Anda di halaman 1dari 7

EPILEPSI: EPIDEMILOGI DAN ETIOLOGI

Epilepsi adalah suatu jenis gangguan syaraf yang menyerang manusia di setiap negara di seluruh dunia.
Epilepsi juga merupakan salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Penyakit ini ditandai dengan
kecenderungan pengulangan 'serangan' yang dimulai dengan dua atau lebih serangan tiba-tiba.
Kepercayaan yang melekat di banyak negara menyatakan bahwa orang yang mengidap epilepsi diserang
oleh kekuatan gaib. Kepercayaan kuno ini dapat dilihat dari namanya --kata epilepsi berasal dari bahasa
Yunani "epilambanien" yang berarti 'serangan'.
Saat ini kita mengetahui bahwa serangan yang terjadi dalam epilepsi merupakan hasil dari kelebihan
muatan listrik tiba-tiba yang biasanya singkat pada sekelompok sel di otak sehingga terjadi penghentian
aktivitas sel-sel otak. Hal ini juga dapat terjadi pada sisi lain otak. Gambaran klinis serangan akan berbeda
dan tergantung pada bagian otak mana yang pertama kali terganggu dan sejauh mana penyebarannya.
Gejala yang singkat dapat terjadi seperti kehilangan kesadaran, gangguan pergerakan, sensasi (meliputi
pandangan, pendengaran, dan perasaan), suasana hati, dan fungsi mental.
Serangan dapat berubah-ubah dari kehilangan perhatian yang sangat cepat atau sentakan otot yang hebat
sampai kejang-kejang yang berlangsung sangat lama. Serangan juga dapat berubah-ubah frekuensinya,
dari sekali dalam setahun sampai beberapa kali sehari. Serangan dikelompokkan berdasarkan bagian otak
yang diserang, contohnya:
a; Serangan Parsial: terjadi karena adanya penghentian muatan listrik di satu tempat atau lebih yang
terlokalisir di bagian otak. Berdasarkan tipenya, serangan parsial dapat melemahkan kesadaran,
dapat juga tidak. Serangan parsial dimulai di bagian otak tertentu, tetapi kemudian menyebar
keseluruh bagian otak yang menyebabkan serangan keseluruhan.
b; Serangan keseluruhan: dalam serangan ini penghentian muatan listrik yang terjadi meliputi seluruh
bagian otak dan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dan atau kontraksi otot atau kejang
'stiff'. Serangan ini dikenal sebagai kekejangan "grand mal" dan kehilangan kesadaran yang
singkat "petit mal".
Status epilepticus adalah keadaan seseorang yang sering terkena serangan tanpa usaha penyembuhan
setiap kali terkena serangan. Hal ini berbahaya dan jika tidak diterapi dapat menyebabkan kerusakan otak
atau kematian. Tidak ada kejelasan mengapa terjadi serangan tertentu, pada waktu atau usia tertentu dan
tidak pada waktu-waktu atau usia-usia lainnya. Faktor-faktor pemicu yang dikenali pada beberapa pasien
misalnya cahaya lampu tertentu (disco, televisi, dan video games), pernapasan yang cepat, pengeluaran
cairan yang berlebihan, kurang tidur, emosi, dan tekanan psikis dapat menimbulkan serangan. Meskipun
hal tersebut bukan penyebab epilepsi, namun dapat mempengaruhi waktu dan frekuensi serangan.
Epilepsi tidak mengenal batas wilayah, ras, dan batas sosial. Penyakit ini terjadi pada pria dan wanita serta
dapat terjadi pada usia berapapun. Diduga kebanyakan terjadi sejak dalam kandungan, masa kanakkanak, remaja, dan orang tua. Siapa saja dapat terkena serangan? Kenyataannya, 5% penduduk dunia
terkena serangan satu kali seumur hidup. Sedangkan diagnosa epilepsi terbatas pada serangan yang
terjadi berulang-ulang, paling tidak dua serangan yang tiba-tiba.
Prevalensi epilepsi berbanding dengan jumlah penduduk, yang meningkat setiap tahunnya. Beberapa
penelitian di seluruh dunia memperkirakan jumlah prevalensi epilepsi aktif kurang lebih 8,2 per 1000
penduduk. Bagimanapun, perkiraan ini mungkin terlalu rendah untuk negara berkembang seperti
Colombia, Ecuador, India, Liberia, Nigeria, Panama, Tanzania, dan Venezuela yang prevalensinya lebih
dari 10 per 1000.

