Anda di halaman 1dari 13

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

RANGKUMAN
SEJARAH DAN PENGANTAR ILMU HADITS

Oleh
Nama : Muhamad Anugrah
NIM : 20010015002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015
.............................................................................................................................
......................................................................................................................................................
RANGKUMAN
SEJARAH DAN PENGANTAR ILMU HADITS
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN
1. Tarif Hadits
Hadits menurut bahasa adalah:

Jadid, lawan qadim artinya yang baru


Qarib : yang dekat, yang belum lama terjadi
Khabar : warta atau berita, sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang
kepada seseorang

Hadits menurut istilah adalah

Hadits itu meliputi sabda nabi saw, meliputi perkataan, perbuatan dan takrir sahabat,
termasuk pula perkataan, perbuatan dan takrir tabiin.

Hadits yang dalam periwayatannya sanad


sanad-nya
nya sampai kepada nabi saw, dinamakan hadits
marfu, hadits yang hanya sampai kepada ssahabat
ahabat dinamakan mauquf dan yang sampai kepada
tabiin saja dinamakan maqthu. Muradif (persamaan kata)
kata)-nya,
nya, sunah, khabar dan atsar.
Hadits menurut ahli ushul hadits
Segala perkatataan, perbuatan dan takrir nabi yang bersangkutan dengan hukum, jadi
tidak termasuk
ermasuk ke dalam hadits, sesuatu yang tidak bersangkut paut dengan hukum,
seperti urusan model pakaian.
2. Tarif Sunah

Sunah menurut istilah bermakna jalan yang dijalani, baik terpuji ataupun tidak.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Secara istilah sunah artinya segala yang dinukilkan dari Nabi saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, mapun takrir, pengajaran, sifat, perilaku, perjalanan hidup Nabi saw. Sebelum diangkat
menjadi rasul ataupun sesudahnya.
3. Contoh-Contoh Hadits/sunah


Segala amalan itu mengikuti niat (orang yang meniatkan). HR. Bukhari dan Muslim


Bershalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku bershalat. HR. Bkhari dan Muslim

4. Sebab-Sebab Hadits Dinamakan Hadits


Beberapa sebab hadits dinamakan hadits, yaitu :
Karena dalam periwayatan hadits banyak disebutkan haddatsani annan nabiya qala
Dinamakan hadits karena dilihat dari sifat kebaruannya, dan karena kedudukannya
dihadapkan dengan al-Quran. Al-Quran itu qadim sedangkan hadits itu baru

5. Tarif Khabar
Khabar secara bahasa artinya berita (warta) yang disampaikan dari seseorang kepada
seseorang.
Menurut istilah khabar artinya meliputi warta dari Nabi saw, maupun dari sahabat, ataupun
dari thabiin.
6. Tarif Atsar
Menurut bahasa atsar artinya bekasan sesuatu atau sisa sesuatu, berarti pula nukilan (yang
dinukilkan)
Menurut istilah atsar sama artinya dengan khabar dan hadits.
7. Sebab-Sebab Ulama Berbeda Pendapat Dalam Mentarifkan Hadits (Sunah)
Sebab-sebab ulama berbeda pendapat dalam mentarifkan hadits karena, yaitu :

Ulama hadits membahas pribadi Nabi saw sebagai orang yang dijadikan uswan
hasanah. Karena itu ulama hadits pada umumnya menukilkan segala yang berpautan
dengan Nabi saw, baik mengenai riwayat perjalanannya, mengenai budi pekertinya,
keutamaannya, keistimewaannya, tutur katanya, perbuatannya dan hal ikhwalnya;
baik mewujudkan hukum syari ataupun tidak.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Ulama ushul hadits membahas Nabi saw sebagai pengatur undang-undang yang
menciptakan dasar-dasar ijtihad bagi para mujtahidin yang dating sesudahnya, dan
menerangkan kepada umat dustur (Peraturan) hidup.
Para fuqaha membahas pribadi Nabi saw, sebagai seseorang yang seluruh
perbuatannya atau perkataannya menunjuk kepada sesutau hukum syari.

