuh ketika sedang
shalat (ada yang mengatakan persisnya ketika sedang bersujud). Banyak yang percaya bahwa
Abdurrahman memiliki motif-motif tertentu. Lalu, ada seseorang yang memprovokasinya
(memengaruhinya) untuk melakukan pembunuhan itu. Di antara mereka yang diduga sebagai
dalangnya adalah:
Menurut riwayat Ibnu Saad, ketika Abdurrahman bin Muljam (yang merupakan orang
Khawarij, penentang kekhalifahan Ali) pergi ke Kufah, ia bertemu seorang wanita, Qutsam
binti Syajannah bin Adi yang ayah dan saudara-saudaranya terbunuh dalam perang
Nahrawan. Sebagai mas kawin, sang gadis meminta uang sebanyak 3000 dinar dan
pembunuhan atas Imam Ali.
Orang-orang Khawarij yang menjadi penentang kekhalifahan Ali. Bagi kaum ini,
hukum manusia (hukum khalifah) adalah haram dan kafir. Bagi mereka, tidak ada hukum
selain hukum Allah saw. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa meskipun gagasannya
benar, namun kaum Khawarij memahaminya secara salah dan membabi buta. Sebab,
bagaimanapun juga pemimpin mendapatkan peran penting dalam keislaman. Bahkan,
Rasulullah saw melakukannya dengan menjadi pemimpin bagi umat Islam. Dalam hadishadis yang shahih, Rasulullah saw juag selalu menekankan pentingnya bagi umat untuk
memilih seorang pemimpin di antara mereka. Penolakan terhadap hukum manusia inilah yang
menjadikan kaum Khawarij sebagai aliran Islam garis keras sehingga Imam Ali pun

"


Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

memerangi mereka. Banyak yang percaya bahwa pemimpin Khawarij-lah yang mengirimkan
Abdurrahman bin Muljam untuk membunuh Ali.
Orang-orang Muawiyah. Kelompok ini adalah mereka yang kecewa karena
pemerintahan Imam Ali tidak melakukan apa-apa (tidak menghukum) orang-orang yang telah
membunuh Utsman bin Affan. Oleh karena itu, mereka memberontak dan tidak mengakui
kepemimpinan Ali. Mereka pun membentuk kekhalifahan sendiri.13
III.

KESIMPULA
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq terjadi pemberontakan di hijaz dan nejd
dan berhasil ditumpas oleh panglima khalid bin walid. Khalifah Abu Bakar berhasil
mengumpulkan al-quran atas prakarsa Umar Bin Khattab yang dipimpin
pelaksanaanya oleh Zaid Bin Tsabit. Pada masa ini pula dimulai penaklukan atas
persia dan Romawi.
2. Umar bin Khattab berhasil menaklukan persia dan sebagian wilayah Romawi,
terbentuknya kalender islam dan administrasi pemerintahan yang lebih baik
dibandingkan masa Abu Bakar ash-Shidiq.
3. Utsman Bin Affan berhasil membentuk al-quran dalam satu mushaf, memperluas
mesjid nabawi dan al-Haram.
4. Pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib terjadi perpecahan di kalanan umat islam,
yaitu perang jamal dan perang siffin.

IV.

DAFTAR PUSTAKA

%**%  **


% +,--


%**%  **


% +/ 


%**0112*  0*  





%** 3
  &1 %
* !#*!&*
 020
01022

42 4 !'
          5
 6
7- 

 
&

42 4 !'


          5
 67- 

.


Anda mungkin juga menyukai