Penelitian di negara maju memperkirakan insiden penyakit epilepsi setiap tahun kurang lebih 50 per
100.000 penduduk. Penelitian di negara berkembang menunjukkan angka hampir dua kali lipat, yaitu 100
per 100.000 penduduk. Insiden epilepsi di negara berkembang lebih tinggi karena risiko yang dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen juga lebih tinggi. Keadaan ini meliputi neurocysticercosis,
meningitis, malaria, komplikasi perinatal, dan malnutrisi.
Masih banyak orang yang tidak teridentifikasi penyakit epilepsinya. Teori yang paling dapat diterima adalah
bahwa epilepsi merupakan hasil dari ketidakseimbangan sejumlah unsur kimia dalam otak, seperti
neurotransmitter yang menyebabkan batas kekejangan menurun. Anak-anak dan remaja lebih banyak
mengidap epilepsi yang tidak diketahui sebabnya atau mungkin karena keturunan. Pada pasien lebih tua
lebih sering disebabkan oleh kelainan otak bagian bawah seperti tumor, penyakit pembuluh darah otak,
atau cedera otak.
Trauma dan infeksi otak dapat menyebabkan epilepsi. Sebagai contoh, di Amerika Latin penyebab utama
kista neurocysticercosis di otak adalah infeksi oleh cacing pita. Sementara itu, di Afrika malaria dan
meningitis sebagai penyebab utama serta di India neurocysticercosis dan tuberculosis sebagai penyebab
epilepsi terbanyak. (WHO/Hidayati W.B.)
EPILEPSI
DEFINISI
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami kejang berulang.
2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang.
Sepertiga dari kelompok tersebut mengalami epilepsi.
PENYEBAB
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami kejang berulang.
2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang.
Sepertiga dari kelompok tersebut mengalami epilepsi.
GEJALA
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas
di daerah tersebut.
Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak
yang terkena.
Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan
bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka
penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan.
Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami dj vu (merasa pernah mengalami
keadaan sekarang di masa yang lalu).
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan
kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.

Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan
sekitarnya selama 1-2 menit.
Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan,
mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan
menolak bantuan.
Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada
daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan
seluruh daerah mengalami kelainan fungsi.
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah otak yang luas, yang
sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi.
Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada
kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan
di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian
kandung kemih.
Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya
penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun.
Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.
Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30
detik.
Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentaknyentak.
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus menerus, tidak
berhenti.
Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam
otaknya menyebar luas.
Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa
meninggal.
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena
Sisi otak yg terkena
Lobus frontalis
Lobus oksipitalis
Lobus parietalis

Gejala
Kedutan pada otot tertentu
Halusinasi kilauan cahaya
Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu
Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks
Lobus temporalis
misalnya berjalan berputar-putar
Lobus temporalis anterior
Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium
Lobus temporalis anterior sebelah Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak
dalam
menyenangkan
DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang disampaikan oleh orang lain yang menyaksikan
terjadinya serangan epilepsi pada penderita.
EEG (elektroensefalogram) merupakan pemeriksaan yang mengukur aktivitas listrik di dalam otak.
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko. Elektroda ditempelkan pada kulit
kepala untuk mengukur impuls listrik di dalam otak.
Setelah terdiagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan penyebab yang bisa
diobati.
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk:
- mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
- menilai fungsi hati dan ginjal
- menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan adanya infeksi).
EKG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai akibat dari
tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan.
Pemeriksaan CT scan dan MRI dilakukan untuk menilai adanya tumor atau kanker otak, stroke, jaringan
parut dan kerusakan karena cedera kepala.
Kadang dilakukan pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak.
PENGOBATAN
Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan
tersebut harus diobati terlebih dahulu.
Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan.
Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka diperlukan obat antikejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan.
Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali
serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang diberikan dalam dosis tinggi
secara intravena.
Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping.
Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak menyebabkan
hiperaktivitas.
Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah.
Obat anti-kejang diminum berdasarkan resep dari dokter.
Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-kejang harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena
bisa merubah jumlah obat anti-kejang di dalam darah.
Keluarga penderita hendaknya dilatih untuk membantu penderita jika terjadi serangan epilepsi.
Langkah yang penting adalah menjaga agar penderita tidak terjatuh, melonggarkan pakaiannya (terutama

di daerah leher) dan memasang bantal di bawah kepala penderita.