8. Perkembangan Kata Hadits


Hadits pada hakikatnya adalah khabar dan kisah, baik yang baru ataupun yang lama.
Kemudian pemakaian kata ini berkembang, maka dipakailah untuk khabar saja, yaitu khabar-khabar
yang berkembang dalam masyarakat keagamaan, tanpa memindahkan kata dari maknanya yang
umum. Pad akhirnya kata jadits dipergunakan untuk hadits-hadits rasul saw saja.
9. Perkembangan Kata Sunah
Kata sunah dikhusukan untuk sunah Nabi saw. Penyempitan makna ini muncul di abad ke-2
hijriah. Sunah menurut bahasa adalah khiththah, tariqat (jalan) yang diikuti bersama. Maka sunah
rasul adalah thariqat yang dilalui rasul dalam melaksanakan amal, perbuatannya atau amalan umum.
10. Hakikat Sunah Dan Hadits
Hadits adalah segala peristiwa yang disndarkan kepada Nabi saw. Walaupun hanya satu kali
saja terjadinya dalam sepanjang hidupnya, dan walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang saja.
Sunah adalah sebutan bagi amaliyah mutawatir, yakni cara Nabi saw melaksanakan suatu
ibadah yang dinukilkan kepada kita dengan amaliyah yang mutawatir pula.
11. Perbedaan Antara Hadits Umum Dan Hadits Qudsi
Hadits qudsi ialah perkataan-perkataan yang disabdakan Nabi saw. Menurut At-Thiby, hadits
qudsi ialah titah Allah yang disampaikan kepada Nabi saw di dalam mimpi atau dengan jalan ilham,
lalu Nabi menerangkan apa yang diimpikannya itu dengan perkataannya sendiri serta
menyandarkannya kepada Allah SWT.

BAGIAN KEDUA
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS
BAB PERTAMA
ILMU DAN SEJARAH
1. Perpautan Ilmu Dan Sejarahnya
Mempelajari sejarah perkembangan hadits, baik perkembangan riwayat-riwayatnya maupun
pembukuannya amat diperlukan, karena dipandang satu bagian dari pelajaran hadits yang tidak
boleh dipisahkan.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

2. Permasalahan Dalam Mempelajari Ilmu Hadits


Mempelajari sejarh ilmu hadits harus memperhatikan dua hal, yaitu :

Mempelajari periode-periode dan nazariyah-nazariyah ilmu hadits, serta


memperhatikan keadaan masyarakat yang telah mendukung nazhariyah-nazhariyah
itu dilapangan-lapangan yang telah ditempuh olehnya.
Mempelajari secara mendalam pemuka-pemuka ilmu hadits. Dalam bagian ini
dipelajari kesungguhan yang telah diberikan oleh para ahli dalam mendirikan sendisendi ilmu dan kadar bekasan yang ditinggalkan oleh para ahli dalam menegakan asasasas itu.
BAB KEDUA
HADITS DALAM PERIODE PERTAMA (MASA RASULULLAH)

