KULTUR ORGAN
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Nama
: Frelyta A. Z.
NIM
: 115040201111290
Kelompok
Asisten
: Dita pahlevi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi
deferensiasi dan fungsi dari jaringan khusus. Kebutuhan nutrisi dan
keadaan lingkungan dapat di eksplorasi secara lebih tepat dalam
kultur In Vitro. Eksplan yang sering digunakan untuk perbanyakan
tanaman cocor bebek secara in vitro adalah bagian daun, karena
mitosis pada sel-sel yang berkesinambungan sehingga ekstra
duplikasi DNA dapat dihindari.
Kultur organ daun umumnya menyebabkan tanaman yang
dihasilkan identik dengan donornya. Organ tanaman yang dipakai
meliputi : tunas, bagian daun, atau organ lainnya, diletakkan pada
media nutrisi untuk menumbuhkan eksplan tersebut menjadi tanaman
lengkap. Kultur meristem daun merupakan salah satu tipe
pengkulturan yang mengambil daun sebagai eksplan.
Didalam kultur organ daun, eksplan daun yang diambil adalah
yang mengandung suplai makanan (daun dewasa) sehingga mudah
dirangsang dan bergenerasi. Dalam kultur ini perkembangan
diarahkan untuk mendapatkan tanaman sekaligus memperbanyaknya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kultur ini meliputi asal
eksplan, umur fisiologis, ukuran eksplan, komposisi media, dan
penambahan zat pengatur tumbuh.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
Untuk mengetahui teknik dan cara dalam kultur organ
Untuk mengetahui pengertian kultur organ
Untuk mengetahui inkubasi eksplan
Untuk mengetahui Tahap-tahap kultur organ
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Isolasi Eksplan
Isolasi Eksplan adalah pembuatan kultur dari eksplan yang
bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru
(Wetherell, 1976).
Isolasi Eksplan adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau
organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan
yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi
yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap. (Suryowinoto, 1977)
2.2 Definisi Inkubasi Eksplan
Inkubasi Eksplan adalah merupakan tahapan kegiatan kultur
yang bertujuan untuk menumbuhkan eksplan yang telah
ditanam dalam botol kultur. Botol kultur yang akan
digunakan harus disiapkan terlebih dahulu kemudian
diletakkan pada rak inkubasi berdasarkan kelompok jenis
tanaman, kultivar, tahapan dan perlakuan khusus lain.
(Nugroho, A. dan H. Sugito. 2005.)
Kegiatan inkubasi eksplan yaitu untuk menumbuhkan
eksplan yang telah ditanam dalam botol kultur. Botol-botol
kultur yang telah ditanami eksplan disimpan di dalam
ruang kultur untuk dipelihara dan selanjutnya diamati
pertumbuhanya selama periode kultur. (Prihandana, R. dan
R. Hendroko. 2006.)
2.3 Tahap-tahap Kultur Jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman
dengan teknik kultur jaringan adalah:
(Wikipedia,2012)
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya
serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman
indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan
dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta
bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara invitro. Pembuatan media merupakan faktor penentu dalam
perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon.Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar,
gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan
juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf pada suhu 121 C selama 45 menit. (Yusnita. 2005.)
b. Inisiasi Kultur
(Wikipedia,2012)
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah
pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta
inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini mengusahakan
kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga
diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi
pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk
perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya
(Wetherell, 1976).
c. Sentrilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar
flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. Sterilisasi eksplan
merupakan bagian yang paling sulit dalam proses produksi bibit
melalui kultur jaringan. Sterilisasi biasanya dilakukan dalam
beberapa tahap. Pertamatama eksplan dicuci dengan deterjen atau
(Wikipedia,2012)
(Wikipedia,2012)
Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan,
tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang
sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada
tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar
botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah
kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi
adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika
pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang
aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet
dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di
lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa
dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi
eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi juga bisa
disebut proses penyesuaian planlet dari kondisi mikro dalam botol
(heterotrof) ke kondisi lingkungan luar (autotrof). Planlet yang
dipelihara dalam keadaan steril dalam lingkungan (suhu dan
kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan luar
(lapang). Planlet yang tumbuh dalam kultur di laboratorium
memiliki karakteristik daun yang berbeda dengan planlet yang
tumbuh di lapang. Daun dari planlet pada umumnya memiliki
stomata yang lebih terbuka, jumlah stomata tiap satuan luas lebih
banyak, dan sering tidak memiliki lapisan lilin pada permukaannya.