Jika penderita tidak sadarkan diri, sebaiknya posisinya dimiringkan agar lebih mudah bernafas dan tidak
boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-benar sadar dan bisa bergerak secara normal.
Jika ditemukan kelainan otak yang terbatas, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat seratserat saraf yang menghubungkan kedua sisi otak (korpus kalosum).
Pembedahan dilakukan jika obat tidak berhasil mengatasi epilepsi atau efek sampingnya tidak dapat
ditoleransi.
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kejang
Obat
Karbamazepin
Etoksimid
Gabapentin
Lamotrigin
Fenobarbital
Fenitoin
Primidon
Valproat

Jenis epilepsi
Generalisata, parsial
Petit mal
Parsial
Generalisata, parsial
Generalisata, parsial
Generalisata, parsial
Generalisata, parsial
Kejang infantil, petit mal

Efek samping yg mungkin terjadi


Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
Tenang
Ruam kulit
Tenang
Pembengkakan gusi
Tenang
Penambahan berat badan, rambut rontok

PENCEGAHAN
Obat anti-kejang bisa sepenuhnya mencegah terjadinya grand mal pada lebih dari separuh penderita
epilepsi.

Dengan Pengobatan Rutin, Epilepsi pada Anak Dapat sembuh Total


Penyandang epilepsi akan mengalami kejang secara spontan tanpa sebab sebagai gejalanya. Selain itu,
ada pula yang disertai sebab ringan seperti kurang tidur, capek, melihat sesuatu yang berkedip-kedip,
dan lain-lain. Pada anak, jenis bangkitan kejang sangat bermacam-macam, dapat berbentuk kejang kaku
dan kejang kelojotan yang disertai mulut berbusa atau tidak. Bentuk yang lain berupa serangan bengong,
kaget-kaget, jatuh-jatuh, atau mengecap-ngecap. Keprihatinan yang mendalam akan dirasakan semua
orang jika melihat bayi berusia tiga bulan yang kejang-kejang karena epilepsi.
Namun, sangat disayangkan masyarakat sudah terlanjur mempunyai persepsi buruk tentang penyakit ini.
Persepsi buruk yang dimaksud di antaranya menyatakan bahwa epilepsi merupakan penyakit keturunan,
menular, dan tidak dapat disembuhkan. Padahal, dengan pengobatan yang rutin, anak penyandang
epilepsi dapat sembuh secara total. Demikian kesimpulan yang didapat dari kegiatan Press Up-date
dengan tema "Epilepsi pada Anak" yang diselenggarakan oleh Janssen Pharmaceutica pada 6 Juni 2001.
Pada acara yang diikuti wartawan media cetak dan elektronik tersebut, hadir sebagai pembicara Dr.
Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A(K) dan Dr. Irawan Mangunatmadja, SpA.
Penyebab epilepsi pada anak, menurut Hardiono, sebagian besar tidak diketahui. Namun demikian,
faktor lain yang menyebabkan timbulnya penyakit ini yaitu adanya kerusakan kecil atau besar pada otak.
Kerusakan ini dapat disebabkan perdarahan, tumor, infeksi otak, kelainan bawaan, dan lain-lain. Dari
seluruh kasus epilepsi, 60% di antaranya tidak diketahui penyebabnya, sedangkan pada anak yang
berumur < 10 tahun sebanyak 80% tidak diketahui penyebabnya. Berdasarkan fakta tersebut, berarti
sebanyak 360 ribu kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya jika dihitung berdasarkan prevalensi