1. Masa Pertumbuhan Hadits Dan Cara Para Sahabat Memperolehnya


Nabi saw hidup di tengah-tengah masyarakat sahabatnya. Mereka dapat bertemu dan bergaul
dengan beliau secara bebas. Tidak ada ketentuan protocol yang menghalngi mereka untuk bergaul
dengan Nabi saw. Yang tidak dibenarkan adalah mereka memasuki rumah Nabi saw ketika beliau
tidak ada di rumah, atau berbicara dengan istri Nabi saw tanpa hijab.
Seluruh perbuatan Nabi saw, demikian juga seluruh ucapan dan tutur kata beliau menjadi
sasaran pehatian para sahabat. Segala gerak-gerik Nabi saw dijadikan pedoman hidup. Karena
kesungguhan untuk meneladani beliau, para sahabat yang rumahnya jauh dari masjid, silih berganti
mendatangi majelis-majelis Nabi saw.
2. Para Sahabat Tidak Sederajat Dalam Mengetahui Keadaan Rasul
Semua sahabat, umumnya menerima hadits dari Nabi saw. Namun, dalam hal ini, para
sahabat tidak sederajat dalam mengetahui keadaan Nabi saw. Ada yang tinggal di kota, ada pula
yang sering bepergian, ada yang terus menerus beribadat, tinggal di masjid tidak bekerja. Nabi p[un
tidak selalu mengadakan ceramah terbuka, kadang-kadang saja beliau melakukan yang demikian.
Ceramah terbuka diberikan beliau hanya tiap-tiap jumat, hari raya dan waktu-waktu yang
tidak ditentukan, jika keadaan menghendaki.
3. Para Sahabat Yang Banyak Menerima Pelajaran Dari Nabi Saw
Yang mula-mula masuk islam (as-sabiqunal awwalun)
Yang selalu berada di samping Nabi saw, dan bersungguh-sungguh menghafalnya
seperti Abu Hurairah dan Abdullah Bin Amr Bin Ash.
Yang hidupnya sesudah Nabi saw, dapat menerima hadits dari sesama sahabat,
seperti Anas Ibn Malik dan Abdullah Ibn Abbas.
Yang erat hubungannya dengan nabi, seperti Ummahatul Mukminin, seperti Aisyah
dan Ummu Salamah.
4. Sebab-Sebab Hadits Tidak Ditulis Setiap Kali Nabi Saw Menyampaikannya

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Membukukan ucapan, amalan serta muamalah Nabi adalah hal yang sukar, karena
memerlukan segolongan sahabat yang terus menerus menyertai Nabi saw. Sedangkan
yang mampu menulis saat itu masih sedikit dan dikerahkan sepenuhnya untuk
penulisan Al-Quran.
Karena orang Arab tidak pandai baca tulis dan lebih menkankan pentingnya
menghafal.
Dikhawatirkan akan bercampur dengan Al-Quran dengan tidak sengaja.

5. Kedudukan Usaha Menulis Hadits Di Masa Nabi Saw


Ada beberapa sahabat yang menulis lembaran-lembaran hadist diantaranya Abdullah Ibn Amr
Ibn Ash yang dinamakan shahifah ash-shadiqah. Ali bin Abi Thalib dan Anas bin Malik pun diceritakan
memiliki shahifah.
6. Pembatalan Larangan Menulis Hadits
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadits yang di-nasakh-kan oleh
hadist Abu Said, di mansukh dengan izin yang datang sesudahnya. Dengan pertimbangan, yaitu :

Dikhawatirkan campur aduk dengan al-Quran


Izin diberikan kepada mereka yang telah hafal dan faham quran sehingga tidak
mungkin tercampur dengan hadits.
Keizinan itu diberikan kepad mereka yang hanya menulis sunah untuk dirinya sendiri.
Sesudah al-Quran dibukukan, ditulis dengan sempurna dan telah lengkap pula
turunnya, barlah dikeluarkan izin menulis sunah.

BAB KETIGA
HADITS DALAM PERIODE KEDUA (MASA KHULAFA RASYIDIN MASA MEMBATASI RIWAYAT)
1. Sikap Sahabat Terhadap Usaha Mengembangkan Hadits Sebelum Dan Sesudah Nabi Saw
Wafat
Perintah mentablighkan hadits
Ancaman terhadap pendustaan dalam mentablighkan hadits
2. Hadits Di Masa Abu Bakar Dan Umar
Periwayatan hadits masih sangat terbatas dan hanya disampaikan bagi yang memerlukannya
saja. Masa ini para sahabat berkonsentrasi dalam menyebarkan al-Quran.
3. Sebab-Sebab Pada Masa Abu Bakar Dan Umar Hadits Tidak Tersebar Dengan Pesat
Dengan tegas sejarah menerangkan bahwa Umar Bin Khattab ketika memegang tampuk
kekhalifahan meminta dengan keras supaya para sahabat menyelidiki riwayat. Beliau tidak
membenarkan orang mengembangkan periwayatan hadits, dan lebih fokus kepada Al-Quran.
4. Cara-Cara Para Sahabat Meriwayatkan Hadits
Dengan lafal asli
5