Dengan demikian, planlet sangat rentan terhadap kelembaban
rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum ditanam di lapang,
planlet memerlukan aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan di
rumah kaca atau pesemaian, baik di rumah kaca atau pesemaian.
Dalam aklimatisasi, lingkungan tumbuh (terutama kelembaban)
berangsur-angsur disesuaikan dengan kondisi lapang. Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar
dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit
mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
(Yusnita. 2005.)
kehadiran tipe organ lain dari tanaman seperti batang, tunas atau
daun secara in vitro.
2. Kultur akar berambut
Akar rambut adalah akar kecil berbentuk seperti rambut
halus. Kultur akar rambut adalah suatu metode budidaya akar rambut
secara in vitro dengan kondisi yang terkendali dan aseptis. (Payne et
al. 1992).
3. Kultur tunas
Kultur tunas adalah kultur dari bagian ujung tanaman ( shoot
),yang didalamnya sudah terdapat beberapa sel primordial. Eksplan
bisa berasal dari pucuk lateral beserta tangkainya yang masih kecil.
Teknik ini sering digunakan untuk menumbuhkan tanaman untuk
keperluan propagasi. (Gamborg, O.L.A. , van den Brink, R. B. C.,
1965,)
4. Kultur Protoplas
Protoplas adalah sel hidup yang telah dihilangkan dinding sel
nya (sel telanjang).
Tujuan Kultur Protoplas:
Mempelajari komponen penyusun sel (organela).
Untuk dapat melakukan fusi protoplas.
Mendapatkan tanaman hibrid dan cybrid somatic.
Digunakan dalam trasplantasi dan transformasi genetic.
5. Kultur Biji
Tujuan Kuktur Biji:
Mempercepat waktu kecambah.
Mengatasi masalah tanaman langka.
Mempelajari kecepatan pertumbuhan.
Mendapatkan biji steril untuk mengatasi kontaminasi
pada eksplan yang dibudidayakan. (Yusnita, 2005)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan dan Fungsi
3.1.1 Alat + Fungsi
Pinshet
Skalpel
Petridis
LAFC
Sprayer
6 mata Pisau
Cutter
Gelas ukur
Saringan
diberi perlakuan
Botol ukur
Spatula
Kacamata
Timbangan
Bunshen dan korek
steril
Tunas krisan
Deterjen
Byclean
Fungisida
Aquades
Alcohol 96%
Alkohol 70%
Dokumentasi
3.3 Analisa Perlakuan
Pada praktikum ini, hal yang perlu diperhatikan pertama
adalah saat pembilasan air haruslah dengan air yang mengalir. Hal
ini disebabkan agar eksplan tidak mudah terkontaminasi dengan air
bekas bilasan yang telah digunakan. Kemudian pencucian dengan
Clorox atau bayclean ditujukan karena bayclean memiliki kandungan
yang dapat membersihkan eksplan dari berbagai macam kontaminan.
Selanjutnya pada saat penanaman ekpslan, hal yang paling
penting yang harus diperhatikan adalah sterilisasi. Setiap bahan yang
akan kuta gunakan haruslah dalam kondisi yang steril. Termasuk
juga kita. Sebelum kita elakukan penanama eksplan di dalam
Laminar air Flow Cabinet, haruslah menyemprotkan alcohol ke
tangan kita sesudah memakai sarung tangan lateks. Begitu juga
dengan peralatan yang akan digunakan seperti pinset dan scalpel,
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Botol Ke
No
.
Dokumentasi
Pengamatan
Kondisi Eksplan
Kontaminan
1*
Keterangan
Jenis
Kontaminan
Pertumbuhan
Tidak
Kontaminan
Jenis
Kontaminan: Pertumbuhan :
-
Jenis
Kontaminan: Pertumbuhan :
-
Jenis
Kontaminan: Pertumbuhan :
Jenis
Kontaminan: Pertumbuhan :
-
2*
Jenis
Kontaminan: Pertumbuhan :
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
3*
4*
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Keterangan :
1* : Pengamatan tanggal 13 November 2012
2* : Pengamatan tanggal 15 November 2012
3* : Pengamatan tanggal 20 November 2012 (
4* : Pengamatan tanggal 27 November 2012
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
Jenis
Kontaminan:
jamur
Pertumbuhan :
Browning
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, eksplan diambil dari tanaman
krisan. Dan media yang digunakan adalah media yang dibuat pada
praktikum sebelumnya.