epilepsi di Indonesia yang berjumlah 600 ribu penderita. Di RSCM sendiri, menurut dokter spesialis anak
yang juga berpraktek di Klinik Anakku, ini terdapat 175--200 kasus baru per tahun. Dengan
berkembangnya teknologi kedokteran diharapkan epilepsi yang tidak diketahui penyebabnya semakin
berkurang.
Sindrom epilepsi yang terjadi pada anak banyak jenisnya, di antaranya Ohtahara, Spasme Infantil,
Lennox-Gastaut, dan lain-lain. Sindrom Ohtahara terjadi pada bayi berusia 0--3 bulan dengan gejala
munculnya gerakan aneh yang berulang-ulang. Gejala ini memang sangat tidak khas karena bayi baru
lahir sulit dikenali gerakannya. Namun, dengan observasi yang teliti dapat ditentukan gerakan tersebut
kelainan atau bukan. Jika masih tidak dapat ditentukan, EEG dapat dilakukan untuk memastikannya.
Selain sindrom Ohtahara, pada bayi terutama yang berusia 3--12 bulan, dapat terjadi Spasme Infantil
atau dikenal juga dengan Sindrom West. Sindroma ini ditandai dengan kejang yang dialami bayi
menjelang tidur, munculnya berulang-ulang, dan berbunyi. Bayi yang mengalami spasme ini hasil EEGnya sangat buruk. Selain itu, kejang-kejang yang sering dialaminya dapat mengakibatkan retardasi
mental. Sindrom Lennox-Gastaut juga dapat dialami oleh bayi, terutama yang berusia di atas 1 tahun.
Sindrom ini meliputi semua jenis bangkitan kejang seperti Atonik (jatuh-jatuh), Tonik (kejang umum),
Tonik-Klonik (kejang disertai jatuh), Mioklonik, dan Absence (serangan bengong). Prognosis sindrom ini
sangat buruk dan hampir 100% penderita mengalami retardasi mental.
Hal yang terpenting menurut dokter yang juga pengurus Yayasan Autisme Indonesia, ini adalah bahwa
epilepsi dapat disembuhkan dengan pengobatan yang kontinyu. Untuk pasien yang akan menjalani
pengobatan, harus dipastikan dahulu bahwa ia benar-benar menyandang epilepsi. Dengan diagnosis
yang benar, misalnya dengan pemeriksaan EEG, dapat dipastikan bahwa seseorang menyandang
epilepsi. Penyandang epilepsi yang tengah menjalani pengobatan sedapat mungkin hanya menggunakan
satu jenis obat. Obat yang dipakai pun harus diminum dengan teratur, sebab jika pemakaian obat
dihentikan dengan tiba-tiba maka akan menimbulkan serangan yang hebat. Pengobatan yang tengah
dijalani harus diberikan secara rutin selama 2--3 tahun dan pada beberapa kasus diberikan seumur
hidup.
Penyandang epilepsi yang telah menjalani pengobatan 60--80%, bebas serangan selama 3 tahun tanpa
kekambuhan walaupun pengobatan dihentikan. Sebagian kecil penyandang bebas serangan, tetapi harus
tetap minum obat. Hanya 2--5% penyandang epilepsi yang serangannya sulit diatasi walaupun dengan
beberapa obat (intraktabel epilepsi). Pernyataan di atas merupakan harapan yang menggembirakan bagi
keluarga yang salah satu anggotanya menyandang epilepsi. Selain itu, Irawan menyebutkan bahwa
alternatif terakhir untuk mengobati epilepsi adalah dengan mengoperasi bagian sel saraf yang sering
menimbulkan kejang. Hanya saja, setelah operasi ada bagian tubuh yang tidak dapat berfungsi karena
sarafnya telah terpotong. Di Semarang telah berhasil dilakukan sepuluh operasi otak untuk pengobatan
epilepsi. (Hidayati W.B.)

EPILEPSI , YANG PERLU ANDA KETAHUI


dr.Yuda Turana/ MedikaHolistik.com
Gejala epilepsi sudah lama dikenal orang, mungkin sejak zaman purbakala. Hal ini tidak
mengherankan karena banyak jenis epilepsi yang sangat mudah dikenal. Siapakah
yang disebut menderita epilepsi ? tidak semua orang dengan kejang disebut epilepsi.
Seperti seseorang menderita radang otak, memar otak, demam tinggi kemudian kejang
maka orang itu bukanlah menderita epilepsi. Namun bila seseorang berada dalam
keadaan 'sehat' dan ketika ia sedang berbincang-bincang atau sedang tidur tiba-tiba
menderita kejang maka orang tersebut mungkin sekali menderita epilepsi. Jadi dari segi
praktis definisi berikut dapat digunakan untuk menentukan penderita epilepsi yaitu : bila
seseorang mengalami lebih satu kali serangan kejang secara spontan atau oleh
gangguan yang ringan. Serangan epilepsi dapat dicetuskan oleh gangguan emosional,
tidur, haid, demam, cahaya berlebih maupun yang berkedip-kedip. Jadi pada penderita
epilepsi harus diselidiki adanya faktor pencetus. Bila ada harus dihindarkan. Serangan