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Dengan maknanya saja


5. Lafal-Lafal Yang Dipakai Para Sahabat Dalam Meriwayatkan Hadits Dan Derajatnya
Derajat pertama, saya mendengar Rasulullah saw bersabda ...
Derajat kedua, bersabda Rasulullah saw begini, atau mengabarkan Rasulullah saw
begini, dsb.
Derajat ketiga, Rasul saw menyuruh begini, atau melarang ini
Derajat keempat, kami diperintahkan begini atau dilarang begini
Derajat kelima, kami para sahabat berbuat begini
6. Ketelitian Para Sahabat Dalam Menerima Hadits Dari Sesama Sahabat
Para sahabat sangat berhati-hati dalam menerima hadits dan tidak menerimanya dari siapa
saja, mereka memperhatian rawi dan marwi. Mereka tidak membanyakkan penerimaan hadits,
sebagaimana tidak pula membanyakkan riwayat.
7. Syarat-Syarat Yang Ditetapkan Abu Bakar, Umar Dan Ali Ketika Menerima Hadits
Tidak diterima hadits apabila tidak disaksikan kebenarannya oleh seseorang yang lain.
Ali bin abi thalib meminiat yang menyampaihakn hadits untuk disumpah
Hal dua diatas tidak bersifat mutlak bergantung keyakinan sahabat itu sendiri
terhadap penyampai hadits.
8. Hadits Di Masa Utsman Dan Ali
Sahabat-sahabat kecil mulai mencari hadits dari sahabat-sahabat besar dan mulailah mereka
meninggalkan kediamannya untuk mencari hadits.
9. Sebab-Sebab Para Sahabat Tidak Membukukan Hadits Dan Mengmpulkannya Dalam Sebuah
Buku
Ahli-ahli sunah menyerahkan perihal penukilan hadits kepada hafalan-hafalan mereka
saja.
Lafal-lafa sunah tidak terjamin kesempurnaannya.
Para sahabat berselisih dalam lafal-lafal sunah dan penukilan susunan
pembicaraannya. Karena itu, tidaklah sah mereka membukukan yang mereka
perselisihkan itu.

BAB KEEMPAT
HADITS DALAM PERIODE KETIGA (MASA SAHABAT KECIL DAN TABIIN BESAR)
1. Masa Keseimbangan Dan Meluas Periwayatan Hadits
Sesudah masa Utsman dan Ali, timbullah usaha yang lebih serius dalam mencari dan
menghafal hadits serta menyebarkannya kepada masyarakat luas dengan jalan mengadakan
perjalan-perjalan dalam mencari hadits. Hal ini juga didorong mulai berkembangnya islam ke jazirah
arab, Afrika dan Spanyol.
2. Lawatan Para Sahabat Untuk Mencari Hadits

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Pada fase ini banyak sahabat/thabiin yang mulai mencari ke daerah yang jauh hanya untuk
mencari hadits, contohnya :
Jabir pernah pergi ke Syam melakukan perlawatan sebulan lamanya untuk menemui
Abdullah Ibnu Unais AL-Anshari, dalam rangka menanyakan sebuah hadits.
Abu Ayyub al-Anshari pernah ke Mesir untuk menanyakan sebuah hadits kepada
Uqbah Ibn Amr
3. Sahabat-Sahabat Yang Mendapat Julukan Bendaharawan Hadits