Pada proses penanaman eksplan dilakukan didalam LAFC
agar terjaga dari kontaminasi yang mungkin terjadi. Pengamatan
dilakukan sebanyak 4x, pada tanggal 13,15,20 dan 27 November
2012. Dalama proses penanaman yang pertama dilakukan adalah
pemotongan eksplan menjadi beberapa bagian, namun disinilah yang
mungkin menjadi penyebab kontaminasi yang terjadi.
Pada penanaman pisau yang digunakan tidak cukup tajam
untuk membuat irisan tipis dari organ yang ditanam, sehingga
dimungkinkan terjadi kontaminan pada eksplan dan terjadi luka pada
mata tunas sehingga terjadi browning (kematian sel) dari organ yang
ditanam.
Selain pisau yang tidak cukup tajam penyebab lainnya
adalah mata tunas tanaman krisan yang telah terjadi pembungaan
atau tua, sehingga mata tunas tersebut tidak menjadi tumbuah malah
terjadi kontaminan pada eksplan.
Apabila kita bandingkan dengan literatur kontaminasi
salah satu pembatas, dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur.
Kontaminasi dapat berasal :
Kontaminan internal dan eksternal. Kontaminan internal dari
dalam jaringan tanaman. Kontaminan internal, sulit diatasi,
maka perlu perlakuan antibiotik atau fungisida yang
sistemik. Kontaminan eksternal, akibat langsung dari
cendawan/bakteri atau akibat tidak langsung dari senyawa
toksik produksi cendawan atau bakteri.
organisme kecil yang masuk dalam media
botol / alat yang kurang steril
lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
pada kultur jaringan, prinsip dasarnya adalah melakukan penanaman
organ atau bagian tanaman pada media yang telah disediakan. Yang
nantinya diharapkan dapat tumbuh dan mempunyai sifat yang sama
persis dengan induknya.
Pada praktikum yang telah dilakukan, terdapat kendala dan yang
seharusnya menjadi konsentrasi dalam melakukan kultur. Yakni
adalah kelayakan peralatan yang digunakan dan tingkat kesterilan
lokasi penanaman. Agar eksplan tidak luka dan tingkat kontaminasi
tidak ada.
Macam macam kultur organ :
Kultur Tunas
Kultur Protoplas
Kultur Biji
Kultur Akar
Kultur Akar berambut
5.2 Saran
Jumlah eksplan dan botol media disesuaikan agar bisa
dilakukan per orang. Peralatan lab, seperti pisau pemotong eksplan,
dan lainya agar diperhatikan kualitasnya agar layak untuk proses
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Gamborg, O.L.A. , van den Brink, R. B. C., 1965, Nutrition,
Media, and Characteristics of Plant Cell and Tisuue Cultures in
Thrope,A.T., Plant Tisuue Culture, Academic Press, New York.
Gani, A.P., 2009, `Produksi Metabolit Sekunder Dengan Kultur
Jaringan TanamanBahan kuliah Diberikan Pada Kuliah Kultur
Jaringan Tanaman , Yogyakarta, 28 November 2009
Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 1994. Teknik kultur
jaringan. Kanisius. Yogyakarta. pp.139.
Nugroho, A. dan H. Sugito. 2005. Teknik kultur jaringan. Penebar
Swadaya. Jakarta. pp.71.
Payne GF, Bringi V, Prince CL,Shuler ML, 1992, Plant Cell and
Tissue Culture in Liquid Systems, John Wiley and Sons, New
York
Prihandana, R. dan R. Hendroko. 2006. Petunjuk budi daya jarak
pagar. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. pp.83.
Suryowinoto,M., 1985, Budidaya Jaringan dan Manfaatnya,
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta.
Wetherel, D.F. 1976. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In
Vitro. Avery Publishing Group Inc. New Jersey.
Wikipedia,
2012.
http//gambar-kultur-jaringan-wikipedia.com
diakses pada tanggal 15/11/2012
Yusnita. 2005. Kultur jaringan cara memperbanyak tanaman secara
efisien. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. pp.103.