epilepsi ini dapat dihentikan dan dicegah pula dengan obat agar tidak kambuh. Obat
demikian disebut obat antikonvulsan atau obat anti epilepsi. Saat ini ada sekitar lebih
dari 15 macam obat yang biasa digunakan. Dengan meminum obat secara teratur
cukup banyak penderita epilepsi yang dapat dibebaskan dari serangan epilepsi dan
akhirnya mereka dapat hidup tanpa makan obat antikonvulsan. Keterangan lebih
lengkap dapat menghubungi dokter spesialis saraf terdekat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Konsil Kedokteran Indonesia
    Konsil Kedokteran Indonesia
    Dokumen41 halaman
    Konsil Kedokteran Indonesia
    Andreas Rudiyanto
    Belum ada peringkat
  • Askep Asma
    Askep Asma
    Dokumen21 halaman
    Askep Asma
    s_nugrozz
    Belum ada peringkat
  • LP Hipospadia
    LP Hipospadia
    Dokumen9 halaman
    LP Hipospadia
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP All
    LP All
    Dokumen26 halaman
    LP All
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP CHF
    LP CHF
    Dokumen10 halaman
    LP CHF
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • SAK Prepost Katarak
    SAK Prepost Katarak
    Dokumen9 halaman
    SAK Prepost Katarak
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Ujian Anak
    Format Pengkajian Ujian Anak
    Dokumen2 halaman
    Format Pengkajian Ujian Anak
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • SP Isolasi Sosial
    SP Isolasi Sosial
    Dokumen9 halaman
    SP Isolasi Sosial
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP All & Aml
    LP All & Aml
    Dokumen15 halaman
    LP All & Aml
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Askep Resume 1 (DM)
    Askep Resume 1 (DM)
    Dokumen11 halaman
    Askep Resume 1 (DM)
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP Sectio Sesaria
    LP Sectio Sesaria
    Dokumen8 halaman
    LP Sectio Sesaria
    Dinna Azka Ramadhan
    0% (1)
  • LP Sectio Sesaria
    LP Sectio Sesaria
    Dokumen8 halaman
    LP Sectio Sesaria
    Dinna Azka Ramadhan
    0% (1)
  • Laporan Penilaian Denver Test II
    Laporan Penilaian Denver Test II
    Dokumen2 halaman
    Laporan Penilaian Denver Test II
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Ujian Anak
    Format Pengkajian Ujian Anak
    Dokumen2 halaman
    Format Pengkajian Ujian Anak
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP Perioperatif Umum
    LP Perioperatif Umum
    Dokumen45 halaman
    LP Perioperatif Umum
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • SP Halusinasi
    SP Halusinasi
    Dokumen11 halaman
    SP Halusinasi
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP Stroke Umum
     LP Stroke Umum
    Dokumen28 halaman
    LP Stroke Umum
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Askep Bilirubin
    Askep Bilirubin
    Dokumen29 halaman
    Askep Bilirubin
    Putri 'peoe' Nur Annissa
    100% (1)
  • LP CA Mammae
    LP CA Mammae
    Dokumen12 halaman
    LP CA Mammae
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP CHF
    LP CHF
    Dokumen10 halaman
    LP CHF
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP Apendicitis
    LP Apendicitis
    Dokumen15 halaman
    LP Apendicitis
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • CV Yudi Heriyadi
    CV Yudi Heriyadi
    Dokumen6 halaman
    CV Yudi Heriyadi
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • BPH
    BPH
    Dokumen17 halaman
    BPH
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Gerontik
    Format Pengkajian Gerontik
    Dokumen14 halaman
    Format Pengkajian Gerontik
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Gerontik
    Format Pengkajian Gerontik
    Dokumen14 halaman
    Format Pengkajian Gerontik
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • CV Yudi Heriyadi
    CV Yudi Heriyadi
    Dokumen6 halaman
    CV Yudi Heriyadi
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar, SK
    Kata Pengantar, SK
    Dokumen9 halaman
    Kata Pengantar, SK
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • LP Hiperbilirubinemia
    LP Hiperbilirubinemia
    Dokumen27 halaman
    LP Hiperbilirubinemia
    Dinna Azka Ramadhan
    Belum ada peringkat