Banyak diantara para sahabat yang sangat hafal terhadap Hadits Nabi saw, dikarenakan halhal berikut, yaitu :

Paling awal masuk islam. Ex. As-sabiqunal awwalun


Mendengar dari sahabat lain disaamping mendengar sendiri, ditambah panjang umur.
Ex. Anas Ibn Malik
Lama menyertai Nabi saw, karena bergaul erat dengan Nabi saw. Ex. Ummu Salamah
dan Aisyah Binti Abi Bakar.
Berusaha untuk mencatatnya, ex. Abdullah bin Amr Bin Ash

Diantara para sahabat yang sangat banyak menghafal hadits adalah sebagai berikut, yaitu :

Abu Hurairah
Aisyah
Anas Ibn Malik (2276/2236 Hadits)
Abdullah Ibn Abbas (1660 Hadits)
Jabir Ibn Abdillah (1540 Hadits)

Abu Said Al-Khudry (1170 Hadits)


Ibnu Masud
Abdullah Ibn Amr Bin Ash (2.630
hadits)

4. Mulai Timbul Pemalsuan Hadits


Sejak kematian Khalifah Ustaman Bin Affan, umat islam terpecah menjadi beberapa golongan,
dinataranya syiah, khawarij dan pendukung pemerintahan yang berkuasa, yang masing-masing
golongan bersaing membuat hadits palsu yang mengunggulkan golongannya sendiri. Disinyalir pusat
dari pembuatan hadits palsu ini adalah kota Baghdad tempat berkembangnya syiah.

BAB KELIMA
HADITS DALAM PERIODE KEEMPAT (MASA PENGUMPULAN DAN PEMBUKUAN HADITS)
1. Permulaan Masa Pembukuan Hadits
Pada masa dinasti Umayyah, khalifah Umar Bin Abdul Aziz meminta gubernur
Madinah, Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hazmin supaya membukukan hadits
dari Amrah binti abd ar-rahman ibn saad ibn Zurarah Ibn Ades dan hadits yang berada
pada al-Qasim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakar Ash-Shidiq.
khalifah Umar Bin Abdul Aziz juga meminta semua gubernur untuk membukukan
hadits, diantara ulama yang mengikuti anjurannya adalah al-imam muhammad ibn
Muslim Ibn Syihab az-Zuhry.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Kitab hadits yang tertua dipegang umat Muslim adalah kitab al-Muwaththa susunan
Imam Malik atas perintah khalifah al-Mansur Masa dinasti Abbasiyah, karena kitab
karangan az-Zuhri tidak berhasil ditemukan.
2. Sistem Ulama Abad Ke-2 Hijrah Membukukan Hadits

Ulama abad ke-2 membukukan hadits dengan tidak menyaringnya. Mereka tidak
membukukan hadits saja, fatwa-fatwa sahabat, bahkan fatwa-fatwa thabiin, semua itu dibukukan
bersama-sama. Maka dalam kitab-kitab itu terdapat hadits-hadits marfu, mauquf dan hadits
maqthu.
3. Kitab-Kitab Hadits Yang Terkenal Dalam Abad Ke-2 Hijriah
Al-Muwaththa karangan Imam Malik (95 179 H)
Al-Musnad susunan Abu Hanifah (150 H)
Al-Musnad susunan imam asy-syafii (204 H)
4. Kedudukan Dan Keadaan Kitab-Kitab Hadits Abad Ke-2 Hijriah
Diantara kitab-kitab yang terkenal abad ke-2 adalah al-Muwaththa karya Imam Malik, AlMusnad dan Mukhtalif al-Hadits karya imam Syafii dan As-Sirah an-Nabawiyah karya Ibnu Ishaq.
5. Pemisahan Hadits-Hadits Tafsir Dan Hadits-Hadits Sirah
Dalam abad ini mulai dipisahkan hadits-hadits tafsir dari umum hadits, dan mulai dipisahkan
pula hadits-hadit sirah dan maghazinya. Ulama yang pertama-tama melakukan ini adalah
Muhammad Ibn Ishaq Ibn Yassar al-Muthalliby (151 H). Kitab ini diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam
(151-213 H) dan terkenal dengan nama sirah Ibnu Hisyam.
6. Bertambah Luasnya Pemalsuan Hadits
Muncul propaganda menggulingkan Bani Umayyah dengan pembuatan hadits-hadits
palsu.
Muncul golongan zindiq (pura-pura Islam), tukang kisah yang menarik pemintanya
dengan hadits-hadits palsu.
7. Sebab-Sebab Seorang Tabiiy Dan Tabiit Tabiiy Banyak Dapat Meriwayatkan Hadits
Para thabiin menerima hadits dari banyak sahabat dan dari sesamanya, karena itu jumlah
riwayat seorang thabiiy biasanya lebih banyak dari sahabat, riwayat tabiit tabiiy lebih banyak dari
thabiin dan sterusnya.
BAB KEENAM
HADITS DALAM PERIODE KELIMA (MASA PENTASHHIHAN DAN PENYUSUNAN KAIDAHKAIDAHNYA)
1. Masa Pembukuan Hadits Semata-Mata (Hadits Dalam Abad Ke-3 Hijriah)
Pada masa ini hadits mulai dipisahkan dari fatwa-fatawa shahabat dan thabiin. Tetapi mereka
masih mencampur adkan anatara hadits shahih, hasan dan dhaif.

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

2. Bertambah Meluas Lawatan, Penyusunan Kaidah Dan Pentashhihan Hadits yang


diproklamirkan oleh Imam al-Bukhari, diman beliau mengunjungi berbagai daerah, khusus
untuk menerima hadits.
3. Imam Yang Mula-Mula Membukukan Hadits Yang Dipandang Shahih Saja, dipelopori oleh
Ishaq Ibn Rahawaih, kemudian disempurnakan oleh muridnya yaitu Al-Bukhari dengan
kitabnya al-Jami ash-shahih.
4. Dasar-Dasar Pentashhihan Hadits
Untuk mentashhihkan hadits dibutuhkan pengetahuan yang luas tentang tarikh rijal al-hadits,
sejarah perawi hadits, tanggal lahir dan wafat para perawi, agar dapat diketahui apakah dia bertemu
dengan orang yang dia riwayatkan haditsnya atau tidak. Mengetahui tingkat kebenaran dan
kepercayaan rawi-rawi tersebut, nilai-nilai hafalan mereka, siapa yang benar dapat dipercaya, siapa
yang tertutup keadaan, siap yang dusta dan siapa ayang lalai.
5. Langkah-Langkah Yang Diambil Untuk Memelihara Hadits
Mengisnadkan hadits
Memeriksa benar tidaknya hadits yang diterima
Mengkritik rawi dan menerangkan keadaan-keadaan mereka, tentang kebenaran
ataupun kedustaannya.
Membuat kaidah umum untuk membedakan derajat-derajat hadits.
Menerapkan kriteria hadits-hadits maudhu
6. Tokoh-Tokoh Hadits Yang Lahir Dalam Masa Ini
Tokoh-tokoh yang lahir pada abad ini diantaranya adalah sebagai berikut, yaitu :
Ali Ibnu Al-Madiny
Muslim
Abu Hatim Ar-Razi
An-Nasai
Muhammad Ibnu Jari Ath Abu Daud
Thabary
At-Tirmidzi
Ishaq Ibnu Rahawaih
Ibnu Majah
Ahmad
Ibnu Qutaibah
Al-Bukhary
Ad-Dainury
7. Kitab-Kitab Sunnah Yang Tersusun Dalam Abad Ke-3 Hijriah
Kitab shahih, kitab yang hanya berisi hadits shahih saja.
Kitab sunan, (kecuali sunan Ibn Majah) ialah kitab-kitab yang oleh penulisnya tidak
dimasukan kedalamnya hadits-hadits yang mungkar dan yang sepertinya.
Kitab musnad, kitab-kitab yang penyusunannya memasukan ke dalamnya segala rupa
hadits-hadits yang diterima, dengan tidak menyaring dan tidak menerangkan derajatderajatnya.

BAGIAN KETIGA
ILMU-ILMU HADITS
BAB PERTAMA
9

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU-ILMU HADITS


1. Macam-Macam Ilmu Hadits
Secara umum ilmu hadits terbagi dua, yaitu ilmu hadits dirayah dan ilmu hadits riwayah.
2. Tarif Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah
Ilmu hadits riwayah adalah suatu ilmu untuk mengetahui sabda-sabda Nabi saw, perbuatan,
taqrir-taqrir dan sifat-sifatnya.
Ilmu hadits dirayah adalah ilmu untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari jurusan
diterima atau ditolak dan yang bersangkut-paut dengan itu.

BAB KEDUA
CABANG-CABANG ILMU HADITS
1. Tarif Dan Sejarah Ilmu Rijalul Hadits
Ilmu rijalil hadits adalah ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari sahabat, thabiin
maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya.
Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui, yaitu :

Keadaan perawi
Sejarah ringkas para perawi
Madzhab yang dipegang oleh rawi
Keadaan-keadaan para perawi menerima hadits

2. Tarif Dan Sejarah Ilmu Jarh Wa Tadil


Ilmu jarh wa tadil adalah ilmu yang menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan
para perawi dan tentang pentadilannya(memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata
yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu.
3. Kitab-Kitab Jarh Dan Tadil
Kitab-kitab yang berisi tentang orang-orang terpercaya dan orang-orang lemah
Kitab-kitab yang menrangkan orang-orang yang dapat dipercaya saja
Kitab yang menarangkan orang-orang lemah saja
Kitab-kitab yang menerangkan orang-orang yang mentadliskan hadits
Kitab-kitab yang disusun mengenai perawi-perawi dalam suatu kitab tertentu
Kitab-kitab yang menerangkan tanggal-tanggal wafat para muhadditsin
Kitab-kitab yang menerangkan nama-nama, kuniah-kuniah dan laqab-laqab
Kitab-kitab yang menerangkan penghafal yang rusak pikirannya karena tua
4. Tarif Dan Sejarah Ilmu Fann Al-Mubhanat

10

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut di dalam matan atau di dalam
sanad.
5. Tarif Dan Sejarah Ilmu Tashhif Wa At-Tahrif
Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (yang dinamai mushahhaf)
dan bentuknya yang dinamai Muharraf.
6. Tarif Dan Sejarah Ilmu Ilal Al-Hadits
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat merusakkan
hadits.
7. Tarif Dan Sejarah Ilmu Gharib Al-Hadits
Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar
diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.
8. Tarif Dan Sejarah Ilmu Nasikh Wal Mansukh
Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah di mansukhkan dan yang menarikhkannya.
9. Tarif Dan Sejarah Ilmu Asbab Wurud Al-Hadits
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa-masnya Nabi
menuturkan itu.
10. Tarif Dan Sejarah Ilmu Talfiq Al-Hadits
Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antara hadits-hadits yang berlawanan
zhahirnya.
11. Tarif Dan Sejarah Ilmu Musthalah Ahli Hadits
Ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian (istilah-istilah yang dipakai oleh ahli-ahli
hadits)

BAGIAN KEEMPAT
BEBERAPA MASALAH POKOK TENTANG HADITS
BAB PERTAMA
DALIL WAJIB MENGIKUTI RASUL DAN HADITS (SUNNAH)
1. Seluruh Umat Wajib Mengikuti Hadits
Ahli aql dan ahli naql dalam islam telah ber-ijma bahwa al-hadits dasar bagi hukum-hukum
islam, dan umat diperintahkan mengikuti al-hadits sebagaimana mengikuti al-Quran.

11

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

2. Pengertian Mengikuti Rasul


Mengikuti Rasul ialah mengikuti sunahnya (haditsnya). Titah-titah yang mewajibkan kita
mengikutinya, secara umum mencakup seluruh masa dan tempat. Tidak ditentukan dengan
masanya, tidak untuk sahabatnya atau untuk masyarakat Arab saja.

BAB KEDUA
RUTBAH DAN DERAJAT (KEDUDUKAN) HADITS
1. Rutbah Al-Hadits Dalam Dasar-Dasar Tasyri
Al-Quran adalah dasar pertama dan al-hadits dasar kedua. Haruslah dipandang bahwa rutbah
(derajat) al-Quran lebih tinggi dari rutbah (derajat) al-Hadits.
2. Sebab-Sebab Rutbah Al-Quran Lebih Tinggi Dari Al-Hadits
Al-Quran adalah kitab Allah set, yang diurunkan kepada Nabi saw. Lafal dan maknanya
kita terima dari Nabi Muhammad saw.
Al-Quran didengar dan dihafal sejumlah sahabat.
Al-Quran ditulis atas perintah Nabi saw.
Al-Quran dikumpulkan dalam mushaf dan disampaikan dalam keadaan aslinya,
sehurufpun tidak hilang atau berubah.
Sedangkan hadits tidak demikian, hadits qauli sedikit sekali yang mutawatir. Sebagian besar
hadits mutawatir adalah mengenai amal praktek sehari hari, semisal shalat lima waktu, bilangan
rakaat shalat, tata cara shalat, puasa Ramadhan dan haji.
3. Kedudukan Al-Hadits (As-Sunah) Terhadap Al-Quran (Fungsi Hadits/Sunah)
Sebagai sumber kedua setelah al-Quran
Menerangkan keumuman dari al-Quran, penjelas, pensyarah, penafsir dan yang
mempertanggungkan kepada yang zhahirnya.

BAB KETIGA
PENJELASAN SEKITAR AL-HADITS
1. Batas Penjelasan Hadits
Menurut pendapat ahl ar-rayi, penerangan al-hadits terhadap al-Quran itu terbagi tiga, yaitu :

Bayan taqrir, keterangan yang diberikan oleh al-Hadits untuk menambah kokoh apa
yang telah diterangkan oleh al-Quran.
Bayan tafsir, menerangkan apa yang kira-kira tidak mudah diketahui (tersembunyi
pengertiannya) seperti ayat-ayat yang mujmal dan yang musytarak fihi.
Bayan tabdil, bayan naskah, yaitu mengganti suatu hukum atau menasakhkannya.

12

Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015

Menurut imam Malik, bayan (penerangan) al-Hadits terhadap al-Quran adalah sebagi berikut,
yaitu :
Bayan at-taqrir, menetapkan dan mengokohkan hukum-hukum al-Quran.
Bayan at-taudhih (tafsir), menerangkan maksud-maksud ayat al-Quran.
Bayan at-tafshil, menjelaskan mujmal al-Quran.
Bayan al-Basthy (tabsith bayan tawil), memanjangkan keterangan bagi apa yang
diringkas keterangannya oleh al-Quran.
Bayan tasyri, mewujudkan sesuatu hukum yang tidak tersebut dalam al-Quran.
2. Sandaran-Sandaran Ulama Ahl Ar-Rayi
Menolak segala hadits yang bertentangan dengan al-Quran
Ulama ahl ar-rayi tidak menerima suatu hadits sebelum mengemukakah keteranganketerangan al-Quran yang tidak memerlukan penjelasan apa-apa (muhkam). Mereka
dalam hal ini mengikuti fatwa Abu Bakar, Umar Bin Khattab dan Aisyah Binti Abi Bakar.

Referensi
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang : Pustaka
Rizki Putra, 2009)

13

Anda mungkin juga menyukai